Anda di halaman 1dari 5

ISSN : 2722 – 9831 (Online)

ISSN : 2715 – 9817 (Printed)

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI UNIT KERJA RMIK : STUDI KASUS


PADA TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN (TPPRJ)
RUMAH SAKIT
1
Zefan Adiputra Golo , Arief Azhari Ilyas2, Isnaini Qoriatul Fadhilah3, Sugiharto4
1,2,3Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Semarang
4 RSUP Dr. Kariadi Semarang

zefanadiputra91@gmail.com 1 , ariefazhariilyas22@gmail.com 2,
isnainiqoriatul@gmail.com 3, sugiharto.pormiki@gmail.com4

Abstrak

Latar Belakang: TPPRJ sebagai unit terdepan yang memberikan pelayanan kepada pasien perlu meminimalkan
risiko dan bahaya yang dapat dialami oleh petugas maupun pasien. Dari studi pendahuluan di salah satu rumah
sakit pemerintah daerah di wilayah Jawa Tengah menemukan di tempat pendaftaran pasien rawat jalan tidak
terdapat SOP mengenai manajemen risiko, sehingga tidak ada standar yang ditetapkan untuk pengendalian risiko
bagi petugas maupun pasien.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi penerapan manajemen risiko di bagian tempat
pendaftaran pasien rawat jalan (TPPRJ) rumah sakit.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan rancangan case
study. Subjek penelitian adalah 4 orang informan yang ditentukan dengan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi
Hasil: Terdapat beberapa faktor risiko di TPPRJ yaitu dari aspek fisik (suhu udara, pencahayaan, radiasi), aspek
biologi dan aspek ergonomi. Dari hasil wawancara dan observasi diketahui penerapan manajemen risiko di rumah
sakit sudah berjalan, namun masih belum optimal karena belum sampai pada evaluasi yang menyeluruh dari
pihak manajemen mutu rumah sakit.
Kesimpulan: Penerapan manajemen risiko sudah berjalan namun belum maksimal, dikarenakan belum adanya
SPO yang spesifik mengatur terkait manajemen risiko di TPPRJ. Proses manajemen risiko yang sudah berjalan
adalah mengidentifikasi risiko, Analisa risiko serta pengendalian risiko.

Kata kunci: Manajemen Risiko, Unit Kerja RMIK, TPPRJ

Abstract

Background: TPPRJ as a leading unit that provides services to patients needs to minimize the risks and hazard that
can be experienced by officers and patients. From a preliminary study at one of the local government hospitals in
the Central Java region, it was found that at the outpatient registration point there was no Standar Procedur
Operational (SPO) regarding risk management, so there was no standard set for risk control for officers and
patients.
Objective: The purpose of this study is to identify the application of risk management in the outpatient registration
site (TPPRJ) of the hospital.
Method: The type of research used in this study is qualitative descriptive with a case study design. The subjects of
the study were 4 informants determined by purposive sampling techniques. Data collection through interviews
and observations
Results: There are several risk factors in TPPRJ, namely from physical aspects (air temperature, lighting, radiation),
biological aspects and ergonomic aspects. From the results of interviews and observations, it is known that the
implementation of risk management in hospitals has been running, but it is still not optimal because it has not yet
reached a comprehensive evaluation from the hospital's quality management.
Conclusion: Risk management has been running but has not been maximized, because there is no SPO that
specifically regulates risk management at TPPRJ. The risk management process that has been running is to identify
risks, risk analysis and risk control.

Keywords: Risk Management, RMIK Work Unit, TPPRJ

23 | J R M I K S T I A M A L A N G
P R O G R A M S T U D I R M I K 2 0 2 3
ISSN : 2722 – 9831 (Online)
ISSN : 2715 – 9817 (Printed)

melakukan kontak langsung dengan pasien


PENDAHULUAN
atau keluarga pasien.
Rumah sakit sebagai institusi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan Pada studi pendahuluan yang dilakukan
memiliki potensi bahaya (hazard) serta oleh peneliti di salah satu rumah sakit
risiko terjadinya kesalahan dan kecelakaan pemerintah daerah di wilayah Jawa Tengah
dalam melayani pasien. Dalam rangka menemukan bahwa di unit kerja RMIK
menjamin keselamatan pasien dan petugas khususnya di tempat pendaftaran pasien
di rumah sakit, juga mencegah terjadinya rawat jalan tidak terdapat SOP mengenai
kejadian tidak diharapkan (KTD), maka manajemen risiko, sehingga tidak ada standar
perlu penerapan sistem Manajemen Risiko yang ditetapkan untuk pengendalian risiko
dalam seluruh aspek pelayanan yang bagi petugas maupun pasien. Hasil
disediakan oleh rumah sakit. pengamatan peneliti juga terlihat bahwa ada
Manajemen risiko di rumah sakit potensi risiko yang dapat terjadi pada
merupakan suatu proses mengenal, petugas maupun pasien dikarenakan meja
mengevaluasi, mengendalikan, dan pendaftaran dan pengisian formulir pasien
meminimalkan risiko dalam suatu baru menjadi satu dengan meja petugas,
organisasi secara menyeluruh. Dalam sehingga terdapat risiko terjadinya infeksi
lingkup pelayanan kesehatan, salah satu nosokomial serta penularan virus Covid-19 di
risiko yang dapat terjadi adalah risiko yang masa pandemi saat ini. Selain itu potensi
terkait dengan sarana tempat pelayanan risiko lainnya adalah petugas TPPRJ sangat
yang mungkin dialami oleh petugas, rentan terpapar radiasi komputer saat
pasien, masyarakat maupun lingkungan bekerja.
akibat fasilitas pelayanan (Kemenkes RI,
Berdasarkan pada studi pendahuluan
2018). Menurut Indriyani et. al (2022)
manajemen risiko adalah proses yang
yang dilakukan oleh peneliti, maka perlu
proaktif dan kontinu meliputi dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi
identifikasi, analisis, evaluasi, bagaimana penerapan manajemen risiko di
pengendalian, informasi komunikasi, unit kerja RMIK, secara khusus di bagian
pemantauan, dan pelaporan risiko, tempat pendaftaran pasien rawat jalan di
termasuk berbagai strategi yang rumah sakit.
dijalankan untuk mengelola risiko dan
potensinya. METODE
Salah satu unit pelayanan penunjang Jenis penelitian yang digunakan dalam
medis di rumah sakit adalah unit kerja penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
rekam medis dan informasi kesehatan dengan rancangan case study. Subjek penelitian
adalah 4 orang informan yang ditentukan
(RMIK). Unit kerja RMIK meliputi
dengan teknik purposive sampling. Informan
beberapa sub bagian yang dimulai dari
utama adalah Kepala Instalasi RM, Koordinator
bagian pendaftaran pasien,
Bagian TPPRJ dan Petugas TPPRJ. 3 orang
pendistribusian, penataan, analisis, informan ini berperan sebagai informan
klasifikasi diagnosa dan tindakan, statistik triangulasi, serta adanya 1 informan tambahan
dan pelaporan, penyimpanan rekam untuk triangulasi yaitu staf komite pencegahan
medis, pengambilan kembali, penyusutan dan pengendalian infeksi rumah sakit.
serta pemusnahan rekam medis. Pengumpulan data penelitian dilakukan
Tempat Pendaftaran Pasien Rawat dengan wawancara mendalam serta observasi
Jalan (TPPRJ) merupakan unit terdepan keadaan yang ada di TPPRJ rumah sakit. Dalam
dalam pelayanan di rumah sakit. Sebagai proses analisis data dilakukan teknik
unit terdepan yang memberikan pelayanan triangulasi sumber untuk keabsahan data.
kepada pasien, maka TPPRJ perlu Triangulasi sumber dilakukan melalui
meminimalkan risiko dan bahaya yang pengecekkan data yang diperoleh melalui
dapat dialami oleh petugas maupun pasien beberapa sumber. Peneliti juga melakukan
yang datang berobat. Pada tempat verifikasi hasil wawancara dengan hasil
pendaftaran pasien memiliki risiko observasi untuk reliabilitas penelitian.
penularan penyakit cukup besar,
dikarenakan petugas pendaftaran HASIL DAN PEMBAHASAN

24 | J R M I K S T I A M A L A N G
P R O G R A M S T U D I R M I K 2 0 2 3
ISSN : 2722 – 9831 (Online)
ISSN : 2715 – 9817 (Printed)

1. Gambaran Faktor Risiko di TPPRJ juga pernah dialami oleh petugas


Berdasarkan hasil wawancara pendaftaran pasien.
dengan informan utama serta hasil Faktor ergonomi menjadi salah satu
observasi, maka peneliti melihat bahwa faktor risiko di TPPRJ. Hasil wawancara
terdapat beberapa faktor risiko di TPPRJ kepada Informan Koordinator TPPRJ
yaitu dari aspek fisik (suhu udara, menyatakan bahwa beberapa keluhan yang
pencahayaan, radiasi), aspek biologi dan diidentifikasi pada petugas adalah nyeri
aspek ergonomi. pada leher, nyeri pada bahu, nyeri kepala
Dalam upaya pengendalian risiko dan nyeri pada punggung. Penyebab dari
suhu udara menurut informan utama adanya keluhan tersbut menurut informan
upaya pengendalian risiko telah petugas TPPRJ lebih sering diakibatkan
dilakukan dengan adanya pengontrolan karena kurangnya peregangan yang
rutin terhadap suhu udara yang ada di dilakukan akibat terlalu sibuk dengan
TPPRJ rumah sakit. Salah satu cara pelayanan kepada pasien, bahkan ada
untuk memudahkan pengontrolan petugas yang double job sehingga harus
tersebut yakni dengan tersedianya alat lembur melewati jam kerja. Selain itu juga
pengukur suhu udara di Tempat. Selain dapat disebabkan karena kursi petugas yang
itu, sudah dilakukan proses pengadaan kurang ergonomis.
kipas angin uap agar suhu udara lebih
sejuk dan membuat nyaman bagi 2. Penerapan Manajemen Risiko di TPPRJ
petugas dan pasien. Akan tetapi hasil Penerapan Manajemen Risiko di
pengukuran suhu yang dilakukan oleh Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
peneliti menemukan di TPPRJ rumah dilaksanakan oleh Instalasi Rekam Medis
sakit nilai rata-rata suhu berada pada yang dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi
31,2˚C. Nilai suhu tersebut belum Rekam Medis. Dalam penerapannya
memuhi standar suhu ruangan di pimpinan unit kerja berkoordinasi dengan
lingkungan rumah sakit, yaitu berkisar komite pencegahan dan pengendalian
pada 20 – 28 ˚C (Kemenkes, 2019) infeksi rumah sakit (PPI)
Hasil observasi juga menemukan Dari hasil wawancara peneliti
bahwa pencahayaan di ruang mengetahui bahwa dalam pelaksanaannya
pendaftaran pasien rawat jalan sudah terdapat identifikasi risiko, analisa risiko
sesuai standar dengan nilai 104 lux. serta pengendalian risiko. Hasil identifikasi
Standar penerangan yang baik menurut risiko di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Jalan selanjutnya dilakukan analisa risiko
Tahun 2019 tentang Kesehatan menggunakan risk grading matrix. Kemudian
Lingkungan Rumah Sakit yaitu ≥100lux. dilakukan penilaian risiko untuk
Dari hasil wawancara, petugas mengetahui peringkat risiko, prioritas risiko
pendaftaran sering mengeluhkan mata serta analisis biaya manfaat di setiap
perih, mata kering dan penglihatan tahunnya. Dari hasil observasi peneliti
kabur karena rata-rata waktu bekerja di menyimpulkan bahwa risiko di Tempat
Tempat Pendaftaran Pasien Rawat yaitu Pendaftaran Pasien Rawat Jalan rumah sakit
7 jam per hari dan dari hasil observasi tergolong ke dalam kriteria risiko level satu.
layar komputer belum terpasang anti Adapun sistematika alur pelaporan
radiasi. setiap kejadian risiko infeksi yang terjadi di
Dari aspek biologi hasil Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan,
wawancara peneliti dengan informan terlebih dahulu dilaporkan kepada
utama menyimpulkan bahwa di TPPRJ koordinator Tempat Pendaftaran Pasien
rumah sakit sangat berpotensi Rawat Jalan kemudian disampaikan kepada
terjadinya penularan penyakit ataupun Kepala Instalasi Rekam Medis untuk
virus dari pasien kepada petugas, selanjutnya dilaporkan kepada Komite PPI
maupun sebaliknya. Di masa pandemic dan ditindak lanjuti oleh pihak yang
Covid-19 penularan virus dari pasien berwenang.
kepada petugas sering terjadi. Hal ini Tempat Pendaftaran Pasien memainkan
terbukti dari adanya beberapa petugas peran besar dalam manajemen risiko di
TPPRJ yang terpapar dengan virus rumah sakit. Penerapan manajemen risiko
Covid-19. Menurut informan utama yang tepat dapat menghindari terjadinya
yaitu petugas TPPRJ kasus dermatitis kejadian tidak diharapkan (KTD) maupun
25 | J R M I K S T I A M A L A N G
P R O G R A M S T U D I R M I K 2 0 2 3
ISSN : 2722 – 9831 (Online)
ISSN : 2715 – 9817 (Printed)

penyakit akibat kerja. Namun dengan maturitas manajemen risiko rendah


berdasarkan hasil wawancara dengan 3 indek pelaporan risiko atau insiden hanya 50%.
informan utama diketahui bahwa saat Dari hasil pengamatan peneliti penerapan
ini pelaksanaan manajemen risiko di manajemen risiko di rumah sakit sudah
TPPRJ belum maksimal dikarenakan berjalan, namun masih belum optimal karena
belum ada panduan atau standar belum sampai pada evaluasi yang menyeluruh
prosedur operasional yang terkait dari pihak manajemen mutu rumah sakit.
manajemen risiko. Dari hasil
wawancara dengan staf PPI, juga PENUTUP
menyatakan bahwa belum semua unit Dari hasil wawancara dan observasi
kerja memiliki SPO yang spesifik peneliti dapat menyimpulkan bahwa
mengatur tetang manajemen risiko. penerapan manajemen risiko sudah berjalan
Upaya yang dilakukan saat ini hanya namun belum maksimal, dikarenakan belum
memberikan edukasi yang sifatnya adanya SPO yang spesifik mengatur terkait
sosialisasi. Hal ini tentunya menurut manajemen risiko di TPPRJ. Proses
peneliti belum sepenuhnya efektif. manajemen risiko yang sudah berjalan
Menurut Yulianingtyas et. al (2016) adalah mengidentifikasi risiko, Analisa
dalam sosialisasi manajemen risiko di risiko serta pengendalian risiko. Adapun
rumah sakit belum mampu sepenuhnya faktor risiko di bagian TPPRJ meliputi aspek
memberikan pengetahuan dasar terkait fisik, aspek biologi dan aspek ergonomi.
manajemen risiko, karena dari hasil
penelitian sebelumnya masih banyak
staf yang memiliki pengetahuan rendah
meskipun sudah mengikuti sosialisasi. DAFTAR PUSTAKA
Dari hasil observasi peneliti juga Elsa Indriyani, Somah Taufik Halawa, Fatmainnah,
menemukan bahwa Sistem Manajemen Tombek Robert Tua Sihombing, & M. L. Denny
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ruma Tewu. (2022). ANALISIS MANAJEMEN
Sakit (SMK3RS) juga belum sepenuhnya RISIKO SUMBER DAYA MANUSIA (STUDI
berjalan, terutama di unit kerja RMIK. KASUS RUMAH SAKIT RSUD dr. H.
Hal ini sangat perlu diterapkan secara JUSUFSK). Jurnal Manajemen Risiko, 3(1), 69–90.
menyeluruh di TPPRJ, dikarenakan https://doi.org/10.33541/mr.v3i1.4485
Sistem Manajemen Kesehatan dan Kemenkes. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
(SMK3RS) memiliki indikator budaya Kesehatan lingkungan Rumah Sakit. 8(5), 55.
keselamatan meliputi kebijakan, Kemenkes RI. (2018). Pedoman Keselamatan Pasien dan
manajemen risiko, komunikasi, Manajemen Risiko Fasilitas Kesehatan Tingkat
pelatihan, pencatatan, pelaporan, Pertama (FKTP). 1–36.
lingkungan kerja, kepemimpinan, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
pembelajaran organisasi, kepatuhan, Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit.
partisipasi, dan kerjasama tim Edisi 1.1.Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah
(Kemenkes, 2016). Indikator-indikator Sakit (KARS). 2020
tersebut dapat ditemukan juga pada Liana, D., Lestari, D., Dwijayanti, F., & Fauziah, N.
elemen penilaian dalam Instrumen (2021). BUDAYA KESELAMATAN STAF KLINIS
Standar Nasional Akreditasi Rumah RUMAH SAKIT TERAKREDITASI YANG
Sakit (SNARS) edisi 1.15 (Liana et al., MENJADI RUJUKAN COVID-19. 03, 84–90.
2021). Nainggolan, E. C., Yuniti, N. M., & Adiguna, I. M. A.
Penerapan manajemen risiko yang (2020). Implementasi Sistem Pengendalian
belum berjalan sepenuhnya, Internal Rumah Sakit Mata Bali Mandara
menunjukkan bahwa pelaksanaan (SIPRIMA) dalam Manajemen Risiko. The
manajemen risiko di organisasi Journal of Hospital Accreditation, 2(02), 52–56.
pelayanan kesehatan saat ini masih https://doi.org/10.35727/jha.v2i02.46
belum efektif. Menurut Piper dalam Olii, M. W., Rivai, F., & Palutturi, S. (2019).
Nainggolan (2020) hanya kurang dari Implementasi Manajemen Risiko Klinis Dan
sperempat organisasi di dunia Faktor-Faktor Yang Mempengruhi Pada Rumah
menerapkan manajemen risiko yang Sakit Di Kota Makassar. Jurnal Kesehatan
matur. Hasil penelitian Olii (2019) juga Masyarakat Maritim, 2(1), 106–120.
menyatakan bahwa pada rumah sakit https://doi.org/10.30597/jkmm.v2i1.10063
26 | J R M I K S T I A M A L A N G
P R O G R A M S T U D I R M I K 2 0 2 3
ISSN : 2722 – 9831 (Online)
ISSN : 2715 – 9817 (Printed)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit.
Yulianingtyas, R., Wigati, P. A., & Suparwati, A.
(2016). Analisis Pelaksanaan Manajemen
Risiko di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Undip), 4(4), 121–
128.https://ejournal3.undip.ac.id/index.p
hp/jkm/article/view/13949

27 | J R M I K S T I A M A L A N G
P R O G R A M S T U D I R M I K 2 0 2 3

Anda mungkin juga menyukai