Anda di halaman 1dari 109

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN KODE

EXTERNAL CAUSE PADA DRM RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN

BREBES TAHUN 2016

Karya Tulis Ilmiah ( KTI )

Disusun untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar Diploma III

(Amd.RMIK) pada program studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Disusun oleh :

KARTIKA ASIH PRATIWI

D22.2013.01385

PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2016
HALAMAN HAK CIPTA

© 2016

Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah Ada Pada Penulis


HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdullillah . . .

Segala puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT karena tanpa

Kehendak dan Ridho-NYA tugas akhir ini tidak akan selesai dengan baik

Kepada Mamah ( Tuti Hidayati ) dan Bapak ( Dustam Maskendar )

Tercinta yang tak pernah behenti memanjatkan doa disetiap hembusan

nafasnya, serta tak kenal lelah berjuang menyekolahkan anak-anaknya

Adikku Puteri Intan Pratiwi, Syiffa Rellya Hakim dan Gugah Razaka

Hakim yang selalu menjadi obat penghibur setiap hari

Mbah Ayi, Mbah Rembet yang sabar menunggu kelulusanku dan melihat

wisuda

Cece Eyo, Aa Takib, Uwa Uji, Bude Titi yang ikut membantu orang tuaku

untuk menguliahkan aku

Pembimbingku Bu Dyah yang selalu memberikan kemudahan dan

arahan dalam pembuatan KTI ini dan teman seperjuangan bimbingan.

Ari Sulistiyo ku tersayang dan My Biggest Motivator Kakak Sanis

Rismawati disana yang juga selalu hadir di BBM dan telepon untuk

menyemangati

Sandi Ari Wibowo, Septi Mahfuroh, Oktania Pratiwi pendamping super

sabar dan sayang yang bantu dan temenin kemana-mana dan ngehibur

saat lelah melanda

Pasukan Nakula Raya 4 “ Wiwit, Hera, Desi, Yosi, Elma, Juntet, Rini,

Nita“ dan TikaWe yang juga sering muncul dikos . . . the best kalian

semua 2 tahun sama-sama


RIWAYAT HIDUP

Nama : Kartika Asih Pratiwi

Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 08 Desember 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Perum Taman Indo Jalan Mangga I B5/2


Rt005/Rw006, Kaligangsa Wetan, Brebes

Riwayat Pendidikan
1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal Abepura Jayapura, tahun 2000
2. SD Negeri 02 Brebes, tahun 2004
3. SMP Negeri 02 Brebes, tahun 2007
4. SMA Negeri 1 Tegal, tahun 2010
5. Diterima di Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkah rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan
Kode External Cause Pada DRM Rawat Inap Di Rsud Kabupaten Brebes
Tahun 2016 “.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna sebagai salah satu syarat
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan berjalan dengan
lancar tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih ini
penulis berikan kepada :
1. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
2. Arif Kurniadi, S.Kom selaku Ketua Program Studi D3 Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3. Drg. OO Suprana M.Kes selaku Direktur RSUD Brebes.
4. Indra Gunawan, Amd.PK, S.KM selaku kepala bagian Rekam Medis.
5. Dyah Ernawati, S.Kep, Ners, MKes sebagai dosen pembimbing Karya Tulis
Ilmiah.
6. Segenap staf Rekam Medis RSUD Brebes dan semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
laporan praktik ini.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari bahwa Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
baik dan bersifat membangun agar penulisan ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Semarang, Juli 2016


Penulis
Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro
Semarang
2016

ABSTRAK
KARTIKA ASIH PRATIWI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN KODE
EXTERNAL CAUSE PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI
RSUD KABUPATEN BREBES TAHUN 2016
xviii + 73 hal + 10 tabel + 5 gambar + 9 lampiran
Kode external cause (penyebab luar) adalah kodefikasi penyakit yang
harus disertakan pada dokumen rekam medis pasien dengan diagnosa cedera,
keracunan, dan kecelakaan. Oleh karena itu petugas rekam medis harus
menguasai cara pengkodean penyakit sesuai dengan kaidah ICD-10. Petugas
rekam medis dituntut untuk dapat memberikan kode yang akurat. Maka dari itu
pengetahuan yang baik harus dimiliki petugas tentang pemberian kode penyakit.
Pada survei awal dari sample 10 dokumen rekam medis rawat inap kasus
kecelakaan ditemukan 70% menyertakan kode cedera tetapi tidak dilengkapi
dengan kode external cause, sedangkan 30% adalah dokumen rekam medis
`yang lengkap menyertakan kode cedera dan kode external causes, walaupun
masih ditemukan didalamnya 2 dokumen rekam medis yang hanya terisi sampai
karakter keempat dan 1 dokumen rekam medis terisi lengkap sampai karakter
kelima. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pengetahuan, sikap,
dan cara melakukan pengkodean external cause pada petugas rekam medis.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan metode
observasi. Populasi yang digunakan adalah petugas rekam medis di URM RSUD
Kabupaten Brebes sebanyak 12 orang diambil dengan teknik total sampling.
Hasil yang diperoleh dari penelitian yaitu 61,1% petugas rekam medis
pada tingkatan mengetahui, 68,8% pada tingkatan mampu memahami, 47,2%
pada tingkatan mampu mengaplikasikan, 50% pada tingkatan mampu
menganalisis, 25% pada tingkatan mampu mengevaluasi. Sikap petugas rekam
medis tentang pengisian kode external cause menunjukkan 60,2% petugas
menyatakan setuju, 21,6%, dan 18,2% tidak setuju. Petugas melakukan langkah-
langkah yang sesuai dengan kaidah ICD-10 sebanyak 35,71%, karena petugas
menggunakan ICD elektronik dan buku kode instan. Dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan, sikap, dan langkah-langkah penentuan kode external cause yang
dilakukan petugas belum cukup baik.
Oleh karena itu disarankan petugas untuk tetap membuka ICD-10 manual
apabila ragu dalam menentukan sebuah kode walaupun petugas sudah hafal
tentang kode, adanya Standar Operasional Prosedur dapat memberikan
prosedur dalam penentuan kode external cause sesuai kaidah ICD-10, adanya
ICD elektronik, dan buku kode instan serta adanya pelatihan koding penggunaan
ICD-10 dalam penentuan kode external cause.
Kata Kunci : Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Kode External cause

Kepustakaan : 15 ( 1993 – 2014 )


The Diploma Program on Medical Records and Health Information
Faculty of Health
Dian Nuswantoro University
Semarang
2016

ABSTRACT

KARTIKA ASIH PRATIWI

FACTORS AFFECTING THE COMPLETENESS OF EXTERNAL CAUSE CODE


OF INPATIENT MEDICAL RECORD DOCUMENTS IN REGIONAL PUBLIC
HOSPITAL BREBES YEAR 2016

xviii + 73 pages + 10 tables + 5 pictures + 9 appendix

External cause code (external causes) is codefication of disease that


must be included on medical records document of patients with the diagnosis of
an injury, poisoning, and accidents. Therefore, medical records officers must
understanding the ways of disease coding in accordance with the rules of ICD-
10. The medical records officer required to be able to provide an accurate code.
Therefore a good knowledge must be owned by officer about the coding of
diseases. At the preliminary survei of 10 inpatient medical records document of
accidents cases found that 70% have injury code but no external cause code,
while 30% complete include injured code and external causes code, although
there were still found 2 medical record documents that only filled up to four
characters and one document completed until the fifth character. The purpose of
this study described the knowledge, attitudes, and ways of doing external cause
coding on medical records officer.
This type of research was descriptive research with observation method.
The population were the officer of medical records at URM RSUD Brebes as
many as 12 people taken with total sampling technique.
The results of the research showed that 61.1% of the officers in the levels
of knowing, 68.8% at levels capable of understanding, 47.2% were able to apply,
50% were able to analyze, 25% were able to evaluate. The attitude of officer
about charging external cause code showed 60.2% of the officers agreed, 21.6%,
and 18.2% disagreed. Officers take steps in accordance with the rules of ICD-10
as much as 35.71%, because they used electronic ICD and instant code book. It
can be concluded that the knowledge, attitudes, and the steps of determining
external cause did not good enough.
Therefore reseacher advised officers to keep open the manual ICD-10 if
there was any doubt in determining a code eventhough the officer have already
knew about the code, the Standard Operating Procedure may provide
procedures in the determination code of external cause according to the rules
ICD-10, the electronics ICD, and the instant code book and training the use of
coding ICD-10 in determining the external cause code.

Keywords : Characteristics, Knowledge, Attitude, Code of External cause

Bibliography : 15 ( 1993 – 2014 )


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN HAK CIPTA......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR..................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI.................................................... iv
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN.................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................ vii
HALAMAN RIWAYAT HIDUP............................................................................... viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ix
ABSTRAK.............................................................................................................. x
DAFTAR ISI........................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup........................................................................................ 6
F. Keaslian Penelitian.................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Rekam Medis.......................................................................................... 9
B. Koding
1. Pengertian Koding.............................................................................. 11
2. Tujuan Koding..................................................................................... 11
C. ICD-10
1. Pengertian ICD-10.............................................................................. 13
2. Tujuan ICD-10.................................................................................... 13
3. Klasifikasi ICD-10............................................................................... 13
4. Komponen ICD-10.............................................................................. 14
D. External cause
1. Informasi External Cause................................................................... 16
2. Manfaat Koding External Cause......................................................... 16
E. Kodefikasi External cause
1. Klasifikasi Kode External Cause......................................................... 17
2. Karakter Kode Tempat Kejadian......................................................... 20
3. Karakter Kode Aktifitas....................................................................... 20
4. Kode Tambahan Kecelakaan Transportasi........................................ 21
F. Langkah-langkah Koding External Cause............................................... 21
G. Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Kode External Cause
1. Pengetahuan...................................................................................... 25
2. Sikap................................................................................................... 26
3. Karakteristik........................................................................................ 28
H. Kerangka Teori........................................................................................ 32

BAB III METODE PENELITIAN


A. Kerangka Konsep.................................................................................... 33
B. Jenis Penelitian....................................................................................... 33
C. Variabel Penelitian.................................................................................. 33
D. Definisi Operasional................................................................................ 34
E. Populasi dan Sampel.............................................................................. 35
F. Pengumpulan Data.................................................................................. 35
G. Pengolahan Data..................................................................................... 37
H. Analisa Data............................................................................................ 37

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Rumah Sakit.............................................................. 38
B. Gambaran Umum Unit Rekam Medis..................................................... 43
C. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten 52
Brebes................................................................................................
2. Pengetahuan Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten
BrebesTentang Kode External Cause................................................ 53
3. Sikap Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes
dalam Pengisian Kode External Cause.............................................. 57
4. Tata Cara Penentukan Kode External Cause Yang Dilakukan
Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes................. 59

BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes 62
B. Pengetahuan Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten
BrebesTentang Kode External Cause..................................................... 63
C. Sikap Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes dalam
Pengisian Kode External Cause.............................................................. 67
D. Tata Cara Penentukan Kode External Cause Yang Dilakukan Petugas
Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes................................... 69

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan................................................................................................. 71
B. Saran....................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian................................................................................. 7


Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................... 34
Tabel 4.1 Hasil Kuisioner Karakteristik Petugas di URM RSUD Kabupaten
Brebes 2016........................................................................................... 52
Tabel 4.2 Hasil Skor Kuisioner Pengetahuan Petugas Rekam Medis di URM
RSUD Kabupaten Brebes tentang Kode External
cause...................................................................................................... 54
Tabel 4.3 Hasil Kuisioner Pengetahuan Petugas Rekam Medis di URM RSUD
Kabupaten Brebes tentang Kode External cause.................................. 55
Tabel 4.4 Hasil Skor Kuisioner Sikap Petugas Rekam Medis di URM RSUD
Kabupaten Brebes dalam pengisian Kode External cause.................... 58
Tabel 4.5 Hasil Kuisioner Sikap Petugas Rekam Medis di URM RSUD
Kabupaten Brebes dalam pengisian Kode External cause.................... 58
Tabel 4.6 Hasil Skor Observasi langkah-langkah Kode External cause yang
dilakukan Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes.... 59
Tabel 4.7 Hasil Observasi langkah-langkah Kode External cause yang
dilakukan Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes.... 60
Tabel 4.8 Sample Koding External Cause.............................................................. 61
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Standar Koding Untuk Klaim Asuransi............................................... 12


Gambar 2.2 Kerangka Teori................................................................................... 32
Gambar 3.1 Kerangka Konsep............................................................................... 33
Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Kabupaten Brebes................................... 42
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis RSUD Kabupaten
Brebes............................................................................................... 45
DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Observasi

2. Lembar Kuisioner

3. Lembar Observasi

4. Surat Ijin Penelitian

5. Hasil Observasi

6. Hasil Kuisioner

7. Dokumentasi

8. Standar Operasiona Prosedur Kodefikasi Penyakit

9. Standar Operasiona Prosedur Evaluasi dan Prosedur Ruang Rekam

Medis
DAFTAR SINGKATAN

1. BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

2. BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

3. DRM : Dokumen Rekam Medis

4. ICD-10 : International Statistical Classification and Related

health Problem Tenth Revision

5. IGD : Instalasi Gawat darurat

6. INA-CBGs : Indonesian Case Base Groups

7. KLL : Kecelakaan Lalu Lintas

8. RI : Rawat Inap

9. RL : Rekapitulasi Laporan

10. RMIK : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

11. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

12. SOP : Standar Operasional Prosedur

13. SIM RS : Sistem Informasi Menejemen Rumah Sakit

14. SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional

15. UGD : Unit Gawat Darurat

16. URM : Unit Rekam Medis

17. WHO : World Health Organization


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang

Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

kompetensi pertama dari seorang petugas rekam medis adalah menentukan

kode penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen

kesehatan. Acuan yang digunakan dalam pengkodean penyakit yaitu ICD-10

( International Statistical Clasification of Diseases and Related Health

Problem, Tenth Revision ) dari WHO.[1]

Selain itu dengan adanya UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional ( SJSN ), dimana dalam perkembangannya proses

kliam Jaminan Kesehatan Nasional tahun 2012-2014 menyebutkan bahwa

penggantian biaya pelayanan kesehatan tingkat lanjut menggunakan

software INA-CBGs. Sehingga pengklasifikasian dan pengkodean yang benar

sangat penting dalam pengelolaan data, penggantian biaya, dan

permasalahan terkait lainnya.[2]

Salah satu pengklasifikasian dan pengkodean penyakit adalah kode

external cause ( penyebab luar ) yaitu kode digunakan dalam

mengklasifikasikan penyebab luar terjadinya suatu penyakit, baik yang

diakibatkan karena kasus kecelakaan, cedera, pendarahan, keracunan,

bencana alam, maupun penyebab lainnya.[3]

Pada kode external causes ( V01-V99 ) untuk kondisi kecelakaan

transportasi sangat diperlukan, karena kecelakaan tidak terjadi kebetulan,

1
2

melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan

harus dianalisis dan ditemukan. Kecelakaan merupakan tindakan tidak

direncanakan dan tidak terkendali, ketika aksi dan reaksi objek, bahan, atau

radiasi menyebabkan cedera atau kemungkinan cedera ( Heinrich,1980 ).[4]

Salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit, yaitu pelayanan

gawat darurat dimana unit gawat darurat adalah bentuk pelayanan medis di

rumah sakit yang berkaitan dengan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan cepat, tepat, dan akurat untuk penyelamatan pasien. Salah satu

kasus terbanyak di gawat darurat adalah kecelakaan (cedera), baik

kecelakaan kendaraan bermotor maupun kecelakaan yang disebabkan oleh

faktor lainnya, seperti jatuh, tersengat listrik, dan keracunan. Salah satu

informasi yang penting pada UGD adalah informasi external causes, dimana

informasi external causes digunakan untuk menemukan bagian awal dari

suatu gejala secara tepat, mengetahui dimana pasien pada saat itu, dan apa

yang sedang pasien lakukan saat kejadian kecelakaan. Informasi external

causes ditulis oleh dokter atau perawat selaku tenaga medis yang melayani

pasien pada lembar anamnesis.

Informasi external causes digunakan untuk menentukan klasifikasi

kode external causes. Informasi external causes dianalisa oleh petugas koder

untuk menentukan kode external causes dengan lengkap sampai karakter

kelima, meliputi kategori tiga karakter yang menunjukkan bagaimana

kecelakaan terjadi, karakter keempat yang menunjukkan lokasi terjadinya

kecelakaan, dan karakter kelima yang menunjukkan aktivitas pasien saat

terjadinya kecelakaan.
3

Menurut WHO (2010), pengkodean diagnosis untuk kasus kecelakaan

harus diikuti pengodean penyebab luar (external causes) untuk

menggambarkan sifat kondisi dan keadaan yang menimbulkannya.

Pengodean external causes dilakukan secara terpisah pada Bab XX

Penyebab Luar Morbiditas dan Mortalitas ( V01-Y98 ).[3]

Manfaat kode external causes adalah untuk : (a) Melaporkan

Rekapitulasi Laporan (RL4b) atau Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat

Jalan Rumah Sakit Penyebab Kecelakaan dalam bentuk kode, (b)

Melaporkan Rekapitulasi Laporan (RL 3.2) Pelayanan Gawat Darurat, (c)

Membuat surat keterangan medis klaim asuransi kecelakaan, (d) Sebagai

penyebab kematian pada surat sertifikat kematian jika pasien kecelakaan

meninggal, (e) Indeks penyakit untuk laporan internal rumah sakit.[3]

Kode kasus kecelakaan dikatakan lengkap apabila terdapat kode

diagnosa cedera dan kode external cause penyebab kecelakaan. Pada survei

awal di RSUD Kab. Brebes dari sample 10 DRM rawat inap pada kasus

kecelakaan ditemukan 70% DRM menyertakan kode cidera tetapi tidak

melengkapi dengan kode external cause, sedangkan 30% adalah DRM yang

lengkap menyertakan kode cedera dan kode external causes, walaupun

masih ditemukan didalamnya 2 DRM yang hanya terisi sampai karakter

keempat dan 1 DRM terisi lengkap sampai karakter kelima.

Berdasarkan wawancara dari petugas koder di RSUD Kabupaten

Brebes, koding penyakit dibagi menjadi dua, yaitu koding pasien umum dan

koding BPJS. Untuk kode external cause pada pasien BPJS sudah

diterapkan berdasarkan kaidah ICD 10, dimana kasus cedera dan kecelakan
4

akan disertai pula dengan external cause, karena untuk klaim biaya kodenya

harus lengkap. Pada koding kasus cidera dan kecelakaan pada pasien umum

belum diterapkan untuk pengisian kode tersebut, masih ditemukan beberapa

kode yang belum spesifik dan ada yang tidak disertai kode external cause.

Biasanya jika pada lembar anamnesis informasi external cause

kurang lengkap atau kurang jelas tentang kronologis kejadian cedera atau

kecelakaan tersebut, petugas koder mengisi kode external cause seadanya

dan tidak sampai karakter kelima, bahkan tidak diisi sama sekali, kode

external cause diberikan hanya untuk kasus kecelakaan lalu lintas saja, jika

ada kasus keracunan, terjatuh, atau terpukul belum dilakukan pengkodean

external cause. Padahal kasus tersebut juga termasuk dalam kecelakaan.

Dampak dari informasi external causes yang tidak lengkap, akibatnya

pengkodean external causes menjadi tidak akurat sehingga laporan index

penyakit banyak kode yang tidak diinput, RL 4b tidak terisi secara lengkap,

dan klaim asuransi pasien kasus kecelakaan menjadi tidak akurat dan tidak

lengkap membuat petugas kesulitan dalam mengisikan informasi pada

formulir klaim asuransi kecelakaan pasien, hal ini bisa menyebabkan klaim

pembiayaan pelayanan RS atau penggantian biaya menjadi tidak sesuai.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan

kode external causes pada DRM Rawat Inap di RSUD Kabupaten Brebes ”.

B. Rumusan Masalah

“ Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan kode external

causes pada DRM Rawat Inap di RSUD Kabupaten Brebes? ”.


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan kode external

causes pada DRM Rawat Inap di RSUD Kabupaten Brebes

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan karakteristik responden yaitu petugas URM di RSUD

Kabupaten Brebes.

b. Menjelaskan pengetahuan petugas URM di RSUD Kabupaten Brebes

tentang kode external cause.

c. Menjelaskan sikap petugas URM di RSUD Kabupaten Brebes tentang

pengisian kode external cause.

d. Menjelaskan tata cara pengkodean untuk menentukan kode external

cause yang dilakukan oleh petugas URM di RSUD Kabupaten

Brebes.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang kode external cause

serta implementasinya di lapangan.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai refrensi dan masukan dalam mengelola dan menentukan kode

external cause yang lengkap dan akurat.


6

3. Bagi Akademik

Sebagai bahan refrensi di perpustakaan dan sebagai tolak ukur dalam

pendidikan untuk penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Peneliti menggunakan lingkup ilmu rekam medis dan informasi kesehatan

2. Lingkup Penelitian

Peneliti menggunakan lingkup materi ICD-10 dan informasi external

cause.

3. Lingkup Lokasi

Lokasi yang dipakai URM di RSUD Kabupaten Brebes.

4. Lingkup Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dan

kuisioner.

5. Lingkup Objek

Objek penelitian adalah petugas URM Kabupaten Brebes.

6. Lingkup waktu

Penelitian dilakukan pada Juni 2016.


7

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

No Nama Judul Metode Hasil

1 Amalia Tinjauan Penyebab Penelitian Ketidakakuratan kode


Husna ketidakakuratan Kode deskriptif disebabkan karena
Diagnosa Utama pada dengan kurangnya pengetahuan
Pasien Rawat Inap yang metode koder
Klaimnya Tidak Disetujui observasi
Askes pada RS Bersalin
Ananda Periode Juli
2012-Juni 2013

2 Rina Tinjauan kodefikasi kode Penelitian SPO pengkodean tersebut


Yuliana, external cause untuk deskriptif masih belum sesuai dengan
Hosizah, Kasus dengan pelaksanaan di
Irmawan Cedera pada Rekam metode lapangan dan belum pernah
Medis Rawat Inap observasi dilakukan revisi, dokter yang
Spesialis tidak menuliskan
Bedah Ortopedi di RSKB diagnosa sesuai dengan
Banjarmasin Siaga aturan dan ketetapan
Tahun yang berlaku, walaupun
2013 sudah ada standar dan
kebijakan yang mengatur
tentang hal tersebut, dan
belum pernah
dilakukan audit pengkodean
diagnosis.
8

3 Feni Tinjauan Kelengkapan Penelitian Faktor yang mempengaruhi


Rahmadita Informasi Sebab Luar deskriptif ketidaklengkapan informasi
(External Cause) Dan dengan dan ketidaktepatan kode
Ketepatan Kode Terkait metode sebab luar yaitu kurangnya
Pada Pasien Cedera observasi fasilitas yang tersedia di Unit
Kecelakaan Lalu Lintas Kerja Rekam Medis dalam
Di Rumah Sakit Medika kodefikasi dan kurangnya
Permata Hijau Jakarta Sumber Daya Manusia
2015. (SDM) serta kualifikasi SDM
masih belum sesuai dengan
kebutuhan.

1. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti pertama yaitu terletak

pada lokasi, waktu, dan materi yang dibahas, peneliti pertama di pada

RS Bersalin Ananda tahun 2012-2013 meneliti tentang penyebab

ketidakakuratan kode diagnosa utama pada pasien rawat inap yang

klaimnya tidak disetujui askes.

2. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti kedua yaitu terletak

pada lokasi, waktu, dan materi yang dibahas Peneliti kedua di RSKB

Banjarmasin Siaga tahun 2013 meneliti tentang keakuratan kode

external cause.

3. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti ketiga perbedaan

penelitian terletak pada waktu dan lokasi, yaitu di Rumah Sakit

Medika Permata Hijau tahun 2015.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis harus

dibuat secara tertulis, lengkap, dan jelas. PERMENKES RI No

269/MENKES/PER/III/2008.[6]

Rekam medik dikatakan lengkap apabila didalamnya berisi

keterangan, catatan dan rekaman yang lengkap mengenai pelayanan

yang diberikan kepada pasien, meliputi hasil wawancara (anamnes ),

hasil pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang bila dilakukan

pemeriksaan laboratorium, rontgen, elektrokardiogram, diagnosis,

pengobatan, dan tindakan bila dilakukan serta hasil akhir dari pelayanan

medik maupun keperawatan dan semua pelayanan (Shofari, 2002).[7]

2. Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medik adalah menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medik

yang baik dan benar, maka mustahil tertib administrasi rumah sakit akan

berhasil dicapai sebagaimana yang diharapkan, sedangkan tertib

administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam upaya

pelayanan kesehatan di rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997).[7]

9
10

3. Kegunaan Rekam Medis

Kegunaan rekam medik dapat dilihat dari beberapa aspek, antara

lain[8]:

a. Aspek Administrasi

Berkas rekam medik mempunyai nilai administrasi, karena

isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung

jawab sebagai tenaga medik dan paramedik dalam mencapai tujuan

kesehatan.

b. Aspek Hukum

Sedangkan suatu berkas rekam medik mempunyai nilai

hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian

hukum atas dasar keadilan, atas dasar usaha menegakkan hukum

serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan.

c. Aspek Keuangan

Berkas rekam medik mempunyai nilai keuangan, karena isinya

mengandung data dan informasi yang dapat dipergunakan untuk

menetapkan biaya pembayaran pelayanan rumah sakit yang dapat

dipertanggungjawabkan.

d. Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena

isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan

dalam penelitian dan pengembangan ilmu dibidang kesehatan.


11

e. Aspek Pendidikan

Berkas rekam medik mempunyai nilai pendidikan, karena

isinya menyangkut data atau informasi tentang kronologis dan

kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi

tersebut dapat dipergunakan untuk bahan referensi pengajaran di

bidang profesi si pemakai.

f. Aspek Dokumentasi

Dan berkas rekam medik mempunyai nilai dokumetasi, karena

isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan

dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.

B. Koding

1. Pengertian Koding

Koding merupakan kegiatan memberikan kode diagnosis utama

dan diagnosis sekunder sesuai dengan ICD-10 serta memberikan kode

prosedur sesuai dengan ICD-9CM. Kode sangat menentukan besarnya

biaya yang dibayarkan ke Rumah Sakit.[7]

2. Tujuan Koding

a. Memudahkan pencatatan, pengumpulan dan pengambilan kembali

informasi sesuai diagnose ataupun tindakan medis-operasi yang

diperlukan.[14]

b. Memudahkan entry data ke database komputer yang tersedia (satu

code bisa mewakili beberapa terminologi yang digunakan para dokter)


12

c. Menyediakan data yang diperlukan oleh sistem pembayaran atau

penagihan biaya yang dijalankan atau diaplikasi.

Gambar 2.1 standar koding untuk klaim asuransi

d. Memaparkan indikasi alasan mengapa pasien memperoleh asuhan

atau perawatan atau pelayanan ( justifikasi runtunan kejadian ).

e. Menyediakan informasi diagnoses dan tindakan ( medis atau operasi )

bagi :

1) Riset

2) Edukasi

3) Kajian asesment kualitas keluaran atau outcome (legal dan

otentik)
13

C. ICD-10

1. Pengertian ICD-10

ICD-10 merupakan pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda,

gejala, temuan temuan yang abnormal, keluhan, keadaan sosial, dan

eksternal yang menyebabkan cedera atau penyakit seperti yang telah

diklasifikasikan oleh WHO ( World Health Organization ).[7]

2. Tujuan

Tujuan ICD-10 diantaranya adalah untuk mendapatkan rekaman

sistematis, melakukan analisis, interprestasi serta membandingkan data

morbiditas dari negara yang berbeda atau antar wilayah pada waktu yang

berbeda, untuk menerjemahkan diagnosis penyakit dan masalah

kesehatan dari kata-kata menjadi kode alfanumerik yang akan

memudahkan penyimpanan, mendapatkan data kembali dan analisis

data, memudahkan entry data ke database komputer yang tersedia,

menyediakan data yang diperlukan oleh sistem pembayaran atau

penagihan biaya yang dijalankan, memaparkan indikasi alasan mengapa

pasien memperoleh asuhan atau perawatan atau pelayanan, dan

menyediakan informasi diagnosis dan tindakan bagi riset, edukasi dan

kajian assesment kualitas keluaran.[7]

3. Klasifikasi ICD-10

International Classification of Disease 10 ( ICD-10 ) dari WHO

telah keluar sejak lama dengan berbagai revisi. Klasifikasi tersebut telah

mengelompokan penyakit berdasarkan anatomi dan fungsi organ tubuh

secara keseluruhan.[7]
14

Pengelompokan penyakit dalam ICD-10 tersebut tercantum di

dalam Major Diagnostic Categories ( MDC ) yang merupakan kategori

diagnosis penyakit yang dikelompokan secara umum.

4. Komponen ICD-10

International Classification of Disease 10 ( ICD-10 ) terdiri dari tiga

volume, yaitu :

a. Volume 1 merupakan daftar tabulasi dalam kode alfanumerik tiga atau

empat karakter dalam inklusi dan eksklusi, beberapa aturan

pengkodean, klasifikasi morfologis neoplasma, daftar tabulsi khusus

untuk morbiditas dan mortalitas, definisi tentang penyebab kematian,

serta peraturan mengenai nomenklatur.

b. Volume 2 merupakan manual instruksi dan pedoman penggunaan

ICD-10

c. Volume 3 merupakan indeks alfabetik, daftar komprehensif semua

kondisi yang ada didaftar tabulasi ( volume 1 ), daftar sebab luar

gangguan ( external cause ), tabel neoplasma, serta petunjuk memilih

kode yang sesuai untuk berbagai kondisi yang tidak ditampilkan di

dalam tabular list ( volume 1 ). Struktur dan Sistem Klasifikasi ICD-10

pada volume 3 terdiri dari :

1) Bab I : A00-B99 Infeksi

2) Bab II : C00-C99 Neoplasma ganas

D00-D48 Neoplasma insitu & Jinak


15

3) Bab III : D50-D89 Darah dan alat pembuat darah

4) Bab IV : E00-E90 Endokrin, nutrisi dan metabolik

5) Bab V : F00-F99 Gangguan jiwa dan perilaku

6) Bab VI : G00-G99 Susunan syaraf

7) Bab VII : H00-H59 Mata dan Adnexa

8) Bab VIII : H60-H95 Telinga dan proses mastoid

9) Bab IX : I00-I99 Pembuluh darah

10) Bab X : J00-J99 Saluran nafas

11) Bab XI : K00-K93 Saluran cerna

12) Bab XII : L00-L99 Kulit dan jaringan bawah kulit

13) Bab XIII : M00-M99 Otot dan jaringan ikat

14) Bab XIV : N00-N99 Sistem kemih kelamin

15) Bab XV : O00-O99 Kehamilan, persalinan dan nifas

16) Bab XVI : P00-P96 Kondisi tertentu masa perinatal

17) Bab XVII : Q00-Q59 Malformasi bawaan

18) Bab XVIII : R00-R99 gejala, tanda

19) Bab XIX : S00-T98 Cedera, keracunan, faktor external

20) Bab XX : V01-Y98 Penyakit atau kematian faktor external

21) Bab XXI : Z00-Z99 Faktor yg berpengaruh status kesehatan

dan kontak dengan fasilitas pelayanan kesehatan


16

D. External Cause (Penyebab Luar)

1. Informasi External Cause

External cause atau penyebab luar dalam ICD-10 merupakan

klasifikasi tambahan yang mengklasifikasikan kemungkinan kejadian

lingkungan dan keadaan sebagai penyebab cedera, keracunan dan efek

samping lainnya. Kode external cause (V01-Y89) harus digunakan

sebagai kode primer kondisi tunggal dan tabulasi penyebab kematian

(underlying cause) dan pada kondisi yang morbid yang dapat diklasifikasi

ke bab XIX (injury, poisoning, and certain other consequences of external

cause).[5]

Bila kondisi morbid diklasifikasi pada bab I-XVIII, kondisi morbid

itu sendiri akan diberi kode sebagai penyebab kematian utama

(underlying cause) dan jika diinginkan dapat digunakan kategori bab

external cause sebagai kode tambahan. Pada kondisi cedera, keracunan

atau akibat lain dari sebab ekternal harus dicatat, hal ini penting untuk

menggambarkan sifat kondisi dan keadaan yang menimbulkannya.[4]

2. Manfaat Koding External Cause

Manfaat kode external causes adalah untuk[7] :

a. Melaporkan Rekapitulasi Laporan (RL4b) atau Data Keadaan

Morbiditas Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Penyebab Kecelakaan

dalam bentuk kode.

b. Melaporkan Rekapitulasi Laporan (RL 3.2) Pelayanan Gawat Darurat.

c. Membuat surat keterangan medis klaim asuransi kecelakaan.


17

d. Sebagai penyebab kematian pada surat sertifikat kematian jika pasien

kasus kecelakaan meninggal

e. Indeks penyakit sebagai laporan internal rumah sakit.

E. Kodefikasi External Cause

1. Klasifikasi Kode External Cause

Pada umumnya penyebab luar sebaiknya ditabulasi baik menurut

Bab XIX dan Bab XX, pada kondisi ini, kode dari Bab XX harus digunakan

untuk memberikan informasi tambahan untuk beberapa analisis kondisi. [7]

Bab XX dibagi menjadi beberapa subbab, yaitu :

1. Transport Acciden

a. V01-V09 : Pejalan kaki terluka di kecelakaan transportasi

b. V10-V19 : Pengendara sepeda terluka di kecelakaan

transportasi

c. V20-V29 : Pengendara motor terluka di kecelakaan transportasi

d. V30-V39 : Penumpang motor roda 3 terluka di kecelakaan

transportasi

e. V40-V49 : Penumpang mobil terluka di kecelakaan transportasi

f. V50-V59 : Penumpang pick up, truk, atau van terluka di

kecelakaan transportasi

g. V60-V69 : Penumpang kendaraan berat terluka di kecelakaan

transportasi

h. V70-V79 : Penumpang bus terluka di kecelakaan transportasi


18

i. V80-V89 : Kecelaan transportasi darat lainnya

j. V90-V94 : Kecelakaan transportasi laut

k. V95-V97 : Kecelakaan transportasi udara

l. V98-V99 : Kecelakaan transportasi lain tidak spesifik

2. W00-X59 : Penyebab ekstenal lainnya cedera disengaja

a. W00-W19 : Jatuh

b. W20-W49 : Paparan untuk mematikan kekuatan mekanik

c. W50-W64 : Paparan untuk menghidupkan kekuatan mekanik

d. W65-W74 : Melempar disengaja dan perendaman

e. W75-W84 : Kecelakaan lain untuk bernafas

f. W85-W99 : Paparan arus listrik, radiasi, suhu dan tekanan

udara

g. X00-X09 : Paparan asap dan kebakaran

h. X10-X19 : Kontak dengan zat panas

i. X20-X29 : Kontak dengan racun binatang dan tumbuhan

j. X30-X39 : Paparan kekuatan alam

k. X40-X49 : Disengaja keracunan oleh dan paparan zat

berbahaya

l. X50-X57 : Kelelahan, wisata, kemelaratan

m. X58-X59 : Kecelakaan paparan faktor-faktor lain dan tidak


19

ditentukan

3. X60-X84 : Sengaja menyakiti diri sendiri

4. X85-Y09 : Serangan

5. Y10-Y34 : Acara niat belum ditentukan

6. Y35-Y36 : Intervensi hukum dan operasi perang

7. Y40-Y84 : Komplikasi perawatan medis dan bedah

a. Y40-Y59 : obat-obatan dan zat biologis menyebabkan efek

samping pada perawatan

b. Y60-Y69 : Kesialan pasien selama perawatan medis dan bedah

c. Y70-Y82 : Peralatan medis kaitan dengan dengan insiden yang

merugikan di diagnosa dan terapi

d. Y83-Y84 : Prosedur medis bedah lainnya sebagai penyebab

reaksi abnormal pasien, atau akhir-akhir komplikasi,

tanpa menyebutkan kecelakaan pada saat prosedur

8. Y85-Y89 : Sisa gejala dari penyebab luar morbiditas dan

mortalitas

9. Y90-Y98 : Faktor tambahan yang terkait dengan penyebab

kesakitan dan kematian diklasifikasikan di tempat

lain
20

2. Karakter Kode Tempat Kejadian

Kategori berikut disediakan untuk digunakan untuk

mengidentifikasikan tempat kejadian penyebab luar mana yang relevan

sebagai karakter keempat pada kode external cause.[15]

a. 0 : Tempat tinggal

b. 1 : Tempat tinggal institusi

c. 2 : Sekolah, fasilitas umum, rumah sakit, bioskop, tempat hiburan

d. 3 : Tempat olah raga

e. 4 : Jalan umum

f. 5 : Area perdagangan dan jasa

g. 6 : Industri dan konstruksi area

h. 7 : Perkebunan

i. 8 : Tempat yang spesifik lainnya

j. 9 : tempat tidak spesifik

3. Karakter Kode Aktivitas

Kategori berikut disediakan untuk digunakan untuk menunjukan

aktivitas orang yang terluka saat peristiwa itu terjadi sebagai karakter

kelima kode external cause.

a. 0 : Sedang melakukan aktivitas olah raga

b. 1 : Sedang melakukan aktivitas waktu luang

c. 2 : Sedang melakukan aktivitas bekerja ( income )


21

d. 3 : Sedang melakukan aktivitas pekerjaan rumah

e. 4 : Sedang istirahat, tidur, makan, atau aktivitas vital lainnya

f. 8 : Sedang melakukan aktivitas spesifik lainnya

g. 9 : Sedang melakukan aktivitas tidak spesifik

4. Kode Tambahan Kecelakaan Transportasi

Kode tambahan kecelakaan transportasi digunakan sebagai

karakter keempat untuk mengidentifikasikan korban kecelakaan dan

penyebab kecelakaan, dimana kode tersebut digunakan untuk V01-V89

dan kode kelima yang digunakan adalah kode tempat kejadian

kecelakaan dan tidak perlu disertai kode aktivitas.[15]

a. 0 : Pengemudi terluka dalam kecelakan bukan lalu lintas

b. 1 : Penumpang terluka dalam kecelakan bukan lalu lintas

c. 2 : Pengemudi terluka dalam kecelakan bukan lalu lintas tidak spesifik

d. 3 : Seseorang terluka saat menumpang atau turun

e. 4 : Pengemudi terluka dalam kecelakaan lalu lintas

f. 5 : Penumpang terluka dalam kecelakaan lalu lintas

g. 9 : Pengemudi terluka dalam kecelakaan lalu lintas tidak spesifik

F. Langkah-langkah Koding External Cause

a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3

Alphabetical Index (kamus). Bila pernyataan adalah istilah penyakit

atau cedera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX dan XXI

(Volume 1), gunakanlah sebagai “lead-term” untuk dimanfaatkan


22

sebagai panduan menelusuri istilah yang dicari pada seksi I indeks

(Volume 3). Bila pernyataan adalah penyebab luar (external cause)

dari cedera ( bukan nama penyakit ) yang ada di Bab XX (Volume 1),

lihat dan cari kodenya pada seksi II di Indeks (Volume 3).

b. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di

bawah istilah yang akan dipilih pada Volume 3.

c. Lihat daftar tabulasi (Volume 1) untuk mencari nomor kode yang

paling tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus

pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat

itu ada di dalam volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak

ada dalam indeks (Volume 3). Perhatikan juga perintah untuk

membubuhi kode tambahan (additional code) serta aturan cara

penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks

penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.

d. Ikut pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau

bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori atau subkategori.

Adapun proses kodefikasi external cause menggunakan ICD-10

sebagai berikut[3] :

a. Tentukan diagnosa external cause yang akan dikode.

b. Jika external cause merupakan kecelakaan transportasi maka buka

ICD-10 volume 3 pada section II ( external causes of injur ) lihat Table

of land transport accident. Bagian vertikal merupakan korban dan

bagian horizontal merupakan jenis kendaraan yang menyebabkan

kecelakaan.
23

c. Pertemuan bagian vertikal dan horizontal merupakan kode external

cause sampai karakter ketiga yang menjelaskan bagaimana

kecelakaan terjadi.

d. Pastikan kode pada buku ICD-10 Volume I (Tabular List) untuk

menentukan karakter keempat dan kelima dari kode external cause

tersebut.

e. Untuk cedera akibat bukan kecelakaan transportasi, maka dicari tahu

dulu apakah hal tersebut terjadi karena disengaja atau tidak. Jika

disengaja maka buka ICD-10 volume 3 pada section II dengan

leadterm “ assault “, kemudian cari lagi pada bagian bawah leadterm

tindakan apa yang dialami korban hingga menyebabkan cidera.

f. Contoh kasus external cause lainnya dan digunakan untuk leadterm

antara lain :

1) Jatuh ( Fall, falling from, falling on )

2) Terpukul ( Strike, contact with )

3) Gigitan ( Bite )

4) Kebakaran ( Burn )

5) Tercekik ( Choked )

6) Tabrakan ( Collision )

7) Terjepit,tergencet ( Crushed )

8) Terpotong ( Cut, cutting )

9) Tenggelam ( Drowning )

10) Bencana alam ( earthquake, flood, storm, dst )

11) Tertimbun ( earth falling (on) )

12) Ledakan ( explosion )


24

13) Terpapar ( exposure, contact (to) )

14) Gantung diri, tergantung ( hanging (accidental))

15) Suhu panas ( heat, hot )

16) Sengatan ( ignition (accidental) )

17) Insiden tindakan medis ( Incident, adverse, misadventure )

18) Terhisap ( Inhalation )

19) Keracunan ( Intoxication, poisoning )

20) Tertendang ( Kicked by )

21) Terbunuh ( Killed, killing )

22) Terpukul ( Knock down (accidentally) )

23) Terdorong ( pushed )

24) Tertusuk ( piercing )

25) Radiasi ( radiation )

g. Pada kasus keracunan maka buka ICD-10 volume 3 pada section III

Table of Drugs and Chemical dengan melihat nama zatnya dan

melihat keracunan disebabkan oleh apa :

1) Kolom accidental untuk keracunan yang tidak disengaja

2) Kolom Inventional self-harm untuk keracunan yang disengaja

menyakiti diri sendiri

3) Kolom Undetermined Intent untuk keracunan yang belum

ditentukan niatnya

4) Kolom Advere effect in therapeutic use untuk keracunan yang

disebabkan pada saat perawatan terapi


25

h. Pastikan kode pada buku ICD-10 Volume I (Tabular List) untuk

menentukan karakter keempat dan kelima dari kode external cause

tersebut.

G. Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Kode External Cause

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Perilaku didasari dengan pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Pengetahuan

dalam domain kognifit mempunyai enam tingkatan[9] :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


26

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu prilaku.[10]


27

a. Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1945) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend of behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan

penting.

b. Berbagai tingkatan sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari

berbagai tingkatan :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang telah diberikan adalah suatu indikasi

dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang

menerima ide tersebut.


28

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling

tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan

tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapatan kepada

responden.

3. Karakteristik

Menurut Mathiue dan Zajac (1990), menyatakan bahwa

karakteristik personal (individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa

kerja, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan kepribadian.

Robbins (2006), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mudah

didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagai besar dari

informasi yang tersedia dalam berkas personalia seorang pegawai

mengemukakan karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, status

perkawinan, banyaknya tanggungan dan masa kerja dalam organisasi.[11]

Dari pendapat diatas yang membentuk karakteristik individu dalam

pelayanan meliputi[11] :
29

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita

tertentu. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi atau

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk

berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga

makin meningkat pula kinerjanya.

b. Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai

dengan batas akhir masa hidupnya. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih

dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup

kedewasaannya. Demikian juga dengan umur pegawai dalam

melakukan kegiatan pelayanan. Maka tua umur seseorang makin

konstruktif dalam mengatasi masalah dalam pekerjaan, dan makin

terampil dalam memberikan pelayanan pada klien. Alat ukur umur

dibedakan berdasarkan umur muda ≤ 39 tahun dan umur dewasa ≥


30

39 tahun. Pengukuran menggunakan nilai tengah dari umur tertinggi

dan umur terendah.

c. Masa kerja

Pengalaman adalah guru yang baik, oleh sebab itu

pengalaman identik dengan lama bekerja ( masa kerja ). Pengalaman

itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada pasien. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

dihadapi pada masa yang lalu.

Sehingga dapat dikatakan, semakin lama seseorang bekerja

semakin baik pula dalam memberikan pelayanan. Perbedaan

kelompok masa kerja dibedakan berdasarkan masa kerja baru ≤ 14

tahun dan masa kerja lama ≥ 14 tahun. Pengukuran menggunakan

nilai tengah dari masa kerja tertinggi dan masa kerja terendah.

d. Pelatihan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelatihan adalah

proses melatih, kegiatan, atau pekerjaan. Menurut Gornes ( 2003 )

pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performasi pekerja

pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung

jawabnya atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan

pekerjaannya.

Menurut Cut Zurnali (2004) tujuan pelatihan adalah agar pegawai atau

karyawan dapat menguasai pengetahuan, keahlian, dan perilaku yang

ditekankan pada program-program penelitian dan untuk diterapkan


31

dalam aktivitas sehari-hari. Cut Zurnali menyatakan bahwa manfaat

dari pelatihan yaitu :

1) Meningkatkan pengetahuan pegawai atau karyawan.

2) Membantu pegawai atau karyawan untuk memahami bagaimana

bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan

produk yang berkualitas.

3) Mempersiapkan pegawai atau karyawan untuk dapat menerima

dan bekerja secara lebih efektif satu sama lainnya, terutama

dengan kaum minoritas dan wanita.

Pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri pegawai

atau karyawan terjadi proses transformasi dalam :

1) Peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas.

2) Perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin, dan etos

kerja.
32

H. Kerangka Teori

Pengetahuan

1. Tahu

2. Memahami

3. Aplikasi

4. Analisis

5. Sintetis

6. Evaluasi

Sikap

1. Menerima

2. Merespon

3. Menghargai
Tindakan
4. Bertanggung
Langkah- langkah
jawab
menentukan kode external

cause
Karakteristik

1. Pendidikan Kode External Cause

2. Usia Lengkap

3. Masa kerja

4. Pelatihan

Modifikasi teori Soekidjo Notoatmodjo dengan teori Green W, Lawrence

Gambar 2.2 Kerangka Teori


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Pengetahuan petugas
tentang koding external
cause Tindakan

Langkah- langkah

Sikap petugas dalam menentukan kode external


menentukan koding external
cause cause

1.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu

penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan hasil penelitian berdasarkan

fakta tanpa membuat perbandingan atau hubungan. Metode penelitian yang

digunakan adalah observasi yaitu mengamati secara langsung keadaan

masalah yang akan diteliti dengan menggunakan pendekatan cross sectional

yaitu meneliti data secara langsung pada saat melakukan penelitian.[12]

C. Variabel Penelitian

1. Pengetahuan petugas tentang koding external cause

2. Sikap petugas dalam menentukan koding external cause

3. Langkah-langkah menentukan kode external cause

33
34

D. Definisi Oprasional

Tabel 3.1 Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Oprasional

1 Pengetahuan Pemahaman dan wawasan petugas rekam medis

petugas tentang tentang informasi external cause dan menentukan

koding external kodenya pada kasus kecelakaan transportasi dan

cause non transportasi yang berupa tindakan disengaja

ataupun tidak disengaja dan menyebabkan cedera

pada korbannya. Pengetahuan meliputi tingkatan

tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi

(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),

dan evaluasi (evaluation).

2 Sikap petugas Perilaku atau respon petugas rekam medis terhadap

dalam pentingnya mengetahui serta menerapkan tentang

menentukan informasi external cause dan menentukan kodenya

koding external pada kasus kecelakaan transportasi dan non

cause transportasi yang berupa tindakan disengaja

ataupun tidak disengaja dan menyebabkan cedera

pada korbannya.. Sikap petugas antara lain

menerima (receiving), merespon (responding),

menghargai (valuing), dan bertanggung jawab

(responsible).

3 Langkah-langkah Tata cara menentukan kode external cause pada


35

menentukan ICD-10 mulai dari volume I dan volume III sehingga

kode external didapatkan kode external cause yang tepat mulai

cause dari kode keadaan penyebab cedera, lokasi

terjadinya, dan aktifitas yang dilakukan saat

peristiwa terjadi.

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan petugas Rekam Medis di URM

RSUD Kabupaten Brebes sebanyak 12 orang petugas.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk

melakukan pendekatan terhadap populasi. Sampel menggunakan metode

total sampling yaitu mengambil seluruh dari total populasi sebanyak 12 orang

petugas Rekam Medis dengan kategori inklusi lama kerja ≥ 1 tahun, bersedia

jadi responden, dan tidak sedang cuti.

F. Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

hasil observasi dan memberikan kuisioner kepada petugas rekam

medis yang ada di RSUD Kabupaten Brebes.

b. Data sekunder

Data sekunder yang digunakan untuk pedoman observasi dan

pedoman kuisioner yang akan digunakan untuk penelitian.


36

2. Metode Pengumpulan Data

a. Metode observasi

Mengamati secara langsung objek penelitian yaitu kegiatan

petugas rekam medis dalam langkah-langkah memberikan kode

external cause dengan lengkap pada kasus kecelakaan.

b. Metode kuisioner

Memberikan pertanyaan terkait pengetahuan, sikap serta

mendeskripsikan karakteristik petugas rekam medis tentang informasi

external cause dan pentingnya memberikan kode external cause

dengan lengkap.

3. Instrumen Penelitian

a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi sebagai bahan untuk pencatatan data

yang diperlukan kaitannya dengan pengetahuan, sikap, dan

karakteristik terhadap informasi external cause dan memberikan kode

external cause dengan lengkap.

b. Kuisioner

Bahan pertanyaan untuk mendapatkan data terkait

pengetahuan, sikap serta mendeskripsikan karakteristik petugas

rekam medis tentang informasi external cause dan pentingnya

memberikan kode external cause dengan lengkap.


37

G. Pengolahan Data

Data yang didapatkan akan diolah melalui beberapa tahapan, tahapan

tersebut yaitu :

1. Collecting

Pengumpulan data yang sudah didapatkan dari hasil observasi dan

kuisioner pada objek penelitia.

2. Editing

Memeriksa dan mengoreksi data yang sudah terkumpul.

3. Tabulasi

Memasukan data kedalam tabel dan mangatur angka-angkanya

sehingga dapat dihitung jumlah dari setiap kategorinya.

4. Penyajian Data

Menyajikan data dalam bentuk tabel sehingga dapat diketahui gambaran

dalam bentuk narasi.

H. Analisis Data

Data yang didapat kemudian dilakukan analisis secara deskriptif untuk

mendapatkan gambaran terkait penelitian tentang pengetahuan, sikap serta

mendeskripsikan karakteristik petugas rekam terhadap faktor yang

mempengaruhi kelengkapan kode extenal cause pada kasus cedera,

keracunan dan kecelakaan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit

1. Sejarah Singkat RSUD Kabupaten Brebes

RSUD Brebes ini merupakan rumah sakit yang sudah

terakreditasi penuh 16 pelayanan tertanggal 24 Februari 2012 KARS-

SERT/432/II/2012. RSUD Brebes menerima rujukan dari puskesmas –

puskesmas dan praktek swasta yang berada di sekitarnya terutama dari

wilayah Brebes Utara dan Tengah.Saat ini RSUD Brebes mempunyai

222 tempat tidur, dengan jumlah SDM yang semakin bertambah, baik

Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi, Paramedis, maupun tenaga

non paramedis.

Dengan luas tanah keseluruhan 3,99ha dan luas bangunan

14.144 m² dan mendapatkan izin operasional dari Kepala Kantor

Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Brebes Nomor :

503.10/KPPT/III/009/2012 yang berlaku sampai dengan tanggal 28 Maret

2017. RSUD Kabupaten Brebes dalam pelayanannya sudah

menggunakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)

sejak per 1 Januari 2010, dari mulai pendaftaran rawat jalan, rawat inap,

dan pelayanan penunjang hampir semuanya di fasilitasi dengan

seperangkat komputer SIM RS.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Tanggal 29 Oktober 2012 Nomor : Hk.03.05/I/2231/12 RSUD

Kabupaten Brebes telah memenuhi syarat menjadi RSUD kelas B.

Dengan penetapan kelas dari tipe C berubah menjadi tipe B maka RSUD
39

Kabupaten Brebes untuk truktur organisasi Rumah Sakit berubah dalam

susunannya, yang tadinya tipe C tidak ada wakil direktur sekarang ada 2

wakil direktur yang membantu tugas direktur RSUD Kebupaten Brebes.

Yaitu wakil direktur pelayanan yang membawahi 3 kepala bidang dan

setiap kepala bidang membawahi 2 orang kepala seksi. Sedang wakil

direktur umum dan keuangan membawahi 3 kepala bagian dan setiap

bagian membawahi 3 orang kepala sub bagian.

Sedangkan Instalasi rekam medis dalam struktur organisasi

RSUD Kabupaten Brebes dibawah langsung kepala bidang penunjang.

Dan RSUD Bebes sudah menjadi rumah sakit Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD) sejak tanggal 1 Januari 2011 yang di syahkan dan di

tanda tangani oleh Bupati Brebes.

2. Visi, Misi, dan Motto RSUD Brebes

a. Visi

Menjadi rumahsakit rujukan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat brebes dan sekitarnya yang bermutu, memuaskan dan

mandiri.

a. Misi

1) Meningkatkan kapabilitas dan loyalitas sumber daya manusia.

2) Menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas, aman dan

terjangkau oleh masyarakat luas.

3) Mengembangkan sistem layanan medis penunjang dan

administrasi, melelui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi secara tepat efektif dan efisien.

4) Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan.


40

5) Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan karyawati.

6) Mengembangkan organisasi menuju kemandirian dengan

menetapkan prinsip – prinsip GOOD GOVERNANCE.

b. Motto

“ MITRA UNTUK SEHAT ”

3. Jenis Pelayanan Yang Ada di Rumah Sakit Umum Daerah Brebes

Rumah Sakit Umum Daerah Brebes ini memiliki 5 jenis pelayanan

rumah sakit, diantaranya gawat darurat, instalasi, rawat inap, rawat jalan,

dan Trauma center yang kemudian terbagi lagi menjadi sub bagian

sebagai berikut ini :

a. Gawat Darurat

Dalam mewujudkan pelayanan yang cepat , tepat dan cermat

dalam pelayanan yang komprehensif dengan tersedianya sumber

daya manusia yang unggul dibidangnya masing – masing serta

fasilitas ruang dan peralatan yang memadai dikhususkan untuk

memenuhi kebutuhan akan pelayanan kegawat daruratan bagi

masyarakat.

b. Rawat Inap

1) Ruang ICU/ICUU/PICU/NICU/HCU 8) Ruang VIP

2) Ruang Kebidanan dan Ginekologi 9) Ruang Utama 1

3) Ruang Kelas 3 (Dahlia) 10) Ruang Utama 2

4) Ruang Kelas 2 11) Ruang THT

5) Ruang Kelas 1 12) Ruang Bedah

6) Ruang Penyakit Anak 13) Ruang Dalam

7) Ruang Perinatalogi
41

c. Rawat Jalan

1) Poli Spesialis Kebidanan/Kandungan 9) Poli VCT

2) Poli Spesialis Kulit dan Kelamin 10) Poli Syaraf

3) Poli Spesialis Gigi dan Mulut 11) Poli Spesialis Anak

4) Poli Spesialis Orthopedi 12) Poli Spesialis THT

5) Poli Spesialis Dalam 1 13) Poli Psikologi

6) Poli Spesialis Dalam 2 14) Poli Jiwa

7) Poli Spesialis Bedah 15) Poli Jantung

8) Poli Spesialis Mata 16) Poli Paru

4. Pelayanan Penunjang medis

1) Laboratorium 7) Instalsi Kamar Mayat

2) Fisioterapi 8) Radiologi

3) Instalasi Farmasi 9) Ruang Bersalin (VK)

4) Hemodialisa 10) Kamar Operasi

5) Bank Darah 11) Instalsi Rekam Medis

6) Ambulance

5. Pelayanan Asuransi

a. JKN / BPJS

1) PBI (BPJS Jamkesmas)

2) Non PBI (BPJS ASKES, BPJS TNI/POLRI, BPJS Mandiri)

b. Kerjasama (Rodeo, In-Healt,dll)

6. Pelayanan Lainnya

a. Pelayanan Mobil Ambulance dan Jenazah

b. Pelayanan Visum et repertum

c. Pelayanan Home Care/Home Visit


42

d. PKBRS (Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit)

e. MOW (Medis Operatif Wanita) pasang dan lepas norplant

f. Pemeriksaan Kesehatan/Medical Chek Up (CPNS, PNS, CALEG)

g. PPKPA (Pusat Pelayanan Kekerasan pada Perempuan dan Anak-

anak) / KDRT

h. Laundry

i. Pelayanan Inkubator Box Bayi

j. USG 4D

k. Mesin Incinerator

l. Pengolahan Limbah Standar

m. Instalasi Gizi

n. CSSD

o. Pemulasaran jenasah

p. Sanitasi

7. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Brebes

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Brebes
43

B. Gambaran Instalasi Rekam Medis

1. Gambaran Umum URM RSUD Brebes

Secara susunan organisasi Instalasi Rekam Medis berada

dibawah kewenangan kabid pelayanan penunjang, dibawahnya ada

kepala instalasi rekam medis. Kepala Instalasi Rekam Medis bertanggung

Jawab langsung kepada kepala bidang pelayanan penunjang dan

membawahi kinerja unit kerja rekam medis, dan pendaftaran. kepada

Instalasi rekam medis membawahi 19 staf rekam medis yang terbagi 8

orang di bagian pendaftarandan 7 staf di unit kerja rekam medis dan 4

orang dibagian itu tim verifikasi . unit kerja rekam medis terdiri dari sub

unit kerja assembling, koding/indeking. Unit kerjs rekam medis terdiri dari

sub unit kerja assembling, koding/indexing, filling, analising/reporting.

Ruang instalasi Rekam Medis berada di gedung bangsal anak

lantai 2 dengan luas total 15.6 x 19.95 = 311.22 dibagi menjadi 3

ruangan, yaitu : ruang kantor instalasi rekam medis luasnya 3.75 x 14.25

= 53.44 , ruang tempat penyimpanan dokumen rekam medis (filling)

luasnya 3.75 x 14.25 = 53.44 dan ruang kantor jamkesmas luasnya 2.25 x

6.60 = 8.852 . Ruang instalasi rekam medis ini sebelumnya ruangan

sangat sempit, dilantai dasar dengan ukuran 1/3 dari ruangan yang

sekarang. Ruang kantor dan penyimpanan dokumen rekam medis tidak

ada batas atau sekat sebagai tanda pemisah antara ruang rekam medis

dengan tempat penyimpanan dokumen rekam medis.


44

2. Visi, Misi dan Motto Rekam Medis RSUD Brebes

a. Visi Rekam Medis

Menjadikan Instalasi Rekam Medis Sebagai sumber informasi

pelayanan data medis yang bermutu, inovatif, dan komunikatif untuk

menunjang pelayanan guna kepentingan manajemen rumah sakit.

b. Misi Rekam Medis

1) Menyelenggarakan pelayanan dokumen data medis secara tepat,

cepat dan akurat dalam menunjang tertib administrasi rumah

sakit.

2) Menghasilkan informasi rekam medis yang prima sesuai buku

pedoman penyelenggaraan rekam medis.

3) Menjaga kerahasiaan rekam medis dari pihak – pihak yang tidak

berkepentingan.

4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan,

pelatihan dan penelitian dibidang rekam medis.

5) Mewujudkan sistem manajemen rekam medis dan pengelolaan

sumber daya secara efektif dan efisien.

c. Motto

1) Manusiawi Pelayananku

2) Inovatif Harapanku

3) Terampil Modalku

4) Responsif Tindakanku

5) Akurat Dataku
45

3. Stuktur Organisasi Instalasi Rekam Medis RSUD Brebes

Gambar 4.2 Stuktur Organisasi Instalasi Rekam Medis RSUD Brebes

4. Tugas Pokok dan Fungsi Unit Rekam Medis

a. Kepala Instalasi Rekam Medis

Bertanggung jawab dalam pengendalian semua tugas staf

rekam medis.

1) Uraian Tugas :

a) Membuat rencana kerja, anggaran dan jadwal kegiatan

rekam medis sebagai pedoman pelaksanaan kerja.

b) Menjabarkan dan membagi tugas kepada staf sesuai dengan

uraian tugas dan tanggung jawabnya untuk kelancaran

pelaksanaan tugas.

c) Menyelenggarakan pelayanan rekam medis bekerjasama

dengan jabatan fungsional terkait guna meningkatkan

efektifitas dan efisiensi pelayanan dokumentasi.

d) Mengawasi kegiatan rekam medis agar sesuai dengan

rencana kegiatan dan ketentuan yang berlaku.


46

e) Memeriksa hasil pelaksanaan tugas staf sebagai bahan

evaluasi.

f) Membimbing dan menilai kinerja staf guna meningkatkan

efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas.

g) Melaporkan kegiatan rekam medis kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban kegiatan.

h) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

bidang tugasnya guna tercapainya tujuan organisasi.

2) Tanggung jawab :

a) Ketepatan dan kesesuaian rencana dan tata kerja di Instalasi

Rekam Medis.

b) Ketepatan dan kebenaran pelaksanaan kegiatan:

(1) Pendaftaran

(2) Assembling dan indeks kode penyakit.

(3) Statistik dan pelaporan rumah sakit.

(4) Penyimpanan dan pendistribusian berkas rekam medis.

(5) Yang sesuai dengan SPO, Juknis yang ditetapkan.

(6) Ketepatan dan kesesuaian rencana kebutuhan sumber

daya dengan realisasi.

(7) Kebenaran dan ketepatan laporan kepada management.

b. Bagian TPPRI dan TPPGD

Bertanggung jawab dalam melakukan pendaftaran pasien

yang akan menjalani rawat inap dan pelayanan gawat darurat.

1) Uraian Tugas

a) Menerima pendaftaran pasien dari URJ atau IGD


47

b) Menulis register pasien dalam register TPPRI meliputi tangal

masuk, nomor RM, nama lengkap, alamat, umur, jenis

kelamin, agama, prosedur masuk RS, ruang, dan kelas

bangsal.

c) Memberi informasi fasilitas fasilitas ruang perawatan dan

tarif.

2) Tanggung Jawab :

a) Ketepatan dan kebenaran pelaksanaan kegiatan pendaftaran

b) Koordinasi ketersedian ruang dari bangsal

c) Menyiapkan dan mendistribusikan DRM rawat inap atau DRM

gawat darurat

d) Kelengkapan persyaratan asuransi

c. Bagian Klaim Asuransi

1) Uraian Tugas :

a) Melaksanakan klaim asuransi berdasarkan asuransi yang

digunakan, yaitu BPJS, Askes, Jamkesmas, atau swasta.

b) Memverifikasi kebenaran pelayanan klinis yang diterima

pasien.

2) Tanggung Jawab :

a) Pelaksanan klaim asuransi tepat waktu

b) Pemasukan Keuangan RS dimana jangan sampai RS

mengalami kerugian berupa lebih kecil klaim dengan real

cost.
48

d. Bagian Asembling

Bertanggung jawab dalam pengendalian kelengkapan

pengisian dokumen rekam medis dan perakitan susunan formulir

dokumen rekam medis.

1) Uraian Tugas :

a) Menerima pengembalian rekam medis dari rawat inap.

b) Melakuakan kroscek antara berkas rekam medis yang

dikembalikan dengan catatan yang ada di buku

pengembalian.

c) Apabila sudah cocok maka akan di tandatangani, apabila

tidak cocok tidak boleh di tandatangani.

d) Berkas rekam medis yang dikembalikan ke urusan rekam

medis adalah yang sudah lengkap.

e) Bila tidak ada ketidaklengkapan, tulus ketidaklengkapan di

secarik kertas yang di tempel pada sampul depan berkas

rekam medis, kemudian kembalikan ke unit pelayanan yang

bersangkutan untuk di lengkapi oleh petugas yang

bertanggung jawab.

f) Jika sudah lengkap maka dilakukan penataan berkas rekam

medis sesuai dengan yang ada.

g) Berkas rekam medis yang sampulnya rusak atau

lembarannya lepas, harus segera di perbaiki untuk

mencagah rusak atau hilangnya lembaran-lembaran yang

diperlukan.
49

h) Berkas yang telah selesai ditata sesuai dengan pedoman

yang ada di RSUD Brebes kemudian diserahkan ke bagian

koding dan indeksing.

2) Tanggung Jawab :

a) Kelancaran dan ketepatan waktu penyelenggaraan rekam

medis.

b) Ketepatan dan kebenaran assembling dokumen rekam

medis.

c) Kelancaran penyelenggaraan rekam medis.

d) Kebenaran laporan penyelenggaraan rekam medis.

e. Bagian Koding dan Indeksing

Bertanggungjawab pada penentuan koding dan indeksing

diagnosa dan tindakan dalam dokumen rekam medis.

1) Uraian Tugas :

a) Menerima berkas rekam medis dari bagian bangsal

b) Melakukan pengkodean diagnosis pasien dan tindakan

sesuai dengan ICD-10 dan ICD-9.

c) Setelah itu dimasukan ke indeks.

d) Membuat indeks penyakit, indeks kematian, dan indeks

tindakan.

e) Melakukan perekapan terhadap indeks penyakit, kematian

dan tindakan medis.

f) Menyerahkan berkas rekam medis ke bagian pelaporan.

2) Tanggung Jawab :
50

a) Kelancaran dan ketepatan waktu penyelenggaraan rekam

medis.

b) Ketepatan dan kebenaran koding indeksing.

c) Kelancaran penyelenggaraan rekam medis.

d) Kebenaran laporan penyelenggaraan rekam medis.

f. Bagian Filing

Bertanggungjawabdalam pengelolaan dokumen rekam medis

(penyediaan, pengiriman, penyimpanan, pemisahan dan

pemusnahan).

1) Uraian Tugas :

a) Menerima berkas rekam medis yang sudah lengkap dari

bagian pelaporan.

b) Melakukan cross check antara sensus harian dengan jumlah

berkas rekam medis yang dikembalikan.

c) Menyortir menurut kelompok nomor.

d) Menyimpan berkas rekam medis menurut angka terakhir

(Terminal Digit Filling).

e) Mencatat tanggal, nomor rekem medis, unit peminjam dan

nama peminjam ke buku peminjam jika ad peminjaman

berkas rekam medis.

2) Tanggung Jawab :

a) Kelancaran dan ketepatan waktu penyelenggaraan rekam

medis.

b) Ketepatan dan kebenaran pendistribusian dokumen rekam

medis.
51

c) Kelancaran penyelenggaraan rekam medis.

d) Kebenaran laporan penyelenggaraan rekam medis.

g. Bagian Pelaporan

Bertanggung jawab dalam pengolahan data dan pelaporan

hasil kegiatan pelayanan medis khususnya data yang berkaitan

dengan rekam medis.

1) Uraian Tugas :

a) Menerima dan melakukan rekapitulasi sensus harian.

b) Mengumpulkan data kegiatan dari semua unit pelayanan.

c) Menerima rekapan indeks penyakit, kematian dan tindakan

baik dari pasien rawat jalan maupun rawat inap.

d) Menyusunlaporan internal yang meliputi : jumlah pasien

masuk, pasien keluar, pasien mati <48 jam, pasien mati >48

jam, jumlah hari rawat, kegiatan persalinan, kegiatan

pembedahan, kegiatan rawat jalan, BOR, LOS, TOI, BTO,

NDR ,dan GDR.

e) Menyusun laporan eksternal SIM RS online.

f) Menyusun laporan 10 besar penyakit.

g) Mengirimkan pelaporan SIM RS online.

h) Membuat Grafk Barber Jhonson

2) Tanggung Jawab :

a) Kelancaran dan ketepatan waktu penyelenggaraan rekam

medis.

b) Ketepatan dan kebenaran pelaporan rekam medis.

c) Kelancaran penyelenggaraan rekam medis.


52

d) Kebenaran laporan penyelenggaraan rekam medis

C. Hasil Penelitian

5. Karakteristik Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten

Brebes

Dari hasil penelitian karakteristik petugas rekam medis di URM

RSUD Kabupaten Brebes dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil kuisioner karakteristik petugas rekam medis di RSUD

Kabupaten Brebes 2016

No Karakteristik Petugas RM Jumlah (%)

1 Umur
20-30 tahun 3 25%
31-40 tahun 4 33,3%
41-50 tahun 3 25%
51-60 2 16,7%
2 Pendidikan terakhir
SMA 1 8,3%
D3 RMIK 6 50%
D3 non kesehatan 1 8,3%
S1 Kesehatan 2 16,7%
S1 non Kesehatan 2 16,7%
3 Lama kerja
< 1 tahun 2 16,7%
< 5 tahun 3 25%
< 10 tahun 4 33,3%
> 10 tahun 3 25%
4 Jenis kelamin
Laki-laki 6 50%
Perempuan 6 50%
5 Pelatihan koding
Ya 3 25%
Tidak 9 75%
Sumber : data primer

Berdasarkan tabel diatas bahwa karakteristik petugas rekam

medis sebagian besar berusia 31-40 tahun dengan prosentase 33,3%.

Sebagian petugas rekam medis berpendidikan D3 RMIK dengan

prosentase 50%. Berdasarkan pengalaman kerja petugas rekam medis


53

rata-rata telah bekerja selama <10 tahun dengan prosentase 33,3%.

Jenis kelamin petugas rekam medis 50% laki-laki dan 50% perempuan.

Berdasarkan pernah mengikuti latihan koding sebagian besar belum

pernah mengikuti latihan koding dengan prosentase 75%.

6. Pengetahuan Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten

BrebesTentang Kode External Cause

Berdasarkan hasil dari kuisioner yang diberikan kepada petugas

URM, didapatkan responden yang semula ditargetkan 12 petugas

menjadi 8 petugas yang mengisi kuisioner dikarenakan kesibukan dan

petugas tidak bersedia untuk mengisi kuisioner.

Pengetahuan petugas dikatakan baik apabila skor yang diperoleh

petugas petugas ≥ rata-rata skor. Rata-rata skor didapatkan dari :

Hasil kuisioner tentang pengetahuan petugas rekam medis

tentang kode external cause dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Hasil Observasi Skor Pengetahuan Petugas Rekam Medis Tentang Kode External Cause

Latar Skor Tingkatan Pengetahuan


Pelatihan
Responden Belakang Know Comprehension Application Analysis Evaluation Total Kategori
Koding
Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Petugas 1 Tidak RMIK 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 7 Baik
Petugas 2 Tidak RMIK 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 5 Kurang Baik
Petugas 3 Tidak RMIK 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 Baik
Petugas 4 Tidak RMIK 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 5 Kurang Baik
Petugas 5 Tidak S1 Non Kes 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 4 Kurang Baik
Petugas 6 Ya S1 Skep 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 9 Baik
Petugas 7 Tidak RMIK 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 8 Baik
Petugas 8 Ya RMIK 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 Baik
Jumlah 3 8 6 5 3 8 7 8 1 1 4 2
Jumlah Skor Tingkatan 22 11 17 4 2 Rata-Rata = 7
Prosentase benar (%) 61,1% 68,8% 47,2% 50% 25%
Tabel 4.3 Tabel Hasil Kuisioner Pengetahuan Petugas Rekam Medis di URM

RSUD Kabupaten Brebes tentang Kode External Cause

Menjawab Menjawab Total


No Pertanyaan
Benar salah benar
Know ( Tahu )
1 Apakah kepanjangan dari ICD-10 ? 2 (25%) 6 (75%)
2 Pencarian kode dilakukan dengan 8 (100%) 0 (0%)
menentukan leadterm pada diagnosa,
pencarian leadterm dilakukan dengan ?
3 Untuk cross check kebenaran kode dan 7 (87,5%) 1 (12,5%)
mendapatkan karakter kode lainnya ataupun
61,1%
kode tambahaan pada kasus-kasus penyakit
yang butuh kode tambahan sebagai
pelengkap kode utama, maka kode tersebut
dicari pada ?
4 Apa yang dimaksud dengan kode external 5 (62,5%) 3 (37,5%)
cause ?
Comprehention ( Memahami )
5 Untuk memperoleh kode external cause 3 (37,5%) 5 (62,5%)
yang tepat maka diperlukan informasi
external cause yang lengkap dan akurat
karena ? 68,8%
6 Bagaimana cara memperoleh informasi 8 (87,5%) 1 (12,5%)
external cause sebelum menentukan kode
external cause?
Applications ( Aplikasi )
7 Dalam menentukan kode external cause 7 (87,5%) 1 (12,5%)
karakter apa saja yang harus di temukan ?
8 Untuk melakukan kode external cause 8 (100%) 0 (0%)
dimana sub kategori untuk kode external
cause ?
9 Pada ICD-10 Volume 3 (Alphabetic Index), 1 (12,5%) 7 (87,5%)
47,2%
index untuk menentukan kode external
cause diagnose cedera terdapat pada?
10 Pada ICD-10 Volume 3 (Alphabetic Index), 1 (12,5%) 7 (87,5%)
index untuk menentukan kode external
cause diagnosa keracunan obat atau zat
kimia terdapat pada?
Analysis ( Analisis )
11 Selain cedera akibat kecelakaan karena 4 (50%) 4 (50%) 50%
kendaraan dan lalu lintas, terjatuh, terpukul,
dan keracunan baik yang tidak disengaja
ataupun disengaja saat melakukan aktivitas
juga termasuk dalam kasus yang
membutuhkan kode external cause ?
Evaluation ( Evaluasi )
12 Jika terdapat informasi external cause yang 2 (25%) 6 (75%) 25%
tidak spesifik menjelaskan tentang
56

bagaimana, lokasi, dan aktivitas penyebab


cedera, maka yang dilakukan pada
pemberian kode external cause adalah ?
Sumber : data primer

Berdasarkan tabel hasil kuisioner skor pengetahuan petugas

rekam medis tentang kode external cause, didapatkan rata-rata skor 7,

skor tertinggi 10 dan skor terendah 4. Sehingga kategori untuk petugas

dengan pengetahuan baik bila skor ≥ 7 didapatkan sebanyak 62,5% , dan

katergori petugas dengan pengetahuan yang masih kurang bila skor <7

yaitu 37,5%.

Berdasarkan tingkatan pengetahuan, petugas dapat menjawab

benar pada tingkatan know (tahu) sebanyak 61,1%, Pada tingkatan

comprehention (memahami) sebanyak 68,8%, Pada tingkatan

applications (aplikasi) sebanyak 47,2%, Pada tingkatan analysis (analisis)

sebanyak 50%, dan tingkatan evaluation (evaluasi) sebanyak 25%.


57

7. Sikap Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes dalam

Pengisian Kode External Cause

Tabel 4.4 Tabel hasil skor sikap petugas rekam medis di URM RSUD

Kabupaten Brebes dalam pengisian kode external cause

Pernyataan tentang Sikap Petugas dalam Mengisi Kode External Cause


responden total Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
kurang
petugas 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 5
baik
kurang
petugas 2 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4
baik
petugas 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 9 Baik
kurang
petugas 4 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4
baik
kurang
petugas 5 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5
baik
petugas 6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Baik
petugas 7 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 Baik
petugas 8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 8 Baik
Total 8 3 6 3 7 8 2 2 4 6 4
prosentase rata-rata = 7
100 37,5 75 37,5 87,5 100 25 25 50 75 50
(%)
58

Tabel 4.5 Tabel hasil kuisioner sikap petugas rekam medis di URM RSUD

Kabupaten Brebes dalam pengisian kode external cause

Ragu- Tidak
Setuju
No Pernyataan ragu setuju
(%)
1 Apabila ditemukan kasus kecelakaan maka harus 8 0% 0%
disertai kode external cause (100%)
2 Memberikan kode external cause pada kasus selain 3 1 4
kecelakaan lalu lintas lainnya seperti keracunan, (37,5%) (12,5%) (50%)
terjatuh, terpukul, terbakar, tertimpa, ataupun
tertembak
3 Dalam menentukan kode external cause setelah 6 1 1
membaca diagnosa maka kita melihat anamnesa (75%) (12,5%) (12,5%)
pasien saat masuk ke UGD untuk mendapatkan
informasi external cause
4 Jika terdapat diagnosa cedera atau keracunan tetapi 3 3 2
informasi external cause tidak lengkap, kode exteral (37,5%) (37,5%) (25%)
cause tetap harus dikode dengan melihat ICD-10
volume 1
5 Kode external cause yang tepat,harus dilengkapi 7 0% 1
dengan kode yang menerangkan lokasi kecelakaan. (87,5%) (12,5%)
6 Kode external cause yang tepat,harus dilengkapi 8 0% 0%
dengan kode yang menerangkan kegiatan atau (100%)
aktivitas yang dilakukan saat kecelakaan
7 Jika informasi external cause tidak lengkap atau 2 5 1
tidak jelas, petugas mengkonfirmasikan kepada (25%) (62,5%) (12,5%)
dokter atau pasien
8 Jika informasi external cause tetap tidak bisa di 2 5 1
tegakkan maka kode external cause diberikan kode (25%) (62,5%) (12,5%)
.99 pada karakter keempat dan kelima berupa
unspecified place, dan unspecified activity
9 Berdasarkan kaidah ICD-10 kode external cause 4 2 2
harus dicantumkan pada kasus kecelakan baik (50%) (25%) (25%)
transportasi ataupun non transportasi.
10 Kelengkapan pemberian kode external cause 6 1 1
berpengaruh terhadap kegiatan dan pelaporan (75%) (12,5%) (12,5%)
pelayanan RS
11 Kelengkapan dan ketepatan kode external cause 4 1 3
berpengaruh terhadap kegiatan klaim asuransi (50%) (12,5%) (37,5%)
Total 60,2 % 21,6% 18,2%
Sumber : data primer
59

Berdasarkan tabel skor hasil kuisioner petugas rekam medis

tentang pengisian kode external cause didapatkan rata-rata skor 7, skor

tertinggi 10, dan skor terendah 4. Sehingga petugas dengan kategori

memiliki sikap baik bila skor ≥ 7 sebanyak 50% dan petugas dengan

kategosi sikap yang belum menerima bila skor < 7 sebanyak 50%.

Berdasarkan hasil kuisioner didapat 60,2% petugas menyatakan

setuju terhadap pernyataan external cause, 21,6% ragu terhadap

pernyataan external cause, dan 18,2% tidak setuju terhadap pernyataan

external cause.

8. Tata Cara Penentukan Kode External Cause Yang Dilakukan Petugas

Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes

Tabel 4.6 Tabel skor observasi langkah-langkah kode external cause

yang dilakukan petugas rekam medis di URM RSUD Kabupaten Brebes

Langkah-langkah Penentuan Kode External


Responden Cause Total Kategori
1 2 3 4 5 6 7
Petugas 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang Baik
Petugas 2 1 0 1 1 0 0 0 3 Baik
Petugas 3 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
Petugas 4 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang Baik
Petugas 5 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang Baik
Petugas 6 1 1 1 0 0 0 0 3 Baik
Petugas 7 1 0 1 1 1 1 1 6 Baik
Petugas 8 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang Baik
Jumlah 4 2 4 3 2 2 2
Prosentase rata-rata = 2
50 25 50 37,5 25 25 25
benar(%)

/2
60

Tabel 4.7 Tabel hasil observasi langkah-langkah kode external cause

yang dilakukan petugas rekam medis di URM RSUD Kabupaten Brebes

Tindakan
Dilakukan Tidak
No Langkah-langkah
dilakukan
(%)
1 Menentukan external cause 4 (50%) 4(50%)
2 Menentukan leadterm 2 (25%) 6 (75%)
3 Jika external cause merupakan kecelakaan transportasi 4 (50%) 4(50%)
maka buka ICD-10 volume 3 pada section II ( external
causes of injur ) lihat Table of land transport accident.
4 Jika cedera akibat bukan kecelakaan, maka dicari tahu 3 (37,5%) 5 (62,5%)
dulu apakah hal tersebut terjadi karena disengaja atau
tidak buka ICD-10 volume 3 pada section II dengan
leadterm sesuai penyebab terjadinya cedera.
5 Jika kasus keracunan maka buka ICD-10 volume 3 pada 3 (37,5%) 5 (62,5%)
section III Table of Drugs and Chemical dengan melihat
nama zatnya dan melihat keracunan disebabkan oleh apa
6 Pastikan kode pada buku ICD-10 Volume I (Tabular List) 2 (25%) 6 (75%)
untuk menentukan karakter keempat yaitu tempat
terjadinya peristiwa kecelakaan.
7 menentukan karakter kelima dari kode external cause 2 (25%) 6 (75%)
yaitu kegiatan korban saat terjadinya peristiwa
kecelakaan.
Total 35,71% 64,29%

Berdasarkan tabel skor hasil observasi langkah-langkah menentukan

kode external cause pada petugas rekam medis didapatkan rata-rata skor 2, skor

tertinggi 7, dan terendah 0. Sehingga petugas dengan kategori dapat melakukan

pengkodean baik bila skor ≥ 2 sebanyak 50% dan petugas dengan kategosi

belum melakukan pengkodean dengan baik bila skor < 2 sebanyak 50%.

Prosentase petugas melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan kaidah

ICD-10 sebanyak 33,71%.


61

Tabel 4.8 Sample koding external cause

Kode EC Kode EC
No No RM Anamnesa
RS Mhs
1 01-95-xx Pasien datang dengan keluhan ±5hari yll pasien jatuh Tidak W14.03
dari pohon, diurut tapi tidak ada perubahan, malah diisi
tambah bengkak
2 02-96-xx pasien datang ke UGD dengan keluhan KLL, V22.44 V22.44
kecelakaan tunggal saat perjalanan naik sepeda motor,
luka robek di bibir atas, gigi patah dan terasa goyang,
luka robek di dagu, memar di dahi, lecet pada
pinggang, dan tangan
3 05-96-xx pasien datang dengan keluhan post KLL keserempet Tidak V29. 6
motor, luka benjol dan robek pada kepala ±3cm, mual diisi
(+), pusing (+).
4 05-94-xx Pasien datang post KLL motor dengan mobil, pasien Tidak V23.44
mengeluh pusing, terasa pegal di muka, saat kejadian diisi
pingsan dan sadar di RS
5 05-97-xx pasien datang dengan keluhan post ditubruk gas Tidak W22.99
diisi
6 01-94-xx pasien datang dengan keluhan dada kiri terbentur alat Tidak W22.99
berat ±2jam yll, nyeri dada dan lengan kiri atas, sesak diisi
nafas(+)
7 02-98-xx datang dengan keluhan luka terbuka pada telunjuk kaki, Tidak W19.30
ada tulang menonjol yang keluar diantara luka, jatuh diisi
saat main bola
8 03-26-xx pasien datang post KLL motor dengan motor, luka V29.64 V29.64
terbuka pada betis kiri, tampak tulang diluka
9 05-79-xx pasien KLL ditabrak motor, pusing(+), mual(-), nyeri Tidak V29.64
kepala diisi
10 06-37-xx pasien datang ke UGD post KLL ditabrak motor dari V29. 64 V29. 64
belakang, lutut robek, datang pingsan
BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten

Brebes

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Demikian juga

dengan umur pegawai dalam melakukan kegiatan pelayanan. Maka tua

umur seseorang makin konstruktif dalam mengatasi masalah dalam

pekerjaan, dan makin terampil dalam memberikan pelayanan[11].

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa karakteristik petugas rekam medis

sebagian besar berusia 31-40 tahun dengan prosentase 33,3%, dimana

umur tersebut berada pada usia produktif untuk menghasilkan kinerja

yang baik dengan latar belakang pendidikan petugas yang berpendidikan

D3 RMIK dengan prosentase 50% dimana makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin meningkat

pula kinerjanya[11].

. Berdasarkan pengalaman kerja petugas rekam medis rata-rata

telah bekerja selama <10 tahun dengan prosentase 33,3%, hal tersebut

dapat meningkatkan kinerja yang baik karena semakin lama seseorang

bekerja semakin baik pula dalam memberikan pelayanan[11]. Akan tetapi

pengalaman kerja tersebut belum sebanding dengan keikutsertaan

petugas dalam pelatihan koding dengan prosentase 75%, hal tersebut

tehtu saja dapat memberikan pengaruh dalam pengetahuan petugas

tentang koding salah satunya koding external cause.

62
63

B. Pengetahuan Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten

Brebes Tentang Kode External Cause

Berdasarkan tabel 4.2 hasil kuisioner pengetahuan petugas rekam

medis tentang kode external cause, diketahui :

1. Know (tahu)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima[9].

Dari hasil kuisioner 8 petugas rekam medis yang dapat

menjawab benar apa itu ICD-10, guna ICD-10 volume 1 dan 3, serta

apa yang dimaksud kode external cause sebanyak 61,1%. Hal tersebut

dapat dikatakan pengetahuan petugas pada tingkatan know (tahu)

masih kurang. Pengetahuan petugas yang masih kurang dalam hal

pengertian ICD-10, hanya 37,5% petugas saja yang menjawab benar.

Rata-rata lama kerja petugas yaitu <10 tahun membuat

petugas sudah lupa arti atau pengertian dari pertanyan tersebut.

Ditambah tidak semua petugas mendapatkan bagian di koding, belum

dilakukan oleh sebagian petugas, dan adanya ICD elektronik yang

membuat petugas jarang membuka ICD.

2. Comprehention (memahami)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar[9].


64

Pada tingkatan comprehention (memahami) petugas

menjawab benar bagaimana mendapatkan informasi external cause

dan paham apa guna dari informasi external cause yang lengkap

sebanyak 68,8%. Hal tersebut dapat dikatakan pengetahuan petugas

pada tingkatan comprehention (memahami) masih kurang.

Pengetahuan petugas yang masih kurang dalam hal

memahami apa saja guna dari informasi external cause, hanya

37,5% petugas saja yang dapat menjawab benar.

Oleh karena pada tingkatan pengetahuan yang pertama

banyak petugas yang belum menjawab benar, didapatkan pada

tingkatan selanjutnya sebagian besar belum menjawab benar, karena

tingkatan tahu saja masih kurang.

Sama halnya dengan rata-rata lama kerja petugas,

pengalaman pelatihan koding yang belum dilakukan oleh sebagian

petugas dengan prosentase 75% membuat petugas tidak begitu

memahami apa itu kode external cause. Sebagian besar pertugas

yang menjawab salah adalah mereka yang belum perna mengikuti

pelatihan koding dan bukan dari latar belakang pendidikan D3 atau

S1 RMIK.

3. Applications (aplikasi)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya[9].

Pada tingkatan applications (aplikasi) petugas menjawab

benar bagaimana menentukankan kode external cause sebanyak


65

47,2%. Hal tersebut dapat dikatakan pengetahuan petugas pada

tingkatan applications (aplikasi) masih kurang.

Pengetahuan petugas yang masih kurang dalam hal

menggunakan tabel external cause pada section II dan III, hanya

12,5% petugas saja yang dapat menjawab benar.

Oleh karena pada tingkatan pengetahuan yang pertama

banyak petugas yang belum menjawab benar pengertian ICD-10 dan

memahami guna dari informasi external cause, didapatkan pada

tingkatan selanjutnya sebagian besar belum menjawab benar, karena

tingkatan tahu dan memahami saja masih kurang.

Karena pada prakteknya rata-rata petugas tidak membuka

ICD-10 volume 1 ataupun 3, tetapi langsung pada ICD elektronik

ataupun buku kode instan, sehingga petugas tidak mengetahui

bagian-bagian yang ada di dalam ICD-10.

Pada langkah-langkah penentuan kode external cause,

sebagian petugas melewatkan penggunaan ICD-10 karena

menggunakan ICD elektronik, akibatnya petugas tidak mengingat isi

yang ada di dalam ICD-10.

Sebagian besar pertugas yang menjawab salah adalah

mereka yang belum pernah mengikuti pelatihan koding dan bukan

dari latar belakang pendidikan D3 atau S1 RMIK.


66

4. Analysis (analisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan ada kaitannya satu sama lain[9].

Pada tingkatan analysis (analisis) petugas menjawab benar

kasus apa saja yang harus diberikan kode external cause sebanyak

50%. Hal tersebut dapat dikatakan pengetahuan petugas pada

tingkatan analysis (analisis) masih kurang.

Pengetahuan petugas yang masih kurang dalam hal

menganalisis jenis kasus apa saja yang termasuk external cause,

sebagian petugas hanya mengetahui kode external cause hanya

untuk kasus kecelakaan saja, petugas yang mampu menjawab benar

hanya 50% petugas.

Karena belum memahami apa guna external cause akibatnya

pada penentuan kasus apa saja yang memerlukan kode extenal

cause masih banyak petugas yang belum mempu menjawab benar,

hanya 25% petugas yang menjawab benar. Petugas tersebut

merupakan petugas yang telah mengikuti pelatihan koding.

Dengan latar belakang pendidikan D3 atau S1 rekam medis,

tanpa pengalaman pelatihan koding yang belum dilakukan oleh

sebagian petugas dan hanya tahu kode external cause untuk kasus

kecelakaan saja membuat petugas beranggapan kasus seperti


67

terjatuh, terpukul, keracunan, tersengat listrik, dan kasus lain yang

menyebabkan cedera bukan kode external cause.

5. Evaluation (evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek[9].

Pada tingkatan evaluation (evaluasi) petugas menjawab benar

dalam menentukan kode external cause apabila informasi yang ada

pada anamnesa tidak lengkap sebanyak 25%. Hal tersebut dapat

dikatakan pengetahuan petugas pada tingkatan evaluation (evaluasi)

masih kurang.

Pengetahuan petugas yang masih kurang dalam hal

menentukan kode akhir jika informasi external cause tidak lengkap.

Sebagian besar menjawab kode dikosongkan apabila tidak ada

informasi yang lengkap. Pada prakteknya didapatkan 70% sample

kasus cedera kode external cause tidak diisi.

Karena belum memahami apa guna external cause dan

karakter apa saja yang harus ada dalam kode external cause

akibatnya pada penentuan kode akhir extenal cause masih banyak

petugas yang belum mempu menjawab benar, hanya 25% petugas

yang menjawab benar. Petugas tersebut merupakan petugas yang

telah mengikuti pelatihan koding.

C. Sikap Petugas Rekam Medis dalam Pengisian Kode External Cause

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan


68

suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu prilaku[10].

Berdasarkan tabel 4.5 hasil kuisioner petugas rekam medis

tentang pengisian kode external cause didapatkan hasil 60,2% petugas

menyatakan setuju terhadap pernyataan external cause, 21,6% ragu

terhadap pernyataan external cause, dan 18,2% tidak setuju terhadap

pernyataan external cause.

Sikap petugas masih kurang baik dalam hal pemberian kode

external cause hanya 37,5% petugas yang menjawab setuju bahwa kode

external cause harus diberikan pada kasus cedera non kecelakaan,

keracunan, terpukul, terbakar, tertimpa, atau tertembak.

Sikap petugas dalam penggunaan ICD-10 dalam menentukan

kode external cause belum dilakukan dengan baik karena tersedianya

fasilitas ICD elektronik, sehingga penggunaan ICD-10 jarang digunakan.

Hanya 37,5% petugas yang menyatakan setuju menggunakan ICD-10 jika

kesulitan menentukan kode di ICD elektronik.

Dalam hal penentuan kode akhir jika informasi external cause

tidak lengkap hanya 25% petugas yang setuju membeikan kode .99.

karena belum mengetahui karakter apa saja yang harus dicantumkan di

kode external cause, membuat petugas tidak mengisi atau mengisi

seadanya kode external cause tersebut.

Walaupun 75% petugas menyatakan setuju dalam pemberian

kode external cause mempengaruhi pelaporan RS, tetapi masih terdapat

25% petugas yang tidak mengisikan kode external cause.


69

Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting[10]. Pengetahuan

petugas tentang kode external cause, pengalaman pelatihan koding yang

kurang, dan tidak dipergunakannya ICD-10 manual, memberikan

pengaruh kepada petugas dalam menentukan kode external cause yang

sesuai kaidah ICD-10. Hal tersebut membuat sikap petugas belum

menerima atau merespon kode external cause sesuai kaidah ICD-10.

D. Tata Cara Penentukan Kode External Cause Yang Dilakukan Petugas

Rekam Medis

Berdasarkan tabel 4.7 hasil observasi langkah-langkah

menentukan kode external cause pada petugas rekam medis didapatkan

petugas melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan kaidah ICD-10

sebanyak 35,71%. Dimana rata-rata petugas melewatkan bagian section

atau index II untuk mencari lead term penyebab cedera bukan kecelakaan

lalu lintas, bagian bagian section atau index III untuk keracunan, dan

cross check ICD-10 volume 3 untuk menentukan karakter keempat dan

kelima.

Pada prakteknya petugas tidak membuka ICD-10, hanya

dilakukan sesekali oleh petugas koding BPJS untuk memastikan kembali

kebenaran kode. Rumah sakit memiliki fasilitas ICD-10 dan ICD-9CM

elektronik yang bisa dikatakan penggunaannya lebih mudah.

Akan tetapi pada pengamatan proses pengkodean yang dilakukan

petugas, ICD elektronik belum memberikan kode lengkap pada kode

khusus external cause, pada kode ICD elektronik hanya menyajikan kode
70

external cause sampai karakter keempat dan petugas tidak mengetahui

jika masih ada karakter kelimanya. Penggunaan buku kode ICD instan

juga dijadikan pedoman untuk menentukan kode external cause.

Hal tersebutlah yang menjadikan petugas jarang membuka ICD-

10 dan tidak mengetahui karakter-karakter apa saja yang harus diberikan

pada kode external cause, petugas hanya berpatokan pada ICD

elektronik dan buku kode instan saja. Penggunaan ICD-10 manual masih

dipergunakan di koding BPJS walaupun hanya sesekali saja.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan proses analisa data terhadap faktor yang

mempengaruhi kelengkapan kode external cause, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Karakteristik Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes

Karakteristik petugas rekam medis sebagian besar berusia 31-40 tahun

dengan prosentase 33,3%, pengalaman kerja petugas rekam medis rata-

rata telah bekerja selama <10 tahun dengan prosentase 33,3%, dan

keikutsertaan petugas dalam pelatihan koding dengan prosentase 75%,

hal tersebut dapat memberikan pengaruh dalam pengetahuan petugas

tentang koding salah satunya koding external cause.

2. Pengetahuan Petugas Rekam Medis di URM RSUD Kabupaten Brebes

Tentang Kode External Cause

Dari hasil kuisioner 8 petugas rekam medis pada tingkatan know ( tahu)

yang dapat menjawab benar apa itu ICD-10, guna ICD-10 volume 1 dan

3, serta apa yang dimaksud kode external cause sebanyak 61,1%

Pada tingkatan comprehention (memahami) petugas menjawab benar

bagaimana mendapatkan informasi external cause dan paham apa guna

dari informasi external cause yang lengkap sebanyak 68,8%.

Pada tingkatan applications (aplikasi) petugas menjawab benar

bagaimana menentukankan kode external cause sebanyak 47,2%.

Pada tingkatan analysis (analisis) petugas menjawab benar kasus apa

saja yang harus diberikan kode external cause sebanyak 50%.

71
Pada tingkatan evaluation (evaluasi) petugas menjawab benar dalam

menentukan kode external cause apabila informasi yang ada pada

anamnesa tidak lengkap sebanyak 25%

3. Sikap Petugas Rekam Medis dalam Pengisian Kode External Cause

Sikap petugas rekam medis tentang pengisian kode external cause

didapatkan hasil 60,2% petugas menyatakan setuju terhadap pernyataan

external cause, 21,6% ragu terhadap pernyataan external cause, dan

18,2% tidak setuju terhadap pernyataan external cause.

4. Tata Cara Penentukan Kode External Cause Yang Dilakukan Petugas

Rekam Medis

Langkah-langkah menentukan kode external cause oleh petugas rekam

medis didapatkan petugas melakukan langkah-langkah yang sesuai

dengan kaidah ICD-10 sebanyak 35,71%. Dimana rata-rata petugas

melewatkan bagian section atau index II untuk mencari lead term

penyebab cedera bukan kecelakaan lalu lintas, bagian bagian section

atau index III untuk keracunan, dan cross check ICD-10 volume 3 untuk

menentukan karakter keempat dan kelima karena menggunakan ICD-10

dan ICD-9CM elektronik yang bisa dikatakan penggunaannya lebih

mudah, dan buku kode ICD instan.

B. Saran

1. Memberikan pelatihan koding pada seluruh petugas rekam medis dalam

menentukan kode tentang Extrenal cause dan tata cara menentukan kode

external cause sesuai ICD-10.

2. Perlu adanya SOP yang dapat memberikan prosedur dalam penentuan

kode sesuai kaidah ICD-10 walaupun petugas sudah hafal tentang kode,
adanya ICD elektronik, dan buku kode instan dan mensosialisakan SOP

tersebut.

3. Membenahi kembali ICD elektronik agar isi kodenya lengkap sesuai ICD-

10.
Daftar Pustaka

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

377/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profresi Rekam Medis.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

3. Yuliana, Rina. Hosizah. Irmawan. Maret 2014. Jurnal Manajemen Informasi

Kesehatan Indonesia, Issn:2337-585x, Vol.2, No.1. Tinjauan Kodefikasi

Untuk Kasus Cedera Pada Rekam Medis Rawat Inap Spesialis Bedah

Ortopedi Di Rskb Banjarmasin Siaga Tahun 2013.

http://jmiki.aptirmik.or.id/index.php/jmiki/article/download/36/22.html diakses

14/3/2016

4. Mahardika Loka, Carlina. Indradi S, Rano. Arief Tq, M. Maret 2013. Jurnal

Rekam Medis, Issn 1979-9551, Vol.Vii. No.1, Maret 2013, Hal 21-29.

Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis Dan External Cause pada Kasus

Kecelakaan Lalu Lintas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Dr. Moerwardi

Periode Tahun 2012.

http://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/rm/article/viewfile/275/249 diakses

14/3/2016

5. Sartianingrum, MV. Mei 2014. Artikel Publikasi Ilmiah. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kelengkapan Informasi External Causes Pasien

Instalasi Gawat Darurat Kasus Kecelakaan Di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr.

R. Soeharso Surakarta

http://eprints.ums.ac.id/30512/1/02._naskah_publikasi.pdf diakses 14/3/2016


6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

269/MENKES/PER/III/2006 tentang Rekam Medis

7. Yuliani, Novita. Februari 2010. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika

Kesehatan Infokes, Vol. 1 No. 1 Februari 2010 Issn : 2086 – 2628. Analisis

Keakuratan Kode Diagnosis Penyakit Commotio Cerebri Pasien Rawat Inap

Berdasarkan ICD-10 Rekam Medik Di Rumah Sakit Islam Klaten.

http://www.apikescm.ac.id/ejurnalinfokes/images/volume1/novita_vol1.pdf

diakses 14/3/2016

8. Departeman Kesehatan Republik Indonesia Dirjen Pelayanan Medis,

Pedoman Pengelolaan Rekam Medis di Indonesia Revisi I. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Dirjen Pelayanan Medis. Jakarta, 1997.

9. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta :

Renika Cipta, 2007.

10. Sarwono, S. Sosiologi Kesehatah. UGM. Yogyakarta, 1993.

11. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar).

Jakarta : Renika Cipta, 2003.

12. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Renika

Cipta, 2007.

13. Ifni, Khairunissa. 2011. Artikel Publikasi Ilmiah. Studi Kebijakan Penggunaan

Casemix Berbasis Kode ICD-10 pada pasien Jamkesmas di RSUD dr.

Rasidin Kota Padang Tahun 2010.

http://repository.unand.ac.id/17494/skripsikhairunissa.pdf diakses 15/3/2016


14. Retno Vika Dewi Ayu. 2012. Tinjauan Penulisan Diagnosis Utama dan

Ketepatan Kode ICD-10 pada Pasien Umum di RSUD Kota Semarang

Triwulan I Tahun 2012.

15. Ayu Dwi L. 2014. Analisa Tingkat Pengetahuan Petugas Paramedis dan Non

Paramedis Tentang Pengkodean Penyakit di Puskesmas Mijen Kota

Semarang.

16. Departeman Kesehatan Republik Indonesia. Tim National Koding INA-CBGs.

BPPSDMK. Jakarta

http://bppsdmk.depkes.go.id/ckfinder/userfiles/files/KODING%20INA%20CBG

.pdf diakses 20/4/2016


LAMPIRAN
Pedoman Observasi

1. Mencari sempel DRM RI kasus cedera, keracunan, dan kecelakaan

kemudian dianalisis informasi external cause pada lembar anamnesa untuk

didapatkan kode yang lengkap sampai karakter kelima meliputi :

a. karakter ketiga yang menunjukkan bagaimana kecelakaan terjadi,.

b. karakter keempat yang menunjukkan lokasi terjadinya kecelakaan.

c. karakter kelima yang menunjukkan aktivitas pasien saat terjadinya

kecelakaan.

2. Cross check keakuratan dan kelengkapan kode external cause berdasarkan

ICD-10

3. Mengamati petugas rekam medis dan cara menganalisa informasi external

cause dan langkah-langkah menentukan kodenya.

4. Mengidentifikasi karakteristik petugas rekam medis yang ada di URM.

5. Mengumpulkan data kuisioner terkait terkait pengetahuan, sikap serta

mendeskripsikan karakteristik petugas rekam medis tentang informasi

external cause dan pentingnya memberikan kode external cause dengan

lengkap.

6. Mendeskripsikan karakteristik, tingkat pengetahuan, dan sikap petugas

rekam medis tentang informasi external cause dan pentingnya memberikan

kode external cause dengan lengkap.


KUISIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS REKAM
MEDIS TENTANG KELENGKAPAN KODE EXTERNAL CAUSE
RSUD KABUPATEN BREBES TAHUN 2016
Identitas petugas
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
Lama kerja di URM :
Pengalaman Pelatihan : 1.
2.

Pertanyaan tentang pengetahuan petugas terhadap kode external cause


Know ( Tahu )
1. Apakah kepanjangan dari ICD-10 ?
a. (International Classification Statistical of Diseases and Related Health
Problems Tenth Revision)
b. (Indonesia Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems Tenth Revision)
c. (International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems Tenth Revision)
2. Pencarian kode dilakukan dengan menentukan leadterm pada diagnosa,
pencarian leadterm dilakukan dengan ?
a. ICD-10 volume 3
b. ICD-10 volume 1
c. ICD 9-CM
3. Untuk cross check kebenaran kode dan mendapatkan karakter kode lainnya
ataupun kode tambahaan pada kasus-kasus penyakit yang butuh kode
tambahan sebagai pelengkap kode utama, maka kode tersebut dicari pada ?
a. ICD-10 volume 1
b. ICD-10 volume 3
c. ICD 9-CM
4. Apa yang dimaksud dengan kode external cause ?
a. Kode yang mengklasifikasi penyebab luar terjadinya suatu penyakit baik
yang diakibatkan karena kasus kecelakaan, cedera, pendarahan,
keracunan, bencana alam, maupun penyebab lainnya.
b. Kode yang mengklasifikasi dari suatu penyebab terjadinya penyakit atau
cedera akibat kecelakaan.
c. Kode yang digunakan untuk menjelaskan penyebab terjadinya cedera
dari pesien kecelakaan.
Comprehentions ( Memahami )
5. Untuk memperoleh kode external cause yang tepat maka diperlukan
informasi external cause yang lengkap dan akurat karena ?
a. Informasi external cause digunakan sebagai dasar penentuan kode
cedera.
b. Informasi external cause digunakan untuk menemukan bagian awal dari
suatu gejala dimana dan aktivitas apa yang pasien lakukan saat terjadi
kecelakaan.
c. Informasi external cause mengambarkan kronologis kejadian kecelakaan.
6. Bagaimana cara memperoleh informasi external cause sebelum menentukan
kode external cause?
a. Melihat lembar anamnesa yang ditulis oleh dokter pada saat pasien
masuk ke UGD.
b. Melihat hasil pemeriksaan penunjang pasien.
c. Melihat kode diagnosis utama yang diberikan dokter.

Applications ( Aplikasi )
7. Dalam menentukan kode external cause karakter apa saja yang harus di
temukan ?
a. Bagaimana kecelakaan terjadi, lokasi kecelakaan, aktivitas yang
dilakukan saat kecelakaan terjadi.
b. Lokasi kecelakaan, aktivitas yang dilakukan saat kecelakaan terjadi.
c. Lokasi kecelakaan terjadi.
8. Untuk melakukan kode external cause dimana sub kategori untuk kode
external cause ?
a. V01-Y98
b. S01-S99
c. T01-T99
9. Pada ICD-10 Volume 3 (Alphabetical Index), index untuk menentukan kode
external cause terdapat pada?
a. Index bagian I
b. Index bagian II
c. Index bagian III
10. Pada ICD-10 Volume 3 (Alphabetical Index), index untuk menentukan kode
external cause diagnosa keracunan obat atau zat kimia terdapat pada?
d. Index bagian I
e. Index bagian II
f. Index bagian III

Analysis ( Analisis )
11. Selain cedera akibat kecelakaan karena kendaraan dan lalu lintas, terjatuh,
terpukul, dan keracunan baik yang tidak disengaja ataupun disengaja saat
melakukan aktivitas juga termasuk dalam kasus yang membutuhkan kode
external cause ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

Evaluations ( Evaluasi )
12. Jika terdapat informasi external cause yang tidak spesifik menjelaskan
tentang bagaimana, lokasi, dan aktifitas penyebab cedera, maka dilakukan
pada pemberian kode external cause adalah ?
a. Berhenti pada kode yang diketahui informasi external cause saja
b. Diberi poin 9 ( unspecified )
c. Dikosongkan
Pernyataan tentang sikap petugas terhadap kode external cause

*)beri tanda centang


No Pernyataan Setuju Ragu- Tidak Alasan
ragu setuju
1 Apabila ditemukan kasus
kecelakaan maka harus
disertai kode external cause
2 Memberikan kode external
cause pada kasus selain
kecelakaan lalu lintas lainnya
seperti keracunan, terjatuh,
terpukul, terbakar, tertimpa,
ataupun tertembak
3 Dalam menentukan kode
external cause setelah
membaca diagnosa maka kita
melihat anamnesa pasien saat
masuk ke UGD untuk
mendapatkan informasi
external cause
4 Jika terdapat diagnosis cedera
atau keracunan dan informasi
external cause tidak lengkap,
kode external cause harus
tetap dikode dengan melihat
ICD-10 volume 1
5 Kode external cause yang
tepat, harus dilengkapi dengan
kode yang menerangkan lokasi
kecelakaan
6 Kode external cause yang
tepat, harus dilengkapi dengan
kode yang menerangkan
kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan saat
kecelakaan
7 Jika informasi external cause
tidak lengkap atau tidak jelas,
petugas mengkonfirmasikan
kepada dokter atau pasien
8 Jika informasi external cause
tetap tidak bisa di tegakkan
maka kode external cause
diberikan kode .99 pada
karakter keempat dan kelima
berupa unspecified place, dan
unspecified activity
9 Berdasarkan kaidah ICD-10
kode external cause harus
dicantumkan pada kasus
kecelakan baik transportasi
ataupun non transportasi.
10 Kelengkapan pemberian kode
external cause berpengaruh
terhadap kegiatan dan
pelaporan pelayanan RS
11 Kelengkapan dan ketepatan
kode external cause
berpengaruh terhadap kegiatan
klaim asuransi
Lembar Observasi
Langkah-langkah Menentukan Kode External Cause yang dilakukan
Petugas URM di RSUD Kab. Brebes
Tindakan
No Langkah-langkah Keterangan
Benar Salah
1 Menentukan external cause
2 Menentukan leadterm
3 Jika external cause merupakan
kecelakaan transportasi maka buka
ICD-10 volume 3 pada section II (
external causes of injur ) lihat Table of
land transport accident.
4 Jika cedera akibat bukan kecelakaan,
maka dicari tahu dulu apakah hal
tersebut terjadi karena disengaja atau
tidak buka ICD-10 volume 3 pada
section II dengan leadterm sesuai
penyebab terjadinya cedera.
5 Jika kasus keracunan maka buka
ICD-10 volume 3 pada section III
Table of Drugs and Chemical dengan
melihat nama zatnya dan melihat
keracunan disebabkan oleh apa
6 Pastikan kode pada buku ICD-10
Volume I (Tabular List) untuk
menentukan karakter keempat yaitu
tempat terjadinya peristiwa
kecelakaan.
7 menentukan karakter kelima dari kode
external cause yaitu kegiatan korban
saat terjadinya peristiwa kecelakaan.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai