http://library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawat
anpdf/207312066/bab3.pdf [diakses
pada 27 Februari 2016. 15.54]
KETERLAKSANAAN KODE ETIK PEREKAM MEDIS DI UNIT
RAWAT JALAN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN TERHADAP
PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMDIYAH MALANG
Ayunda Fitrotul Ula1, Farah Adiba2
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang
ayundaula13@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian keterlaksanaan kode etik perekam medis di unit rawat jalan
dalam memberikan pelayanan terhadap pasien di Rumah Sakit umum
Muhammadiyah Malang meliputi 2 hal, yaitu mengetahui keterlaksanaan kode etik
perekam medis dalam memberikan pelayanan terhadap pasien rawat jalan dan
mengetahui Faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya pelaksanaan kode etik di
rumah sakit. Tujuan tersebut untuk melaksanakan salah satu fungsi rekam medis
sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien. Pada penelitian ini
Masih ada petugas yang lulusan non Rekam medis, hal ini masih bertentangan
dengan kebijakan umum dalam keputusan direktur rumah sakit Universitas
Muhammadiyah Malang yang berbunyi semua petugas rekam medis wajib
berpendidikan Diploma 3 Rekam Medis dan memiliki izin kompetensi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Akan tetapi sudah dalam proses perapian, 3 masih berstatus
mahasiswa untuk menjaga keamanan serta kerahasian pasien, petugas yang non
RMIK bukan hanya disumpah saja pada saat penerimaan akan tetapi diberi edukasi
serta pengetahuan dalam pelayanan kesehatan rekam medis pasien, dan untuk
berpendidikan D3 perekam medis dan informasi kesehatan dalam rangka
memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh PERMENKES Nomor 55 tahun 2013
tentang penyelenggaraan pekerjaan perekam medis. Agar petugas lebih dapat
memberikan pelayanan kepada pasien untuk lebih maksimal dan sesuai aturan
yang berlaku selain itu juga mengikuti pelatihan, seperti seminar dan workshop
untuk meningkatkan kualitas kinerja petugas. Pada kegiatan administrasi
(pelepasan informasi), sudah melaksanakan perbaikan dalam pelepasan informasi
untuk melengkapi persyaratan per bulan Juli 2019. Untuk keterlaksanaan kode etik,
di bagian sub unit rekam medis sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan,
peraturan, serta SPO yang berlaku. Dalam hal ini untuk dapat dipertahankan atau
ditingkatkan dalam pelaksanaan kode etik di semua sub bagian unit rekam medis.
Abstract
Aims of this study to implement the medical recorder code of ethics in the
outpatient unit in providing services to patients in the Muhammadiyah Malang
General Hospital include 2 things, namely knowing the implementation of the
medical recorder code of ethics in providing services to outpatients and to know the
factors that cause inadequate implementation of the code of ethics in hospital. The
aim is to carry out one of the functions of the medical record as a basis for
maintaining health and treating patients. In this study there are still officers who
graduated from non-medical records, this is still contrary to general policy in the
93
decision of the director of the hospital of the University of Muhammadiyah Malang
which reads that all
94
medical record officers must have a Diploma 3 Medical Record education and have a
competency permit by applicable regulations. But already in the process of the
fireplace, 3 are still students to maintain the safety and confidentiality of patients,
known-RMIK officers are not only sworn in at the time of admission but are given
education and knowledge in the health services of medical records of patients, and to
educate D3 medical recorders and information health to meet the standards set by
PERMENKES No. 55 of 2013 concerning the implementation of medical record work.
So that more officers can provide services to patients to be more optimal and by
applicable regulations but also follow the training, such as seminars and workshops to
improve the quality of staff performance. In administrative activities (information
release), improvements have been made in releasing information to complete the
requirements as of July 2019. For the implementation of the code of ethics, the medical
record sub-unit has been carried out properly in accordance with applicable regulations
and SPO. In this case, it can be maintained or improved in the implementation of the
code of ethics in all sub-units of the medical record unit.
95
PENDAHULUAN Rahasia kedokteran (isi rekam medis)
Rumah sakit merupakan sarana tersebut dapat dibuka hanya untuk
kesehatan yang mutlak dibutuhkan kepentingan pasien untuk memenuhi
oleh segenap lapisan masyarakat permintaan aparat penegak hukum
dalam upaya peningkatan derajat (hakim majelis), permintaan pasien
kesehatan baik individu maupun
masyarakat (Griffiths, J, Innes,
Crawford, & A, 2014). Rumah Sakit
Umum Universitas Muhammadiyah
Malang adalah Rumah sakit swasta
milik Universitas Muhammadiyah
Malang ini, memiliki Rekam Medis
dengan ketentuan dan prosedur yang
telah ditetapkan oleh pihak Rumah
Sakit tersebut.
Dalam pelayanan
kesehatan masyarakat,
perilaku petugas kesehatan harus
mengikuti etika profesi dan tunduk
pada ketentuan hukum, peraturan
dan perundang-undangan yang
belaku. Kode etik profesi sangat
penting untuk diterapkan, karena
semakin meningkatnya tuntutan
terhadap pelayanan kesehatan dan
pengetahuan serta kesadaran hukum
masyarakat tentang prinsip dan nilai
moral yang terkandung dalam
pelayanan professional (Murni &
Suhartina, 2018). Kode etik profesi
mengandung karakteristik khusus
suatu profesi, berarti bahwa standar
profesi harus diperhatikan dan
mencerminkan kepercayaan serta
tanggung jawab diterima oleh profesi
dalam kontrak hubungan professional
antara tenaga kesehatan dan
masyarakat.
Setiap fasilitas kesehatan dalam
melaksanakan praktik kesehatannya
wajib menyimpan kerahasiaan yang
menyangkut riwayat penyakit pasien
yang tertuang dalam rekam medis.
96
sendiri atau berdasarkan ketentuan rekam medis yang baik dan benar,
perundang-undangan yang berlaku. tidak akan tercipta tertib administrasi
Berdasarkan latar belakang diatas rumah sakit sebagaimana yang
peneliti ingin mendeskriftifkan lebih diharapkan. Sedangkan tertib
jauh tentang “Keterlaksanaan kode administrasi merupakan salah satu
etik perekam medis di unit rawat jalan faktor yang menentukan di dalam
dalam memberikan pelayanan upaya
terhadap pasien”.
KAJIAN LITERATUR
Rekam Medis
Rekam Medis merupakan
dokumen yang berisikan catatan dan
dokumen terkait tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang
sudah dilakukan kepada pasien
(Permenkes 269, tahun 2008).
Sedangkan menurut Butt (2010)
Rekam Medis adalah fakta-fakta atau
bukti kondisi pasien, riwayat penyakit
dan pengobatan masa lalu serta saat
ini yang di tulis oleh profesi kesehatan
yang memberikan pelayanan kepada
pasien tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor
269/MENKES/PER/III/2008
disebutk
an bahwa rekam medis adalah
berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (Heudorf,
Boehlcke, & Schade, 2012). Tujuan
rekam medis adalah membantu
secara aktif tercapainya tertib
administrasi sebagai implementasi
dari upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Tanpa
didukung suatu sistem pengelolaan
97
pelayanan kesehatan di rumah sakit. dilihat pada Peraturan Bab Iv tentang
(Permenkes 269, tahun 2008). Penyimpanan, Pemusnahan dan
Tujuan terselenggaranya pelayanan Kerahasiaan pasal 10 ayat 1 Peraturan
rekam medis adalah untuk menunjang Menteri Kesehatan
tercapainya tertib administrasi dalam
rangka upaya peningkatan kesehatan di
rumah sakit. Berikut beberapa fungsi
dari rekam medis yaitu (Burke, Rooks,
Levy, Schwartz, & Ginde, 2015):
a. Sebagai dasar pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan pasien.
b. Sebagai bahan pembuktian
dalam perkara hukum.
c. Sebagai bahan untuk
keperluan penelitian dan pendidikan
d. Sebagai dasar pembayaran
biaya pelayanan kesehatan.
e. Sebagai bahan untuk
menyiapkan statistik kesehatan.
Kode Etik
Etika profesi atau kode etik ialah,
ciri profesi yang bersumber dari nilai-
nilai internal dan eksternal suatu
disiplin ilmu dan merupakan
pernyataan komprehensif suatu
profesi yang memberikan tuntutan
bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi (Heudorf et al.,
2012). Kode etik perekam medis
adalah Pedoman sikap dan prilaku
Perekam Medis dalam menjalankan
sert
a
mempertanggungjawabkan segala
tindakan profesinya baik kepada
profesi, pasien, maupun masyarakat
luas (Deniger, Troller, & Kennelty,
2015).
Sumber hukum yang dapat
dijadikan acuan dalam masalah
kerahasiaan suatu informasi yang
menyangkut rekam medis pasien dapat
98
No.269/MENKES/PER/III/2008 dengan menggunakan pendekatan
tenta kualitatif.
ng rekam medis yang berbunyi Definisi Konsep penerapan etika
“informasi identitas, diagnosis, profesi adalah pelaksanaan etika
riwayat penyakit, riwayat profesi perekam medis yang dilihat
pemeriksaan dan riwayat dari pelayanan, pemberian informasi
pengobatan harus dijaga yang terkait keterlaksanaan kode etik
kerahasiaannya oleh dokter, dokter pada unit rawat jalan. Subjek pada
gigi, tenaga kesehatan tertentu, oleh penelitian ini adalah 5 petugas rekam
petugas pengelola dan pimpinan medis di Rumah Sakit Umum
sarana pelayanan kesehatan”.
Kewajiban umum Kode Etik
Perekam Medis Berdasarkan
Permenkes 377 :
1. Perekam medis lebih
mengutamakan pelayanan dari
pada kepentingan pribadi dan
selalu berusaha memberikan
pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan
yang bermutu.
2. Perekam medis selalu menjujung
tinggi doktrin kerahasiaan dan hak
atas informasi pasien yang terkait
dengan identitas individu atau
sosial.
3. Perekam medis wajib
melaksanakan tugas yang
dipercaya pimpinan kepadanya
dengan penuh tanggung jawab,
teliti dan akurat.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian menggunakan
metode penelitian deskriptif yaitu
menggambarkan atau menganalisis
suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
(Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini
menggambarkan tentang
keterlaksanaan kode etik petugas
rekam medis secara langsung
99
Universitas Muhammadiyah Malang. penelitian sesuai dengan keadaan
Objek pada penelitian ini adalah sebenarnya, yang
Keterlaksanaan kode etik perekam
medis pada unit rawat Rumah Sakit
Umum Universitas Muhammadiyah
Malang. Instrumen pada penelitian ini
dengan menggunakan pedoman
wawancara dengan memberikan
pertanyaan kepada petugas rekam
medis di Rumah Sakit Umum
Universitas Muhammadiyah Malang.
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis data
data perimer dan data sekunder. Data
primer adalah data atau fakta yang
diperoleh dan dikumpulkan sendiri
oleh peneliti. Data yang diperoleh
adalah dari hasil wawancara kepada
petugas rekam medis. Sedangkan
data sekunder adalah data yang
mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah
ada dilapangan. Sedangkan
pengumpulan data penelitian ini
dengan Observasi dan Wawancara.
Teknik pengolahan data pada
penelitian ini dilaksanakan dengan
tahap- tahap sebagai berikut:
a. Collecting
Yaitu mengumpulkan data.
b. Editing
Data yang diperoleh perlu
disunting (edit) terlebih dahulu,
kalau ada data yang ternyata
masih belum lengkap maka harus
segara dilengkapi.
c. Tabulasi
Yaitu membuat tabel-tabel data
sesuai dengan tujuan penelitian
(Notoatmojo, 2010:174-176).
Teknik analisis data yaitu
analisis deskriptif dimana peneliti akan
memaparkan hasil-hasil dari
100
dibandingkan dengan teori yang
terkait etika profesi perekam medis D. Setiap kali ada pegawai lulusan
kemudian diambil suatu kesimpulan non RMIK masuk langsung
tanpa melakukan uji statistik. disumpah, sama
101
sumpahnya dengan petugas untuk mempercepat pendaftaran.
yang lulusan RMIK.
C. Sistem penjajarannya
Straight Numerical Filling/sistem
penyimpanan angka dengan sistem
penyimpanan angka langsung.
104
jalan dikirim petugas distribusi petugas yang meminjam atau yang
ke poliklinik masing-masing, diberi kuasa.
pasien IGD dan rawat inap dikirim
petugas distribusi ke IGD, dan F. Ketentuan pemusnahan BRM di
untuk managemen dan lainnya rumah sakit umum Universitas
diambilkan oleh petugas distribusi Muhammadiyah
dan diberikan langsung kepada
bagian yang meminjam di instalasi
rekam medis, sedangkan alur atau
prosedurnya petugas rekam
medis mencarikan BRM yang
akan dipinjam, mengganti berkas
yang keluar rak dengan tracer,
menandatangani buku
peminjaman BRM jika dipinjam,
lalu dikirimkan, dan menyimpan
BRM yang telah dikembalikan
pad arak filling dengan cara
mengambil tracer dari rak dan
mengantinya dengan berkas yang
dimaksud.
6. Keterlaksanaan Kode
Etik Berdasarkan Permenkes
no.269/ MENKES/ PER/III
108
ruang filing yang bisa dimasuki berikut:
oleh non. Rekam Medis sesuai 1. Masih banyak petugas dibagian
dengan keperluannya dan izin TPPRJ yang berlatar belakang
dari petugas. pendidikan bukan dari RMIK
melainkan dari non RMIK
B. (a) Untuk kepentingan kesehatan
pasien sudah terlaksana, setiap
kali pasien datang DRM
diserahkan pada petugas yang
melayani untuk pengisian DRM
tersebut sebaga kepentingan
kesehatan.
(b) Sudah memenuhi permintaan
aparatur, pembuatan resmi
sebatas visum lakalantas, pihak
Rekam Medis membuatkan visum
harus ada surat resmi dari pihak
kepolisian (kecelakaan), jika
penegak hukum (pemerkosaan
dan lain sebagainya) biasanya
tidak dirumah sakit UMM”. (c)
Sudah digunakan untuk klaim
Asuransi. (d) Sudah digunakan
sebagai laporan ke Dinkes, setiap
bulan dan tahun (program DBD,
TB dan sebagainya). (e) Sudah
digunakan untuk penelitian atau
pendidikan harus menyerahkan
surat dari instansi yang diajukan
kepada Rumah sakit.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diatas
dapat diketahui bahwa permasalahan
yang ditemukan adalah sebagai
109
2. Persyaratan untuk pasien yang penunjang kelengkapan persyaratan
meminta resume dan membuat sesuai yang dibutuhkan dan
surat kuasa belum lengkap, ditetapkan oleh rumah sakit.
kelengkapan persyaratan tersebut
baru diberlakukan pada bulan Juli
tahun 2019.
Penyebab masalah pertama adalah
kurangnya SDM dibagian Rekam medis
sehingga unit rekam medis merekrut
petugas rekam medis
yang berlatarbelakang
bukan RMIK. Dan untuk masalah ke
dua, dikarenakan menurut petugas
selama ini permintaan resume banyak
yang dari asuransi, sehingga petugas
tidak meminta KTP dan KK sebagai
persyaratan, karena dalam form
Asuransi sudah tertera KTP dan KK
pasien.
Pemecahannya berdasarkan dari
buku pedoman kebijakan umum
dalam keputusan direktur rumah sakit
Universitas Muhammadiyah Malang,
serta ketentuan MIRM dalam SNARS
petugas perekam medis setidaknya
berkompetensi dalam bidang rekam
medis, Agar tidak menghambat
penilaian dalam akreditasi Rumah
Sakit. Berdasarkan wawancara
kepada responden bahwa sekarang
di rumah sakit umum Muhammadiyah
Malang telah proses penyesuaian
dimana 3 petugas dalam status
mahasiswa. Dan untuk petugas yang
non RMIK selain diharuskan
menempuh pendidikan DIII juga
mengikuti pelatihan, seperti seminar
dan workshop. Dan untuk yang kedua
Perlu adanya Form yang berisi
persyaratan untuk pelepasan
informasi (dalam permohonan
resume dan permohonan untuk
kepentingan klaim asuransi) Sebagai
110
KESIMPULAN & SARAN berbunyi “ Perekam medis wajib
Berdasarkan hasil penelitian menyimpan dan menjaga data rekam
yang penulis lakukan di Rumah sakit medis serta informasi yang
umum Universitas Muhammadiyah terkandung didalamnya sesuai
Malang dapat diperoleh kesimpulan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Masih ada petugas yang lulusan
non RMIK akan tetapi sudah
proses penyesuaian 3 masih
berstatus mahasiswa hal ini masih
bertentangan dengan kebijakan
umum dalam keputusan direktur
rumah sakit Universitas
Muhammadiyah Malang yang
berbunyi “ semua petugas unit
rekam medis wajib berpendidikan
Diploma 3 Rekam Medis dan
memiliki izin kompetensi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Petugas rekam medis sudah
menerapkan etika profesi dalam
penerimaan pasien serta
pelayanan pasien di TPP RJ
sesuai dengan etika profesi
perekam medis Dalam pasal 4
kode etik profesi rekam medis
yang berbunyi “ Perekam medis
lebih mengutamakan pelayanan
dari pada kepentingan pribadi dan
selalu berusaha memberikan
pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan
yang bermutu”.
3. Petugas rekam medis Filling telah
menerapkan etika profesi rekam
medis dalam keamanan berkas dan
kerahasian sesuai dengan etika
profesi pasal 2 yang berbunyi
“Perekam medis selalu menjalankan
tugas berdasarkan standart profesi
tertinggi”. Dan sudah melaksanakan
kewajiban umum kode etik
perekam medis pasal 4 yang
111
prosedur management, ketepatan riwayat pengobatan dapat dibuka
pimpinan, institusi, dan peraturan dalam hal:
perundangan yang berlaku”.
4. Pada kegiatan Assembling di rumah
sakit Universitas Muhammadiyah
Malang, DRM rekam medis yang
kembali baik pasien rawat jalan
maupun rawat inap sebelum kembali
ke ruang filling akan dilakukan
pengecekan di Assembling mengenai
jumlah formulir, urutan formulir,
maupun kelengkapan penulisan
selanjutnya dilakukan analisa
kualitatif dan kuantitatif. Hal ini sudah
melaksanak kode etik pasal 6 yang
berbunyi Perekam medis wajib
melaksanakan tugas yang dipercaya
pimpinan kepadanya dengan penuh
tanggungjawab, teliti dan akurat.
Petugas rekam medis telah
menerapkan etika profesi dalam
pemberian informasi yang terkait
dengan identitas individu atau sosial
pasien yang terdapat dalam pasal 5
kode etik profesi rekam medis yang
berbunyi Setiap pelaksanaan rekam
medis dan informasi kesehatan
selalu menjunjung tinggi doktrin
kerahasiaan dan hak kerahasiaan
perorangan dalam memberikan
informasi yang terkait dengan
identitas individu atau sosial. Guna
menjaga agar tidak terjadi
pembocoran informasi yang terkait
dengan identitas individu atau sosial
pasien. Dan juga telak memberikan
resume medis sesuai dengan
peraturan yang berlaku pada
Peraturan menteri kesehatan
No.29/MENKES/PER/III2008 bab IV
pasa 10 ayat 2 yaitu, informasi
tentang identitas, diagnosis riwayat
penyakit, riwayat pemeriksaan dan
112
a. Untuk kepentingan pasien. Griffiths, D., J, M., Innes, K., Crawford, K.,
b. Memenuhi permintaan aparatur & A, W. (2014). Communication
Between Residential Aged Care
penegak hukum dalam rangka
Facilities and the Emergency
penegak hukum atas perintah
Departement: A
pengendali.
c. Permintaan dan atau persetujuan
pasien sendiri.
d. Permintaan institusi
lembaga berdasarkan ketentuan
perundang - undangan.
e. Untuk kepentingan penelitian,
pendidikan dan audit medis.
5. Pada kegiatan administrasi
(pelepasan informasi), sudah
melaksanakan perbaikan dalam
pelepasan informasi untuk
melengkapi persyaratan mulai
bulan Juli.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Savitri, Citra. (2011). Manajemen
Unit Kerja RM. Yogyakarta:
Quantum Sinergis Media.
Burke, R., Rooks, S., Levy, C.,
Schwartz, R., & Ginde, A. (2015).
Identifying Potentially Preventable
Emergency Departement Visits by
Nursing Home Residents in The
United States. Journal Am Medical
Dir Association, 16(5), 5–9.
Bustami, M.S. (2001). Penjamin Mutu
Pelayanan Kesehatan
dan
Akseptabilitasnya, Padang:
Penerbit Erlangga.
Deniger, A., Troller, P., & Kennelty, K.
(2015). Geriatric Transitional Care
and Readmissions Review. Journal
Nurse Practice, 11(2), 48–52.
Departemen Kesehatan RI. (1989).
Peraturan Menteri
Kesehatan
RI
No.749a/Menkes/Per/XII/1989.
Jakarta: DEPKES RI.
Departemen Kesehatan RI Tanggal 19-
02- 1996. Macam-Macam ICD-10P.
113
Review of the Literature.
International Journal Nurse Study,
51(11), 17–23.
Guwandi, J. (2005). Rahasia Medis.
Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Hatta, Gemala. 2009. Pedoman
Manajemen Informasi Kesehatan
di Sarana Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: UIP.
Hatta, Gemala. (2010). Pedoman
Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI-
Press.
Heudorf, U., Boehlcke, K., & Schade, M.
(2012). Healthcare-
Associated Infections in Longterm
Care Facillities (HALT) in Frankfurt
am Main. European Surveill,
17(35), 20–25.
Ide, A. (2012). Etika dan Hukum dalam
pelayanan Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
(2008). Tentang Standart Pelayanan
Minimal Rumah Sakit. Jakarta:
Menkes RI No.
129/Menkes/sk/II/2008.
Meleong, L. (2007). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Murni, T., & Suhartina, I. (2018). Analisis
Penggunaan Kembali Map Rekam
Medis dalam Upaya Memperoleh
Efisiensi Biaya di Siloam Hospitals
Surabaya. Jurnal Kesehatan
Vokasional, 3(2), 53–61.
Republik Indonesia. (2009). Undang-
Undang Nomor 44 2009 Tentang
Rumah Sakit, Jakarta: Sekertariat
Negara.
Republik Indonesia. (2008).
PERMENKES RI Nomor:
269/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Rekam Medis.
Jakarta: Sekretaritan Negara.
Rustiyanto, E. (2009). Etika Profesi
Perekam Medis dan
Informasi
Kesehatan.Yogyakarta: Gresia Book
114
Publisher.
Sugiyono. (2010). Metodelogi Penelitian
Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
115
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
E-mail: 1. erlindaipurba@gmail.com
ABSTRAK
Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk melindungi informasi kesehatan yang
terdapat di dalam rekam medis terhadap kemungkinan hilang, rusak, pemalsuan dan akses
yang tidak sah. Secara keseluruhan, keamanan (security), privasi (privacy), kerahasiaan
(confidentiality) dan keselamatan (safety) adalah perangkat yang membentengi informasi dalam
rekam medis. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini yaitu
Direktur Rumah Sakit, Kepala Rekam Medis Rumah Sakit dan Petugas Penyimpanan Rumah
Sakit. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan juga narasi dari hasil
wawancara yang dilakukan. Dan dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan sudah optimal dan sudah melaksanakan SOP. Bagi instansi rumah sakit agar
dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi pasien di RSU Imelda Pekerja Indonesia
Medan, sebaiknya untuk pencatatan peminjaman atau untuk melakukan pelepasan informasi
untuk pihak ke-3 dalam mendokumentasikan sebaiknya rumah sakit imelda medan
menggunakan pendokumentasian terkomputerisasi agar lebih aman dan mudah untuk
perhitungan data, pendokumentasian bertujuan sebagai bentuk bukti apabila terjadi tuntutan
kelak.
Kata Kunci: Analisis, Sistem Pelepasan Informasi Rekam Medis, Hukum Kerahasiaan Rekam
Medis, Rumah Sakit.
395
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi Rekam medis harus menyajikan
mengenai tindakan-tindakan yang informasi yang akurat dan lengkap
dilakukan kepada pasien dalam rangka tentang proses pelayanan medis dan
pelayanan kesehatan. kesehatan di rumah sakit, baik masa lalu,
Salah satu penilaian dari pelayanan masa kini
kesehatan dapat kita lihat dari
pencatatan rekam medis atau rekam
kesehatan. Dari pencatatan rekam
medis dapat menggambarkan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan
pada pasien, serta meyumbangkan hal
penting dibidang hukum kesehatan,
pendidikan, penelitian dan Akreditasi
Rumah Sakit (Tahalal dan Hiswani,
2009).
Sarana kesehatan bertanggung
jawab un tuk melindungi informasi
kesehatan yang terdapat di dalam
rekam medis terhadap kemungkinan
hilang, rusak, pemalsuan dan akses
yang tidak sah. Menjaga keamanan
informasi, keakuratan informasi dan
kemudahan akses informasi menjadi
tuntunan pihak organisasi pelayanan
kesehatan dan praktisi kesehatan serta
pihak ke-3 yang berwewenang.
Sedangkan pihak yang membutuhkan
informasi harus senantiasa
menghormati privasi pasien. Secara
keseluruhan, keamanan (security),
privasi (privacy),
kerahasian (confidentiality)
dan keselamatan (safety) adalah
perangkat yang membentengi informasi
dalam rekam medis.
Indonesia memiliki peraturan
perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan rekam medis dimuat
di dalam Undang-Undang No. 23 tahun
1992 Kesehatan, Undang-Undang No
29 tahun 2014 tentang Praktek
Kedokteran, dan Permenkes (2008).
Selain itu juga terdapat ketentuan
perundang-undangan di bidang wajib
simpan rahasia kedokteran yang
berhubungan dengan penyelenggaraan
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK),
seperti pasal KUHP rahasia
jabatan/pekerjaan, PP No. 10 tahun
1966 tentang Wajib simpan rahasia
Kedokteran, dan kedua Undang-Undang
di atas (Firdaus S, 2008).
396
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka peneliti merumuskan masalah
penelitian yaitu “Analisis Sistem
Pelepasan Informasi Rekam Medis
Dalam Menjamin Aspek Hukum
Kerahasian Rekam Medis di Rumah
Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan”
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk Meninjau
pelepasan informasi Rekam Medis
Tentang Penerapan Standar
Kerahasian, Privasi dan Keamanan
Informasi Tentang Dokumen Rekam
Medis di Rumah Sakit Imelda Pekerja
Indonesia Medan.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan bahan kritikan dan
masukan serta bahan tambahan
dalam meningkatkan aspek hukum
kerahasian rekam medis pasien.
2. Bagi Insitusi Pendidikan
Sebagai bahan perbandingan atau
referensi pada studi atau penelitian
di masa yang akan datang.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman, Khususnya
397
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
METODE
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif, pendekatan penelitiannya
menggunakan cross sectional, metode
penelitiannya menggunakan observasi
dan wawancara.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan September - Februari 2018.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSU
Imelda Pekerja Indonesia Medan
khususnya di Bagian Rekam Medis.
Lokasi penelitian ditentukan
dengan pertimbangan
bahwa RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan telah melaksanakan
pelayanan dasar yang salah satunya
adalah pelayanan rekam medis.
Populasi
Populasi merupakan keseluruhan
sumber data yang diperlukan dalam
suatu penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah petugas rumah
sakit yang berhubungan dengan sistem
pelepasan informasi di RSU Imelda
Pekerja Indonesia Medan.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari
populasi dengan cara tertentu sehingga
dianggap bisa mewakili suatu populasi.
Dalam penelitian ini adalah 4 orang,
dimana 1 orang Direktur rumah sakit
Imelda Pekerja Indonesia, 1 orang
398
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
Variabel Penelitian
Variabel adalah hal-hal yang
menjadi objek penelitian, yang ditatap
dalam suatu kegiatan penelitian
(Arikunto, 2010). Variabel dalam
penelitian ini adalah:
a. Permintaan informasi rekam medis
oleh pihak ke-3:
- Asuransi
- Pendidikan/Penelitian
- Kepolisian/pengadilan
b. Prosedur/aturan tentang
pelepasan informasi baik:
- Intern
- Ekstern
c. Penggunaan ijin tertulis pasien/wali
d. Keterlibatan Unit Rekam Medis,
petugas rekam medis dan tenaga
medis dalam pelepasan informasi
medis.
e. Hukum Kerahasiaan Rekam Medis
Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang
diteliti atau diamati, perlu sekali
variabel-variabel tersebut diberi
batasan atau definisi operasional
(Saryono, 2008).
1. Permintaan informasi rekam medis
oleh pihak asuransi adalah upaya
yang dilakukan oleh pihak asuransi
untuk mendapatkan informasi
rekam medis dengan tujuan
pengklaiman biaya perawatan
pasien.
2. Permintaan informasi rekam medis
oleh pendidikan/penelitian adalah
upaya yang dilakukan oleh institusi
pendidikan ataupun penelitian
untuk mendapatkan informasi
rekam medis dengan tujuan
digunakan sebagai referensi
399
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
400
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
Studi Dukumen
Metode dokumentasi yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2010).
1. Observasi
Observasi atau pengamatan
adalah suatu prosedur berencana,
yang antara lain meliputi melihat
dan mencatat jumlah dan tariff
aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Proses dan syarat pelepasan
informasi pasien akan menjadi
objek observasi.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode
yang digunakan untuk
mengumpulkan data, di mana
penelitian mendapatkan atau
perincian secara lisan dari
seseorang sasaran peneliti
(responden) atau bercakap-cakap
secara face to face (Jurnal
Normanto, 2011). Menurut Saryono
(2010), Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face
to face) maupun dengan
401
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
HASIL
402
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
pengetahuan ?
403
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
PIHAK ASURANSI
a. Peyelesaian proses
pennggantian biaya
perawatan tertanggung
Sumber: Data yang diolah dari wawancara
400
JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA Vo.3, No.1, Februari
2018
402
Vo.3, No.1, Februari
2018
KESIMPULAN
SARAN
403
Vo.3, No.1, Februari
2018
DAFTAR PUSTAKA
405
Vo.3, No.1, Februari
DOI : http://10.31983/jrmik.v2i1.4398 Jurnal Rekam Medis dan Informasi
2018
Kesehatan Volume 2 Nomor 1
(Maret 2019)
Review of Implementation of Medical Information
Release
Warijan1)
Martha Marshyntha Nur ‘Afifah2)
Abstract
The release of medical information have to follow applicable procedures because information of
the medical record is confidential and should be protected from unauthorized persons. RSUD Kota
Salatiga who gives many services for the release of medical information, but in the process of
implementation is still found incomplete of requirements and writing of request form the release of
medical information and still received by the officer in charge. The purpose of this study was to
determine the implementation of the release of medical information in RSUD Kota Salatiga. This type
of research is descriptive qualitative. The methods of data collection is done by interview and
observation. Data analysis using non-statistical analysis and presentation of data in narrative form.
Research shows that RSUD Kota Semarang possessed 3 flow for release medical information, but
there are still not yet approoriate with standart operating procedurre that available. There are 3
standard operating procedures that govern to ensure the legal aspect of confidentially of medical
record in the implementation of the release of medical information. It needs affirmation and tighten
requirements required by patients to demand the release of medical information to avoid abused by
irresponsible parties.
Abstrak
Pelepasan informasi medis harus mengikuti prosedur yang berlaku karena informasi rekam medis
bersifat rahasia dan harus dilindungi dari pihak-pihak yang tidak berwenang. RSUD Kota Salatiga
sudah melayani banyak permintaan pelepasan informasi medis, namun dalam proses
pelaksanaannya masih ditemukan belum lengkapnya persyaratan dan penulisan formulir permintaan
pelepasan informasi medis dan tetap diterima oleh petugas yang menangani. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pelaksanaan pelepasan informasi medis di RSUD Kota Salatiga. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
metode wawancara dan observasi/pengamatan. Data di analisis menggunakan analisa non statistik
dan disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di RSUD Kota Salatiga
mempunyai 3 alur pelepasan informasi medis, namun masih ada yang belum sesuai dengan standar
prosedur operasional yang ada. Terdapat 3 standar prosedur operasional yang mengatur untuk
menjamin aspek hukum kerahasiaan rekam medis pada pelaksanaan pelepasan informasi medis.
Perlu adanya penegasan untuk memperketat persyaratan yang harus dibawa oleh pasien untuk
permintaan pelepasan informasi medis agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab.
Kata Kunci: Pelepasan Informasi Medis ; Aspek Hukum Kerahasiaan Rekam Medis
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 26
Vo.3, No.1, Februari
2018
1. Pendahuluan Pelepasan informasi dalam hal keperluan
Berdasarkan Permenkes RI Nomor pendidikan dan penelitian tidak diperlukan
269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 persetujuan tertulis dari pasien, namun harus
menyatakan bahwa “rekam medis adalah memperoleh persetujuan tertulis dari
berkas yang berisikan catatan dan dokumen pimpinan rumah sakit. Hal ini diungkapkan
tentang identitas pasien, pemeriksaan, dalam Permenkes RI Nomor
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 13 ayat
yang telah diberikan kepada pasien”. Tujuan (3) yang berbunyi “Pemanfaatan rekam
penyelenggaraan rekam medis adalah untuk medis untuk keperluan dan penelitian tidak
menunjang tercapainya tertib administrasi diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan
rumah sakit agar berhasil sebagaimana yang untuk kepentingan negara”.
diharapkan. Untuk itu maka sarana Berdasarkan studi pendahuluan, RSUD
pelayanan kesehatan wajib menyediakan Kota Salatiga sudah melayani banyak
fasilitas yang diperlukan dalam rangka permintaan pelepasan informasi medis,
penyelenggaraan, perlindungan dan diantaranya yaitu permintaan pelepasan
pemeliharaan rekam medis, agar tidak informasi medis guna keperluan asuransi,
rusak, hilang, dipalsukan atau digunakan visum et repertum, dan surat permohonan
oleh orang atau pihak yang tidak berhak. penelitian, serta sudah dilaksanakan oleh
Isi rekam medis sepenuhnya merupakan petugas khusus pembuatan permintaan
milik pasien dan informasi yang terkandung pelepasan informasi medis di bagian rekam
dalam rekam medis bersifat rahasia. Hal ini medis. Namun, dalam permintaan pelepasan
dikarenakan isi rekam medis menjelaskan informasi medis masih ditemukan belum
hubungan yang khusus antara pasien dan lengkapnya persyaratan dan penulisan
dokter yang wajib dilindungi dari formulir permintaan pelepasan informasi
pembocoran sesuai dengan kode etik medis dan tetap diterima oleh petugas yang
kedokteran dan peraturan perundang- menangani. Hal ini belum sesuai dengan
undangan. standar prosedur operasional yang ada dan
Pelepasan informasi medis harus dikhawatirkan adanya ketidaktepatan terkait
mengikuti prosedur yang berlaku dan dapat masalah kerahasiaan informasi medis pada
diberikan apabila pasien menandatangani pelaksanaan pelepasan informasi medis
serta memberikan kuasa kepada pihak tersebut. Apabila kerahasiaan informasi
ketiga untuk mendapatkan informasi medis pasien tidak dijaga dengan baik oleh pihak
mengenai pasien tersebut. Orang-orang rumah sakit, tidak menutup kemungkinan
yang membawa surat kuasa harus informasi pasien akan disalahgunakan oleh
menunjukkan tanda pengenal (identitas) pihak yang tidak bertanggungjawab.
yang sah kepada pimpinan rumah sakit. Hal
ini bertujuan untuk melindungi rumah sakit 2. Metode
dari tuntutan yang lebih jauh. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Pelepasan informasi medis juga harus penelitian deskriptif kualitatif, digunakan
berdasarkan persetujuan dari dokter yang untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
merawat pasien yang bersangkutan. Dimana pelepasan informasi medis di RSUD Kota
hal ini diungkapkan dalam Permenkes RI Salatiga. Waktu penelitian dilaksanakan
Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 11 pada tanggal 18 - 26 Mei 2017 di Bagian
ayat (1) menjelaskan bahwa “Penjelasan Tata Usaha/ Sekretariat dan Instalasi Rekam
tentang isi rekam medis hanya boleh Medis RSUD Kota Salatiga. Subjek dari
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang penelitian ini adalah petugas bagian tata
merawat pasien dengan izin tertulis pasien usaha/sekretariat RSUD Kota Salatiga,
atau berdasarkan peratuan perundang- petugas rekam medis yang bertanggung
undangan”. jawab dalam pembuatan permintaan
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 27
Vo.3, No.1, Februari
2018
pelepasan informasi medis, dan dokter. dan petugas rekam medis tetap
Sedangkan objek penelitian adalah menerima permintaan tersebut
pelaksanaan pelepasan informasi medis dan walaupun pasien atau keluarga pasien
Standar Prosedur Operasional yang terkait tidak membawa kartu identitas yang
dengan pelaksanaan pelepasan informasi sah. Hal ini belum sesuai dengan SPO
medis. Metode pengumpulan data Pelepasan Informasi Rekam Medis
menggunakan metode wawancara dan yang menyatakan bahwa pasien atau
observasi dan dianalisis menggunakan keluarga pasien (ahli waris) datang ke
analisis non statistik yang bertujuan untuk RSUD Kota Salatiga dengan
menjelaskan atau mendeskripsikan keadaan membawa fotocopy rincian biaya
sebenarnya tentang pelaksanaan pelepasan perawatan, dan fotocopy KTP atau KK
informasi medis di RSUD Kota Salatiga. sebagai bukti identitas diri.
Menurut Rustiyanto (2009) alur
3. Hasil dan Pembahasan pemberian informasi rekam medis
a. Alur Pelepasan Informasi Medis di kepada pihak ketiga seperti asuransi
RSUD Kota Salatiga yang pertama harus ada surat kuasa
Berdasarkan hasil observasi dan dari pasien. Pemegang kuasa harus
wawancara yang telah penulis lakukan, menunjukkan identitas diri. Selain itu
RSUD Kota Salatiga sudah melayani juga belum sesuai dengan Permenkes
banyak permintaan pelepasan informasi pasal 12 ayat (4) yang menyebutkan
medis, diantaranya yaitu permintaan bahwa “Ringkasan rekam medis
pelepasan informasi medis untuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
keperluan asuransi, visum et repertum, dapat dicatat atau dicopy oleh pasien
dan surat permohonan penelitian. atau orang yang diberi kuasa atau atas
1) Alur Pelepasan Informasi Medis Untuk persetujuan tertulis pasien atau
Keperluan Asuransi di RSUD Kota keluarga pasien yang berhak untuk
Salatiga itu”.
Alur pelaksanaan pelepasan informasi medis Dalam pelaksanaan pelepasan
untuk keperluan asuransi dimulai dari pihak informasi untuk keperluan asuransi
pasien atau keluarga pasien yang membawa surat juga masih ditemukan belum
atau blangko permintaan pelepasan informasi lengkapnya pengisian formulir
medis ke Bagian Tata Usaha/ Sekretariat RSUD permintaan seperti tidak adanya
Kota Salatiga dilengkapi dengan pengisian keterangan hubungan keluarga dan
formulir permintaan atau surat kuasa apabila yang tanda tangan peminta. Menurut
meminta bukan pasien sendiri, fotocopy rincian Huffman (1994) menyebutkan bahwa
biaya atau surat kematian. Surat permintaan formulir pelepasan informasi
pelepasan informasi untuk keperluan asuransi setidaknya memuat unsur-unsur yang
tersebut didisposisikan ke Instalasi Rekam Medis meliputi nama perorangan atau
untuk selanjutnya di proses oleh rekam medis. institusi yang akan menerima informasi
Untuk alur pelepasan informasi medis kepada dan tanda tangan pasien/kuasa.
pihak asuransi di RSUD Kota Salatiga masih 2) Alur Pelepasan Informasi Medis
ditemukan pasien atau keluarga pasien yang tidak Kepada Pihak Kepolisian untuk Visum
membawa persyaratan secara lengkap. Petugas Et Repertum di RSUD Kota Salatiga
bagian tata usaha/sekretariat Alur pelaksanaan pelepasan
informasi medis kepada pihak
kepolisian untuk visum et repertum di
RSUD Kota Salatiga dimulai dari pihak
kepolisian yang menyerahkan surat
permintaan visum et repertum ke
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 28
Vo.3, No.1, Februari
2018
Bagian Tata Usaha/ Sekretariat RSUD Kota 3) Alur Pelepasan Informasi Medis
Salatiga dengan membawa persyaratan surat Kepada Pihak Pendidikan atau
permohonan resmi dari kepolisian kepada direktur Penelitian di RSUD Kota Salatiga
rumah sakit. surat permintaan visum et repertum Alur pelaksanaan pelepasan
tersebut didisposisikan ke Instalasi Rekam Medis informasi medis kepada pihak
untuk selanjutnya di proses oleh rekam medis. pendidikan atau penelitian di RSUD
Dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan Kota Salatiga dimulai dari mahasiswa
SPO Pelepasan Informasi Rekam Medis yang atau instansi pendidikan yang
menjelaskan bahwa untuk keperluan visum et menyerahkan surat permohonan
repertum dibuatkan setelah pihak RSUD Kota penelitian ke Bagian Tata Usaha/
Salatiga mendapatkan surat permohonan resmi Sekretariat. Setelah di proses, surat
dari pihak kepolisian yang ditandatangani oleh perijinan penelitian dari direktur
pejabat yang berwenang. Menurut Budiyanto didisposisikan ke Bagian Diklat dan
(1997) visum et repertum pembuatannya harus Instalasi Rekam Medis. Mahasiswa/
memenuhi syarat formal, yaitu berdasarkan atas instansi pendidikan dapat meminta
permintaan tertulis dari penyidik dan digunakan data yang dibutuhkan kepada petugas
sebagai barang bukti dalam perkara hukum pengolahan data dengan persyaratan
(pidana). membayar administrasi terlebih
Namun didalam SPO tersebut belum dahulu.
disebutkan jabatan kepolisian yang mengajukan Dalam pelaksanaan pelepasan
sebagai pemohon, sehingga dapat informasi medis kepada pihak
memberikan kesempatan kepada pihak-pihak pendidikan atau penelitian SPO
yang tidak bertanggung jawab untuk Pelepasan Informasi Rekam Medis
menyalahgunakan informasi pasien untuk yang menyatakan bahwa mahasiswa
kepentingan yang dapat merugikan rumah sakit. yang melaksanakan penelitian di
Budiyanto (1997) disebutkan yang termasuk RSUD Kota Salagia diwajibkan
dalam kategori penyidik menurut KUHAP pasal 6 menyerahkan surat penelitian dari
ayat (1) tentang kampus yang ditujukan kepada
pelaksanaan PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) Direktur RSUD Kota Salatiga dan
adalah Pejabat Polisi NKRI yang diberi wewenang tembusan ke Bagian Diklat dan
khusus dengan pangkat serendah-rendahnya Instalasi Rekam Medis. Menurut
Pembantu Letnan Dua dan penyidik pembantu Rustiyanto (2009) dalam
berpangkat serendah- rendahnya Sersan Dua. melaksanakan penelitian di instansi
Jika penyidik tersebut adalah pegawai negeri sipil, pelayanan kesehatan khususnya unit
maka kepangkatannya adalah serendah- rekam medis, mahasiswa diwajibkan
rendahnya golongan II/b untuk penyidik dan II/a untuk membuat surat pengantar dari
untuk penyidik pembantu. kampus atau akademik ke instansi
yang bersangkutan ditujukan kepada
direktur tembusannya ke bagian
diklat/pendidikan dan pelatihan,
setelah disetujui surat tersebut akan di
disposisikan ke bagian unit rekam
medis, melalui kepala bagian rekam
medis. Sedangkan menurut Depkes RI
(2006) juga menyebutkan bahwa
pembukaan informasi medis guna
penelitian atau riset tidak diperlukan
persetujuan pasien, akan tetapi harus
dengan persetujuan tertulis
dari
pimpinan rumah sakit. Hal ini
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 29
Vo.3, No.1, Februari
2018
dipertegas juga dalam Permenkes RI Permenkes merawat, petugas rekam medis, dan
RI No. 269 tahun 2008 pimpinan rumah sakit.
pasal 13 ayat (3) yang menyatakan bahwa Selain itu dalam proses pelaksanaan di
pemanfaatan rekam medis untuk keperluan RSUD Kota Salatiga sudah sesuai
pendidikan dan penelitian tidak diperlukan dengan Standar Prosedur Operasional
persetujuan pasien, bila dilakukan untuk (SPO) Pelepasan Informasi Rekam Medis
kepentingan negara. dimana ada keterkaitan antara Direktur,
Bagian Tata Usaha, Instalasi Rekam
b. Petugas yang Terkait dalam Proses Medis, dan Dokter.
Pelepasan Informasi Medis di RSUD Kota
Salatiga c. Aspek Hukum Kerahasiaan Rekam
Petugas yang terlibat dalam proses Medis dalam Pelaksanaan Pelepasan
pelepasan informasi medis di RSUD Kota Informasi Medis di RSUD Kota Salatiga
Salatiga adalah sebagai berikut : Dalam menjaga keamanan dan
1) Direktur Rumah Sakit adalah pihak kerahasiaan informasi medis pasien,
yang bertanggung jawab dalam semua RSUD Kota Salatiga telah menetapkan
proses pelepasan informasi medis. tiga Standar Prosedur Operasional.
2) Petugas Tata Usaha/ Sekretariat Adapun prosedur tersebut yaitu prosedur
adalah petugas yang memfasilitasi pelepasan informasi rekam medis,
kepengurusan semua surat permintaan prosedur keamanan dan kerahasiaan
pelepasan informasi medis kepada rekam medis, dan prosedur peminjaman
pihak asuransi, pihak kepolisian, dan dokumen rekam medis.
surat permohonan penelitian yang 1) Standar Prosedur Pelepasan Informasi
ditujukan kepada direktur rumah sakit. Rekam Medis
Serta memfasilitasi Standar prosedur pelepasan informasi rekam
kepengurusan surat balasan dari medis mengatur tentang tata cara permintaan
direktur rumah sakit. pelepasan informasi medis untuk keperluan
3) Petugas rekam medis adalah petugas asuransi, visum et repertum, dan permohonan
yang memfasilitasi dalam pembuatan atau penelitian. Namun dalam pelaksanaannya
pelepasan informasi medis kepada belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini
asuransi, pembuatan visum et dikarenakan petugas tetap menerima permintaan
repertum dan penyediaan permintaan pelepasan informasi medis walaupun pasien
data guna penelitian. tersebut tidak membawa kartu identitas yang sah.
4) Dokter adalah petugas yang berhak Sehingga dikhawatirkan adanya peluang dalam
membuka informasi rekam medis pemalsuan dan rentan jatuhnya informasi ke
pasien dalam permintaan informasi tangan pihak yang tidak bertanggung jawab.
medis kepada asuransi dan Dalam pelaksanaannya ini belum sesuai
permintaan kepada pihak kepolisian. dengan Undang-undang Praktik Kedokteran Pasal
Selain itu petugas yang berhak 47 ayat (2) yang menyatakan rekam medis
menandatangani hasil permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
informasi medis kepada asuransi dan disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter
hasil visum et repertum. atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan
Petugas yang terkait dalam proses kesehatan.
pelaksanaan pelepasan informasi medis
sudah sesuai dengan teori yang ada.
Menurut Rustiyanto (2009) pihak yang
bertanggung jawab untuk melindungi
informasi medis dalam hal melepaskan
informasi medis yaitu dokter yang
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 30
Vo.3, No.1, Februari
2018
Menurut Permenkes RI Nomor untuk melindungi kerahasiaan dan keamanan
269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 10 rekam medis.
ayat (1) yang menyatakan bahwa informasi Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada.
tentang identitas, diagnosis, riwayat Menurut Depkes RI (2006) untuk melindungi
penyakit, riwayat kerahasiaan tersebut, maka dibuat ketentuan
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien bahwa hanya petugas rekam medis yang diizinkan
harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter masuk ruang penyimpanan rekam medis.
gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas Menurut Hatta (2013) kerahasiaan adalah
pengelola dan pimpinan sarana pelayanan proteksi terhadap rekam medis dan informasi lain
kesehatan. pasien dengan cara menjaga informasi pribadi
Menurut Guwandi (2005) sifat kerahasiaan pasien dan pelayanannya. Sedangkan keamanan
rekam medis sangat perlu untuk diperhatikan.. adalah perlindungan terhadap privasi seseorang
Apabila isi rekam medis dipaparkan tanpa ijin dan kerahasiaan rekam medis. Petugas rekam
penderita, maka penderita dapat menuntut medis adalah salah satu tenaga kesehatan yang
berdasarkan Pasal 322 KUHP Ayat (1) yang mengemban wajib simpan rahasia kedokteran.
menyatakan bahwa barang siapa membuka suatu Selain itu juga sudah sesuai dengan
rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan Permenkes RI Nomor
atau pencahariannya, diancam dengan pidana 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 10
penjara paling lama (9) sembilan bulan atau ayat (1) yang menyatakan bahwa informasi
denda paling banyak sembilan ribu rupiah. tentang identitas, diagnosis, riwayat
Kemudian dapat menuntut penyakit, riwayat
berdasarkan Undang-undang nomor 36 tahun pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien
2009 tentang Kesehatan pasal 58 Ayat (1) bahwa harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter
setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau pengelola dan pimpinan sarana pelayanan
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kesehatan.
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam 3) Standar Prosedur Peminjaman
pelayanan kesehatan yang Dokumen Rekam Medis
diterimanya. Standar prosedur peminjaman dokumen rekam
2) Standar Prosedur Keamanan dan medis sudah dilaksanakan sesuai dengan isi
Kerahasiaan Rekam Medis prosedur yang ada, dimana didalam prosedur
Standar prosedur keamanan dan kerahasiaan tersebut menyebutkan bahwa setiap peminjaman
rekam medis sudah dilaksanakan sesuai dengan rekam medis harus mengisi buku ekspedisi
isi prosedur yang ada, dimana didalam prosedur peminjaman. Dalam pelaksanaannya, setiap
tersebut menyebutkan bahwa yang berhak rekam medis yang dipinjam untuk kepentingan
menyimpan dan mengambil rekam medis baik pelayanan, petugas rekam medis akan
rekam medis aktif dan in aktif adalah petugas mencatatkan di buku ekspedisi. Pengisian buku
rekam medis. Dalam pelaksanaannya petugas ekspedisi bertujuan untuk mengetahui pihak-pihak
rekam medis yang harus membawa, mana saja yang meminjam dan untuk menjamin
mengambil dan
menyimpan dokumen rekam medis dari ruang
penyimpanan. Hal ini
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 31
Vo.3, No.1, Februari
2018
terjaganya keamanan dan kerahasiaan informasi b. Saran
pasien. 1) Bagi Petugas Bagian Tata
Prosedur ini sudah menjamin kerahasiaan Usaha/Sekretariat
rekam medis sehingga sesuai dengan Permenkes Sebaiknya petugas bagian tata
RI No 269/Menkes/Per/III/2008 Pasal 10 ayat (1) usaha/sekretariat lebih mempertegas dan
yang menyatakan bahwa informasi tentang memperketat persyaratan yang harus dibawa oleh
identitas, diagnosis, riwayat pasien untuk permintaan pelepasan informasi
penyakit, riwayat medis.
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien 2) Bagi Petugas Rekam Medis dan
harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter Informasi Kesehatan
gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas a) Sebaiknya petugas rekam medis
pengelola dan pimpinan sarana pelayanan lebih memperhatikan persyaratan
kesehatan.” permintaan informasi medis pasien
untuk menghindari
4. Simpulan dan Saran penyalahgunaan informasi medis
a. Simpulan oleh pihak yang tidak berwenang.
Pelaksanaan pelepasan informasi b) Sebaiknya perlu diadakan
medis di RSUD Kota Salatiga dapat sosialisasi tentang Standar
disimpulkan sebagai berikut : Prosedur Operasional Prosedur
1) Terdapat tiga alur pelaksanaan Pelepasan Informasi Rekam Medis
pelepasan informasi medis di RSUD kepada petugas yang terlibat dalam
Kota Salatiga yaitu alur pelepasan pelepasan informasi medis di RSUD
informasi medis untuk keperluan Kota Salatiga.
asuransi, alur pelepasan informasi c) Sebaiknya Standar Prosedur
medis kepada pihak kepolisian untuk Operasional Pelepasan Informasi
visum et repertum, dan alur pelepasan Rekam Medis pada bagian alur
informasi medis kepada pihak pelepasan informasi medis kepada
pendidikan atau penelitian. Namun, pihak kepolisian untuk visum et
dalam pelaksanaannya masih ada repertum diperjelas kembali jabatan
yang belum sesuai dengan Standar pihak kepolisian yang meminta,
Prosedur Operasional yang ada. sehingga dapat meminimalisir
2) Petugas yang terlibat dalam proses jatuhnya informasi medis pasien
pelepasan informasi medis di RSUD kepada pihak yang tidak
Kota Salatiga adalah Direktur Rumah bertanggung jawab.
Sakit, Petugas Bagian Tata Usaha/
Sekretariat, Petugas Rekam Medis dan 5. Daftar Pustaka
Informasi Kesehatan, dan Dokter. Budiyanto, dkk .(1997). Ilmu Kedokteran
3) Dalam menjamin aspek hukum Forensik. Jakarta: Universitas
kerahasiaan rekam medis dalam Indonesia (UI-Press)
pelaksanaan pelepasan informasi Depkes RI. (2006). Pedoman
medis, di RSUD Kota Salatiga sudah Penyelenggaraan dan Prosedur
memiliki tiga Standar Prosedur yaitu Rekam Medis Rumah Sakit di
Standar Prosedur Pelepasan Informasi Indonesia Revisi II. Jakarta: Dirjen
Rekam Medis, Standar Prosedur Bina Yanmed.
Kerahasiaan Dan Keamanan Rekam Guwandi. (2005). Rahasia Medis. Jakarta:
Medis, serta Standar Prosedur Balai Penerbit FKUI.
Peminjaman Dokumen Rekam Medis. Hanafiah, Jusuf & Amir, Amri. (2009). Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
Edisi 4.Jakarta: ECG.
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 32
Vo.3, No.1, Februari
2018
Hatta, R. Gemala. (2013). Pedoman Rustiyanto, Ery.(2009). Etika Profesi
Manajemen Informasi Kesehatan di Perekam Medis dan Informasi
Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
UI-Press. Sugiyono.(2013). Metode Penelitian
Huffman, Edna K, RRA. (1994). Health Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Information Maangement, Tenth Alfabeta. Undang-undang Republik
Edition, Berweyn, Illnois Physcians Indonesia Nomor
Record Company 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Idries. A. M. (1997). Pedoman Ilmu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
Kedokteran Forensik. Tangerang: 2009 tentang Kesehatan.
Binarupa Aksara World Health Organization.(2006). Medical
Menteri Kesehatan Republik Records Manual A Guide for
Indonesia.(2008). Peraturan Nomor Developing Countries. Geneva: WHO.
269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 33