Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.

6 Juli 2015

Analisis Ketepatan Kode External Cause Kasus Kecelakaan Lalu Lintas (KLL)
Berdasarkan ICD-10 Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2014

Amalia Wulandari1, Ida Wahyuni2

Analysis Accuracy Of External Cause Code Of Traffic Accident Case


Based On ICD-10 In RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya City 2014

Abstrak

Kodefikasi diagnosis harus dilakukan secara presisi, akurat dan tepat mengingat data diagnosis adalah
bukti autentik hukum serta data yang dibutuhkan dalam pelaporan morbiditas dan kepentingan asuransi. Kode
external cause digunakan sebagai kode sekunder untuk mendeskripsikan penyebab luar dari suatu penyakit.
Pengkodean external cause di RSUD dr. Soekardjo belum optimal dilaksanakan sesuai ketetapan yang berlaku
dalam SOP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketepatan kode empat digit dan lima digit serta faktor-
faktor yang mempengaruhi ketepatan kode external cause kasus KLL. Jenis penelitian adalah mix methodes.
Metode yang dilakukan adalah telaah terhadap 94 dokumen rekam medis pasien yang diambil secara total
sampling dan indepth interview terhadap dua informan. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat
dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi dan juga analisis kualitatif. Hasil penelitian diperoleh
presentase kode external cause empat digit yaitu 24,5% tepat dan 75,5 % tidak tepat. Sedangkan kode external
cause lima digit tidak ditemukan kode yang tepat. Ketepatan dan keoptimalan koding di RSUD dr. Soekardjo
diantaranya dipengaruhi oleh diagnosis external cause yang tidak dituliskan, tata cara pengkodean, Sumber Daya
Manusia (SDM) serta proses pelaksanaan pengkodean external cause. Saran bagi rumah sakit hendaknya
melakukan sosialisasi tentang kelengkapan pencatatan informasi kasus KLL sesuai peraturan pengkodean dan
standar yang ditetapkan.

Kata kunci: ketepatan, kodefikasi, external cause, KLL

Abstract

Codefication Diagnosis should be done precisely, accurate and appropriate, considering the data
diagnosis is authentic law evidence and data required in morbidity reports and insurance interests. External
cause code used as secondary code to describe external causes of a disease. Coding of external cause in RSUD
dr. Soekardjo not optimally implemented in accordance provision applicable based on Standard Operating
Procedure (SOP). This research purpose to analyze the accuracy of external cause code four-digit and five-digit
and the contributing factors. The type of this research is mix methodes. The method was used for 94 patients
medical record documents, which were taken by total sampling and indepth interview with two informants. The
data analysis is using univariate analysis using frequency distribution formula and also qualitative analysis.
The results obtained the percentage of external cause four-digit code 24,5% accurate and 75,5 % not accurate.
While the code external cause five-digit not found the accurate code. Accuracy and optimally coding in RSUD
dr. Soekardjo influenced by diagnosis of external cause that is not written, procedures for coding, human
resources and all aplication process. Suggestions for hospital should do socialization about the complete
recording of the traffic accidents information according to the rules of coding and standard applications.

Keywords: accuracy, codefication, external cause, traffic accident

1
Alumni Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Tahun 2015
2
Dosen pada Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

36
Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.6 Juli 2015

Pendahuluan
Berdasarkan Peraturan Menteri Informasi statistik dari Korlantas (2015),
Kesehatan RI No.269/MENKES/PER/III/2008, menerangkan bahwa kasus kecelakaan lalu
rekam medis adalah berkas yang berisikan lintas di beberapa daerah mengalami
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, peningkatan. Triwulan ketiga tahun 2014
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan merupakan angka kecelakaan lalu lintas
pelayanan lain yang telah diberikan kepada tertinggi sejumlah 23.728 kecelakaan terhitung
pasien. Ditegaskan dalam pasal 3, Rekam dari tanggal 1 Juli sampai 30 September. Jawa
medis terdiri dari rekaman pelayanan rawat Barat menduduki posisi ketiga angka
jalan, rawat inap, gawat darurat, keadaan Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) sebesar 2035
bencana, dokter spesialis dan dokter gigi setelah Jawa Timur (4637) lalu Jawa Tengah
spesialis, dan rekam medis ambulans atau (4341) pada triwulan terakhir. Tingginya kasus
pengobatan massal. kecelakaan lalu lintas disuatu daerah, maka
Rekam medis harus mencerminkan fakta tinggi pula pelayanan kesehatan yang
tentang semua pelayanan terhadap pasien. Oleh dibutuhkan termasuk pelayanan rekam medis.
karena itu untuk mendapatkan rekam medis Pencatatan data harus dilakukan secara
yang berkualitas ditentukan oleh petugas lengkap untuk memberikan informasi yang
sebagai penyelenggara rekam medis. jelas. Hal tersebut terutama dibutuhkan oleh
Sebagaimana dinyatakan dalam Permenkes No bagian kodefikasi external cause terkait
55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan kecelakaan lalu lintas, sehingga kode yang
Pekerjaan Perekam Medis menyatakan bahwa diperoleh tepat dan konsisten.
perekam medis dalam memberikan pelayanan Menurut Kamus Besar Bahasa
harus sesuai dengan kompetensi, berdasarkan Indonesia, arti tepat adalah betul atau lurus
pendidikan dan pelatihan serta berkewajiban (arah, jurusan). Kode yang tepat dapat
mematuhi Standar Profesi Perekam Medis. dimanfaatkan untuk beberapa aspek yaitu
Kompetensi perekam medis salah satunya aspek administrasi, aspek hukum, aspek
kodefikasi penyakit dan masalah kesehatan keuangan, aspek penelitian, aspek pendidikan,
mengacu pada ICD-10 (International dan aspek dokumentasi (Depkes, 2006).
Statistical Classification of Disease an Related Kasus kecelakaan lalu lintas pada tahun
Health Problem, Tenth Revision). ICD-10 2014 di RSUD dr. Soekardjo pasien yang
digunakan untuk mengklasifikasikan kode dirawat sebanyak 94 jiwa. Studi pendahuluan
diagnosis, tanda dan gejala, temuan abnormal, dilakukan pada 10 dokumen rekam medis
cedera dan keracunan, penyebab luar penyakit rawat inap kasus tersebut yang dilakukan
dan kematian, serta faktor-faktor yang secara acak. Tingkat ketepatan kode external
mempengaruhi status kesehatan (WHO, 2005). cause didapatkan 3 kode tepat dan 7 kode tidak
Kodefikasi diagnosis harus dilakukan secara tepat berdasarkan empat digit kode.
presisi, akurat dan tepat mengingat data Pengkodean rawat inap dilakukan langsung
diagnosis adalah bukti autentik tuntutan hukum pada slip pasien pulang yang kemudian
yang merupakan informasi yang berisi aspek dilakukan indeksing morbiditas. Berdasarkan
hukum dan legal (Pormiki, 2010). observasi pendahuluan, tingginya volume
Salah satu kode yang kompleks dalam pekerjaan menjadi salah satu sebab
ICD adalah kode external cause. External pengkodean dilakukan bukan pada dokumen
cause merupakan kode yang menunjukkan rekam medis, tapi pada slip pasien keluar
penyebab luar suatu penyakit yang dipakai sehingga informasi pendukung terkait
sebagai pilihan kode tambahan (WHO, 2005). diagnosis kasus kecelakaan lalu lintas seperti

37
Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.6 Juli 2015

tempat dan aktifitas kejadian kasus tidak dapat menggali lebih dalam terkait hasil analisis
terkoordinir dengan baik. kuantitaif melalui wawancara dengan dua
informan yaitu koder kasus external cause
Metode KLL (Informan 1) dan Kepala Rekam Medis
(Informan 2) sebagai triangulasi. Teknik
Kuantitatif Kualitatif pengambilan sampel menggunakan total
sampling dari populasi yaitu 94 dokumen
Output : Proses : Input : rekam medis rawat inap kasus kecelakaan lalu
Ketepatan Pelaksanaan - SDM
lintas di RSUD dr. Soekardjo Kota
Kode External pengkodean - Material
Cause Kasus external - Metode Tasikmalaya tahun 2014.
KLL : cause kasus Adapun variabel yang diteliti yaitu
- Kode empat KLL ketepatan kode eksternal cause kasus KLL
digit
sebagai variabel dependen dan faktor-faktor
- Kode lima
digit yang mempengaruhi ketepatan kode kasus
KLL sebagai variabel independen. Analisis
Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian data dilakukan secara univariat yaitu
mendeskripsikan variabel ketepatan kode
Penelitian ini merupakan penelitian mix dengan menggunakan rumus distribusi
methodes yang merupakan kombinasi frekuensi dan secara kualitatif.
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Tahapan
penelitian yaitu dengan melakukan rancangan Hasil dan Pembahasan
kuantitaif terlebih dahulu untuk selanjutnya
hasil analisis kuantitatif digali lebih dalam Ketepatan Kode Empat Digit External Cause
dengan rancangan kualitatif. Pendekatan Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2014
kuantitatif untuk mendeskripsikan tingkat Berdasarkan hasil observasi pada 94
ketepatan kode external cause dengan dokumen rekam medis rawat inap dengan
menelaah dokumen rekam medis kasus kasus kecelakaan lalu lintas tahun 2014,
kecelakaan lalu lintas. Pendekatan kualitatif berikut persentasenya :
dengan melakukan indepth interview untuk

Tabel 1 Ketepatan Kode Empat Digit External Cause Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di RSUD
dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2014
Kode External Cause Jumlah Persentase (%)
Tepat 23 24,5 %
Tidak Tepat 71 75,5 %
Total 94 100 %

Kode empat digit external cause persentase tertinggi adalah kode yang tidak
merupakan kode yang menerangkan tempat tepat sebesar 75,5 %. Sedangkan kode yang
kejadian yang menimbulkan kondisi sakit tepat hanya sebesar 24,5 %.
(tempat tinggal, tempat kerja, pelayanan Pengkodean external cause pada
umum, dan lain-lain). Berdasarkan tabel 1 dokumen rekam medis Rumah sakit
diketahui bahwa kode external cause empat dr.Soekardjo belum optimal dilakukan. Hasil
digit kasus kecelakaan lalu lintas dengan penelitian menunjukkan kode untuk berbagai

38
Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.6 Juli 2015

kasus external cause kecelakaan lalu lintas melakukan pengecekan ulang terhadap
dikode sama meskipun jenis kecelakaannya formulir rekam medis lain untuk mendapatkan
berbeda. Hal ini dikarenakan koder tidak kode yang lebih akurat dan spesifik.

Ketepatan Kode Lima Digit External Cause Kasus Kecelakaan Lalu Lintas

Tabel 2 Ketepatan Kode Lima Digit External Cause Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2014

Kode External Cause Jumlah Persentase (%)


Tepat 0 0%
Tidak Tepat 94 100 %
Total 94 100 %

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa kode agar kebutuhan informasi antara keduanya
external cause lima digit belum dilakukan dapat terpenuhi.
karena tidak ada kode yang ditulis tepat pada Kode external cause seringkali
digit kelimanya. Karakter kelima pada kode dianggap sepele karena dianggap tidak
external cause merupakan kode mengenai mempengaruhi nominal klaim. Akan tetapi dari
aktivitas yang sedang dilakukan korban saat kode external cause ini dapat menentukan
terjadi kecelakaan. Pada lembar UPF Gawat kasus tersebut diklaim oleh Jasa Raharja atau
Darurat (emergency) tidak tersedia kolom BPJS khususnya dari segi informasi aktivitas.
untuk aktivitas korban sehingga aktivitas Seperti kasus seorang karyawan saat berangkat
korban penderita kecelakaan tidak dapat dilihat kerja terjadi kecelakaan, maka dikategorikan
dari formulir ini. Aktivitas korban dapat dilihat dalam kecelakaan kerja, sehingga kecelakaan
dari anamnesa bila diisi lengkap mengenai ini di klaim oleh BPJS Ketenagakerjaan bukan
aktivitas yang sedang dilakukan korban. oleh Jasa Raharja. Oleh sebab itu, maka kode
Namun pada formulir-formulir yang ada, external cause penting dilakukan secara tepat
peneliti tidak menemukan rekam medis dengan dan spesifik untuk mendeskripsikan penyebab
catatan tentang aktivitas yang lengkap. luar dari suatu cedera dalam hal ini kecelakaan
Kelengkapan pengisian rekam medis lalu lintas, termasuk tempat kejadian dan
akan membantu koder dalam mengkode. Oleh aktivitas yang sedang dilakukan korban cedera.
sebab itu diperlukannya komunikasi efektif Hal tersebut agar tidak terjadi kesalahan klaim
yang terjalin antara petugas medis dan petugas asuransi, sehingga bila dilakukan audit medis
rekam medis khususnya koder guna hal ini tidak dianggap temuan yang merugikan
menghasilkan informasi yang relevan yang pihak rekam medis dan rumah sakit
digunakan dalam pengkodean. Selain itu
komunikasi efektif sangat penting antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan
dokter, petugas medis lainnya dengan pasien. Kode Kasus Kecelakaan Lalu Lintas
Hal ini agar proses penggalian tentang riwayat Berdasarkan hasil analisis kuantitaif, kode
penyakit, kronologis kejadian penyakit lebih external cause dari 94 dokumen rekam medis
akurat bagi dokter (Ali dan Sidi, 2008). pasien diperoleh sebesar 75% kode empat digit
Komunikasi sesama teman sejawat seperti dan 100% kode lima digit tidak tepat. Hal
halnya komunikasi antara petugas medis dan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan
petugas rekam medis perlu dijalin dengan baik pengkodean pada ICD-10 bahwa setiap kondisi
pasien harus dikode spesifik sesuai dengan

39
Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.6 Juli 2015

informasi hasil pelayanan (ICD-10 Volume 2, dengan input meliputi diagnosa external cause
2010). Menindaklanjuti temuan tersebut, yang tidak dituliskan, tata cara pengkodean
dilakukan wawancara mendalam dengan satu yang tidak sesuai dengan ketentuan dan
informan utama (koder/informan 1) dan satu kurangnya sumber daya manusia serta yang
informan triangulasi (kepala rekam medis/ berkaitan dengan proses yaitu pelaksanaan
informan 2). Informasi yang diperoleh terkait pengkodean external cause kasus KLL.
faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan Matriks hasil wawancara dapat dilihat pada
kode external cause yaitu hal yang berkaitan Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Dua Informan di RSUD dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya Tahun 2014

No Variabel Informan 1 Informan 2


Input
1 Diagnosis - Diagnosis external cause seringkali - Pencatat tidak mencantumkan
external cause tidak dituliskan di slip pasien keluar penyebab
yang tidak - petugas pencatat telah difasilitasi - item tempat kejadian KLL telah
dituliskan dengan format ceklist pada formulir tersedia tapi aktivitas pada
gawat darurat untuk mempermudah formulir gawat darurat memang
pengisian, pemanfaatannya belum tidak ada
optimal
2 Tata cara - Pengkodean dilakukan di slip pasien - Langkah pengkodean tetap
pengkodean rawat inap bukan pada formulir CM 1 mengikuti kaidah pada ICD-10
- Pengkodean dilakukan berdasarkan - Belum menjalankan standar
klasifikasi pada ICD-10 operasional sepenuhnya

3 Sumber Daya - Koder external cause hanya satu orang - Banyaknya dokumen yang harus
Manusia - Kurangnya kesadaan petugas pencatat dikode tidak sebanding dengan
tentang data penunjang external cause jumlah petugas
Proses
4 Pelaksanaan - Pengkodean dilakukan pada slip pasien - Pengkodean hanya mengacu
Pengkodean keluar informasi pada slip pasien keluar
external cause - Kode yang dihasilkan cenderung sama tanpa melakukan klarifikasi ke
Kasus KLL karena informasi yang kurang jelas dokumen pasien
- Sejauh ini tidak menimbulkan hambatan - Belum ditemukan kesesuaian
pelaporan data morbiditas jumlah kecelakaan dengan
laporan external cause

40
Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.6 Juli 2015

Selanjutnya akan dibahas satu persatu dua atau lebih kendaraan maka kendaraan
faktor tersebut sesuai dengan informasi dari yang menjadi penyebab terjadinya
informan sebagai berikut : kecelakaan, baik pengemudi maupun
1. Diagnosis external cause yang tidak penumpang kendaraan tersebut tidak
dituliskan terjamin dalam UU. No. 34 Tahun 1964
Berdasarkan hasil wawancara dengan tentang Dana Pertanggungan Wajib
kepala rekam medis tanggal 27 Mei 2015 Kecelakaan Lalu Lintas Jalan pasal 13,
bahwa ketepatan kode dipengaruhi oleh maka kasus tersebut tidak dapat dijamin
kelengkapan pencatatan dan spesifiknya Jasa Raharja.
diagnosis yang dituliskan dokter.
Hal ini sejalan dengan pendapat Savitri 2. Tata cara pengkodean
(2011) bahwa ketepatan kode dipengaruhi Tata cara pengkodean merupakan
oleh beberapa faktor diantaranya tulisan aspek metode yang telah diterapkan di
dokter yang sulit dibaca, diagnosis yang rumah sakit. Pengkodean yang dilakukan di
tidak spesifik, dan keterampilan petugas rumah sakit dr. Soekardjo yaitu dilakukan
koding dalam melakukan kode. pada slip pasien keluar sehingga koder
Diagnosis external cause merupakan tidak menelusuri keterangan lain yang ada
aspek material/ bahan dasar pengkodean, di dokumen rekam medis untuk mengetahui
seringkali tidak dituliskan di slip pasien kode yang lebih akurat dan spesifik. Hal
keluar sehingga koder tidak mengkode tersebut dilakukan guna meningkatkan
diagnosa external cause. Kurangnya efisiensi pelayanan. Pertimbangannya
kesadaran petugas medis dalam menuliskan adalah agar data morbiditas dapat
diagnosa external cause menyebabkan dilaporkan tepat waktu tanpa mengurangi
external cause sering kali tidak terlaporkan. manfaat data tersebut sehingga tahun 2012
Hal ini menyebabkan kasus dikeluarkan kebijakan internal Kepala
kecelakaan yang tidak sama jumlahnya Rekam Medis bahwa kegiatan pengkodean
dengan laporan morbiditas yang ada. tidak dilakukan pada dokumen rekam
Berbeda dengan ketentuan pedoman ICD- medis pasien.
10 dimana semua informasi yang Pelaksanaan tata cara pengkodean
mempengaruhi kondisi penderita perlu rawat inap dilakukan pada slip pasien
diperhatikan, pada kenyataan di lapangan keluar bukan pada dokumen rekam medis
pihak provider informasi (Rumah Sakit) formulir CM 1 (Ringkasan Masuk dan
belum sepenuhnya menjalankan hal Keluar) dengan tetap mengacu pada
tersebut. Pihak user belum sampai klasifikasi penyakit ICD-10, sehingga perlu
menuntut data spesifik laporan external adanya perbaikan pelaksanaan koding yang
cause kasus KLL baik asuransi, kepolisian akhirnya mengacu pada SOP. Menurut
maupun stake holder. Sejauh ini masih Lumenta (2007) yang dikutip oleh Diki
sekedar kuantitas morbiditas external cause (2014) menerangkan SOP bertujuan agar
yang dimanfaatkan. proses kerja rutin terlaksana dengan efisien,
Kelengkapan informasi penyebab luar efektif, konsisten dalam rangka
serta ketepatan kodenya diperlukan dalam meningkatkan mutu pelayanan melalui
klaim asuransi, karena tidak semua pemenuhan standar yang berlaku.
kecelakaan ditanggung oleh penjamin Jasa
Raharja tetapi juga oleh BPJS. Misalnya 3. Sumber Daya Manusia (SDM)
apabila terjadi kecelakaan yang melibatkan Kurangnya kesadaran tenaga medis
mengenai pentingnya penulisan diagnosa
41
Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.6 Juli 2015

external cause menyebabkan diagnosa merupakan formulir yang diisi oleh perawat
tersebut tidak dituliskan di formulir rekam mencakup di dalamnya anamnesis
medis maupun slip pasien keluar sehingga keperawatan.
mengurangi informasi penting rekam Koder dapat melihat formulir UPF
medis. Hal tersebut dapat menyebabkan Gawat Darurat saat melakukan kodefikasi
ketidakakuratan pada kode external cause. penyebab luar, karena dalam formulir
Telah diupayakan mengadakan sosialisasi tersebut terdapat informasi mengenai
dan evaluasi pelayanan terkait hal tersebut, tempat kejadian (tempat tinggal, tempat
akan tetapi masih tetap informasi hasil kerja, pelayanan umum, dan lain-lain),
pelayanan belum optimal. status penderita (pengendara, penumpang,
Disamping itu, koder bertanggung penyebrang jalan, dll), kendaraan yang
jawab atas keakuratan kode dari suatu terlibat (mobil, motor, truk, dll), dan sebab
diagnosis yang sudah ditetapkan oleh kecelakaan (menabrak/serempetan,
tenaga medis atau dokter. Berdasarkan tabrakan dengan kendaraan/Kereta
pengamatan, koder mengalami kesulitan Api/pohon) yang menunjang koder dalam
dalam melakukan pengkodean karena melakukan pengkodean external cause
tingginya kunjungan pasien berobat suatu penyakit dan masalah kesehatan.
menyebabkan dokumen rekam medis yang Sayangnya kegiatan tersebut tidak
dikelola semakin banyak. Hal ini tergambar dilaksanakan. Semenjak tahun 2012 hingga
dari tingginya kunjungan di rumah sakit dr. sekarang, dengan terus meningkatnya
Soekardjo setiap harinya, sehingga tinggi kunjungan pasien dan guna efisiensi
pula beban kerja petugas dalam mengolah pelayanan maka pelaksanaan pengkodean
data pasien khususnya kodefikasi yang tidak lagi dilakukan pada dokumen rekam
dilakukan koder tidak pada dokumen rekam medis pasien tetapi dilakukan pada slip
medis, tetapi dilakukan pada slip pasien pasien keluar. Ketentuan tersebut
keluar yang selanjutnya tidak dipindahkan didasarkan pada kebijakan internal Kepala
ke CM 1. Hal ini akan mempermudah Rekam Medis RSUD dr. Soekardjo Kota
pekerjaan koder namun dapat menyebabkan Tasikmalaya.
ketidaktepatan pengkodean karena petugas Depkes (2006) menjelaskan bahwa
tidak melihat formulir-formulir rekam tenaga rekam medis sebagai seorang
medis pendukung lainnya untuk pemberi kode bertanggungjawab atas
mendapatkan kode yang lebih akurat dan keakuratan kode dari suatu diagnosis yang
rinci. ditetapkan oleh tenaga medis. Petugas
rekam medis harus membuat koding sesuai
4. Pelaksanaan Pengkodean Kasus KLL klasifikasi yang tepat. Ketepatan kode
Pengkodean rawat inap di RSUD dr. penting dilakukan demi tercapainya
Soekardjo Kota Tasikmalaya dilakukan pelaporan yang tepat berdasarkan kasus
pada slip pasien keluar tidak ditulis di CM yang ada. Apabila pengkodean salah dan
1 (Ringkasan Masuk dan Keluar), tidak optimal maka akan mempengaruhi
sedangkan keterangan external cause dapat pelaporan morbiditas.
dilihat dari formulir UPF Gawat Darurat Sejalan dengan hasil wawancara
(emergency) dan data pengkajian bahwa kasus kecelakaan seringkali tidak
keperawatan. Lembar UPF Gawat Darurat sama jumlahnya dengan laporan morbiditas
(emergency) merupakan formulir gawat (kode external cause) yang ada. Hal
darurat khusus untuk kasus kecelakaan. tersebut terjadi karena seringkali diagnosa
Sedangkan data pengkajian keperawatan external cause tidak dituliskan di slip

42
Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.6 Juli 2015

pasien keluar oleh petugas medis sehingga Keterangan aktivitas tidak terdapat
koder tidak melakukan kodefikasi external pada formulir UPF Gawat Darurat
cause. sebagaimana keterangan external
Pengkodean kasus KLL di RSUD dr cause lainnya yang sudah disediakan
Soekardjo Kota Tasikmalaya hanya isiannya pada formulir tersebut.
dilakukan pada slip pasien keluar tanpa 2. Tata cara pengkodean external cause
melakukan klarifikasi informasi penunjang Pengkodean dilakukan di slip pasien
lain pada dokumen rekam medis pasien. keluar tidak pada formulir CM 1
Koder melakukan pengkodean seadanya dokumen rekam medis pasien. Hal
sesuai informasi yang tertulis pada slip tersebut mengidentifikasikan bahwa
tersebut. Tidak heran jika 75% hasil kode pengkodean masih belum sepenuhnya
yang ditemukan tidak tepat dan tidak mengikuti standar operasional yang
spesifik. Mayoritas kondisi external cause ditetapkan.
dikelompokan ke kode yang sama. Hal 3. Sumber daya manusia
tersebut berdampak pada data morbiditas Volume kerja yang tinggi tidak
yang dilaporkan tidak spesifik dan belum sebanding dengan kuantitas koder
memperlihatkan kesesuaian jumlah ditunjang dengan kurangnya kesadaran
kecelakaan dengan laporan kasus KLL. petugas pencatat terkait informasi hasil
Data yang dilaporkan pada user pelayanan sehingga pelaksanaan
(Kepolisian, asuransi, stake holder) pengkodean tidak optimal.
cenderung global. User memang belum 4. Pelaksanaan pengkodean kasus KLL
menuntut informasi spesifik laporan Pelaksanaan pengkodean dilakukan
tersebut tetapi alangkah baiknya jika lebih pada slip pasien keluar tanpa
rinci yang dilaporkan maka lebih luas melakukan klarifikasi informasi
cakupan informasi yang disampaikan penting lainnya sehingga kode yang
kepada masyarakat. diperoleh tidak tepat, akurat dan
spesifik. Hal itu berimbas pada laporan
Kesimpulan morbiditas yang tidak sesuai dengan
yang seharusnya dilaporkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persentase ketepatan kode empat digit
Saran
external cause sebanyak 24,5 %, sedangkan
Berdasarkan simpulan tersebut maka
persentase kode yang tidak tepat dengan
peneliti memberikan saran bagi Rumah Sakit
presentase 75,5 % dan persentase kode lima
sebagai berikut :
digit external cause diperoleh 100 % tidak
1. Mengingat pengkodean akan
tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
mempengaruhi pelaporan morbiditas dan
tingginya pesentase ketidaktepatan kode
kualitas data itu sendiri. Maka perlu
kasus KLL berdasarkan ICD-10 di RSUD
dilakukannya evaluasi berkala terhadap
dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2014
pengkodean. Hal ini dapat dilakukan
adalah:
dengan cara melakukan monitoring kerja
1. Diagnosis external cause yang tidak
secara berkala dan dibahas dalam rapat
dituliskan menyebabkan kode yang
internal rekam medis atau dengan
dihasilkan tidak spesifik baik kode
melakukan apel/briefing sebelum/sesudah
digit empat tentang tempat kejadian
bekerja, briefing ditujukan untuk
maupun digit lima tentang aktivitas
mengevaluasi pekerjaan yang dihadapi
korban saat kejadian kecelakaan.
sehari-hari.
43
Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.6 Juli 2015

2. Keterangan aktivitas diperlukan agar kode Departemen Pendidikan Indonesia. (2005).


yang dihasilkan akurat, tepat dan spesifik. Kamus besar Bahasa Indonesia edisi
Informasi aktivitas juga dibutuhkan untuk ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
keperluan prosedur klaim asuransi. Oleh DPP Pormiki. (2011). Materi pelatihan
sebab itu pada formulir UPF Gawat Darurat manajemen rumah sakit dalam
penting menambahkan item keterangan menunjang akreditasi dan statistik rumah
aktivitas. sakit dan klasifikasi penyakit. Yogyakarta
3. Sosialisasi berkala untuk lebih merefresh Hatta, Gemala. (2011). Pedoman manajemen
petugas pemberi pelayanan tentang informasi kesehatan di sarana pelayanan
penulisan diagnosa external cause baik kesehatan. Jakarta: UI Press.
pada dokumen rekam medis maupun pada Korp lalu lintas. (2015). Grafik Fatalitas
slip pasien keluar. Selain itu koder Kecelakaan. Diakses 16 januari 2015 dari
diharapkan menuliskan kode yang lebih www.korlantas-irsms.info.
spesifik sesuai dengan keterangan external Menkes Republik Indonesia. (2008).
cause yang ada. Sosialisasi ini dapat Peraturan Mentri Kesehatan Republik
dilakukan dari kepala rekam medis dalam Indonesia Nomor
pertemuan rapat koordinasi pelayanan 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang
kesehatan dan pertemuan-pertemuan tenaga Rekam Medis. Jakarta: Depkes.
medis. Menkes Republik Indonesia. (2013).
4. Untuk mengoptimalkan hasil kode external Peraturan mentri kesehatan republik
cause hendaknya pengkodean dilakukan indonesia nomor 55 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan pekerjaan rekam medis.
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Maka Jakarta: Depkes
pelaksanaan pengkodean sebaiknya Menkes Republik Indonesia. (2014).
kembali menyesuaikan dan mengacu pada Peraturan mentri kesehatan republik
indonesia nomor 27 tahun 2014 tentang
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
petujuk teknis sistem indonesia case base
berlaku yaitu SOP dengan nomor groups (INA CBGs). Jakarta: Depkes.
12/CM/2010 tentang Pemberian Kode Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Penyakit (coding).
Cipta.
Ramdan, Diki Fahrul. (2014). Tinjauan
Daftar Pustaka pelaksanaan standar operasional
prosedur (SOP) pengembalian dokumen
Ali, M.M dan Sidi, Ieda P S. (2008). Manual rekam medis rawat inap RSU dr.
komunikasi efektif dokter-pasien. Jakarta: Soekardjo tahun 2014. Karya Tulis Ilmiah
Konsil Kedokteran Indonesia. Lembaga Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.
konsultan peraturan bisnis indonesia Tasikmalaya: tidak diterbitkan
Budi, Savitri Citra. (2011). Manajemen unit Rustiyanto, Ery. (2009). Etika profesi rekam
kerja rekam medis. Yogyakarta: Quantum medis dan informasi kesehatan. Jakarta:
Sinergis Media Graha Ilmu.
Depkes Republik Indonesia. (2006). Pedoman Sugiyono. (2009). Metode penelitian
penyelenggaraan dan prosedur rekam kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
medis rumah sakit di Indonesis revisi II. Alfabeta
Jakarta: Depkes RI. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun
2009. Jakarta: Sinar Grafika

44
Jurnal Persada Husada Indonsia Vol.2. No.6 Juli 2015

WHO. 2005. International statistical classification of diseases and related


health problems (ICD) 10th revision (Volume
1-3). Geneva: WHO. Record Inpatient Of Orthopedic Specialist
Wibowo. (2013). Perilaku dalam organisasi. Surgery In RSKB Banjarmasin Siaga In
Jakarta: Rajawali Pers. Yuliana, Rina. Et 2013. Jurnal Manajemen Informasi
al. 2013. Review For External Cause Kesehatan Indonesia, ISSN: 2337-
Coding Of Injury Case On Medical 585X. Vol 2. (1). 45-53.

45

Anda mungkin juga menyukai