Anda di halaman 1dari 59

TINJAUAN PROSEDUR PELEPASAN permintaan data medis pasien.

INFORMASI MEDIS DALAM Kesimpulan: Pelepasan informasi


MENJAGA ASPEK KERAHASIAN medis, dokter sebagai pemberi hasil
REKAM MEDIS DI RSUD dr. pemeriksaan diharapkan dalam
DARSONO KABUPATEN PACITAN memberikan pelayanan, maupun
pemberi hasil resume medis
Risqi Vidia Astuti
(Prodi D3 PMIK STIKes Buana Kata Kunci: Prosedur pelepasan
Husada Ponorogo) informasi medis, Kerahasiaan rekam
medis.
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pendahuluan: Berdasarkan
pengamatan pelepasan informasi Latar Belakang
medis pada bulan Januari 2015 hingga
awal bulan Desember 2015 diketahui Rumah sakit digunakan sebagai
jumlah permintaan pelepasan informasi tempat rujukan masyarakat untuk
medis sebanyak 214 formulir dengan menerima pelayanan kesehatan berupa
ketentuan untuk keperluan resume pemeriksaan, pengobatan dan
medis sebanyak 80 formulir dengan pemulihan dari keadaan sakit. Sebagai
persentase 37%, asuransi sebanyak 68 suatu institusi pelayanan kesehatan
formulir dengan persentase 32%, jasa yang kompleks, padat pakar, dan padat
raharja sebanyak 47 formulir dengan modal. Kompleksitas rumah sakit ini
persentase 22% dan permintaan visum muncul karena pelayanan rumah sakit
et repertum sebanyak 19 formulir menyangkut berbagai fungsi
dengan persentase 9%. Penelitian pelayanan, pendidikan, dan penelitian,
bertujuan untuk mengetahui gambaran serta mencangkup berbagai tingkatan
umum dan menganalisis prosedur maupun jenis disiplin, agar rumah sakit
pelepasan informasi medis dalam mampu melaksanakan fungsi yang
menjaga aspek kerahsiaan rekam profesional baik dibidang teknis medis
medis di RSUD dr. Darsono Kabupaten maupun administrasi kesehatan
Pacitan. Metode: Jenis penelitian ini (Rustiyanto, 2009).
menggunakan penelitian diskriptif. Rumah sakit memiliki fungsi utama
Subjek Penelitian ini adalah petugas memberikan perawatan dan
yang melayanii permintaan data medis pengobatan yang sempurna kepada
pasien di RSUD dr. Darsono pasien baik pasien rawat inap, rawat
Kabupaten Pacitan. Hasil: Penggunaan jalan maupun pasien gawat darurat.
informasi medis pada bulan maret-mei Penyediaaan sarana pelayanan
2016 sebanyak 41 permintaan dengan kesehatan harus selalu memberikan
permintaan klaim asuransi yang paling pelayanan kesehatan kepada seluruh
banyak yaitu sebanyak 51,2%. lapisan masyarakat agar dapat
Prosedur dalam pelepasan informasi terwujud derajat kesehatan yang
medis di rumah sakit terdapat 2 SPO optimal (Depkes RI, 2006).
yaitu guna pegurusan visum et Sarana pelayanan kesehatan
repertum dan permintaan data dan atau dituntut untuk mampu menjaga
pemberian informasi rekam medis, unit kerahasiaan rekam medis karena
terkait pelepasan informasi adalah informasi didalam rekam medis bersifat
dokter, sub bag TU, sub bag rahasia, hal ini sesuai dengan
pengembangan, rekam medis, Permenkes Nomor.
keuangan, kepolisian, asuransi. Faktor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
prnghambat pelepasan informasi medis penyelenggaraan medical record rumah
adalah ketidakhadiran dokter dan tanda sakit, bahwa informasi tentang
tangan dokter yang belum ada ketika identitas, diagnosis, riwayat penyakit,
riwayat pemeriksaan dan riwayat Keperluan
N Juml
pengobatan pasien harus dijaga Penggunaan Persenta
kerahasiaanya oleh dokter, dokter gigi, o ah
Informasi se
tenaga kesehatan tertentu, petugas 1 Jasa Raharja 47 22%
pengelola dan pimpinan sarana 2 Visum Et
Repertum 19 9%
pelayanan kesehatan.
Menurut Pasal 1 Permenkes RI 3 Resume
Medis
80 37%
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang rekam medis. “Rekam medis 4 Asuransi 68 32%
yaitu berkas yang berisikan catatan dan Jumlah 214 100%
dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan Tujuan dalam penelitian ini untuk
dan pelayanan lain yang telah diberikan mengetahui penggunaan informasi
kepada pasien”. medis, prosedur pelepasan informasi
Petugas rekam medis dalam medis, unit terkait pelepasan informasi
kegiatan rumah sakit bertanggung medis dan faktor-faktor penghambat
jawab untuk mengevaluasi kualitas pelepasan informasi medis dalam
rekam medis itu sendiri guna menjamin menjaga aspek kerahasiaan rekam
keakurataan dan kelengkapan isi rekam medis di RSUD dr. Darsono Kabupaten
medis. Pimpinan rumah sakit Pacitan.
bertanggung jawab atas mutu
pelayanan medis dirumah sakit yang METODE
diberikan kepada pasien. Sedangkan
rumah sakit bertanggung jawab untuk Jenis desain penelitian dari
melindungi informasi yang ada di dalam penelitian ini adalah menggunakan
rekam medis terhadap kemungkinan penelitian deskriptif yaitu untuk
hilangnya keterangan ataupun mengetahui gambaran prosedur
memasukan data yang ada di dalam pelepasan informasi medis dalam
rekam medis atau dipergunakan oleh menjaga aspek kerahasiaan rekam
orang yang tidak berwenang medis di Rumah Sakit Umum Daerah
menggunakannya. (RSUD) dr. Darsono Kabupaten
Penyuguhan informasi yang diambil Pacitan.
dari rekam medis sebagai bukti dalam Subjek penelitian dalam penelitian
suatu sidang pengadilan, atau di depan ini adalah petugas rekam medis di
satu badan resmi lainnya senantiasa Rumah Sakit Umum Daerah dr.
merupakan proses yang wajar. Darsono Kabupaten Pacitan yang
Sesungguhnya rekam medis disimpan melayani permintaan pelepasan
dan dijaga baik-baik bukan semata- informasi medis pasien dengan teknik
mata untuk keperluan medis dan total sampling. Berhubung dalam
administratif, tetapi juga karena isinya pelepasan informasi medis petugas
sangat diperlukan oleh individu dan yang melayani hanya berjumlah 1
organisasi yang secara hukum berhak orang maka peneliti memutuskan
mengetahuinya (Depkes RI, 2006). menjadikan petugas tersebut sebagai
Berdasarkan observasi yang subjek penelitian.
dilakukan di RSUD dr. Darsono Variabel dependen pada penelitian
Kabupaten Pacitan pada bulan ini adalah kerahasiaan rekam medis,
Desember 2015 diketahui jumlah dan variabel independen dalam
permintaan pelepasan informasi medis penelitian ini adalah prosedur
sebanyak 214 permintaan yaitu sebagai pelepasan informasi medis.
berikut: Pengumpulan data menggunakan
Tabel 1. Data Penggunaan Informasi wawancara dengan petugas permintan
Medis di RSUD dr. Darsono Kabupaten data medis pasien dan data observasi
Pacitan Tahun 2015 terkait poses pelepasan informasi
medis pasien di RSUD dr. Darsono banyak yaitu guna klaim asuransi
Kabupaten Pacitan. sebanyak 21 permintaan dengan
Pengolahan data yang diperoleh dari persentase sebanyak 51,2% yang
observasi, wawancara dan terdiri atas asuransi sebagai berikut:
dokumentasi akan diolah dan ditelaah. Tabel 2. Permintaan Klaim Asuransi
Data yang diperoleh dari wawancara Bulan Maret – Mei 2016
tidak langsung ditulis pada lembar No Nama Asuransi Jumlah
pedoman wawancara tetapi peneliti 1 Jiwa Sraya 3
merekam pada alat perekam dan 2 BPJS Ketenagaan 1
selanjutnya akan diterjemahkan terlebih 3 Aviva 1
dahulu. Data yang diperoleh tidak diuji 4 AIA 1
dengan statistik tetapi hanya berupa 5 Avrist 1
uraian atau keterangan secara apa 6 Sinar Mas 1
adanya. 7 Bumiputera 6
Instrumen dalam penelitian ini terdiri 8 Medicili 1
dari: 9 PT. Taspen 2
1. Pedoman Wawancara (instrumen 10 Prudential 2
pendukung mengunakan alat 11 Adira 1
perekam dan alat tulis). 12 Bumida 1
2. Pedoman Observasi Jumlah 21

Dari Tabel 2. Diketahui asuransi


HASIL PENELITIAN Bumiputera sebagai asuransi yang
paling banyak meminta data medis
Penggunaan Informasi Medis di pasien.
Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Darsono Kabupaten Pacitan Prosedur Pelepasan Informasi Medis
Dalam pelepasan informasi medis di Dalam Menjaga Aspek Kerahasiaan
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rekam Medis di Rumah Sakit Umum
Darsono Kabupaten Pacitan, melalui Daerah dr. Darsono Kabupaten
observasi diketahui penggunaan Pacitan
informasi medis pasien pada bulan Di RSUD dr. Darsono Kabupaten
Maret – Mei tahun 2016 sebagai Pacitan terdapat SPO (Standar
berikut: Prosedur Operasional) terkait
Tabel 1. Persentase Keperluan pelepasan informasi medis dalam
Penggunaan Informasi Rekam Medis di menjaga aspek kerahasiaan rekam
RSUD dr. Darsono Kabupaten Pacitan medis yaitu dalam pembuatan visum et
Bulan Maret – Mei 2016 repertum dan permintaan data dan atau
Keperluan pemberian informasi rekam medis.
Persenta
No Penggunaan Jml Pelepasan informasi medis dalam
se
Informasi menjaga aspek kerahasiaan rekam
1 Jasa Raharja 4 9,8% medis belum semuanya menggunakan
2 Visum Et izin tertulis dari pasien, hal ini
Repertum 13 31,7%
3 Resume dikarenakan jika permintaan dari
Medis keluarga pasien tidak perlu meminta
1 2,4%
4 Surat izin dan surat kuasa dari pasien yang
Keterangan bersangkutan.
2 4,9%
5 Asuransi 21 51,2%
Jumlah 41 100%

Berdasarkan Tabel 1. Diketahui


penggunaan informasi medis paling
Unit Terkait Pelepasan Informasi Faktor - Faktor Penghambat
Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Pelepasan Informasi Medis Dalam
dr. Darsono Kabupaten Pacitan Menjaga Aspek Kerahasiaan Rekam
Unit terkait dalam pelepasan Medis di RSUD dr. Darsono
informasi medis pasien di RSUD dr. Kabupaten Pacitan
Darsono Kabupaten Pacitan meliputi : Faktor-faktor penghambat dalam
1. Direktur bertugas Melakukan pelepasan informasi medis di RSUD dr.
disposisi atau izin guna penelitian Darsono Kabupaten Pacitan adalah
dan pendidikan, pihak kepolisian sebagai berikut :
guna pengurusan surat keterangan 1. Verifikasi
medis. Pada saat akan dilakukan
2. Sub Bag Tata Usaha bertugas permintaan data medis atau surat
Menandatagani visum et repertum keterangan medis, dokter yang
yang di minta oleh kepolisian. merawat dan yang memberi hasil
3. Sub Bag Pengembangan bertugas pemeriksaan tidak berada di rumah
Bertanggung jawab untuk surat sakit karena ada kepentingan atau
masuk penelitian dan pendidikan sedang melaksanakan tugas di luar
yang diadakan di RSUD dr. Darsono rumah sakit, pasien atau orang yang
Kabupaten Pacitan. meminta pelepasan informasi medis
4. Sub Bag Informasi dan Pemgaduan tidak mendapatkan tanda tangan
(Rekam Medis) bertugas Melayani dokter sehingga harus menunggu
permintaan dan pembuatan surat dokter kembali pada hari berikutnya.
keterangan medis, mulai dari 2. Visum Et Repertum
pencarian berkas rekam medis Dalam pembuatan Visum Et
pasien, pembuatan data medis Repertum memerlukan waktu
pasien, memintakan tanda tangan pembuatan lebih lama dibandingkan
dokter yang merawat dan dengan permintaan pelepasan
memeriksa pasien, memintakan informasi medis lainnya yaitu antara
tanda tangan kepada kepala TU 4 hari hingga 1 minggu, hal ini
(tata usaha) untuk keperluan visum dikarenakan dokter yang merawat
et repertum, hingga tanda tangan tidak berada di tempat atau
direktur rumah sakit untuk pengantar menunggu verifikai dari dokter yang
visum et repertum. bersangkutan.
5. Dokter bertugas Memberikan 3. Resume Medis
pemeriksaan dan hasil pemeriksaan Pada saat permintaan pelepasan
serta menandatangani surat informasi medis, resume medis
keterangan medis yang sudah benar pasien belum selesai dilengkapi oleh
dan lengkap. petugas medis atau dokter yang
6. Keuangan bertugas sebagai merawat, sehingga petugas medis
administrasi dalam proses harus segera melengkapi resume
pembayaran pelepasan informasi medis tersebut agar dalam
medis. permintaan surat keterangan medis
7. Kepolisian bertugas Pihak kepolisian pasien dapat dilakukan.
bertugas memintakan surat 4. Waktu Pengambilan
keterangan medis pasien yang Dalam pembuatan permintaan
bersangkutan ke bagian informasi data medis untuk asuransi, surat
dan pengaduan (rekam medis) keterangan dan resume medis
8. Asuransi bertugas memintakan surat biasanya pembuatan memerlukan
keterangan medis pasien yang waktu 2x24 jam, sedangkan untuk
bersangkutan ke bagian informasi pembuatan visum et repertum
dan pengaduan (rekam medis) pembuatnyan 4 hari hingga 1
minggu lebih.
PEMBAHASAN PENELITIAN maka akan memudahkan petugas
dalam melayani permintaan data medis
Penggunaan Informasi Medis di pasien. Selain itu ruang penyimpanan
Rumah Sakit Umum Daerah dr. masih menjadi satu dengan unit rekam
Darsono Kabupaten Pacitan rekam medis, sehingga kerahasiaan
Penggunaan informasi medis di Sub berkas rekam medis pasien masih
Bag Informasi dan Pengaduan (Rekam cenderung rentan akan kebocoran
Medis) RSUD dr. Darsono Kabupaten karena masih memungkinkan pihak lain
Pacitan pada bulan Maret hingga Mei untuk keluar masuk ruang
2016 sebanyak 41 penggunaan yang penyimpanan.
terdiri dari permintaan klaim asuransi Sedangkan menurut Depkes RI
sebanyak 51,2%, visum et repertum (2006) hanya petugas rekam medis
sebanyak 31,7%, resume medis yang dibenarkan menangani rekam
sebanyak 2,4%, surat keterangan medis. Dokter-dokter, staf rumah sakit,
sebanyak 4,9%, dan asuransi jasa pegawai-pegawai dari bagian lain tidak
raharja sebanyak 9,8%. Dari diperkenankan mengambil rekam
keseluruhan permintaan data medis medis dari tempat penyimpanannya.
diketahui permintaan klaim asuransi
merupakan permintaan data medis Prosedur Pelepasan Informasi Medis
yang sering diminta yaitu sebanyak 21 Dalam Menjaga Aspek Kerahasiaan
permintaan, dengan asuransi Rekam Medis di Rumah Sakit Umum
Bumiputera sebagai asuransi yang Daerah dr. Darsono Kabupaten
paling banyak meminta yaitu 6 Pacitan
permintaan data medis. Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Pada saat ini semakinbanyak Darsono Kabupaten Pacitan dalam
usaha-usaha yang bergerak dibidang melayani permintaan pelepasan
asuransi, diantaranya adalah asuransi informasi medis sudah memiliki SPO
sakit, kecelakaan, pengobatan asuransi (Standar Prosedur Operasional) yaitu
tenaga kerja, asuransi pendidikan dan dalam pembuatan visum et repertum
lain-lain. Dengan meningkatnya dan permintaan data dan atau
kesadaran masyarakat untuk pemberian informasi rekam medis.
menggunakan jasa asuransi sehingga Tetapi belum memiliki SPO (Standar
makin banyak jumlah pemegang polis, Prosedur Operasional) tetap dalam
rumah sakit harus mampu mengadakan pembuatan klaim asuransi, Jasa
satu formulir standar yang memberikan Raharja, Pendidikan (Penelitian), dan
perlindungan maksimum pada pasien SPO pengangkatan anak (adopsi).
dan mempercepat untuk pengisian oleh Menurut Rustiyanto (2009)
petugas rumah sakit (Depkes RI, 2006). pemberian dan pemaparan isi dokumen
Sehingga pada dasarnya segala rekam medis, sebagai petugas rekam
permintaan pelepasan informasi medis medis harus mengetahui alur dan
baik digunakan sebagai klaim asuransi, prosedur dalam memberikan dan
visum et repertum (pengadilan), memaparkan isi dokumen rekam medis
resume medis, surat keterangan, jasa kepada orang lain atau pihak tertentu
raharja, pendidikan dan penelitian yang ingin mengetahui data medis
harus mampu melindungi kepentingan pasien. Sedangkan menurut Depkes RI
pasien, dokter, tenaga medis dan (2006) dalam pemberian informasi
rumah sakit, agar dikemudian hari tidak medis petugas harus mengikuti
terjadi tuntutan dan gugatan hukum prosedur yang berlaku, informasi medis
yang tidak diinginkan. dapat diberikan apabila pasien
Sarana dan prasaran juga sangat menandatangani serta memberikan
dibutuhkan dalam proses pelepasan surat kuasa kepada pihak ketiga untuk
informasi medis, dengan dukungan mendapatkan informasi medis
sarana dan prasarana yang lengkap mengenai dirinya, hal ini bertujuan
untuk melindungi rumah sakit dari medis). Sedangkan menurut Hendrik
tuntutan yang lebih jauh. (2011) pimpinan rumah sakit
Berdasarkan prosedur yang telah bertanggung jawab atas hilang, rusak,
ada diketahui belum berjalan dengan pemalsuan dan atau penggunaan oleh
semestinya, hal tersebut terjadi karena orang lain atau badan yang tidak
adanya ketidaksesuaian prosedur berhak terhadap rekam medis.
dengan pelaksanaannya dikarenakan Di RSUD dr. Darsono Kabupaten
kurangnya sosialisasi antara semua Pacitan dalam pengurusan surat
pihak yang berada di rumah sakit, keterangan medis Sub Bag Tata Usaha
selain itu evaluasi dan monitoring bertugas untuk menandatagani visum
sangat diperlukan guna pembuatan et repertum yang diminta oleh
prosedur atau SPO (Standar Prosedur kepolisian. Petugas bagian
Operasional) dalam permintaan pengembangan bertanggung jawab
informasi medis lainnya. untuk surat masuk penelitian dan
Terkait pelepasan informasi medis, pendidikan yang diadakan di RSUD dr.
belum seluruhnya menjamin Darsono Kabupaten Pacitan.
kerahasiaan informasi medis pasien, Dokter bertugas memberikan
hal ini dikarenakan dalam permintaan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
data medis belum semuanya meminta serta menandatangani surat
surat izin atau surat kuasa dari pasien keterangan medis yang sudah benar
yang bersangkutan. hal ini tidak sesuai dan lengkap. Menurut Depkes RI
dengan adanya prosedur dan SPO (2006) Dokter atau dokter gigi
tetap yang mengatur sesuai dengan bertanggungjawab akan kelengkapan
Permenkes dan kebenaran isi rekam medis. Di
No.269/MENKES/PER/III/2008 Pasal RSUD dr. Darsono Kabupaten Pacitan
11 Ayat (2) menyatakan bahwa pihak kepolisian dan asuransi bertugas
“penjelasan tentang isi rekam medis memintakan surat keterangan medis
hanya boleh dilakukan oleh dokter atau pasien yang bersangkutan ke bagian
dokter gigi yang merawat pasien informasi dan pengaduan (rekam
dengan izin tertulis pasien atau medis). Sedangkan Keuangan bertugas
berdasarkan peraturan perundang- sebagai administrasi dalam proses
undangan”. pembayaran pelepasan informasi
medis.
Unit Terkait Pelepasan Informasi Sub Bag Informasi dan Pengaduan
Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (rekam medis) dalam pemberian surat
dr. Darsono Kabupaten Pacitan keterangan medis, petugas
Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. bertanggungjawab melayani
Darsono Kabupaten Pacitan adapun permintaan dan pembuatan surat
pihak atau unit terkait pelepasan keterangan medis, mulai dari pencarian
informasi medis diantaranya adalah berkas rekam medis pasien,
Direktur, Sub Bag Tata Usaha, Sub pembuatan data medis pasien,
Bag pengembangan, dokter, keuangan, memintakan tanda tangan pasien dari
kepolisian, asuransi, Sub Bag Informasi dokter yang merawat dan memeriksa
dan Pengaduan (Rekam Medis). pasien, memintakan tanda tangan
Pemberian informasi medis kepada kepada kepala tata usaha untuk
pihak lain, sebagai pemilik rumah sakit keperluan visum et repertum, hingga
direktur rumah sakit bertugas untuk tanda tangan direktur rumah sakit untuk
melakukan disposisi atau izin dari pihak pengantar visum et repertum.
pasien, dan pihak pengadilan guna Sedangkan menurut Depkes RI (2006)
pengurusan surat keterangan medis. petugas rekam medis di rumah sakit
Akan tetapi surat keterangan medis harus menjaga berkas rekam medis
langsung ditujukan pada bagian tersebut disimpan dan ditata dengan
informasi dan pengaduan (rekam baik sehingga melindungi dari
kemungkinan pencurian berkas atau rumah sakit dituntut untuk menjaga
pembocoran isi berkas rekam medis kerahasiaan rekam medis pasien,
pasien. dengan melengkapi dan menyimpan
Dalam pelepasan informasi medis di rekam medis dengan aman sehingga
RSUD dr. Darsono Kabupaten Pacitan, menjaga kerahasian rekam medis
petugas yang melayani surat pasien, tetapi dalam pelaksanaannya
keterangan medis pasien hanya masih dijumpai masalah dan hambatan.
berjumlah 1 orang. Hal ini dikarenakan Ketika resume medis akan
petugas lain telah memiliki tugasnya digunakan untuk kepentingan
masing-masing. Selain itu petugas pelepasan informasi medis, masih
bagian permintaan informasi medis ditemukan berkas rekam medis pasien
juga merangkap pekerjaan lainnya yaitu belum selesai di resume oleh dokter
sebagai petugas filling rawat inap di yang merawat. Hal ini tidak sesuai
rumah sakit tersebut. dengan Permenkes Nomor.
Dari semua unit yang ada, dalam 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 5
pelepasan informasi medis semua unit Ayat (2) dan (3) menyatakan bahwa
terkait tersebut memiliki pengaruhnya “Rekam medis harus dibuat segera dan
masing-masing terhadap pelayanan dilengkapi setelah pasien menerima
permintaan data medis pasien. Akan pelayanan, dan pembuatan rekam
tetapi dokter sebagai pemberi medis dilaksanakan melalui pencatatan
pelayanan medis dan pemeriksa hasil dan pendokumentasian hasil
kesehatan pasien merupakan unit yang pemeriksaan, pengobatan, tindakan,
paling penting dalam segala pelayanan dan pelayanan lain yang telah diberikan
medis di rumah sakit, termasuk kepada pasien”.
pelayanan permintaan data medis Berdasarkan fakta dan teori yang
pasien. ada, kelengkapan resume medis
Selain itu petugas rekam medis sangat dibutuhkan guna terlaksananya
sebagai pelaksana pelayanan data pelayanan pelepasan informasi medis
medis pasien yang melayani pelepasan secara maksimal, pendokumentasian
informasi medis juga tidak kalah dan pencatatan yang sesuai dan tepat
pentingnya dengan dokter dalam hal waktu akan memudahkan petugas
pembuatan data medis pasien, tanpa dalam menjalankan tugasnya.
petugas permintaan data pasien di Selain kelengkapan data medis,
RSUD dr. Darsono Kabupaten Pacitan masalah lainnya adalah ketidakhadiran
pelayanan pelepasan informasi medis dokter ketika akan dimintai tanda
tidak akan berjalan dengan baik. tangan. Pada saat petugas ingin
meminta tanda tangan dokter, dokter
Faktor-faktor Penghambat Pelepasan yang merawat tidak berada di rumah
Informasi Medis Dalam Menjaga sakit, atau sedang melakukan tugas di
Aspek Kerahasiaan Rekam Medis di luar rumah sakit sehingga petugas
Rumah Sakit Umum Daerah dr. harus menunggu keesokan harinya
Dasono Kabupaten Pacitan atau hingga dokter kembali lagi.
Dalam pelepasan informasi medis di Menurut Permenkes Nomor.
RSUD dr. Darsono Kabupaten Pacitan, 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 5
faktor-faktor penghambat dan masalah Ayat (4) “Setiap pencatatan ke dalam
terkait pelepasan infomasi medis rekam medis harus dibubuhi nama,
adalah belum adanya verifikasi (tanda waktu dan tanda tangan dokter, dokter
tangan) dari dokter, visum et repertum, gigi atau tenaga kesehatan tertentu
resume medis, dan waktu pengambilan yang memberikan pelayanan
yang terlalu lama, hal ini banyak kesehatan secara langsung”.
disebabkan karena data yang diminta Kelengkapan data resume medis
belum lengkap dan dokter tidak berada maupun kehadiran dokter yang
ditempat. Sebagai instansi kesehatan merawat sama-sama berbengaruh
dalam proses pelepasan informasi lain Direktur, Sub Bag Tata Usaha,
medis, dengan adanya dokter dan Sub Bag Pengembangan, dokter,
didukung data yang lengkap akan keuangan, kepolisian, asuransi dan
membantu petugas dalam melayani Sub Bag Informasi dan Pengaduan
permintaan data medis pasien, selain (Rekam Medis).
itu mempercepat pembuatan data 4. Faktor penghambat proses
medis sehingga pasien tidak terlalu pelepasan informasi medis adalah
lama menunggu dalam permintaan data verifikasi, Visum et repertum,
medis. resume medis, dan waktu
pengambilan. Hal ini dikarenakan
KESIMPULAN ketidakhadiran dokter ketika
dibutuhkan untuk menandatangani
Berdasarkan hasil penelitian dan surat keterangan medis, dan data
pembahasan di Rumah Sakit Umum yang belum lengkap ketika resume
Daerah dr. Darsono Kabupaten Pacitan medis akan digunakan serta
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: pelepasan informasi medis belum
1. Pelepasan informasi rekam medis di semuanya meminta persetujuan dari
Sub Bagian Informasi dan pasien yang bersangkutan, sehingga
Pengaduan (Rekam Medis) pada dapat menghambat proses
bulan Maret sampai Mei 2016 pelepasan informasi medis pasien.
sebanyak 41 permintaan yang terdiri
dari 4 permintaan dengan
persentase 9,8% untuk keperluan DAFTAR PUSTAKA
jasa raharja, 13 permintaan dengan
persentase 31,7% untuk keperluan
visum et repertum, 1 permintaan Budiarto. Eko, 2002. Biostatistika untuk
dengan persentase 2,4% untuk kedokteran dan kesehatan
keperluan resume medis, 2 masyarakat. Jakarta: ECG.
permintaan dengan persentase 4,9%
untuk pembuatan surat keterangan Depkes RI, 2006. Pedoman
dirawat, dan 21 permintaan dengan Penyelenggaraan dan Prosedur
persentase sebanyak 51,2% untuk Rekam Medis Rumah Sakit di
kepeluan klaim asuransi. Indonesia Revisi II. Jakarta:
2. Dalam proses pelepasan informasi Bakti Husada.
medis guna menjaga kerahasiaan
rekam medis Rumah Sakit Umum Hatta. Gemala. R, 2008. Pedoman
Daerah dr. Darsono Kabupaten Manajemen Informasi
Pacitan telah memiliki SPO (Standar Kesehatan di Sarana Pelayanan
Prosedur Operasional) untuk Kesehatan. Jakarta: UI-Press.
keperluan visum et repertum dan
permintaan data dan atau pemberian Hendrik, 2011. Etika dan Hukum
informasi rekam medis. Akan tetapi Kesehatan. Jakarta: ECG.
belum memiliki prosedur tetap terkait Huffman. Edna K, 1999. Health
pelepasan informasi medis lainnya Information Management.
dan dalam proses pelepasan belum Padang: Apikes Dharma
terlaksana secara optimal, Lanbaw Padang.
pendokumentasian dan pencatatan
belum dilakukan secara menyeluruh
terutama pada penelitian dan Notoatmodjo. S, 2010. Metodologi
pendidikan. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
3. Pihak atau unit terkait pelepasan Rineka Cipta.
informasi medis di RSUD dr.
Darsono Kabupaten Pacitan antara
Riwidikdo. Handoko, 2013. Statistik
Kesehatan. Yogyakarta: Rohima
Press.

Rustiyanto. Ery, 2009. Etika Profesi


Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Saryono, 2011. Metodologi Penelitian


Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press.

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan


Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Undang-undang nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit.
Undang-Undang nomor 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.
269/MENKES/PER/III/2008 Tentang
Rekam Medis.

Panduan pelepasan informasi medis.


[internet]. Bersumber dari
https://www.scribd.com/doc/286740478
/Panduan-Pelepasan-Informasi-Rekam-
Medis [diakses pada 25 Fabruari 2016
jam 13.30].

http://library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawat
anpdf/207312066/bab3.pdf [diakses
pada 27 Februari 2016. 15.54]
KETERLAKSANAAN KODE ETIK PEREKAM MEDIS DI UNIT
RAWAT JALAN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN TERHADAP
PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMDIYAH MALANG
Ayunda Fitrotul Ula1, Farah Adiba2
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang
ayundaula13@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian keterlaksanaan kode etik perekam medis di unit rawat jalan
dalam memberikan pelayanan terhadap pasien di Rumah Sakit umum
Muhammadiyah Malang meliputi 2 hal, yaitu mengetahui keterlaksanaan kode etik
perekam medis dalam memberikan pelayanan terhadap pasien rawat jalan dan
mengetahui Faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya pelaksanaan kode etik di
rumah sakit. Tujuan tersebut untuk melaksanakan salah satu fungsi rekam medis
sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien. Pada penelitian ini
Masih ada petugas yang lulusan non Rekam medis, hal ini masih bertentangan
dengan kebijakan umum dalam keputusan direktur rumah sakit Universitas
Muhammadiyah Malang yang berbunyi semua petugas rekam medis wajib
berpendidikan Diploma 3 Rekam Medis dan memiliki izin kompetensi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Akan tetapi sudah dalam proses perapian, 3 masih berstatus
mahasiswa untuk menjaga keamanan serta kerahasian pasien, petugas yang non
RMIK bukan hanya disumpah saja pada saat penerimaan akan tetapi diberi edukasi
serta pengetahuan dalam pelayanan kesehatan rekam medis pasien, dan untuk
berpendidikan D3 perekam medis dan informasi kesehatan dalam rangka
memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh PERMENKES Nomor 55 tahun 2013
tentang penyelenggaraan pekerjaan perekam medis. Agar petugas lebih dapat
memberikan pelayanan kepada pasien untuk lebih maksimal dan sesuai aturan
yang berlaku selain itu juga mengikuti pelatihan, seperti seminar dan workshop
untuk meningkatkan kualitas kinerja petugas. Pada kegiatan administrasi
(pelepasan informasi), sudah melaksanakan perbaikan dalam pelepasan informasi
untuk melengkapi persyaratan per bulan Juli 2019. Untuk keterlaksanaan kode etik,
di bagian sub unit rekam medis sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan,
peraturan, serta SPO yang berlaku. Dalam hal ini untuk dapat dipertahankan atau
ditingkatkan dalam pelaksanaan kode etik di semua sub bagian unit rekam medis.

Kata Kunci: Keterlaksanaan Kode Etik, Perekam Medis, Pelayanan Pasien

Abstract
Aims of this study to implement the medical recorder code of ethics in the
outpatient unit in providing services to patients in the Muhammadiyah Malang
General Hospital include 2 things, namely knowing the implementation of the
medical recorder code of ethics in providing services to outpatients and to know the
factors that cause inadequate implementation of the code of ethics in hospital. The
aim is to carry out one of the functions of the medical record as a basis for
maintaining health and treating patients. In this study there are still officers who
graduated from non-medical records, this is still contrary to general policy in the
93
decision of the director of the hospital of the University of Muhammadiyah Malang
which reads that all

94
medical record officers must have a Diploma 3 Medical Record education and have a
competency permit by applicable regulations. But already in the process of the
fireplace, 3 are still students to maintain the safety and confidentiality of patients,
known-RMIK officers are not only sworn in at the time of admission but are given
education and knowledge in the health services of medical records of patients, and to
educate D3 medical recorders and information health to meet the standards set by
PERMENKES No. 55 of 2013 concerning the implementation of medical record work.
So that more officers can provide services to patients to be more optimal and by
applicable regulations but also follow the training, such as seminars and workshops to
improve the quality of staff performance. In administrative activities (information
release), improvements have been made in releasing information to complete the
requirements as of July 2019. For the implementation of the code of ethics, the medical
record sub-unit has been carried out properly in accordance with applicable regulations
and SPO. In this case, it can be maintained or improved in the implementation of the
code of ethics in all sub-units of the medical record unit.

Keywords: implementation of code ethics, medical record, healthy service

95
PENDAHULUAN Rahasia kedokteran (isi rekam medis)
Rumah sakit merupakan sarana tersebut dapat dibuka hanya untuk
kesehatan yang mutlak dibutuhkan kepentingan pasien untuk memenuhi
oleh segenap lapisan masyarakat permintaan aparat penegak hukum
dalam upaya peningkatan derajat (hakim majelis), permintaan pasien
kesehatan baik individu maupun
masyarakat (Griffiths, J, Innes,
Crawford, & A, 2014). Rumah Sakit
Umum Universitas Muhammadiyah
Malang adalah Rumah sakit swasta
milik Universitas Muhammadiyah
Malang ini, memiliki Rekam Medis
dengan ketentuan dan prosedur yang
telah ditetapkan oleh pihak Rumah
Sakit tersebut.
Dalam pelayanan
kesehatan masyarakat,
perilaku petugas kesehatan harus
mengikuti etika profesi dan tunduk
pada ketentuan hukum, peraturan
dan perundang-undangan yang
belaku. Kode etik profesi sangat
penting untuk diterapkan, karena
semakin meningkatnya tuntutan
terhadap pelayanan kesehatan dan
pengetahuan serta kesadaran hukum
masyarakat tentang prinsip dan nilai
moral yang terkandung dalam
pelayanan professional (Murni &
Suhartina, 2018). Kode etik profesi
mengandung karakteristik khusus
suatu profesi, berarti bahwa standar
profesi harus diperhatikan dan
mencerminkan kepercayaan serta
tanggung jawab diterima oleh profesi
dalam kontrak hubungan professional
antara tenaga kesehatan dan
masyarakat.
Setiap fasilitas kesehatan dalam
melaksanakan praktik kesehatannya
wajib menyimpan kerahasiaan yang
menyangkut riwayat penyakit pasien
yang tertuang dalam rekam medis.
96
sendiri atau berdasarkan ketentuan rekam medis yang baik dan benar,
perundang-undangan yang berlaku. tidak akan tercipta tertib administrasi
Berdasarkan latar belakang diatas rumah sakit sebagaimana yang
peneliti ingin mendeskriftifkan lebih diharapkan. Sedangkan tertib
jauh tentang “Keterlaksanaan kode administrasi merupakan salah satu
etik perekam medis di unit rawat jalan faktor yang menentukan di dalam
dalam memberikan pelayanan upaya
terhadap pasien”.

KAJIAN LITERATUR
Rekam Medis
Rekam Medis merupakan
dokumen yang berisikan catatan dan
dokumen terkait tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang
sudah dilakukan kepada pasien
(Permenkes 269, tahun 2008).
Sedangkan menurut Butt (2010)
Rekam Medis adalah fakta-fakta atau
bukti kondisi pasien, riwayat penyakit
dan pengobatan masa lalu serta saat
ini yang di tulis oleh profesi kesehatan
yang memberikan pelayanan kepada
pasien tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor
269/MENKES/PER/III/2008
disebutk
an bahwa rekam medis adalah
berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (Heudorf,
Boehlcke, & Schade, 2012). Tujuan
rekam medis adalah membantu
secara aktif tercapainya tertib
administrasi sebagai implementasi
dari upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Tanpa
didukung suatu sistem pengelolaan

97
pelayanan kesehatan di rumah sakit. dilihat pada Peraturan Bab Iv tentang
(Permenkes 269, tahun 2008). Penyimpanan, Pemusnahan dan
Tujuan terselenggaranya pelayanan Kerahasiaan pasal 10 ayat 1 Peraturan
rekam medis adalah untuk menunjang Menteri Kesehatan
tercapainya tertib administrasi dalam
rangka upaya peningkatan kesehatan di
rumah sakit. Berikut beberapa fungsi
dari rekam medis yaitu (Burke, Rooks,
Levy, Schwartz, & Ginde, 2015):
a. Sebagai dasar pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan pasien.
b. Sebagai bahan pembuktian
dalam perkara hukum.
c. Sebagai bahan untuk
keperluan penelitian dan pendidikan
d. Sebagai dasar pembayaran
biaya pelayanan kesehatan.
e. Sebagai bahan untuk
menyiapkan statistik kesehatan.

Kode Etik
Etika profesi atau kode etik ialah,
ciri profesi yang bersumber dari nilai-
nilai internal dan eksternal suatu
disiplin ilmu dan merupakan
pernyataan komprehensif suatu
profesi yang memberikan tuntutan
bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi (Heudorf et al.,
2012). Kode etik perekam medis
adalah Pedoman sikap dan prilaku
Perekam Medis dalam menjalankan
sert
a
mempertanggungjawabkan segala
tindakan profesinya baik kepada
profesi, pasien, maupun masyarakat
luas (Deniger, Troller, & Kennelty,
2015).
Sumber hukum yang dapat
dijadikan acuan dalam masalah
kerahasiaan suatu informasi yang
menyangkut rekam medis pasien dapat
98
No.269/MENKES/PER/III/2008 dengan menggunakan pendekatan
tenta kualitatif.
ng rekam medis yang berbunyi Definisi Konsep penerapan etika
“informasi identitas, diagnosis, profesi adalah pelaksanaan etika
riwayat penyakit, riwayat profesi perekam medis yang dilihat
pemeriksaan dan riwayat dari pelayanan, pemberian informasi
pengobatan harus dijaga yang terkait keterlaksanaan kode etik
kerahasiaannya oleh dokter, dokter pada unit rawat jalan. Subjek pada
gigi, tenaga kesehatan tertentu, oleh penelitian ini adalah 5 petugas rekam
petugas pengelola dan pimpinan medis di Rumah Sakit Umum
sarana pelayanan kesehatan”.
Kewajiban umum Kode Etik
Perekam Medis Berdasarkan
Permenkes 377 :
1. Perekam medis lebih
mengutamakan pelayanan dari
pada kepentingan pribadi dan
selalu berusaha memberikan
pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan
yang bermutu.
2. Perekam medis selalu menjujung
tinggi doktrin kerahasiaan dan hak
atas informasi pasien yang terkait
dengan identitas individu atau
sosial.
3. Perekam medis wajib
melaksanakan tugas yang
dipercaya pimpinan kepadanya
dengan penuh tanggung jawab,
teliti dan akurat.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian menggunakan
metode penelitian deskriptif yaitu
menggambarkan atau menganalisis
suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
(Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini
menggambarkan tentang
keterlaksanaan kode etik petugas
rekam medis secara langsung
99
Universitas Muhammadiyah Malang. penelitian sesuai dengan keadaan
Objek pada penelitian ini adalah sebenarnya, yang
Keterlaksanaan kode etik perekam
medis pada unit rawat Rumah Sakit
Umum Universitas Muhammadiyah
Malang. Instrumen pada penelitian ini
dengan menggunakan pedoman
wawancara dengan memberikan
pertanyaan kepada petugas rekam
medis di Rumah Sakit Umum
Universitas Muhammadiyah Malang.
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis data
data perimer dan data sekunder. Data
primer adalah data atau fakta yang
diperoleh dan dikumpulkan sendiri
oleh peneliti. Data yang diperoleh
adalah dari hasil wawancara kepada
petugas rekam medis. Sedangkan
data sekunder adalah data yang
mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah
ada dilapangan. Sedangkan
pengumpulan data penelitian ini
dengan Observasi dan Wawancara.
Teknik pengolahan data pada
penelitian ini dilaksanakan dengan
tahap- tahap sebagai berikut:
a. Collecting
Yaitu mengumpulkan data.
b. Editing
Data yang diperoleh perlu
disunting (edit) terlebih dahulu,
kalau ada data yang ternyata
masih belum lengkap maka harus
segara dilengkapi.
c. Tabulasi
Yaitu membuat tabel-tabel data
sesuai dengan tujuan penelitian
(Notoatmojo, 2010:174-176).
Teknik analisis data yaitu
analisis deskriptif dimana peneliti akan
memaparkan hasil-hasil dari
100
dibandingkan dengan teori yang
terkait etika profesi perekam medis D. Setiap kali ada pegawai lulusan
kemudian diambil suatu kesimpulan non RMIK masuk langsung
tanpa melakukan uji statistik. disumpah, sama

HASIL & PEMBAHASAN


Hasil
1. Keterlaksanaan Kode Etik di Unit
Rawat Jalan
Pelayanan Rawat jalan adalah
pelayanan pasien untuk observasi,
diagnosis, pengobatan, rehabilitas
medik, dan pelayanan kesehatan
lainnya tanpa menginap dirumah sakit.
Berdasarkan wawancara yang
dilaksanakan di RS UMM responden 1,
mengatakan bahwa:
A. Standart profesi dalam memenuhi
kode etik belum ada, kalau SPO
sudah ada tapi di buku pedoman,
masih ada petugas rekam medis
yang lulusan non RMIK akan tetapi
sudah proses perapian, 3 masih
berstatus mahasiswa.

B. Perekam medis hanya ada


kewenangan pengisian berkas dari
(dr, perawat) wajib mengisi kecuali
yang masih berstatus magang
tidak, dan ada wewenang bagi
petugas TPP RJ di buku pedoman,
semua petugas Rekam Medis
memiliki wewenang masing-
masing, semuanya ada di buku
pedoman”.

C. Di Rumah Sakit umum


Universitas Muhammadiyah
Malang, SPM sama dengan SPM
yang sudah ada, kalau SPO untuk
ketentuan kode etik belum ada.

101
sumpahnya dengan petugas untuk mempercepat pendaftaran.
yang lulusan RMIK.

E. Berdasarkan Standart profesi


tertinggi yaitu (Perekam Medis tidak
menyebarkan rahasia pasien).

F. SPM Perekam Medis yang


diterapkan di RS UMM tertera pada
buku Pedoman Pengorganisasian
Instalasi Rekam Medis yaitu:
1. Proses pendaftaran pasien rawat
jalan memiliki waktu ≤ 10 menit
atau sesuai dengan Standart
Pelayanan Minimal (SPM)
2. Mengupayakan Dokumen Rekam
Medis kembali ke bagian Rekam
Medis maksimal 2X24 jam sesuai
dengan SPM
3. Mengupayakan
pencapaian kelengkapan
pengisian Informed Consent
untuk pasien pre operasi 100%
terisi lengkap sesuai dengan
SPM
4. Mengupayakan
pencapaian kelengkapan
pengisian catatan medis
(KLPCM) 100% terisi lengkap
sesaat sebelum pasien pulang.

2. Keterlaksanaan Kode Etik TPP


RJ
Tempat Pendaftran Pasien Rawat
Jalan (TPP RJ) adalah tempat
pertama waktu pasien menerima
pelayanan dari suatu rumah sakit
disebut juga loket pendaftaran.
Berdasarkan wawancara yang
dilaksanakan di RS UMM responden
2, mengatakan bahwa:
A. Di TPP sudah melayani untuk
pendaftaran online
102
B. Ada pedoman yang mengatur Rekam medis berbeda.
dalam pemberian informasi
berdasarkan SPO yang telah
diterapkan rumah sakit.

C. Kalau asuransi yang sudah


bekerjasama, pasti langsung
konfirmasi kepihak asuransi
(resume langsung dijawab) kirim
via e-mail, otomatis langsung
masuk rumah sakit datanya, kalau
asuransi yang belum bekerja sama
ada surat keterangan dari pihak
asuransi (surat jminan) dan
persyaratannya tidak boleh via
telfon. Surat masuk ke rumah
sakit, setelah itu diarahkan ke
Rekam medis, di regristrasi
permintaan, atau biasanya dari
pihak asuransi ada surat kuasa.

D. Setiap pasien yang datang ditanya


siapa namanya, alamat, di cek
sistem, kemudian diarahkan
keruangan untuk penanyaan
nama sebagai pemastian kenal
tidaknya dia.

E. Pasien juga diwajibkan membawa


kartu asuransi dan KTP, karena
biasanya ada beberapa pasien
yang memerlukan rujukan.

F. Kalau pasiennya balik lagi diberi


tahu, untuk membawa kartu KIB,
identitas lengkap (KTP atau KK).

G. Untuk pasien lama identitas


kebanyakan sudah lengkap.

H. Tanggung jawab petugas non


PMIK, dan PMIK di TPP RJ itu
sama, kecuali dibagian TPP RI dan
103
I. Di Rumah sakit umum Universitas
Muhammadiyah Malang SDM TPP D. Alurnya filling dalam memenuhi
RJ berjumlah 10 orang, 4 orang permintaan, filling mengeluarkan
lulusan Rekam Medis (2 part time, BRM sesuai dengan permintaan.
2 full), 6 orang lainnya non Rekam Permintaan didistribusikan, untuk
Medis. pasien rawat

3. Keterlaksanaan Kode Etik


Filling
Filling adalah suatu rangkaian kerja
yang teratur, dapat dijadikan pedoman
untuk penyimpanan arsip sehingga saat
diperlukan bisa ditemukan kembali
dengan cepat dan tepat. Kearsipan
adalah semua kegiatan pengurusan
arsip, penyimpanan (filling), penemuan
kembali, penyelamatan arsip
(pengamanan), pemeliharaan,
perawatan, penyusunan, pemindahan,
pemusnahan, dan penyerahan.
Berdasarkan wawancara yang
dilaksanakan di RS UMM responden 3,
mengatakan bahwa:
A. Tidak mengeluarkan berkas
rekam medis untuk kepentingan
pribadi. Berkas rekam medis
bukan hanya dipakai untuk
kepentingan kesehatan saja tapi
juga untuk penelitian dan untuk
pelaporan internal rumah sakit.

B. Sistem penyimpanan yang


diterapkan disini adalah sistem
sentralisasi, dimana antara rekam
medis rawat jalan dan rawat inap
disimpan menjadi satu dalam
(filling) satu map.

C. Sistem penjajarannya
Straight Numerical Filling/sistem
penyimpanan angka dengan sistem
penyimpanan angka langsung.

104
jalan dikirim petugas distribusi petugas yang meminjam atau yang
ke poliklinik masing-masing, diberi kuasa.
pasien IGD dan rawat inap dikirim
petugas distribusi ke IGD, dan F. Ketentuan pemusnahan BRM di
untuk managemen dan lainnya rumah sakit umum Universitas
diambilkan oleh petugas distribusi Muhammadiyah
dan diberikan langsung kepada
bagian yang meminjam di instalasi
rekam medis, sedangkan alur atau
prosedurnya petugas rekam
medis mencarikan BRM yang
akan dipinjam, mengganti berkas
yang keluar rak dengan tracer,
menandatangani buku
peminjaman BRM jika dipinjam,
lalu dikirimkan, dan menyimpan
BRM yang telah dikembalikan
pad arak filling dengan cara
mengambil tracer dari rak dan
mengantinya dengan berkas yang
dimaksud.

E. Pengendalian rekam medis,


permintaan rutin terhadap rekam
medis seperti untuk kepentingan
pasien berobat kembali, maka
petugas pendaftaran menulis
tracer sebagai permintaan BRM
yang dimaksud untuk dikeluarkan
dari rak penyimpanan oleh
petugas filling, selanjutnya dicatat.
dalam buku pengeluaran BRM
permintaan untuk kepentingan
administrasi keuangan (asuransi)
maka harus mengisi bon
permintaan dan waktu yang
diberlakukan 2 X 24 jam berkas
harus dikembalikan keruang
penyimpanan, untuk permintaan
tidak langsung melalui telpon
hanya sebagai informasi untuk
disiapkan, tetapi pengambilan
berkas tetap diambil sendiri oleh
105
Malang dibentuk tim pemusnah, tindakan selanjutnya, serta pihak BPJS
Rekam medis yang masih kesehatan untuk keperluan asuransi
mempunyai nilai guna tidak guna mengajukan klaim asuransi biaya
dimusnahkan, membuat pertelaan perawatan dan pengobatan pasien
bagi Rekam medis aktif yang telah supaya bisa dipastikan asuransi yang
dinilai, daftar pertelaan BRM yang diajukan sudah sesuai dengan
akan dimusnahkan dilaporkan kesepakatan yang telah disetujui.
kepada direktur Rumah Sakit dan
Direktur Jendral pelayanan medis
kesehatan RI, kemudian
dimusnahkan.

4. Keterlaksanaan Kode Etik


Assembling Assembling merupakan
perakitan dokumen rekam medis
dengan menganalisis kelengkapan
berkas rekam medis. Atau
penggorganisasian formulir yang
menggambarkan siapa, apa, kapan,
dan bagaimana dalam hal
pelayanan kesehatan pasien yang
merupakan bukti tertulis tentang
dokumen resmi rumah sakit secara
kronologis. Berdasarkan wawancara
yang dilaksanakan di RS UMM
responden
4, mengatakan bahwa:
Tugas Asembling butuh ketelitian,
dan keakuratan agar berkas tidak
tercecer atau hilang. Maka Perekam
Medis wajib melaksanakan tugas yang
dipercaya pimpinan kepadanya dengan
penuh tanggungjawab, teliti dan akurat.

5. Keterlaksanaan Kode Etik


Administrasi (Pelepasan
Informasi)
Pelepasan informasi adalah data
rekam medis yang diminta oleh
pasien, dokter, dan tenaga
kesehatan lainnya, guna
menentukan pengobatan dan
106
Berdasarkan wawancara yang hanya meminta KTP dan KK jika
dilaksanakan di RS UMM responden 5, yang meminta surat kuasa itu
mengatakan bahwa: perwakilan, karena kebanyakan
A. Setiap pengajuan pelepasan surat kuasa diminta oleh
informasi baik pasien, dokter,
tenaga kesehatan lainnya, harus
melalui rekam medis dahulu.

B. Kalau di Rumah Sakit umum


Universitas Muhammadiyah ini
sendiri belum ada prosedur yang
mengatur tentang pelepasan
informasi, karena pelepasan
informasi untuk kecelakaan
misalnya itu hanya sebatas Visum.

C. Karena selama ini belum ada kasus


yang seperti itu, jika ada pelepasan
informasi untuk asuransi pada
kasus kecelakaan rumah sakit
mendapat surat resmi dari
lakalantas, kalau kasus semacam
pembunuhan itu dari pihak
kepolisian biasannya langsung
membawa kasus tersebut ke
Rumah sakit tipe A karena di RS
UMM ini masih milik swasta, dan
belum pernah ada untuk
kepentingan visum meninggal
secara tidak wajar, karena di rumah
sakit ini tidak ada dr.forensiknya
sedangkan pada kasus- kasus yang
demikian harus di tangani oleh
dokter forensik.

D. Pada bulan Juni kebelakang, saya


belum memberlakukan KTP dan
KK pada bulan Juni yang meminta
resume 16 pasien, sedangkan
kelengkapan persyaratan
dilengkapi mulai bulan Juli dari 21
pasien itu persyaratannya
lengkap, sebelum bulan Juli saya
107
pasien yang berasuransi pihak 2008, bab IV pasal 10 tentang
asuransi (sudah ada surat kuasa Rekam Medis
sendiri) dan resume rawat jalan Responden 1 mengatakan bahwa:
biasanya diminta untuk pindah
berobat”. A. Informasi tentang identitas,
diagnosis, dan sebagainya sudah
E. Kalau untuk BPJS yang dijaga dan ada
pasiennya menggunakan asuransi
lain biasanya juga meminta surat
kuasa, akan tetapi dari kebijakan
rumah sakit berdasarkan kode etik
kedokteran hanya bisa
membuatkan untuk 1 asuransi
saja, dan belum ada form khusus
untuk mengecek kelengkapan
persyaratannya hanya ada form
surat permohonan resume, dan
permohonan surat kuasa.

F. Contoh kasus ada orang


meninggal, dia tidak menikah dan
tidak punya anak, keluarganya
mau mengambil tabungan yang
meninggal tadi di bank, jadi
perwakilan keluarga minta
resume untuk kebutuhan klaim,
agar dana dapat diambil, jadi saya
meminta KTP perwakilan, KTP
orang yang meninggal, KK orang
yang meninggal, surat kuasa orang
yang mengambil dan matrai 6000,
jika untuk kepentingan asuransi
orang meninggal persyaratannya
sama, untuk kepentingan
pencairan dana.

G. Untuk memperkuat pengarsipan


rumah sakit, buat jaga-jaga.

6. Keterlaksanaan Kode
Etik Berdasarkan Permenkes
no.269/ MENKES/ PER/III
108
ruang filing yang bisa dimasuki berikut:
oleh non. Rekam Medis sesuai 1. Masih banyak petugas dibagian
dengan keperluannya dan izin TPPRJ yang berlatar belakang
dari petugas. pendidikan bukan dari RMIK
melainkan dari non RMIK
B. (a) Untuk kepentingan kesehatan
pasien sudah terlaksana, setiap
kali pasien datang DRM
diserahkan pada petugas yang
melayani untuk pengisian DRM
tersebut sebaga kepentingan
kesehatan.
(b) Sudah memenuhi permintaan
aparatur, pembuatan resmi
sebatas visum lakalantas, pihak
Rekam Medis membuatkan visum
harus ada surat resmi dari pihak
kepolisian (kecelakaan), jika
penegak hukum (pemerkosaan
dan lain sebagainya) biasanya
tidak dirumah sakit UMM”. (c)
Sudah digunakan untuk klaim
Asuransi. (d) Sudah digunakan
sebagai laporan ke Dinkes, setiap
bulan dan tahun (program DBD,
TB dan sebagainya). (e) Sudah
digunakan untuk penelitian atau
pendidikan harus menyerahkan
surat dari instansi yang diajukan
kepada Rumah sakit.

C. Hanya sebatas (permintaan


resume) yang disetujui oleh
pasien itu sendiri, tidak tertulis
pada pimpinan, visum pimpinan
atau tanggungjawab pimpinan
ada di buku pedoman.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diatas
dapat diketahui bahwa permasalahan
yang ditemukan adalah sebagai
109
2. Persyaratan untuk pasien yang penunjang kelengkapan persyaratan
meminta resume dan membuat sesuai yang dibutuhkan dan
surat kuasa belum lengkap, ditetapkan oleh rumah sakit.
kelengkapan persyaratan tersebut
baru diberlakukan pada bulan Juli
tahun 2019.
Penyebab masalah pertama adalah
kurangnya SDM dibagian Rekam medis
sehingga unit rekam medis merekrut
petugas rekam medis
yang berlatarbelakang
bukan RMIK. Dan untuk masalah ke
dua, dikarenakan menurut petugas
selama ini permintaan resume banyak
yang dari asuransi, sehingga petugas
tidak meminta KTP dan KK sebagai
persyaratan, karena dalam form
Asuransi sudah tertera KTP dan KK
pasien.
Pemecahannya berdasarkan dari
buku pedoman kebijakan umum
dalam keputusan direktur rumah sakit
Universitas Muhammadiyah Malang,
serta ketentuan MIRM dalam SNARS
petugas perekam medis setidaknya
berkompetensi dalam bidang rekam
medis, Agar tidak menghambat
penilaian dalam akreditasi Rumah
Sakit. Berdasarkan wawancara
kepada responden bahwa sekarang
di rumah sakit umum Muhammadiyah
Malang telah proses penyesuaian
dimana 3 petugas dalam status
mahasiswa. Dan untuk petugas yang
non RMIK selain diharuskan
menempuh pendidikan DIII juga
mengikuti pelatihan, seperti seminar
dan workshop. Dan untuk yang kedua
Perlu adanya Form yang berisi
persyaratan untuk pelepasan
informasi (dalam permohonan
resume dan permohonan untuk
kepentingan klaim asuransi) Sebagai
110
KESIMPULAN & SARAN berbunyi “ Perekam medis wajib
Berdasarkan hasil penelitian menyimpan dan menjaga data rekam
yang penulis lakukan di Rumah sakit medis serta informasi yang
umum Universitas Muhammadiyah terkandung didalamnya sesuai
Malang dapat diperoleh kesimpulan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Masih ada petugas yang lulusan
non RMIK akan tetapi sudah
proses penyesuaian 3 masih
berstatus mahasiswa hal ini masih
bertentangan dengan kebijakan
umum dalam keputusan direktur
rumah sakit Universitas
Muhammadiyah Malang yang
berbunyi “ semua petugas unit
rekam medis wajib berpendidikan
Diploma 3 Rekam Medis dan
memiliki izin kompetensi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Petugas rekam medis sudah
menerapkan etika profesi dalam
penerimaan pasien serta
pelayanan pasien di TPP RJ
sesuai dengan etika profesi
perekam medis Dalam pasal 4
kode etik profesi rekam medis
yang berbunyi “ Perekam medis
lebih mengutamakan pelayanan
dari pada kepentingan pribadi dan
selalu berusaha memberikan
pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan
yang bermutu”.
3. Petugas rekam medis Filling telah
menerapkan etika profesi rekam
medis dalam keamanan berkas dan
kerahasian sesuai dengan etika
profesi pasal 2 yang berbunyi
“Perekam medis selalu menjalankan
tugas berdasarkan standart profesi
tertinggi”. Dan sudah melaksanakan
kewajiban umum kode etik
perekam medis pasal 4 yang
111
prosedur management, ketepatan riwayat pengobatan dapat dibuka
pimpinan, institusi, dan peraturan dalam hal:
perundangan yang berlaku”.
4. Pada kegiatan Assembling di rumah
sakit Universitas Muhammadiyah
Malang, DRM rekam medis yang
kembali baik pasien rawat jalan
maupun rawat inap sebelum kembali
ke ruang filling akan dilakukan
pengecekan di Assembling mengenai
jumlah formulir, urutan formulir,
maupun kelengkapan penulisan
selanjutnya dilakukan analisa
kualitatif dan kuantitatif. Hal ini sudah
melaksanak kode etik pasal 6 yang
berbunyi Perekam medis wajib
melaksanakan tugas yang dipercaya
pimpinan kepadanya dengan penuh
tanggungjawab, teliti dan akurat.
Petugas rekam medis telah
menerapkan etika profesi dalam
pemberian informasi yang terkait
dengan identitas individu atau sosial
pasien yang terdapat dalam pasal 5
kode etik profesi rekam medis yang
berbunyi Setiap pelaksanaan rekam
medis dan informasi kesehatan
selalu menjunjung tinggi doktrin
kerahasiaan dan hak kerahasiaan
perorangan dalam memberikan
informasi yang terkait dengan
identitas individu atau sosial. Guna
menjaga agar tidak terjadi
pembocoran informasi yang terkait
dengan identitas individu atau sosial
pasien. Dan juga telak memberikan
resume medis sesuai dengan
peraturan yang berlaku pada
Peraturan menteri kesehatan
No.29/MENKES/PER/III2008 bab IV
pasa 10 ayat 2 yaitu, informasi
tentang identitas, diagnosis riwayat
penyakit, riwayat pemeriksaan dan
112
a. Untuk kepentingan pasien. Griffiths, D., J, M., Innes, K., Crawford, K.,
b. Memenuhi permintaan aparatur & A, W. (2014). Communication
Between Residential Aged Care
penegak hukum dalam rangka
Facilities and the Emergency
penegak hukum atas perintah
Departement: A
pengendali.
c. Permintaan dan atau persetujuan
pasien sendiri.
d. Permintaan institusi
lembaga berdasarkan ketentuan
perundang - undangan.
e. Untuk kepentingan penelitian,
pendidikan dan audit medis.
5. Pada kegiatan administrasi
(pelepasan informasi), sudah
melaksanakan perbaikan dalam
pelepasan informasi untuk
melengkapi persyaratan mulai
bulan Juli.

DAFTAR PUSTAKA
Budi, Savitri, Citra. (2011). Manajemen
Unit Kerja RM. Yogyakarta:
Quantum Sinergis Media.
Burke, R., Rooks, S., Levy, C.,
Schwartz, R., & Ginde, A. (2015).
Identifying Potentially Preventable
Emergency Departement Visits by
Nursing Home Residents in The
United States. Journal Am Medical
Dir Association, 16(5), 5–9.
Bustami, M.S. (2001). Penjamin Mutu
Pelayanan Kesehatan
dan
Akseptabilitasnya, Padang:
Penerbit Erlangga.
Deniger, A., Troller, P., & Kennelty, K.
(2015). Geriatric Transitional Care
and Readmissions Review. Journal
Nurse Practice, 11(2), 48–52.
Departemen Kesehatan RI. (1989).
Peraturan Menteri
Kesehatan
RI
No.749a/Menkes/Per/XII/1989.
Jakarta: DEPKES RI.
Departemen Kesehatan RI Tanggal 19-
02- 1996. Macam-Macam ICD-10P.
113
Review of the Literature.
International Journal Nurse Study,
51(11), 17–23.
Guwandi, J. (2005). Rahasia Medis.
Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Hatta, Gemala. 2009. Pedoman
Manajemen Informasi Kesehatan
di Sarana Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: UIP.
Hatta, Gemala. (2010). Pedoman
Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI-
Press.
Heudorf, U., Boehlcke, K., & Schade, M.
(2012). Healthcare-
Associated Infections in Longterm
Care Facillities (HALT) in Frankfurt
am Main. European Surveill,
17(35), 20–25.
Ide, A. (2012). Etika dan Hukum dalam
pelayanan Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
(2008). Tentang Standart Pelayanan
Minimal Rumah Sakit. Jakarta:
Menkes RI No.
129/Menkes/sk/II/2008.
Meleong, L. (2007). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Murni, T., & Suhartina, I. (2018). Analisis
Penggunaan Kembali Map Rekam
Medis dalam Upaya Memperoleh
Efisiensi Biaya di Siloam Hospitals
Surabaya. Jurnal Kesehatan
Vokasional, 3(2), 53–61.
Republik Indonesia. (2009). Undang-
Undang Nomor 44 2009 Tentang
Rumah Sakit, Jakarta: Sekertariat
Negara.
Republik Indonesia. (2008).
PERMENKES RI Nomor:
269/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Rekam Medis.
Jakarta: Sekretaritan Negara.
Rustiyanto, E. (2009). Etika Profesi
Perekam Medis dan
Informasi
Kesehatan.Yogyakarta: Gresia Book
114
Publisher.
Sugiyono. (2010). Metodelogi Penelitian
Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.

115
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

ANALISIS SISTEM PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS


DALAM MENJAMIN ASPEK HUKUM KERAHASIAAN REKAM
MEDIS DI RUMAH SAKIT IMELDA
PEKERJA INDONESIA MEDAN
TAHUN 2018
1.
Erlindai; 2. Tania Yulita
1. Dosen APIKES Imelda, Jalan Bilal Nomor 52 Medan; 2. Alumni APIKES Imelda

E-mail: 1. erlindaipurba@gmail.com

ABSTRAK

Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk melindungi informasi kesehatan yang
terdapat di dalam rekam medis terhadap kemungkinan hilang, rusak, pemalsuan dan akses
yang tidak sah. Secara keseluruhan, keamanan (security), privasi (privacy), kerahasiaan
(confidentiality) dan keselamatan (safety) adalah perangkat yang membentengi informasi dalam
rekam medis. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini yaitu
Direktur Rumah Sakit, Kepala Rekam Medis Rumah Sakit dan Petugas Penyimpanan Rumah
Sakit. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan juga narasi dari hasil
wawancara yang dilakukan. Dan dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan sudah optimal dan sudah melaksanakan SOP. Bagi instansi rumah sakit agar
dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi pasien di RSU Imelda Pekerja Indonesia
Medan, sebaiknya untuk pencatatan peminjaman atau untuk melakukan pelepasan informasi
untuk pihak ke-3 dalam mendokumentasikan sebaiknya rumah sakit imelda medan
menggunakan pendokumentasian terkomputerisasi agar lebih aman dan mudah untuk
perhitungan data, pendokumentasian bertujuan sebagai bentuk bukti apabila terjadi tuntutan
kelak.

Kata Kunci: Analisis, Sistem Pelepasan Informasi Rekam Medis, Hukum Kerahasiaan Rekam
Medis, Rumah Sakit.

kewajiban pelayanan kesehatan yang


PENDAHULUAN aman, bermutu, anti diskriminasi dan
efektif
Rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat (WHO, 2000). Rumah sakit
merupakan salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan yang memiliki
peran penting dalam upaya
mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 tahun (2009) tentang rumah
sakit bahwa rumah sakit mempunyai
394
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

dengan mengutamakan kepentingan


pasien sesuai standar pelayanan rumah
sakit.
Kompleksitas ini muncul karena
pelayanan rumah sakit menyangkut
berbagai fungsi pelayanan, pendidikan,
dan penelitian, serta mencakup
berbagai tingkatan maupun jenis
disiplin, dimana rumah sakit mampu
melakasanakan fungsi yang profesional
baik dibidang teknis medis maupun
administrasi kesehatan (Rustiyanto,
2009).
Berdasarkan Permenkes (2008),
Rekam Medis adalah berkas yang berisi
catatan dan dokumen antara lain
identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien. Catatan
merupakan tulisan-tulisan

395
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi Rekam medis harus menyajikan
mengenai tindakan-tindakan yang informasi yang akurat dan lengkap
dilakukan kepada pasien dalam rangka tentang proses pelayanan medis dan
pelayanan kesehatan. kesehatan di rumah sakit, baik masa lalu,
Salah satu penilaian dari pelayanan masa kini
kesehatan dapat kita lihat dari
pencatatan rekam medis atau rekam
kesehatan. Dari pencatatan rekam
medis dapat menggambarkan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan
pada pasien, serta meyumbangkan hal
penting dibidang hukum kesehatan,
pendidikan, penelitian dan Akreditasi
Rumah Sakit (Tahalal dan Hiswani,
2009).
Sarana kesehatan bertanggung
jawab un tuk melindungi informasi
kesehatan yang terdapat di dalam
rekam medis terhadap kemungkinan
hilang, rusak, pemalsuan dan akses
yang tidak sah. Menjaga keamanan
informasi, keakuratan informasi dan
kemudahan akses informasi menjadi
tuntunan pihak organisasi pelayanan
kesehatan dan praktisi kesehatan serta
pihak ke-3 yang berwewenang.
Sedangkan pihak yang membutuhkan
informasi harus senantiasa
menghormati privasi pasien. Secara
keseluruhan, keamanan (security),
privasi (privacy),
kerahasian (confidentiality)
dan keselamatan (safety) adalah
perangkat yang membentengi informasi
dalam rekam medis.
Indonesia memiliki peraturan
perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan rekam medis dimuat
di dalam Undang-Undang No. 23 tahun
1992 Kesehatan, Undang-Undang No
29 tahun 2014 tentang Praktek
Kedokteran, dan Permenkes (2008).
Selain itu juga terdapat ketentuan
perundang-undangan di bidang wajib
simpan rahasia kedokteran yang
berhubungan dengan penyelenggaraan
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK),
seperti pasal KUHP rahasia
jabatan/pekerjaan, PP No. 10 tahun
1966 tentang Wajib simpan rahasia
Kedokteran, dan kedua Undang-Undang
di atas (Firdaus S, 2008).

396
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

maupun yang diperkirakan akan terjadi dalam melakukan penelitian ilmiah


dimasa mendatang (Muninjaya AAG, sekaligus
2016). Berdasarkan uraian di atas
prosedur pelepasan informasi rekam
medis harus disertai dengan ijin tertulis
dari pasien selaku pemilik
informasi dalam
rekam medis, begitu pula dengan
pemaparan isi rekam medis haruslah
dokter yang merawat
pasien tersebut.
Melihat pentingnya Kerahasian,
Privasi dan Keamanan berkas rekam
medis dalam meningkatkan mutu
pelayanan dan pelepasan informasi di
rumah sakit maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Sistem Pelepasan Informasi
Rekam Medis Dalam Menjamin Aspek
Hukum Kerahasiaan Rekam Medis di
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia Medan”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka peneliti merumuskan masalah
penelitian yaitu “Analisis Sistem
Pelepasan Informasi Rekam Medis
Dalam Menjamin Aspek Hukum
Kerahasian Rekam Medis di Rumah
Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan”

Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk Meninjau
pelepasan informasi Rekam Medis
Tentang Penerapan Standar
Kerahasian, Privasi dan Keamanan
Informasi Tentang Dokumen Rekam
Medis di Rumah Sakit Imelda Pekerja
Indonesia Medan.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan bahan kritikan dan
masukan serta bahan tambahan
dalam meningkatkan aspek hukum
kerahasian rekam medis pasien.
2. Bagi Insitusi Pendidikan
Sebagai bahan perbandingan atau
referensi pada studi atau penelitian
di masa yang akan datang.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman, Khususnya
397
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

menambah pemahaman Kepala Rekam Medis, dan 2 orang


dan pengetahuan petugas penyimpan rumah sakit Imelda
tentang ilmu rekam medis pekerja Indonesia.
4. Bagi Mahasiswa Apikes Imelda
Medan dapat dijadikan sebagai
pedoman dan bahan bacaan di
perpustakaan Imelda Medan dan
sebagai bahan perbandingan
maupun acuan bagi peneliti
selanjutnya.

METODE

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif, pendekatan penelitiannya
menggunakan cross sectional, metode
penelitiannya menggunakan observasi
dan wawancara.

Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan September - Februari 2018.

Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSU
Imelda Pekerja Indonesia Medan
khususnya di Bagian Rekam Medis.
Lokasi penelitian ditentukan
dengan pertimbangan
bahwa RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan telah melaksanakan
pelayanan dasar yang salah satunya
adalah pelayanan rekam medis.

Populasi
Populasi merupakan keseluruhan
sumber data yang diperlukan dalam
suatu penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah petugas rumah
sakit yang berhubungan dengan sistem
pelepasan informasi di RSU Imelda
Pekerja Indonesia Medan.

Sampel
Sampel adalah sebagian dari
populasi dengan cara tertentu sehingga
dianggap bisa mewakili suatu populasi.
Dalam penelitian ini adalah 4 orang,
dimana 1 orang Direktur rumah sakit
Imelda Pekerja Indonesia, 1 orang

398
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

Teknik Sampling pembelajaran.


Teknik Sampling yang digunakan 3. Permintaan informasi rekam medis
dalam penelitian ini adalah Non oleh Kepolisian/Pengadilan adalah
Probability Sampling (tidak acak), upaya yang dilakukan oleh pihak
dengan menggunakan Quota Sampling
yaitu peneliti mengumpulkan subjek
yang memenuhi persyaratan ataupun
subjek yang mudah ditemui hingga
terpenuhinya jumlah yang ditetapkan
(Anggraeni, 2010).

Variabel Penelitian
Variabel adalah hal-hal yang
menjadi objek penelitian, yang ditatap
dalam suatu kegiatan penelitian
(Arikunto, 2010). Variabel dalam
penelitian ini adalah:
a. Permintaan informasi rekam medis
oleh pihak ke-3:
- Asuransi
- Pendidikan/Penelitian
- Kepolisian/pengadilan
b. Prosedur/aturan tentang
pelepasan informasi baik:
- Intern
- Ekstern
c. Penggunaan ijin tertulis pasien/wali
d. Keterlibatan Unit Rekam Medis,
petugas rekam medis dan tenaga
medis dalam pelepasan informasi
medis.
e. Hukum Kerahasiaan Rekam Medis

Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang
diteliti atau diamati, perlu sekali
variabel-variabel tersebut diberi
batasan atau definisi operasional
(Saryono, 2008).
1. Permintaan informasi rekam medis
oleh pihak asuransi adalah upaya
yang dilakukan oleh pihak asuransi
untuk mendapatkan informasi
rekam medis dengan tujuan
pengklaiman biaya perawatan
pasien.
2. Permintaan informasi rekam medis
oleh pendidikan/penelitian adalah
upaya yang dilakukan oleh institusi
pendidikan ataupun penelitian
untuk mendapatkan informasi
rekam medis dengan tujuan
digunakan sebagai referensi
399
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

Kepolisian/Pengadilan lebih baik (cermat, lengkap dan


untu sistematis) sehingga lebih mudah diolah
k mendapatkan informasi rekam (Saryono dan Mekar Dwi Anggraini,
medis dengan harapan guna 2013). Instrumen yang digunakan dalam
memperoleh informasi sebagi bukti penelitian ini dengan menggunakan
otentik di pengadilan. kuesioner.
4. Prosedur/aturan intern tentang
pelepasan informasi rekam medis
kepada asuransi,
Pendidikan/Penelitian dan
Kepolisian/Pengadilan adalah
peraturan atau aturan yang
dikeluarkan oleh pihak rumah sakit
dalam hal pengeluaran informasi
rekam medis kepada pihak
Asuransi,
Pendidikan/Penelitian
da
n Kepolisian/Pengadilan.
5. Penggunaan ijin tertulis pasien/wali
adalah pemberian hak atau
kewenangan kepada institusi
pelayanan kesehatan untuk
mengeluarkan atau memberikan
informasi medis pasien dengan
menandatangani suatu formulir baik
dilakukan oleh pasien itu sendiri
ataupun dikuasakan kepada wali
kepercayaannya.
6. Keterlibatan Sub Bagian Rekam
Medis, Petugas Rekam Medis dan
Tenaga Medis adalah keikut sertaan
atau partisipasi Sub Bagian Rekam
Medis, Petugas Rekam Medis dan
tenaga medis dalam mengeluarkan
informasi dalam menjawab
perminataan informasi oleh pihak
asuransi,
Pendidikan/Penelitian
da
n Kepolisian/Pengadilan.
7. Hukum Kerahasiaan Rekam Medis
adalah peraturan perundang-
undangan yang menyatakan bahwa
rekam medis memiliki nilai hukum
kerahasiaan yang wajib di jaga

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

400
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

Cara Pengumpulan Data menggunakan telepon. Pada


Analisis data yang digunakan penelitian ini wawancara yang
adalah analisis univariat yang dilakukan dilakukan adalah wawancara
terhadap tiap variabel dari hasil terstruktur, dimana peneliti telah
penelitian. Pada umumnya analisis ini menyiapkan instrumen penelitian
hanya menghasilkan distribusi dan berupa pertanyaan-pertanyaan
persentase dari tiap variabel. Data yang tertulis
akan dikumpulkan diolah dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Data primer, yaitu data yang
diperoleh dari sumber pertama
melalui observasi langsung
dilapangan.
b. Data sekunder, data yang
diperoleh dari sumber-sumber
tertulis dokumen rekam medis,
yang berkaitan dengan strategi
peningkatan kompetensi petugas
rekam medis untuk sumber daya
manusia aparatur.

Studi Dukumen
Metode dokumentasi yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2010).
1. Observasi
Observasi atau pengamatan
adalah suatu prosedur berencana,
yang antara lain meliputi melihat
dan mencatat jumlah dan tariff
aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Proses dan syarat pelepasan
informasi pasien akan menjadi
objek observasi.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode
yang digunakan untuk
mengumpulkan data, di mana
penelitian mendapatkan atau
perincian secara lisan dari
seseorang sasaran peneliti
(responden) atau bercakap-cakap
secara face to face (Jurnal
Normanto, 2011). Menurut Saryono
(2010), Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face
to face) maupun dengan
401
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

sebagai panduan dan wawancara dengan tujuan untuk mempermudah


melalui tatap muka. pada saat melakukan analisis data.
3. Tabulating/Penyajian Data
Pengolahan Data Suatu penyajian sistematik daripada
Dalam pengolahan data yang telah data numerik, yang tersusun dalam
terkumpulkan, ada beberapa langkah kolom.
pengolahan data yang terdiri dari:
1. Editing Data Analisis Data
Mengoreksi jawaban yang telah Setelah pengumpulan data, maka
diberikan responden, apabila ada dalam penelitian ini dilakukan analisis
data yang salah atau kurang segera data yang digunakan adalah distribusi
dilengkapi. frekuensi dan juga narasi dari hasil
2. Coding Data wawancara yang dilakukan.
Melakukan pengkodean terhadap
beberapa variabel yang akan diteliti,

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden


Ya Tidak
No Pertanyaaan
F % F %
Apakah petugas rekam medis pernah melakukan kesalahan
1 4 100 0 0
dalam mengambil keputusan untuk pelepasan
Apakah di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
2 3 90 1 10
informasi ? Medan pernah terjadi pelepasan
Apakah Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
3 Medan sudah
informasi ? melaksanakan Standar Operasional Prosedur 4 100 0 0
(SOP) yang sudah ditetapkan ?
Apakah petugas mnjaga kerahasiaan berkas rekam medis di
4 4 100 0 0
Apakah pelepasan informasi berkas rekam medis di Rumah
5 Rumah
Sakit Umum
Sakit Imelda
Umum Pekerja
Imelda Pekerja
Indonesia
Indonesia
Medan sudah
Medan sesuai
? 4 100 0 0
dengan peraturan yang di tetapkan ?
Apakah boleh petugas melakukan pelepasan informasi
6 4 100 0 0
Apakah penyimpanan berkas rekam medis Rumah Sakit
7 Umum Imelda
kepada Pekerja Indonesia
pihak pengadilan ? Medan sudah menjamin 4 100 0 0
karahasiaan pasien ?
Apakah petugas rekam medis mempunyai langkah-langkah
8 4 100 0 0
Apakah petugs rekam medis mempunyai langkah-langkah
9 4 100 0 0
dalam melakukan pelepasan informasi berkas rekam medis ?
Apakah persetujuan pelepasan informasi diperlukan tanda
10 4 100 0 0
didalam menjaga kerahasiaan berkas rekam medis ?
Apakah petugas melakukan pencatatan setiap peminjaman
11 4 100 0 0
tangan dari pasien
Petugas seharusnya sering mendapatkan pelatihan agar
12 4 100 0 0
? berkas rekam
Pendidikan yang berkelanjutan dapat meningkatkan keahlian
13 4 100 0 0
medis ?
Apakah petugas bebas melakukan pelepasan informasi
14 0 4 100
prestasi kerja dapat
0
Apakah pihak asuransi perlu memintak ijin tertulis dari
15 meningkat ? dan 4 100 0 0

402
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

pengetahuan ?

kepada yang pihak lain yang memintak berkas rekam medis ?

pasien untuk mengeluarkan informasi medis ?


Sumber: Data yang diolah dari wawancara

403
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui aspek kerahasiaan informasi medis


bahwa pelepasan informasi rekam yang terdapat dalam rekam medis
medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia pasien yang merupakan rahasia
Medan sudah optimal dan sesuai kedokteran dan wajib dijaga
dengan SOP RSU Imelda Pekerja kerahasiaannya yang sudah ditetapkan
Indonesia Medan. oleh menteri kesehatan seperti yang
tercantum dalam peraturan pemerintah
PEMBAHASAN No. 10 Tahun 1966 tentang wajib
simpan rahasia kedokteran. Dari hasil
Prosedur Pelepasan Informasi Rekam observasi dan wawancara mendalam
Medis yang telah dilakukan oleh peneliti di
Pada dasarnya alur prosedur RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan,
pelepasan informasi medis kepada diperoleh ada 7 macam alur prosedur
pihak ketiga di RSU Imelda Pekerja pelepasan informasi medis pasien
Indonesia medan sudah optimal karena kepada pihak ke-3 yaitu:
sudah mempertimbangkan

1. Prosedur Pelepasan Informasi Kepada Pihak Asuransi

Gambar 1. Prosedur Pelepasan Informasi Untuk Klaim Asuransi Yang Berkerjasama


Dengan Pihak Rumah Sakit
PIHAK
PASIEN / KELUARGA RUANG PERAWATAN
a. Lembar bukti peleyanan a. Mengisi rekam medis dan surat jaminan
pelayanan, formulir perincian biaya serta
resume medis yang
PPAT dilampirkan pihak PPAT
(Petugas Pelayanan b. Pasien pulang, rekam
Administrasi Terpadu) medis pasien kembali ke Unit
a. Membuatkan surat Rekam Medis
pengantar yang ditunjukan c. Menyerahkan formulir
untuk Asurans. perincian biaya serta resume medis ke PPAT
b. Menerima surat jaminan
dari pihak asuransi
c. Menerbitkan surat jaminan
SUB BAGIAN REKAM MEDIS
pelayanan dan formulir
a. Menerima berkas rekam medis pasien
perincian biaya perawatan

PIHAK ASURANSI
a. Peyelesaian proses
pennggantian biaya
perawatan tertanggung
Sumber: Data yang diolah dari wawancara

Keterangan: membuatkan surat pengantar pengajuan


Proses yang dilalui: klim kepada PT asuransi dimana pasien
Proses pilihan: menjadi
Prosedur diatas menunjukkan
bahwa pihak pasien harus membawa
lembar bukti pelayanan dari IGD atupun
poliklinik yang menunjukkan bahwa
pasien perlu dirawat inap kepada
petugas pelayanan administrasi terpadu
(PPAT), petugas PPAT selanjutnya
399
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

anggota PT asuransi tersebut, PT


asuransi mengeluarkan surat jaminan
bahwa pasien adalah anggota dari
asuransi tersebut.
Melalui pasien atau keluarga
pasien, surat jaminan yang dikeluarkan
pihak asuransi di serahkan kepada
PPAT untuk di arsipkan. Kemudian
PPAT menerbitkan surat jaminan
pelayanan, resume medis serta
perinciaan biaya perawatan dimana
pasien diberikan perawatan. Didalam
ruang perawatan, petugas medis
mengisi rekam

400
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

medis dan surat jaminan pelayanan, menyerahkan kepercayaan kepada


formulir perincian biaya serta resume pihak PPAT dalam hal informasi medis
medis yang dilampirkan pihak PPAT. dan pembayaran biaya perawatan yang
Setelah pasien pulang, berkas rekam diberikan.
medis pasien kembali ke Unit bagian Dalam klaim biaya pelayanan, pihak
Rekam Medis untuk disimpan dirak PPAT RSU Imelda Pekerja Indonesia
penyimpanan. Namun formulir rincian Medan harus melengkapi persyaratan
biaya perawatan dan resume medis yaitu:
diserahkan kembali ke pihak PPAT. a. Surat jaminan asli yang dibuat oleh
Dari hasil wawancara dengan pihak asuransi.
petugas PPAT bahwa dalam b. Surat jaminan pelayanan dari rumah
pengeluaran informasi medis pasien sakit.
kepada pihak asuransi memang belum c. Fotocopy kartu peserta asuransi
ada penggunaan ijin tertulis dari pasien. d. Rincian biaya perawatan.
Ini dikarenakan bahwa setiap pasien e. Resume medis pasien.
mendaftar dengan cara pembayaran
menggunakan asuransi dan telah

2. Prosedur Pelepasan Informasi Kepada Pihak Pendidikan atau Peneliti

Gambar 2. Prosedur Pelepasan Informasi untuk penelitian


UNIT DIKLAT RUMAH SAKIT
a. Memintak persetujuan/ disposisi dari direktur
PENDIDIKAN / PENELITIAN b. Memberikan Surat balasan kepada instansi
Mahasiswa / Instansi Pendidikan pendidikan yang ingin kerja sama dengan
rumah sakit
c. Petugas diklat menyerahkan surat
disposisi penelitian kepada Ka Unit
Rekam Medis
UNIT REKAM MEDIS
a. Pengasipan Surat disposisi
b. Memproses permintaan informasi
yang dibutuhkan
c. Menyerahkan data yang dibutuhkan

Sumber: Data yang diolah dari wawancara

Prosedur permintaan Informasi dilakukan dengan persyaratan dalam


guna penelitian Unit Bagian Rekam membuka informasi
Medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia
Medan, dimana Institusi pendidikan yang
berkepentingan harus membawa surat
permintaan kerjasama dengan Rumah
Sakit, selanjutnya pihak Diklat Rumah
Sakit memproses permintaan tersebut
dengan meminta disposisi dari Direktur
Rumah Sakit.
Setelah disetujui, pihak Diklat
mengirimkan surat balasan kepada
Instansi pendidikan untuk dapat
melakukan penelitian di Rumah Sakit.
Selanjutnya pihak diklat menyerahkan
surat disposisi kepada Asisten Manajer
Rekam Medis. Penelitian dapat
401
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018

Rekam Medis, peneliti harus tetap


berada di dalam ruangan tanpa boleh
membawa ke luar dari ruangan Unit
Kerja Rekam Medis.

3. Prosedur Pelepasan Informasi


Kepada Pihak Pengadilan atau
kepolisian.
Prosedur pelepasan informasi
kepada pihak ketiga dalam lingkup
pengadilan terdiri dari pelepasan
informasi guna klaim Jasa Raharja dan
permintaan visum Et Repertum. Untuk
prosedur pelepasan informasi guna
klaim jasa Raharja dan permintaan
Visum Et Repertum, hampit sama
dengan proses pelepasan informasi
guna klaim Asuransi dan permintaan
resume medis, hanya saja untuk
permintaan Visum Et Repertum,
diharuskan ada surat resmi dari pihak
pemohonan yaitu penyidik atau

402
Vo.3, No.1, Februari
2018

polisi yang diberi tanggung jawab permintaa kepolisian dan pengadilan.


langsung dari pihak pemohonan Diklat adalah bagian dari rumah
Pada wawancara yang telah sakit yang memfasilitasi kepangurusan
dilakukan diketahui bahwa dalam persetujuan pendidikan dan penelitian
pelepasan informasi rekam medis untuk didalam RSU Imelda Pekerja Indonesia
keperluan Visum Et Repertum dan bukti
pengadilan, pihak pemohon yaitu
penyidik harus meminta ijin tertulis dari
pasien, namun tetap harus
menunjukkan surat resmi dari kepolisian
maupun dari pengadilan yang ditunjukan
kepada direktur rumah sakit. Pasien
yang akan di Visum Et Repertum di RSU
Imelda Pekerja Indonesia Medan,
seperti kasus pemerkosaan atau
pelecehan seksual, kasus
penganiayaan/criminal, kasus
kecelakaan, kasus keracunan,
penganiayaan anak atau kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT ) dan
kasus-kasus umum lainnya yang
bersangkutan dengan hukum.

4. Pihak yang terlibat dalam proses


permintaan informasi rekam medis
pasien rawat inap kepada pihak ke-
3.
Adapun orang ataupun pihak yang
terlibat dalam proses pelepasan
informasi medis pasien di RSU Imelda
Pekerja Indonesia Medan adalah:

Tabel 2. Pihak yang Terlibat Pelepasan


Informasi Medis
No Pihak Yang Terlibat
1 Diklat
2 Kepala Rekam Medis dan Bagian
Rekam medis
3 Dokter dan Tenaga Medis
Dalam pelepasan informasi medis,
Kepala Rekam Medis atau Bagian
Rekam Medis adalah unit yang
memfasilitasi pelepasan informasi medis
pasien dalam hal klaim Asuransi,
permintaan data pendidikan atau
penelitian, dan permintaan keterangan
medis dan pelepasan informasi guna
kepolisian dan pengadilan. Dokter dan
tenaga kesehatan adalah petugas yang
berhak membuka informasi rekam medis
pasien dalam permintaan klaim
asuransi, surat keterangan medis dan
401
Vo.3, No.1, Februari
2018

Medan. Namun semua pelepasan penggunaan informasi rekam medis,


informasi rekam medis haruslah peminjaman rekam medis dan prosedur
sepengetahuan dari pimpinan seranan pengurusan surat keterangan dokter
peleyanan kesehatan, sesuai dengan untuk jamsostek, Jasa Raharja,
PerMenKes Ri No. Asuransi dan informasi medis.
269/MENKES/PER/III/2008 BAB V
Pasal
14 yang menyebutkan bahwa “pimpinan
serana peleyanan kesehatan
bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan dan penggunaan oleh orang
atau badan yang tidak berhak terhadap
rekam medis”.

5. Penggunaan Ijin Tertulis Pasien


Dalam Proses Pengeluaran
Informasi Medis Kepada Pihak Ke-
3.
Laporan atau catatan yang
terdapat dalam rekam medis adalah
sebagai hasil pemeriksaan,
pengobatan, observasi ataupun
wawancara dengan pasien. Informasi
yang tidak boleh disebarluaskan
kepada pihak yang tidak berwenang,
karena menyangkut informasi medis
individu pasien secara langsung.
Oleh karena itu diperlukan ijin
tertulis dari pasien pada setiap
pengeluaran informasi medis yang ada.
Sedangkan menurut hasil observasi
dan wawancara di Sub Bagian Rekam
Medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia
Medan telah memiliki formulir tentang
perijinan tertulis dari pasien.

6. Keterlibatan Sub Bagian Rekam


Medis Rekam medis memiki
tanggung jawab dalam menyimpan
informasi megenai pasien serta
keterlibatan dalam pelepasan
informasi yang harus dilaksanakan
sesuai dengan SOP atau peraturan
yang sudah ditetapkan.

7. Prosedur yang dilakukan RSU


Imelda Pekerja Indonesia Medan
Dalam Menjamin Aspek Hukum
Kerahasiaan Pasien
Dalam menjamin aspek kerahasian
informasi medis pasien, RSU Imelda
Pekerja Indonesia Medan Khususnya
pada Sub Bagian Rekam Medis, telah
memiliki prosedur tetap tentang
402
Vo.3, No.1, Februari
2018

Isi dari prosedur tetap penggunaan dalam menjaga kerahasian dan


informasi rekam medis di RSU Imelda keamanan informasi pasien di RSU
Pekerja Indonesia Medan adalah: Imelda Pekerja Indonesia Medan,
a. Pengertian: Sebagai acuan dengan sebaiknya untuk pencatatan
lengkap pelaksanaan penggunaan peminjaman atau
informasi rekam medis
b. Tujuan: Memberikan informasi
rekam medis pasien
c. Kebijakan: Penggunaan informasi
rekam medis adalah milik Rumah
Sakit, sedangkan isi dari rekam
medis adalah milik pasien dan
dijaga kerahasiaannya.
d. Prosedur:
1. Pada dasarnya rekam medis
tidak boleh dibawa keluar dari
rumah sakit. Untuk pasien yang
dirujuk ke rumah sakit lain harus
menjaga kerahasiaan pasien
sedangkan resumenya dibuat
oleh dokter.
2. Untuk kepentingan riset
penelitian dokter dapat
meminjam rekam medis setelah
ada ijin tertulis dari direktur.
Dalam hal penelitian hanya boleh
dikeluarkan di ruang rekam
medis.
3. Demi tertibnya pelayanan RSU
Imelda Pekerja Indonesia Medan
untuk keperluan risetrt
peminjaman ke urusan rekam
medis setelah ada ijin dari
direktur.
4. Petugas rekam medis mencatat
berkas rekam medis yang akan
dipinjam dan ditandatangani oleh
peminjam.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat


disimpulkan bahwa sistem pelepasan
informasi RSU Imelda Pekerja Indonesia
Medan sudah optimal dan sudah
melaksanakan SOP yang telah ada di
RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan.

SARAN

1. Bagi Instansi Rumah Sakit


Bagi instansi rumah sakit agar

403
Vo.3, No.1, Februari
2018

untuk melakukan pelepasan Edition. Berweyn: Illinois


informasi untuk pihak ke-3 dalam Physicians’Record
mendokumentasikan sebaiknya Company.
Rumah Sakit Imelda Medan http://www.wma.net/en/30publicatio
menggunakan pendokumentasian ns/
terkomputerisasi agar lebih aman
dan mudah untuk perhitungan data,
pendokumentasian bertujuan
sebagai bentuk bukti apabila terjadi
tuntutan kelak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi
pendidikan akademi perekam
informasi kesehatan imelda medan
untuk lebih memperbanyak
referensi buku mengenai rekam
medis dan agar memperbanyak
waktu dalam praktek kerja
lapangan serta pembagian waktu.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya
hendaknya melakukan penelitian
yang lebih cermat sehingga hasil
penelitian lebih bagus dari yang
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama YT. (2006). Manajemen


Administrasi Rumah Sakit. Edisi ke-
2. Jakarta:UI-Press.
Arikunto S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Budi S. (2011). Manajemen Unit Kerja
Rekam Medis. Yogyakarta:
Quantum Sinergis Media.
Firdaus SU. (2008). Rekam Medis
dalam Sorotan Hukum dan Etika.
Surakarta: LPP UNS dan UNS
Press.
Hatta GR. (2008). Pedoman
Manajemen Informasi Kesehatan
di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI
Press.
http://eprints.undip.ac.id/17431/ETI_MU
RD ANI.pdf [Accessed 04 Juni 2011].
http://www.wma.net/en/30publications/3
0et
hicsmanual/pdf/ethics_manual_ind
ones ia.pdf [Accessed 4 Juni 2018]
Huffman, Edna K, RRA. (1994). Health
Information Managemant, Tenth
404
Vo.3, No.1, Februari
2018

30ethicsmanual/pdf/ethics_manual Rosari L. (2011). Perlindungan Hukum


_ind onesia.pdf. [accessed 14 Mei terhadap Pasien Sebagai
2018] Konsumen Jasa di Bidang
M Thalal dan Hiswani. Aspek Hukum Pelayanan Medis Berdasarkan
Dalam Pelayanan Kesehatan. Kitab Undang-Undang Hukum
Administrasi Fakultas Tehnik USU. Perdata. KTI. Stikes Husada
Departemen Epidemiologi Fakultas Borneo. Banjarmasin.
Kesehatan Masyarakat USU. Rustiyanto E. (2009). Etika Profesi
Diakses: 25 Mei 2018. Perekam Medis dan Informasi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ Kesehatan. Edisi ke-1. Yogyakarta:
123 456789/19039/1/ikm-jin2.pdf. Graha Ilmu.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Sagiran (ed). (2006). Panduan Etika
(200 8). Peraturan Nomor: Medis. Yogyakarta: Pusat Studi
269/MENKES/P ER/III/2008.tentang Kedokteran Islam Fakulitas Kedokteran
Rekam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Medis. Jakarta: Indonesia. Saryono dan
Departemen Kesehatan RI. Anggreni M.
Muninjaya GAA. (2016). (2013). Metodologi Penelitian
Manajemen Kesehatan Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang
Edisi Ke-3. Jakarta: EGC. Kesehatan.
Murdani E. (2007). Pengembangan Yogyakarta: Nuhu Medika.
Sistem Informasi Rekam Medis Saryono. (2008). Metodologi Penelitian
Rawat Jalan Untuk Mendukung Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Evaluasi Pelayanan di RSU Bina Cindekia.
Kasih Ambarawa. Tesis. Ilmu Saryono. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan Masyarakat. Universitas Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Diponogoro Semarang. Cindekia.
Normanto E. (2011). Tinjauan Sjamsuhidajat dan Sabir A. (2006).
Pelepasan Informasi Rekam Medis Manual Rekam Medis. Konsil
dalam Menjamin Aspek Hukum Kedokteran Indonesia.
Kerahasian Rekam Medis di RSUD Soeparto P. (2006). Etika dan Hukum di
Dr. H.Moch. Ansari Saleh. Kti Stikes Bidang Kesehatan. Jakarta:
Husada Borneo. Banjarmasin. Airlangga University press.
Notoatmodjo S. (2004). Undang- World Health Organization. (2000).
undang RI No.29 Tahun 2004 Pengertian Rumah Sakit. Jakarta:
tentang Praktik Kedokteran. Jakarta. WHO.
Notoatmodjo S. (2010). Metodologi World Health Organization. (2006).
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Medical Records Manual A Guide
Rineka Cipta. for Developing Countries. Geneva:
Presiden Republik Indonesia. (1966). WHO.
Undan g-undang RI No. 4 Tahun
1984 tentang Wabah Penyakit
Manular. Jakarta.

405
Vo.3, No.1, Februari
DOI : http://10.31983/jrmik.v2i1.4398 Jurnal Rekam Medis dan Informasi
2018
Kesehatan Volume 2 Nomor 1
(Maret 2019)
Review of Implementation of Medical Information
Release

Tinjauan Pelaksanaan Pelepasan Informasi Medis

Warijan1)
Martha Marshyntha Nur ‘Afifah2)

1,2) Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik,
Semarang Email : warijanrmik@gmail.com

Abstract
The release of medical information have to follow applicable procedures because information of
the medical record is confidential and should be protected from unauthorized persons. RSUD Kota
Salatiga who gives many services for the release of medical information, but in the process of
implementation is still found incomplete of requirements and writing of request form the release of
medical information and still received by the officer in charge. The purpose of this study was to
determine the implementation of the release of medical information in RSUD Kota Salatiga. This type
of research is descriptive qualitative. The methods of data collection is done by interview and
observation. Data analysis using non-statistical analysis and presentation of data in narrative form.
Research shows that RSUD Kota Semarang possessed 3 flow for release medical information, but
there are still not yet approoriate with standart operating procedurre that available. There are 3
standard operating procedures that govern to ensure the legal aspect of confidentially of medical
record in the implementation of the release of medical information. It needs affirmation and tighten
requirements required by patients to demand the release of medical information to avoid abused by
irresponsible parties.

Keywords : Release of Medical Information ; Confidentially of Medical Record Information

Abstrak
Pelepasan informasi medis harus mengikuti prosedur yang berlaku karena informasi rekam medis
bersifat rahasia dan harus dilindungi dari pihak-pihak yang tidak berwenang. RSUD Kota Salatiga
sudah melayani banyak permintaan pelepasan informasi medis, namun dalam proses
pelaksanaannya masih ditemukan belum lengkapnya persyaratan dan penulisan formulir permintaan
pelepasan informasi medis dan tetap diterima oleh petugas yang menangani. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pelaksanaan pelepasan informasi medis di RSUD Kota Salatiga. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
metode wawancara dan observasi/pengamatan. Data di analisis menggunakan analisa non statistik
dan disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di RSUD Kota Salatiga
mempunyai 3 alur pelepasan informasi medis, namun masih ada yang belum sesuai dengan standar
prosedur operasional yang ada. Terdapat 3 standar prosedur operasional yang mengatur untuk
menjamin aspek hukum kerahasiaan rekam medis pada pelaksanaan pelepasan informasi medis.
Perlu adanya penegasan untuk memperketat persyaratan yang harus dibawa oleh pasien untuk
permintaan pelepasan informasi medis agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab.

Kata Kunci: Pelepasan Informasi Medis ; Aspek Hukum Kerahasiaan Rekam Medis

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 26
Vo.3, No.1, Februari
2018
1. Pendahuluan Pelepasan informasi dalam hal keperluan
Berdasarkan Permenkes RI Nomor pendidikan dan penelitian tidak diperlukan
269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 persetujuan tertulis dari pasien, namun harus
menyatakan bahwa “rekam medis adalah memperoleh persetujuan tertulis dari
berkas yang berisikan catatan dan dokumen pimpinan rumah sakit. Hal ini diungkapkan
tentang identitas pasien, pemeriksaan, dalam Permenkes RI Nomor
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 13 ayat
yang telah diberikan kepada pasien”. Tujuan (3) yang berbunyi “Pemanfaatan rekam
penyelenggaraan rekam medis adalah untuk medis untuk keperluan dan penelitian tidak
menunjang tercapainya tertib administrasi diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan
rumah sakit agar berhasil sebagaimana yang untuk kepentingan negara”.
diharapkan. Untuk itu maka sarana Berdasarkan studi pendahuluan, RSUD
pelayanan kesehatan wajib menyediakan Kota Salatiga sudah melayani banyak
fasilitas yang diperlukan dalam rangka permintaan pelepasan informasi medis,
penyelenggaraan, perlindungan dan diantaranya yaitu permintaan pelepasan
pemeliharaan rekam medis, agar tidak informasi medis guna keperluan asuransi,
rusak, hilang, dipalsukan atau digunakan visum et repertum, dan surat permohonan
oleh orang atau pihak yang tidak berhak. penelitian, serta sudah dilaksanakan oleh
Isi rekam medis sepenuhnya merupakan petugas khusus pembuatan permintaan
milik pasien dan informasi yang terkandung pelepasan informasi medis di bagian rekam
dalam rekam medis bersifat rahasia. Hal ini medis. Namun, dalam permintaan pelepasan
dikarenakan isi rekam medis menjelaskan informasi medis masih ditemukan belum
hubungan yang khusus antara pasien dan lengkapnya persyaratan dan penulisan
dokter yang wajib dilindungi dari formulir permintaan pelepasan informasi
pembocoran sesuai dengan kode etik medis dan tetap diterima oleh petugas yang
kedokteran dan peraturan perundang- menangani. Hal ini belum sesuai dengan
undangan. standar prosedur operasional yang ada dan
Pelepasan informasi medis harus dikhawatirkan adanya ketidaktepatan terkait
mengikuti prosedur yang berlaku dan dapat masalah kerahasiaan informasi medis pada
diberikan apabila pasien menandatangani pelaksanaan pelepasan informasi medis
serta memberikan kuasa kepada pihak tersebut. Apabila kerahasiaan informasi
ketiga untuk mendapatkan informasi medis pasien tidak dijaga dengan baik oleh pihak
mengenai pasien tersebut. Orang-orang rumah sakit, tidak menutup kemungkinan
yang membawa surat kuasa harus informasi pasien akan disalahgunakan oleh
menunjukkan tanda pengenal (identitas) pihak yang tidak bertanggungjawab.
yang sah kepada pimpinan rumah sakit. Hal
ini bertujuan untuk melindungi rumah sakit 2. Metode
dari tuntutan yang lebih jauh. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Pelepasan informasi medis juga harus penelitian deskriptif kualitatif, digunakan
berdasarkan persetujuan dari dokter yang untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
merawat pasien yang bersangkutan. Dimana pelepasan informasi medis di RSUD Kota
hal ini diungkapkan dalam Permenkes RI Salatiga. Waktu penelitian dilaksanakan
Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 11 pada tanggal 18 - 26 Mei 2017 di Bagian
ayat (1) menjelaskan bahwa “Penjelasan Tata Usaha/ Sekretariat dan Instalasi Rekam
tentang isi rekam medis hanya boleh Medis RSUD Kota Salatiga. Subjek dari
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang penelitian ini adalah petugas bagian tata
merawat pasien dengan izin tertulis pasien usaha/sekretariat RSUD Kota Salatiga,
atau berdasarkan peratuan perundang- petugas rekam medis yang bertanggung
undangan”. jawab dalam pembuatan permintaan

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 27
Vo.3, No.1, Februari
2018
pelepasan informasi medis, dan dokter. dan petugas rekam medis tetap
Sedangkan objek penelitian adalah menerima permintaan tersebut
pelaksanaan pelepasan informasi medis dan walaupun pasien atau keluarga pasien
Standar Prosedur Operasional yang terkait tidak membawa kartu identitas yang
dengan pelaksanaan pelepasan informasi sah. Hal ini belum sesuai dengan SPO
medis. Metode pengumpulan data Pelepasan Informasi Rekam Medis
menggunakan metode wawancara dan yang menyatakan bahwa pasien atau
observasi dan dianalisis menggunakan keluarga pasien (ahli waris) datang ke
analisis non statistik yang bertujuan untuk RSUD Kota Salatiga dengan
menjelaskan atau mendeskripsikan keadaan membawa fotocopy rincian biaya
sebenarnya tentang pelaksanaan pelepasan perawatan, dan fotocopy KTP atau KK
informasi medis di RSUD Kota Salatiga. sebagai bukti identitas diri.
Menurut Rustiyanto (2009) alur
3. Hasil dan Pembahasan pemberian informasi rekam medis
a. Alur Pelepasan Informasi Medis di kepada pihak ketiga seperti asuransi
RSUD Kota Salatiga yang pertama harus ada surat kuasa
Berdasarkan hasil observasi dan dari pasien. Pemegang kuasa harus
wawancara yang telah penulis lakukan, menunjukkan identitas diri. Selain itu
RSUD Kota Salatiga sudah melayani juga belum sesuai dengan Permenkes
banyak permintaan pelepasan informasi pasal 12 ayat (4) yang menyebutkan
medis, diantaranya yaitu permintaan bahwa “Ringkasan rekam medis
pelepasan informasi medis untuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
keperluan asuransi, visum et repertum, dapat dicatat atau dicopy oleh pasien
dan surat permohonan penelitian. atau orang yang diberi kuasa atau atas
1) Alur Pelepasan Informasi Medis Untuk persetujuan tertulis pasien atau
Keperluan Asuransi di RSUD Kota keluarga pasien yang berhak untuk
Salatiga itu”.
Alur pelaksanaan pelepasan informasi medis Dalam pelaksanaan pelepasan
untuk keperluan asuransi dimulai dari pihak informasi untuk keperluan asuransi
pasien atau keluarga pasien yang membawa surat juga masih ditemukan belum
atau blangko permintaan pelepasan informasi lengkapnya pengisian formulir
medis ke Bagian Tata Usaha/ Sekretariat RSUD permintaan seperti tidak adanya
Kota Salatiga dilengkapi dengan pengisian keterangan hubungan keluarga dan
formulir permintaan atau surat kuasa apabila yang tanda tangan peminta. Menurut
meminta bukan pasien sendiri, fotocopy rincian Huffman (1994) menyebutkan bahwa
biaya atau surat kematian. Surat permintaan formulir pelepasan informasi
pelepasan informasi untuk keperluan asuransi setidaknya memuat unsur-unsur yang
tersebut didisposisikan ke Instalasi Rekam Medis meliputi nama perorangan atau
untuk selanjutnya di proses oleh rekam medis. institusi yang akan menerima informasi
Untuk alur pelepasan informasi medis kepada dan tanda tangan pasien/kuasa.
pihak asuransi di RSUD Kota Salatiga masih 2) Alur Pelepasan Informasi Medis
ditemukan pasien atau keluarga pasien yang tidak Kepada Pihak Kepolisian untuk Visum
membawa persyaratan secara lengkap. Petugas Et Repertum di RSUD Kota Salatiga
bagian tata usaha/sekretariat Alur pelaksanaan pelepasan
informasi medis kepada pihak
kepolisian untuk visum et repertum di
RSUD Kota Salatiga dimulai dari pihak
kepolisian yang menyerahkan surat
permintaan visum et repertum ke

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 28
Vo.3, No.1, Februari
2018
Bagian Tata Usaha/ Sekretariat RSUD Kota 3) Alur Pelepasan Informasi Medis
Salatiga dengan membawa persyaratan surat Kepada Pihak Pendidikan atau
permohonan resmi dari kepolisian kepada direktur Penelitian di RSUD Kota Salatiga
rumah sakit. surat permintaan visum et repertum Alur pelaksanaan pelepasan
tersebut didisposisikan ke Instalasi Rekam Medis informasi medis kepada pihak
untuk selanjutnya di proses oleh rekam medis. pendidikan atau penelitian di RSUD
Dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan Kota Salatiga dimulai dari mahasiswa
SPO Pelepasan Informasi Rekam Medis yang atau instansi pendidikan yang
menjelaskan bahwa untuk keperluan visum et menyerahkan surat permohonan
repertum dibuatkan setelah pihak RSUD Kota penelitian ke Bagian Tata Usaha/
Salatiga mendapatkan surat permohonan resmi Sekretariat. Setelah di proses, surat
dari pihak kepolisian yang ditandatangani oleh perijinan penelitian dari direktur
pejabat yang berwenang. Menurut Budiyanto didisposisikan ke Bagian Diklat dan
(1997) visum et repertum pembuatannya harus Instalasi Rekam Medis. Mahasiswa/
memenuhi syarat formal, yaitu berdasarkan atas instansi pendidikan dapat meminta
permintaan tertulis dari penyidik dan digunakan data yang dibutuhkan kepada petugas
sebagai barang bukti dalam perkara hukum pengolahan data dengan persyaratan
(pidana). membayar administrasi terlebih
Namun didalam SPO tersebut belum dahulu.
disebutkan jabatan kepolisian yang mengajukan Dalam pelaksanaan pelepasan
sebagai pemohon, sehingga dapat informasi medis kepada pihak
memberikan kesempatan kepada pihak-pihak pendidikan atau penelitian SPO
yang tidak bertanggung jawab untuk Pelepasan Informasi Rekam Medis
menyalahgunakan informasi pasien untuk yang menyatakan bahwa mahasiswa
kepentingan yang dapat merugikan rumah sakit. yang melaksanakan penelitian di
Budiyanto (1997) disebutkan yang termasuk RSUD Kota Salagia diwajibkan
dalam kategori penyidik menurut KUHAP pasal 6 menyerahkan surat penelitian dari
ayat (1) tentang kampus yang ditujukan kepada
pelaksanaan PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) Direktur RSUD Kota Salatiga dan
adalah Pejabat Polisi NKRI yang diberi wewenang tembusan ke Bagian Diklat dan
khusus dengan pangkat serendah-rendahnya Instalasi Rekam Medis. Menurut
Pembantu Letnan Dua dan penyidik pembantu Rustiyanto (2009) dalam
berpangkat serendah- rendahnya Sersan Dua. melaksanakan penelitian di instansi
Jika penyidik tersebut adalah pegawai negeri sipil, pelayanan kesehatan khususnya unit
maka kepangkatannya adalah serendah- rekam medis, mahasiswa diwajibkan
rendahnya golongan II/b untuk penyidik dan II/a untuk membuat surat pengantar dari
untuk penyidik pembantu. kampus atau akademik ke instansi
yang bersangkutan ditujukan kepada
direktur tembusannya ke bagian
diklat/pendidikan dan pelatihan,
setelah disetujui surat tersebut akan di
disposisikan ke bagian unit rekam
medis, melalui kepala bagian rekam
medis. Sedangkan menurut Depkes RI
(2006) juga menyebutkan bahwa
pembukaan informasi medis guna
penelitian atau riset tidak diperlukan
persetujuan pasien, akan tetapi harus
dengan persetujuan tertulis
dari
pimpinan rumah sakit. Hal ini

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 29
Vo.3, No.1, Februari
2018
dipertegas juga dalam Permenkes RI Permenkes merawat, petugas rekam medis, dan
RI No. 269 tahun 2008 pimpinan rumah sakit.
pasal 13 ayat (3) yang menyatakan bahwa Selain itu dalam proses pelaksanaan di
pemanfaatan rekam medis untuk keperluan RSUD Kota Salatiga sudah sesuai
pendidikan dan penelitian tidak diperlukan dengan Standar Prosedur Operasional
persetujuan pasien, bila dilakukan untuk (SPO) Pelepasan Informasi Rekam Medis
kepentingan negara. dimana ada keterkaitan antara Direktur,
Bagian Tata Usaha, Instalasi Rekam
b. Petugas yang Terkait dalam Proses Medis, dan Dokter.
Pelepasan Informasi Medis di RSUD Kota
Salatiga c. Aspek Hukum Kerahasiaan Rekam
Petugas yang terlibat dalam proses Medis dalam Pelaksanaan Pelepasan
pelepasan informasi medis di RSUD Kota Informasi Medis di RSUD Kota Salatiga
Salatiga adalah sebagai berikut : Dalam menjaga keamanan dan
1) Direktur Rumah Sakit adalah pihak kerahasiaan informasi medis pasien,
yang bertanggung jawab dalam semua RSUD Kota Salatiga telah menetapkan
proses pelepasan informasi medis. tiga Standar Prosedur Operasional.
2) Petugas Tata Usaha/ Sekretariat Adapun prosedur tersebut yaitu prosedur
adalah petugas yang memfasilitasi pelepasan informasi rekam medis,
kepengurusan semua surat permintaan prosedur keamanan dan kerahasiaan
pelepasan informasi medis kepada rekam medis, dan prosedur peminjaman
pihak asuransi, pihak kepolisian, dan dokumen rekam medis.
surat permohonan penelitian yang 1) Standar Prosedur Pelepasan Informasi
ditujukan kepada direktur rumah sakit. Rekam Medis
Serta memfasilitasi Standar prosedur pelepasan informasi rekam
kepengurusan surat balasan dari medis mengatur tentang tata cara permintaan
direktur rumah sakit. pelepasan informasi medis untuk keperluan
3) Petugas rekam medis adalah petugas asuransi, visum et repertum, dan permohonan
yang memfasilitasi dalam pembuatan atau penelitian. Namun dalam pelaksanaannya
pelepasan informasi medis kepada belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini
asuransi, pembuatan visum et dikarenakan petugas tetap menerima permintaan
repertum dan penyediaan permintaan pelepasan informasi medis walaupun pasien
data guna penelitian. tersebut tidak membawa kartu identitas yang sah.
4) Dokter adalah petugas yang berhak Sehingga dikhawatirkan adanya peluang dalam
membuka informasi rekam medis pemalsuan dan rentan jatuhnya informasi ke
pasien dalam permintaan informasi tangan pihak yang tidak bertanggung jawab.
medis kepada asuransi dan Dalam pelaksanaannya ini belum sesuai
permintaan kepada pihak kepolisian. dengan Undang-undang Praktik Kedokteran Pasal
Selain itu petugas yang berhak 47 ayat (2) yang menyatakan rekam medis
menandatangani hasil permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
informasi medis kepada asuransi dan disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter
hasil visum et repertum. atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan
Petugas yang terkait dalam proses kesehatan.
pelaksanaan pelepasan informasi medis
sudah sesuai dengan teori yang ada.
Menurut Rustiyanto (2009) pihak yang
bertanggung jawab untuk melindungi
informasi medis dalam hal melepaskan
informasi medis yaitu dokter yang

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 30
Vo.3, No.1, Februari
2018
Menurut Permenkes RI Nomor untuk melindungi kerahasiaan dan keamanan
269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 10 rekam medis.
ayat (1) yang menyatakan bahwa informasi Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada.
tentang identitas, diagnosis, riwayat Menurut Depkes RI (2006) untuk melindungi
penyakit, riwayat kerahasiaan tersebut, maka dibuat ketentuan
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien bahwa hanya petugas rekam medis yang diizinkan
harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter masuk ruang penyimpanan rekam medis.
gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas Menurut Hatta (2013) kerahasiaan adalah
pengelola dan pimpinan sarana pelayanan proteksi terhadap rekam medis dan informasi lain
kesehatan. pasien dengan cara menjaga informasi pribadi
Menurut Guwandi (2005) sifat kerahasiaan pasien dan pelayanannya. Sedangkan keamanan
rekam medis sangat perlu untuk diperhatikan.. adalah perlindungan terhadap privasi seseorang
Apabila isi rekam medis dipaparkan tanpa ijin dan kerahasiaan rekam medis. Petugas rekam
penderita, maka penderita dapat menuntut medis adalah salah satu tenaga kesehatan yang
berdasarkan Pasal 322 KUHP Ayat (1) yang mengemban wajib simpan rahasia kedokteran.
menyatakan bahwa barang siapa membuka suatu Selain itu juga sudah sesuai dengan
rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan Permenkes RI Nomor
atau pencahariannya, diancam dengan pidana 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 10
penjara paling lama (9) sembilan bulan atau ayat (1) yang menyatakan bahwa informasi
denda paling banyak sembilan ribu rupiah. tentang identitas, diagnosis, riwayat
Kemudian dapat menuntut penyakit, riwayat
berdasarkan Undang-undang nomor 36 tahun pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien
2009 tentang Kesehatan pasal 58 Ayat (1) bahwa harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter
setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau pengelola dan pimpinan sarana pelayanan
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kesehatan.
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam 3) Standar Prosedur Peminjaman
pelayanan kesehatan yang Dokumen Rekam Medis
diterimanya. Standar prosedur peminjaman dokumen rekam
2) Standar Prosedur Keamanan dan medis sudah dilaksanakan sesuai dengan isi
Kerahasiaan Rekam Medis prosedur yang ada, dimana didalam prosedur
Standar prosedur keamanan dan kerahasiaan tersebut menyebutkan bahwa setiap peminjaman
rekam medis sudah dilaksanakan sesuai dengan rekam medis harus mengisi buku ekspedisi
isi prosedur yang ada, dimana didalam prosedur peminjaman. Dalam pelaksanaannya, setiap
tersebut menyebutkan bahwa yang berhak rekam medis yang dipinjam untuk kepentingan
menyimpan dan mengambil rekam medis baik pelayanan, petugas rekam medis akan
rekam medis aktif dan in aktif adalah petugas mencatatkan di buku ekspedisi. Pengisian buku
rekam medis. Dalam pelaksanaannya petugas ekspedisi bertujuan untuk mengetahui pihak-pihak
rekam medis yang harus membawa, mana saja yang meminjam dan untuk menjamin
mengambil dan
menyimpan dokumen rekam medis dari ruang
penyimpanan. Hal ini

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 31
Vo.3, No.1, Februari
2018
terjaganya keamanan dan kerahasiaan informasi b. Saran
pasien. 1) Bagi Petugas Bagian Tata
Prosedur ini sudah menjamin kerahasiaan Usaha/Sekretariat
rekam medis sehingga sesuai dengan Permenkes Sebaiknya petugas bagian tata
RI No 269/Menkes/Per/III/2008 Pasal 10 ayat (1) usaha/sekretariat lebih mempertegas dan
yang menyatakan bahwa informasi tentang memperketat persyaratan yang harus dibawa oleh
identitas, diagnosis, riwayat pasien untuk permintaan pelepasan informasi
penyakit, riwayat medis.
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien 2) Bagi Petugas Rekam Medis dan
harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter Informasi Kesehatan
gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas a) Sebaiknya petugas rekam medis
pengelola dan pimpinan sarana pelayanan lebih memperhatikan persyaratan
kesehatan.” permintaan informasi medis pasien
untuk menghindari
4. Simpulan dan Saran penyalahgunaan informasi medis
a. Simpulan oleh pihak yang tidak berwenang.
Pelaksanaan pelepasan informasi b) Sebaiknya perlu diadakan
medis di RSUD Kota Salatiga dapat sosialisasi tentang Standar
disimpulkan sebagai berikut : Prosedur Operasional Prosedur
1) Terdapat tiga alur pelaksanaan Pelepasan Informasi Rekam Medis
pelepasan informasi medis di RSUD kepada petugas yang terlibat dalam
Kota Salatiga yaitu alur pelepasan pelepasan informasi medis di RSUD
informasi medis untuk keperluan Kota Salatiga.
asuransi, alur pelepasan informasi c) Sebaiknya Standar Prosedur
medis kepada pihak kepolisian untuk Operasional Pelepasan Informasi
visum et repertum, dan alur pelepasan Rekam Medis pada bagian alur
informasi medis kepada pihak pelepasan informasi medis kepada
pendidikan atau penelitian. Namun, pihak kepolisian untuk visum et
dalam pelaksanaannya masih ada repertum diperjelas kembali jabatan
yang belum sesuai dengan Standar pihak kepolisian yang meminta,
Prosedur Operasional yang ada. sehingga dapat meminimalisir
2) Petugas yang terlibat dalam proses jatuhnya informasi medis pasien
pelepasan informasi medis di RSUD kepada pihak yang tidak
Kota Salatiga adalah Direktur Rumah bertanggung jawab.
Sakit, Petugas Bagian Tata Usaha/
Sekretariat, Petugas Rekam Medis dan 5. Daftar Pustaka
Informasi Kesehatan, dan Dokter. Budiyanto, dkk .(1997). Ilmu Kedokteran
3) Dalam menjamin aspek hukum Forensik. Jakarta: Universitas
kerahasiaan rekam medis dalam Indonesia (UI-Press)
pelaksanaan pelepasan informasi Depkes RI. (2006). Pedoman
medis, di RSUD Kota Salatiga sudah Penyelenggaraan dan Prosedur
memiliki tiga Standar Prosedur yaitu Rekam Medis Rumah Sakit di
Standar Prosedur Pelepasan Informasi Indonesia Revisi II. Jakarta: Dirjen
Rekam Medis, Standar Prosedur Bina Yanmed.
Kerahasiaan Dan Keamanan Rekam Guwandi. (2005). Rahasia Medis. Jakarta:
Medis, serta Standar Prosedur Balai Penerbit FKUI.
Peminjaman Dokumen Rekam Medis. Hanafiah, Jusuf & Amir, Amri. (2009). Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
Edisi 4.Jakarta: ECG.

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 32
Vo.3, No.1, Februari
2018
Hatta, R. Gemala. (2013). Pedoman Rustiyanto, Ery.(2009). Etika Profesi
Manajemen Informasi Kesehatan di Perekam Medis dan Informasi
Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
UI-Press. Sugiyono.(2013). Metode Penelitian
Huffman, Edna K, RRA. (1994). Health Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Information Maangement, Tenth Alfabeta. Undang-undang Republik
Edition, Berweyn, Illnois Physcians Indonesia Nomor
Record Company 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Idries. A. M. (1997). Pedoman Ilmu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
Kedokteran Forensik. Tangerang: 2009 tentang Kesehatan.
Binarupa Aksara World Health Organization.(2006). Medical
Menteri Kesehatan Republik Records Manual A Guide for
Indonesia.(2008). Peraturan Nomor Developing Countries. Geneva: WHO.
269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 33

Anda mungkin juga menyukai