JUPERMIK (Jurnal Perekam Medis dan Informasi Kesehatan), p-ISSN 2615-8833, e-ISSN 2615-8841 52
Volume 1 Nomor 2 September 2018
Pendahuluan
Rumah Sakit merupakan institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat (UU Nomor 44 tahun 2009). Indikator mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit salah satunya adalah penyelenggaraan
rekam medis. Untuk itu, setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan kegiatan
rekam Medis (UU Nomor 44 tahun 2009).
Berdasarkan PERMENKES RI Nomor 55 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Rekam Medis pasal 14 disebutkan bahwa “Perekam Medis dalam
memberikan Pelayanan harus sesuai dengan kompetensi, berdasarkan pendidikan
dan pelatihan serta kewajiban mematuhi standar profesi perekam medis”. Salah
satu kompetensinya adalah melaksanakan sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi
penyakit yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis sesuai terminologi
medis yang benar didasarkan pada ICD-10 (International Statistical Clasification of
Diseases and Related Health Problem, 10th Revision) dari WHO.
PERMENKES RI Nomor 269 / MENKES / PER/ III/2008 pasal 2 ayat 1
menyatakan bahwa Rekam Medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas
atau secara elektronik. Hal yang sering terlupakan dan diabaikan dalam proses
pengkodingan salah satunya adalah pengkodean untuk kasus external cause
(penyebab luar). Menurut WHO (2010), pengkodean diagnosis untuk kasus
kecelakaan harus diikuti pengkodean penyebab luar (external cause) untuk
menggambarkan sifat kondisi dan keadaan yang menimbulkannya.
Pengkodean external cause dilakukan pada bab khusus yaitu bab XX
Penyebab Luar Morbiditas dan Mortalitas (V01-Y98) yang harus digunakan sebagai
kode primer kondisi tunggal dan tabulasi penyebab kematian (underlying cause)
dan pada kasus kondisi morbid yang dapat diklasifikasi ke bab XIX (Injury,
poisoning and certain other consequences of external cause). Kedua sifat dasar
kondisi dan keadaan penyebab eksternal harus diberi kode.
Diagnosis penyebab luar pada rekam medis rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah M.Th. Djaman dapat dilihat pada formulir rekam medis UGD (Unit Gawat
Darurat), surat rujukan dari Puskesmas atau rumah sakit yang merujuk (jika ada),
serta catatan keperawatan yang ada di dalam rekam medis rawat inap tersebut.
Manfaat kode external causes adalah untuk melaporkan Rekapitulasi Laporan
(RL4a) atau Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Penyebab
Kecelakaan dalam bentuk kode, Melaporkan Rekapitulasi Laporan (RL3.2)
Pelayanan Gawat Darurat, Membuat surat keterangan medis klaim asuransi
kecelakaan, Sebagai penyebab kematian pada surat sertifikat kematian jika pasien
kecelakaan meninggal, dan Indeks penyakit untuk laporan internal rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah M.Th. Djaman belum dilakukan kodefikasi
terhadap kasus external cause. Yang dilakukan pengkodean pada lembar resume
medis hanyalah diagnosis penyakitnya saja. Pasien kondisi cedera, keracunan atau
akibat lain pada Rumah Sakit Umum Daerah M.Th. Djaman tahun 2017 berjumlah
sebanyak 175 orang. Kondisi yang menempati urutan pertama penyebab cedera
pada RSUD M.Th. Djaman adalah kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di Rumah Sakit
Umum Daerah M.Th. Djaman pada tanggal 09 Mei 2018 peneliti melakukan studi
dokumentasi terhadap dua puluh dokumen rekam medis dan ditemukan bahwa 17
dari 20 dokumen rekam medis memiliki diagnosis external cause namun diagnosis
pada 17 dokumen rekam medis tersebut memiliki informasi dan diagnosis yang
tidak spesifik seperti tidak ada keterangan jenis kendaraan (kecelakaan), tempat
kejadian, aktifitas pasien pada saat kejadian dan sebagainya. Ditemukan pula
penyebab cedera lainnya seperti jatuh, keracunan, tertembak, luka bakar dan
sebagainya.
JUPERMIK (Jurnal Perekam Medis dan Informasi Kesehatan), p-ISSN 2615-8833, e-ISSN 2615-8841 53
Volume 1 Nomor 2 September 2018
Metode
Jenis penelitian survei deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Sampel Subjek pada penelitian ini terdiri atas enam orang. Dokumen rekam medis
yang di teliti sebanyak 122 dengan teknik pengambilan data retrospektif.
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik.
Hasil
Proses Diagnosis External Cause
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas rekam medis RSUD
M.Th.Djaman Kab. Sanggau diketahui bahwa data external causes diperoleh
dengan proses pasien external cause yang datang untuk mendapat pelayanan akan
dilakukan anamnesa secara menyeluruh pada pasien secara langsung, atau jika
pasien tidak sadarkan diri pada keluarga pasien, warga sekitar pada saat kejadian
atau pihak kepolisian.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada 122 dokumen rekam medis pasien
rawat inap RSUD M.Th.Djaman Kab. Sanggau tahun 2017 Data mengenai external
cause pada RSUD M.Th. Djaman Kab. Sanggau dapat ditemukan pada laporan RL
4a maupun laporan pada SIM-RS (Sistem Informasi Manajemen-Rumah Sakit).
Namun pada dokumen yang diteliti penulisan data external cause untuk kasus
pasien tidak ditulis secara spesifik. Form yang diperuntukkan bagi penulisan
diagnosis dan data external cause tidak digunakan secara efektif. Berikut ini
tabulasi mengenai kasus external cause pada RSUD M.Th.Djaman Kab. Sanggau
Tahun 2017.
JUPERMIK (Jurnal Perekam Medis dan Informasi Kesehatan), p-ISSN 2615-8833, e-ISSN 2615-8841 54
Volume 1 Nomor 2 September 2018
JUPERMIK (Jurnal Perekam Medis dan Informasi Kesehatan), p-ISSN 2615-8833, e-ISSN 2615-8841 55
Volume 1 Nomor 2 September 2018
dalam mengisi diagnosis External Cause pada dokumen rekam medis masih
sangat kurang.
b. Kurangnya komunikasi antara dokter dan perawat
Unit IGD (Instalasi Gawat Darurat) merupakan salah satu unit kerja yang
membutuhkan komunikasi yang baik antara dokter, perawat dan pasien.
Pada penulisan diagnosis External Cause dokter berperan dalam
menentukan diagnosis pasien sesuai dengan hasil anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pengisian diagnosis External Cause
membutuhkan komunikasi antara dokter dan perawat untuk saling
mengingatkan tentang tugas masing-masing yang dimiliki. Khusus bagi
diagnosis utama berdasarkan hasil wawancara bahwa hal tesebut
merupakan tugas dokter.
2. Belum ada prosedur tetap terkait pengisian diagnosis External Cause
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diketahui bahwa RSUD
M.Th. Djaman Kab. Sanggau belum memiliki kebijakan terkait penulisan
diagnosis External Cause dalam proses sosialisasinya terkadang dokter tidak
terlalu memahami mengenai tentang External Cause sehingga dapat dipahami
jika perilaku dokter masih kurang menunjang dalam proses penulisan
Diagnosis.
Pembahasan
Proses diagnosis External Cause
Pengkodean diagnosis untuk kasus kecelakaan harus diikuti pengkodean
penyebab luar (external cause) untuk menggambarkan sifat kondisi dan keadaan
yang menimbulkannya. Pengkodean extenal cause dilakukan pada bab khusus
yaitu bab XX Penyebab Luar Morbiditas dan Mortalitas (V01-Y98) yang harus
digunakan sebagai kode primer kondisi tunggal dan tabulasi penyebab kematian
(underlying cause) dan pada kasus kondisi morbid yang dapat diklasifikasi ke bab
XIX (Injury, poisoning and certain other consequences of external cause).
Menurut Depkes RI (1997), rekam medis harus segera dikirimkan ke unit
rekam medis setelah pasien keluar rumah sakit paling lambat 2 x 24 jam setelah
pasien keluar, secara lengkap dan benar. Batas waktu pengembalian rekam medis
pasien rawat inap telah diatur sedemikian rupa agar dapat membantu
memperlancar pelayanan kesehatan yaitu 2 x 24 jam setelah pasien pulang
(Huffman, 1994). Termasuk kelengkapan penulisan data external cause yang
diperuntukkan bagi pelaporan.
Berdasarkan tabel 2 Kasus External Cause Pada RSUD M.Th. Djaman
Kabupaten Sanggau diketahui bahwa dari 122 dokumen pasien rekam medis rawat
inap tahun 2017 yang diteliti pasien kecelakaan lalu lintas berjumlah 56 pasien
dengan presentase 45,9%, urutan kedua sebanyak 13 pasien dengan presentase
10,7%, urutan ketiga adalah pasien keracunan dengan jumlah 10 pasien dengan
presentase 8,2%. Selanjutnya adalah pasien yang mengalami luka bakar dan
tergigit binatang seperti ular, anjing dan lainnya masing- masing berjumlah 5
orang dengan presentase sebesar 4,1% kemudian pasien dengan luka tembak
sebanyak 4 orang dengan presentase 3,3%. Kemudian pasien dengan sebab
External Cause lainnya seperti tertimpa pohon, terkena senjata tajam, dipukul dan
sebagainya berjumlah 6 pasien dengan presentase 4,9%. Kemudian pasien yang
tidak dituliskan diagnosis External Cause dan hanya mencantumkan diagnosis
penyakitnya saja sebanyak 23 pasien dengan presentase 18,9%. Berdasarkan hasil
wawancara dengan petugas rekam medis RSUD M.Th.Djaman Kab. Sanggau
diketahui bahwa terdapat laporan bagi pasien kasus kecelakaan yaitu RL 4a
(Formulir data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Penyebab
Kecelakaan).
JUPERMIK (Jurnal Perekam Medis dan Informasi Kesehatan), p-ISSN 2615-8833, e-ISSN 2615-8841 56
Volume 1 Nomor 2 September 2018
JUPERMIK (Jurnal Perekam Medis dan Informasi Kesehatan), p-ISSN 2615-8833, e-ISSN 2615-8841 57
Volume 1 Nomor 2 September 2018
Kesimpulan
Belum ada SOP (Standar Operating Procedure) mengenai pendokumen tasian
external cause. Hasil studi dokumentasi sebanyak 43 dari 99 dokumen yang
dinyatakan lengkap memiliki informasi external cause yang tidak spesifik.
Penyebab tidak lengkap dokumentasi external cause adalah kesibukan atau
kesadaran dokter, kurangnya komunikasi antara dokter dengan perawat.
Sebaiknya Rumah Sakit memberikan pelatihan kepada para dokter, dan
perekam medis mengenai pentingnya kelengkapan pengisian diagnosis external
cause. Komite Medis perlu membuat prosedur tetap mengenai pengisian dokumen
rekam medis.
Daftar Pustaka
Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budi, S.C. (2011) Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta: Quantum
Sinergis Media.
Chandra, B. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: EGC
Depkes RI. (1997). Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia
Revisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik.
Dorland, W.A. (2014). Dorland’s pocket medical dictionary In. A.A. Mahode Kamus
Saku Kedokteran Dorlands Edisi 28
Hatta, Gemala. (2013). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press
Huffman, Edna K.(1994). Health Information Management, Berwyn Illinois :
Physiciansʹ Record Company.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 560/ MENKES/ SK/ IV/
2003
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/ MENKES/ SK/II/ 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
KPRI RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (1998). Klasifikasi Statistik Internasional
tentang penyakit dan masalah kesehatan (ICD-10). Surabaya: RSUD Dr.
Soetomo.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
______(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
JUPERMIK (Jurnal Perekam Medis dan Informasi Kesehatan), p-ISSN 2615-8833, e-ISSN 2615-8841 58
Volume 1 Nomor 2 September 2018
JUPERMIK (Jurnal Perekam Medis dan Informasi Kesehatan), p-ISSN 2615-8833, e-ISSN 2615-8841 59