Anda di halaman 1dari 20

METODOLOGI KUALITATIF

“Grounded Theory”

Diajukan untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna

Tugas Mata Kuliah Metodologi Kualitatif

Oleh:

AULIA FITRI

EKA LAILATUL FEBRIANTI

JURUSAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SORONG

2018
GROUNDED THEORY

PENGERTIAN GROUNDED THEORY

Grounded theory pada awalnya dikembangkan pada tahun 1960-an oleh ahli sosiologi
Barney Glaser dan Anselm Strauss yang hasil riset mereka, Discovery of Grounded Theory,
diterbikan pada tahun 1967. Kemudian, mereka berbeda pendapat. Strauss cenderung untuk
berkonsentrasi dalam menentukan prosedur dalam mengaplikasikan pendekatan, sedangkan
Glaser menentang perubahan apapun dari gagasan awalnya. Dua versi grounded theory
kemudian muncul, Straussian dan Glaserian. Dalam kajian-kajian yang berkaitan dengan
komunikasi dan manajemen, pendekatan Straussian lebih popular, walaupun kedua format
Glaserian dan Straussian terus berubah perlahan-lahan dari tahun ke tahun seiring dengan
banyaknya peneliti yang menggunakan pendekatan tersebut.

Ilmu yang memengaruhi grounded theory adalah sosiologi, terutama mazhab


interaksionisme simbolik. Interaksionalisme simbolik berfokus pada interaksi antar-manusia
dan berusaha memahami bagaimana individu menafsirkan bahasa dan perilaku orang lain,
bagaimana orang-orang akan memberikan makna bagi pemikiran dan tindakan mereka
sendiri, dan mengorganisasikannya ketika berinteraksi dan bernegosiasi dengan orang lain
[ CITATION Cri08 \l 2057 ].

Grounded theory salah satu jenis metode kualitatif, karena analisanya tidak menggunakan
angka. Coraknya induktif, karena hendak menemukan teori baru. Objek penelitiannya adalah
salah suatu fenomena yang ada dalam konteksnya yang alamiah dan dimengerti sesudah data
lapangan diperoleh, entah melalui wawancara atau observasi, diinterpretasi.

Dasar filosofis dari grounded theory adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik sendiri
berasal dari psikologi social. Interaksi yang dilakukan oleh manusia selalu bergantung pada
lingkungannya. Asumsi ini mendorong peneliti, yang menggunakan metode grounded theory,
untuk melihat secara jeli pemahaman terhadap tindakan atau perilaku seseorang. Setiap
tindakan manusia selalu memiliki arti tertentu. [ CITATION JRR08 \l 2057 ]

Metode GT digunakan untuk me-rumuskan sebuah teori untuk menjelaskan se-buah


fenomena yang belum dapat dijelaskan melalui teori yang ada.Pendekatan GT ideal
digunakan untuk mengeksplorasi hubungan sosial dan perilaku dari sebuah kelompok di
mana masih sedikit eksplorasi terhadap faktor-faktor kontekstual yang mempengaruhi
kehidupannya (Crook, 2001).
Kemampuan peneliti memberi makna terhadap data yang didapatkan tergantung pada
tingkat pengetahuan teori, pengalaman, dan pengetahuan literatur terkait, namun untuk
melakukan pene-litian secara GT, seseorang tidak perlu memi-liki keterampilan khusus pada
bidang yang dikaji, cukup memiliki dasar pengetahuan me-ngenai masalah yang akan dikaji,
agar paham jenis data dan format data yang dikajinya. Yang terpenting adalah peneliti perlu
terlibat langsung agar hasil dari penelitian bersifat grounded. Struktur dari penelitian
Grounded Theoryini secara kontras berbeda dengan penelitian yang penelitian hipotetikal
deduktif (kuantitatif). Penyusunan teori secara induktif berlainan dengan cara deduktif yang
biasa dilakukan pada penelitian kuantitatif. Peneliti tidak membawa ide-ide awal sebagai
sebagai pertimbangan untuk membuktikan sesuatu.Pengkajian tidak dimulai dengan
menggunakan sebuah teori ataupun hipotesis untuk menguji data, melainkan dimulai dengan
mengumpulkan data-data untuk mengkonstruksi sebuah teori. Terdapat tiga prosedur yang
umumnya dilakukan di dalam penelitian GT, yaitu mengumpulkan dan mengolah data,
mengkategorikan, memberikan tema, dan menghubungkan hasil temuan pada berbagai teori
dan mengembangkan teori dari data naratif yang diungkap oleh partisipan. Pertanyaan
penelitian bersifat umum dan dapat berubah selama proses analisis. Fungsi kajian literatur
tidak membentuk kerangka teoritis, hanya menunjukkan celah dari pengetahuan dan rasional
penelitian. Penulisan metodologi hanya untuk menjelas-kan gagasan skematik tentang
sampel, setting, dan prosedur yang akan dilaksanakan. Temuan dari penelitian berupa skema
teoritis yang menggunakan literatur sebagai referensi untuk mendukung model teori tersebut.
Tujuan umum dari GT adalah mengkonstruksi sebuah teori untuk memahami sebuah
fenomena.

Menurut Daymon dan Holloway, grounded theory adalah sebuauh pendekatan yang
refleksif terbuka, di mana pengumpulan data, pengembangan konsep-konsep teoritis, dan
ulasan literature berlangsung dalam proses siklis-berkelanjutan. Riset kualitatif lain memang
kurang lebih juga mengandung sifat-sifat semacam itu. Namun, ada tigas aspek yang
membedakan grounded theory bila dibandingkan dengan pendekatan lain.

a. Dalam sebagian besar pendekatan, peneliti mengikuti prosedur analisis sistematik.


Dalam proses pengumpulan dan dan analisisnya, grounded theory lebih tersruktur
disbanding model riset kualitatif lain meski strateginya sama.
b. Dalam penelitian, proses riset memungkinkan untuk mendapat sebuah asumsi. Ini
berarti menjauhkan diri dari teori yang sudah ada, guna memusatkan diri pada
penemuan dan pemahaman baru yang akan dimunculkan lewat riset.
c. Peneliti tidak semata-mata menjelaskan, tetapi juga mengonseptualisasikan; mereka
akan berupaya keras untuk menghasilkan dan mengembangkan teori.

Metode grounded theory memang jarang digunakan, tetapi merupakan pendekatan riset
yang potensial untuk disiplin ilmu hungan masyarakat dan komukasi pemasaran. Pendekatan
ini berpotensi besar untuk melacak proses social dalam konteks masing-masing. Penelitian
dengan menggunakan metode grounded theory dimulai tanpa hipotesis, dan memungkinkan
data serta penarikan sampel teoritis sebagai panduan untuk memilih kerangka koseptual dan
teori yang muncul. Para peneliti menempuh proses analisis dan pengumpulan data sistematis
dan terstruktur.

Tujuan grounded theory adalah menentukan kondisi yang memunculkan sejumlah


tidakan/interaksi yang berhubungan dengan suatu fenomena dan akibatnya. Hanya situasi
tertentu saja yang dapat digeneralisasi. Pada dasarnya, semakin sistematis dan luas
penyampelan teoritis, semakin banyak kondisi dan variasi yang dapats ditemukan dan disusun
ke dalam teori sehingga semakin besar kesamarataannya. [ CITATION Elv10 \l 2057 ]

Grounded Theory metodologi menggunakan teori di lapangan, dengan jalan


mengembangkan konsep, mengumpulkan data, memverifikasi konsep/proppsisi, menguji
lagi, mengembangkan lagi, mengumpulan data lagi dan seterusnya, tetapi bukan menuntun
peneliti secara kaku. Grounded Theory metodologi merupakan strategi baru dalam penelitian
kualitatif, sosok yang lebih mendasar dan berakar di lapangan dengan merancang secara lebih
terorganisasi bentuk penelitian yang dilakukan. Teori dibangun berdasarkan data empiris, dari
berbagai area yang lebih substansif. Dalam penelitian ini peneliti mulai dari suatu teori yang
bersumber dari berbagai pedoman yang telah ada. Teori perlu disusun berdasarkan logika
yang konsisten, jelas masalah dan rumusannya, serta mengikuti pola dan proses yang benar,
dan bukan hasil berpikir deduktif. Sebagai contoh:

“pada penelitian etnografi yang membicarakan tentang anak-anak dari lingkungan


kebudayaan yang minoritas di Amerika Serikat, anak-anak yang berhasil di sekolah dapat
mengembangkan grounded theory mengenai penyelenggaraan sekolah. Studi semacam itu
mengungkapkan bahwa anak-anak bukannya mengalami ketercerabutan budaya, melainkan
justru sebaliknya, mereka mengalami banjir budaya, keberhasilan mereka di sekolah
disebabkan oleh adanya kemampuan dua kebudayaan sekaligus”.
Dengan menggunakan grounded theory methodology, peneliti akan dapat menjawab
pertanyaan: bagaimanakah orang membangun teori secar induktik tentang suatu fenomena
yang tampak dan data yang didapat dari lapangan dalam setting sehari-hari? Dengan kata
lain, kerangka dasar yang ada jangan menggiring dan mematok peneliti, sehingga itulah yang
benar. [ CITATION Mur14 \l 2057 ]

Riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory memang tidak terlalu
mudah dilakukan terutama oleh peneliti pemula, sebab memiliki model analisis data yang
terus-menerus, karena data masih tetap dikumpulkan selama di lapangan. Dalam riset
grounded theory ini, peneliti langsung terjun ke lapangan tanpa membawa rancangan
konseptual, proposisi, dan teori tertentu. Secara provokatif, sering dikatakan bahwa peneliti
masuk ke lapangan dengan kepala kosong, tanpa membawa apapun yang sifatnya apriori,
apakah itu konsep, proposisi, ataupun teori. Ini disebabkan, dengan memakai konsep,
proposisi (peryataan yang memiliki arti penuh dan utuh) maupun teori yang bersifat apriori
(teori yang bertemu sebelum memiliki pengalaman), akan dikahawatirkan terjebak pada
kecenderungan studi verifikatif yang memaksa. Istilah kepala kosong menjelaskan bahwa
peneliti menyingkirkan sikap, pandangan, keberpihakan terhadap teori atau ilmu tertentu,
yang dikhawatirkan menjadi bahaya besar bagi penyusunan teori, dan sepenuhnya
berpedoman pada apa yang ditemukannya di lapangan. Peneliti memiliki desain atau
perencanaan riset hingga tuntas, namun kesemuanya itu bersifat fleksibel. Berdasarkan
keadaan kepala kosong inilah, diharapkan peneliti dapat sepenuhnya terpancing kepada
kenyataan berdasarkan data lapangan, baik dalam mendeskripsikan apa yang terjadi maupun
menjelaskan apa penyebabnya. Sehingga apa yang ditemukan berupa konsep, proposisi, dan
teori benar-benar berdasarkan data yang dikembangkan secara induktif. Terkait proses
tersebut, terdapat tiga unsur dasar yang perlu dipahami dan tidak bisa saling dipisahkan, yaitu
konsep, kategori, dan proposisi. Unsur pertama adalah konsep, yang diperoleh melalui
konseptualisasi data. Peristiwa atau kejadian diperhatikan dan dianalisis sebagai indikator
potensial dari fenomena yang kemudian diberikan nama/label secara konseptual.
Dibandingkan dengan kejadian yang lain, apabila terdapat keserupaan, maka diberikan nama
dengan istilah yang sama. Begitupun berlaku dengan peristiwa yang berbeda. Unsur kedua
adalah kategori, yang merupakan kumpulan lebih tinggi dan abstrak dari konsep. Kategori
diperoleh melalui proses analisis yang sama dengan cara membuat perbandingan dengan
melihat persamaan dan perbedaan. Kategori merupakan landasan dasar dari penyusunan teori.
Unsur ketiga adalah proposisi, yang menunjukkan adanya hubungan konseptual, yakni suatu
pernyataan berdasarkan hubungan berbagai konsep yang mengandung deskripsi sistem
pemahaman tertentu yang relevan dengan kondisi di lapangan. Pembentukan dan
pengembangan konsep, kategori, dan proposisi merupakan suatu keharusan dalam proses
penyusunan teori, atau melalui proses interaktif. Berdasarkan keterangan tersebut dapat
dikatakan bahwa meskipun riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory
terdiri dari tiga bentuk desain yaitu sistematik, emerging, dan konstruktivis, namun secara
umum metode riset ini mempunyai karakteristik penting: 1) riset diarahkan pada proses yang
berhungan dengan topic yang jelas; 2) jaringan data yang dilakukan secara bersamaan dengan
analisis data dengan menggunakan sampel teoritis; 3) analisis data dilakukan, sambil
melaksanakan perbandingan konstan dan membuat pertanyaan tentang data-data yang
diperoleh; 4) sewaktu menganalisis data untuk memunculkan kategori-kategori, sebuah
kategori inti diidentifikasi; 5) kategori inti yang diidentifikasi kemudian dikembangkan dan
dirumuskan menjadi teori; dan 6) selama melakukan riset, peneliti membuat catatan (memo)
untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori yang dikodekan.

Salah satu kekuatan dari grounded theory adalah sifat komprehensif dari perspektif
yang dapat diperoleh oleh peneliti. Dengan cara langsung terjun ke dalam fenomena
sosial dan melakukan observasi secara lengkap, agar peneliti dapat mengembangkan
pengertian yang mendalam dan lengkap.

PERSYARATAN GROUNDED THEORY


Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh grounded theory, seperti dijelaskan
staruss dan Corbin antara lain (1) ada kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang ada, (2)
dapat dipahami dan logis yang bukan hanya menggambarkan orang-orang yang diteliti
sebagai informan tetapi meliputi orang-orang di luar informan secara nyata, (3) hipotesis
disusun dari hubunggan antar konsep dan dapat diterapkan di dalam sebuah kondisi social
karena hipotesis sudah menjadi tesis, (4) teori dapat digunakan sebagai kendali (control) atas
perlakuan kita terhadap fenomena tersebut.

1. Karakteristik Kunci dan Perbedaan dengan Classic Grounded Theory

Mengenai karakteristik kunci dari Straussian Grounded Theory, telah ada banyak ahli
yang mencoba untuk mengkajinya, dan secara khusus menetapkan perbedaan-perbedaan
mendasar dari pendekatan tersebut dengan pendekatan klasik (Classic Grounded Theory).
Menurut pendapat Annells, perbedaan antara karakteristik kunci dari straussian grounded
theory dengan classic GT adalah yang menyangkut dengan focus dari pendekatan tersebut,
ada tujuan, hasil dan tindak lanjut yang bisa dilakukan terkait teori yang dihasilkan

Karkteristik kunci yang awal dari straussian GT adalah yang tertuju pada fokusnya. Hal
ini sedikit berbeda dengan Classic GT, yang mana menetapkan fokusnya suatu area minat
yang masih umum, yang mana permasalahan pun masih belum ditemukan atau
diidentifikasi. Straussian GT menetapkan suatu fenomena sebagai fokus penelitian. Yang
disebut sebagai area minat yang masih umum itu dapat dicontohkan seperti “pola tidur anak
usia 8-10 di Sekolah X”, atau contoh yang lain, “Respons Karyawan terhadap Implementasi
Teknologi Informasi di Perusahaan Y”. Area minat yang umum menjadi focus penelitian bila
menggunakan pendekatan klasik. Sedangkan pendekatan straussian lebih berfokus pada
situasi seperti “insomnia pada anak usia 8-10 tahun di sekolah X”. Dengan
demikian, Straussian GT sudah lebih membingkai dirinya pada suatu permasalahan spesifik
yang terjadi pada suatu tempat atau kondisi tertentu.

Karakteristik kunci yang kedua dari staussian GT yakni menyangkut dengan pendakatan
yang ingin dilakukan. Annells menggunakan istilah yang berbeda dalam classic GT dan
Straussian GT menyangkut dengan hal ini. Classic GT, bertujuan untuk menghasilkan atau
memunculkan, atau juga membangkitkan (bahasa Inggris: To generate) suatu teori secara
induktif dari data empiris, sedangkan Straussian GT bertujuan untuk mengembangkan
(Bahasa Inggris: To develop, Developing) teori dari data empiris.

LANGKAH-LANGKAH GROUNDED THEORY METHODOLOGY

Langkah-langkah model penelitian grounded theory, mengikuti pola kualitatif pada


umumnya. Setelah penelitian, konsep teori yang disusun diuji kembali di mana perlu direvisi
atau disempurnakan kembali melalui berbagai revisi dan perbaikan atau penyempurnaan,
dengan menggunakan data yang akurat melalui analisis komparatif (penelitian yang bersifat
membandingkan) dan situasi, serta kelompok yang tepat untuk menguji atau menemukan
teori.
Perumusan Masalah

Rekonstruksi teori
Mendeteksi fenomena
5 lapangan 2

Pengembangan teori Penyusunan konsep


teori 3
4
1

Gambar 1.1 langkah-langkah grounded theory methodology

Analisis komparatif adalah salah satu cara yang strategis dan sering digunakan para ahli
berbagai cabang ilmu social untuk menemukan sesuatu maupun teori, melalui verifikasi dan
pengkategorian secara koseptual sehingga dapat menghasilkan bukti-bukti yang akurat. Di
samping itu perlu juga mendapat perhatian bahwa dalam analisis komparatif perlu
menetapkan keadaan umum suatu fakta, sehingga jelas batasannya. Selanjutnya adalah
menspesifikasi analisis per kasus.

CIRI –CIRI GROUNDED THEORY

Yang dikemukakan oleh Strauss dan Corbin tentang gounded theory, dapat ditarik
kesimpulan tentang ciri-ciri gerounded theory yakni [ CITATION Zal14 \l 2057 ]:

a) Grounded theory dimulai dari data tentang suatu fenomena, buka suatu hasil teori
yang sudah ada,
b) Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif bukan secara
deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada kajian kuantitatif.
c) Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus dipenuhi 4
(empat) kriteria iaitu: sesuai (fit), difahami (understanding), generalisasi umum
(generality), pengawasan (controll), juga diperlukan dimilikinya kepekaan teoretik
(theoretical sensitivity) dari si penyelidik. Kepekaan teori adalah kualiti peribadi si
penyelidik yang mempunyai pengetahuan yang mendalam sesuai bidang yang diteliti,
mempunyai pengalaman penyelidikan dalam bidang yang relevan. Dengan
pengetahuan dan pengalamannya tersebut si penyelidik akan mampu memberi makna
terhadap data dari suatu fenomena atau kejadian dan peristiwa yang dilihat dan
didengar selama pengumpulan data. Selanjutnya si penyelidik mampu menyusun
kerangka teori berdasarkan hasil analisis induktif yang telah dilakukan. Setelah
dibandingkan dengan teori-teori lain boleh disusun teori baru.
d) Kemampuan penyelidik untuk memberi makna terhadap data sangat diperngaruhi oleh
kedalaman pengetahuan teoretik, pengalaman dan kajian dari bidang yang relevan dan
banyaknya sastera yang dibaca. Hal-hal tersebut menyebabkan si penyelidik
mempunyai maklumat yang kaya dan peka atau sensitif terhadap kejadian-kejadian
dan peristiwaperistiwa dalam fenomena yang diteliti.

KUALITATIF UNTUK KEPENTINGAN GROUNDED THEORY

Keterbatasan peneliti dalam menggunakan grounded Theory dapat membatasi stagnasi


perkembangan ilmu terutama yang teori-teori baru. Maka teori ini menjadi solusi untuk
mencari teori-teori baru dari pengalaman di lapangan. Untuk menjadikan teori ini sebagai
solusinya harus terdapat data yang fakta dan kredibilitas peneliti yang bukan orang
sembarangan. Tujuan teori ini mengembangkan pegertian, konsep-konsep, yang akhirnya
akan menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai grounded theory research.

TAHAP METODE GROUNDED THEORY

Langkah riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory dilakukan


beberapa tahap secara simultan. Adapun tahapan tersebut dimulai dengan tahap perumusan
masalah sampai terakhir yaitu menyimpulkan atau penulisan laporan riset.

TAHAP PERUMUSAN MASALAH

Substansi perumusan masalah dalam metode grounded theory bersifat umum yaitu
masih dalam bentuk pertanyaan yang memberikan kebebasan dalam menggali berbagai
fenomena secara luas maupun secara spesifik, namun belum sampai pada penegasan atas
variabel apa saja yang berhubungan dengan ruang lingkup permasalahan dan variabel yang
apa saja yang tidak berhubungan. Tipe hubungan antar variabelnya juga tidak perlu
dieksplisitkan dalam pembuatan rumusan masalahnya. Rumusan masalah dalam riset
grounded theory dilakukan dengan beberapa tahap. Rumusan masalah pada tahap awal
sebelum dilakukan pengumpulan data adalah bersifat lebih luas atau umum dengan maksud
rumusan masalah tersebut digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan mengumpulkan data.
Setelah data yang bersifat umum telah dikumpulkan, kemudian rumusan masalahnya semakin
dipersempit dan lebih berfokus pada sifat data yang dikumpulkan dengan maksud sebagai
pedoman dalam menyusun teori. Masalah riset merupakan bagian integral dari metode,
sebagai langkah penting pertama dalam urutan kegiatan riset. Ciri-ciri dari rumusan masalah
dalam riset grounded theory adalah: 1) berorientasi pada pengidentifikasian fenomena yang
diteliti, 2) berorientasi pada proses dan tindakan, dan 3) mengungkapkan secara tegas
mengenai objek yang akan diteliti.[ CITATION IGu14 \l 2057 ]

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dalam grounded theory pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan wawancara yang pertanyaannya tidak terstruktur yaitu
melalui interview yang dikenal dengan istilah unstructured interview.
Suatu wawancara tidak terstruktur merupakan interaksi antara
pewawancara dengan responden, dimana pewawancara hanya
mempunyai rencana pertanyaannya atau rencana hal-hal atau
konteks/topik yang akan ditanyakannya. Pertanyaan tersebut
biasanya merupakan pertanyaan yang umum dan bukan merupakan
sekumpulan pertanyaan spesifik yang harus ditanyakan dengan perkataan
tertentu dan dengan urutan tertentu.
Pendekatan grounded dari Glaser dan Strauss (1967), Glaser
(1978).1992): Strauss dan Corbin (1998) dirancang untuk
mengembangkan dan mengintegrasikan sejumlah ide dan hipotesis di
dalam sebuah teori. Diperlukan sejumlah perilaku dalam beberapa
wilayah subtansif. Dengan kata lain pendekatan grounded theory
mencakup pembangkitan teori dari data empirik. Dengan demikian variasi
metode pengumpulan data harus diterapkan seperti interview, observasi
partisipan, eksperimen dan pengumpulan data secara langsung.
Keunikan pendekatan grounded theory terletak pada dua elemen yaitu:
a. Teori didasarkan pada pola-pola yang ditemukan dari data empirik,
bukan dari inferensi atau asosiasi ide-ide
b. Terdapat perbandingan anatara teori yang mucul yakni kode dan
konstruksi dan data baru, konteks perbandingan mengkonfirmasi
bahwa konstruksi teoritis terjadi diantara sampel-sampel data.
Pengendalian pengumpulan penambahan data hingga peneliti
merasa jenuh teoritis (kembali lagi ke analisis awal) telah tercapai
Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi non-partisipan
b) Wawancara Mendalam
c) Pengumpulan Dokumen

Lazimnya, data dikumpulkan berdasarkan peristiwa yang diamati


oleh kerena itu, cara yang umum digunakan untuk mengumpulkan data
anda bersumber dari pengamatan di lapangan, catatan harian, dan
dokumen lain seperi surat-surat, atau nahkan surat kabar (yang
dilengkapi dengan pelacak literature). Beberapa riset kontenporer
biasanya juga menyertakan wawancara, biarpun wawancara tersebut
lebih didasarkan pada keterangan-keterangan partisipan mengenai
peristiwa yang diteliti, alih-alih pengamatan dan pengalaman anda
sendiri. Penggunaan metode wawancara dibenarkan dengan alasan
bahwa grounded theory berkepentingan untuk menangkap pengetahuan
tersembunyi (tacit knowledge) yang diperbolehkan untuk keterangan-
keterangan refleksif narasumber atau orang-orang yang relevan.
Sejak riset dimulai, pengumpulan data dan analisisnya dilakukan
berdampingan. Analisis dimulai begitu anda mengambil beberapa langkah
pertama dalam pengumpulan data. Ketika data dikumpulkan dari
wawancara atau pengamatan sebelumnya. Anda mengunakan petunjuk-
petunjuk dari gagasan pertama yang muncul untuk mengembangkan
wawancara dan pengamatan lebih jauh. Demikian pula, pengumpulan
data tidak berakhir di ujung proses riset, berhubung ide, konsep, dan
pernyataan baru akan terus bermunculan, dan mengarahkan anda pada
sumber data baru. Dengan cara ini, pengumpulan data menjadi lebih
terfokus dan spesifik, sejalan dengan berlangsungnya proses riset.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan
lebih dari satu metode, terdiri dari:
1. Wawancara dengan pedoman umum
Wawancara adalah suatu bentuk Tanya-jawab dengan narasumber
dengan tujuan mendapatkan keterangan, penjelasan, pendapat,
fakta, bukti tentang suatu masalah atau suatu peristiwa [ CITATION
JSK08 \l 2057 ]. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis wawancara dengan
pedoman umum mengharuskan peneliti untuk membuat kerangka
dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses
wawancara. Penyusunan pedoman wawancara dilakukan. Pokok-
pokok pernyataan dalam pedoman wawancara tersebut tidak perlu
dinyatakan secara berurutan, demikian pula dengan bentuk kalimat
tanya yang digunakan.
2. Observasi/pengamatan
Observasi adalah prosedur yag dilakukan penelitian untuk
memperoleh data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara,
dengan jalan melakukannya pengamatan terhadap parsitipan
penelitian. Menurut Lincoln dan Guba beberapa lasan perlunya
mengunakan observasi dalam penelitian kualitatif adalah: (1) data
yang dihasilkan dari observasi
berasal dari pengalaman dan diketahui secara langsung oleh
peneliti; (2) observasi memungkinkan peneliti untuk melihat,
mengamati dan mencatat prilaku dan kejadian, sebagaimana yang
terjadi pada setting yang sebenarnya; (3) membantu peneliti untuk
mengklarifikasikasi jika ada data dari hasil wawancara yang
kemudian diragukan kebenaranya atau dikhawatirkan terjadi bias;
(4) observasi memungkinkan peneliti untuk mampu memahami
situasi-situasi yang rumit; (5) pada kasus-kasus tertentu saat
metode penggambilan, maka observasi dapat menjadi alat yang
sangat bermanfaat. Penelitian ini menggunakan jenis observasi
partisipan pada setting alamiah, yang mana penelitian memenuhi
dua peran sekaligus, yaitu sebagai pengamat dilakukan pada
partisipan penelitian selama observasi berlangsnung.
3. Penggunaan Dokumen
Dokumen adalah segala bahan yang terekam, baik dalam bentuk
tertulis, gambar maupun film yang terkait dengan partisipan
penelitian. Lincoln dan Guba menyatakan bahwa dokumen dapat
menjadi sumber data penelitian karena: (1) Dokumen merupakan
sumber yang stabil, kaya, dan mendorong; (2) berguna sebagai
bukti untuk suatu pengujian; (3) bersifat alamiah, sesuai dengan
konteks lahir dan berada dalam konteks; (4) tidak reaktif, sehingga
tidak sulit untuk ditemukan, khususnya dengan teknik analisis isi.
Beberapa jenis dokumen yang dapat di gunakan mencakup
dokumen pribadi ( autobiografi, catatan pengamatan, dan
sebagainya) dan dokumen resmi seperti tulisan atau pemebitahuan
di media massa.
Menurut Stauss dan Corbin, dalam pelaksanaan grounded research
pencatatan hasil pengambialan data ertama, baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya harus sesegera mungkin
dilakukan dan kemudian dianalisis. 

Dalam tahap pengumpulan data dan penyampelan dalam riset


kualitatif dengan metode grounded theory menggunakan si peneliti
sendiri sebagai instrumen pengumpulan datanya. Secara rasional
diadakan upaya memfokuskan   masalah   serta  membatasi  variasi yang
tidak relevan serta mempertajam validitas eksternal.
Pengumpulan data diambil oleh sampling teoritis, yakni bahwa
sampel ini didasarkan pada teori yang benar dan relevan. Banyak
percobaan dalam tahap awal, menggunakan metode sampling terbuka
untuk mengidentifikasi individu, benda atau dokumen. Hal ini dilakukan
agar relevansi data untuk pertanyaan riset dapat dinilai sejak awal,
sebelum terlalu banyak waktu dan uang yang telah diinvestasikan.
Metode yang dapat digunakan dalam proses pengumpulan datanya
adalah metode observasi dan wawancara secara mendalam yang secara
umum tidak jauh berbeda dengan metode observasi dan wawancara pada
riset kualitatif lainnya.
Observasi dilakukan sebelum dan selama riset berlangsung meliputi
gambar umum, suasana kehidupan sosial, kondisi fisik, kondisi ekonomi
dan sosial yang terjadi. Wawancara akan dilakukan dengan informan yang
dianggap berkompeten dan mewakili. Semua data yang ada dapat
dijadikan sebagai data dari metode grounded theory yang berarti bahwa
segala sesuatu yang didapatkan si peneliti ketika mempelajari suatu
daerah tertentu adalah data. Tidak hanya wawancara atau observasi tapi
apapun yang berhubungan adalah data yang membantu peneliti untuk
menghasilkan konsep-konsep teori yang muncul.
Pengumpulan data, analisis dan perumusan teori yang dapat
disangkal tersambung dalam arti timbal-balik, dan metode grounded
theory menggabungkan prosedur yang tegas untuk panduan ini. Hal ini
terungkap jelas menurut grounded theory, dimana proses bertanya dan
membuat perbandingan khusus secara rinci untuk menginformasikan dan
membimbing an kombinasi cara berpikir induktif dan deduktif.
Memo bukan sekedar gagasan kaku, namun terus berubah dan
berkembang atau direvisi sepanjang proses riset berlangsung. Adapun
tujuan dilakukannya pengkodean dalam metode grounded theory ini
adalah: 1) memperoleh ketepatan dalam proses riset, 2) menyusun suatu
teori, 3) membantu mengatasi terjadinya bias dan asumsi yang keliru, 4)
memberikan suatu landasan dan kepadatan makna, dan 5) dapat
mengembangkan kepekaan dalam menghasilkan teori baru. Prosedur
yang dilakukan dalam tahap analisis data yang merupakan dasar dari
proses pengkodean yaitu dengan melakukan perbandingan secara
terusmenerus dan melakukan pengajuan pertanyaan.
Metode riset grounded theory menekankan pada validitas data
melalui verifikasi dan menggunakan coding sebagai alat utama dari
pengolahan data. Ada beberapa cara untuk melakukan pengkodean,
yaitu: 1) pengkodean terbuka, 2) pengkodean terporos, dan 3)
pengkodean terpilih. Pengkodean terbuka terdiri atas beberapa langkah,
yaitu: a) melakukan pelabelan fenomena, yaitu pemberian nama terhadap
benda dan kejadian yang diperoleh melalui pengamatan atau wawancara;
b) menemukan dan pemberian nama katagori menggunakan istilah yang
dipakai oleh subjek yang diteliti; dan c) menyusun katagori berdasarkan
pada sifat dan ukurannya. Sifat katagori berdasarkan pada karakteristik
atau atribut suatu katagori, sedangkan ukuran katagori berarti posisi dari
sifat katogori tersebut.
Pengkodean terporos merupakan sekumpulan prosedur
penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan membuat
hubungan antar katagori a) mengulang kembali susunan data ke dalam
pokok pikiran, b) mengidentifikasi data dengan menuliskan inti dari data
yang ada, c) menyimpulkan dan memberikan kode pada katagori inti yang
merupakan inti masalah yang mencakup semua data atau fenomena yang
ada; dan d) menentukan pilihan kategori inti yang merupakan penemuan
tema pokok dari riset tersebut. Pengkodean terpilih dilakukan setelah
menemukan variabel inti atau apa yang dianggap sebagai inti tentatif. Inti
tentatif menjelaskan perilaku para peneliti dalam menyelesaikan
perhatian utamanya. Inti tentatif tidak pernah salah, tapi dapat
menghasilkan lebih atau kurang sesuai dengan data.

SAMPLING TEORETIS
Dalam grounded theory, digunakan “sampling teoretis”. Penarikan
sampel jenis ini berpedoman pada gagasan-gagasan yang signifikan bagi
teori yang muncul. Salah satu perbedaan utama anatara metode
penarikan sampel jenis ini dengan jenis yang lain terletak pada faktor
waktu dan kesinambungan. Tidak seperti jenis sampling yang
direncanakan lebih dahulu di mana kerangka sampling telah ada sejak
permulaan riset, sampling teoretis berlanjut sepanjang seluruh proses
riset (sampling teoretis, meskipun lahir dari grounded theory, juga sering
digunakan dalam analisis kualitatif jenis lain).

MELAKUKAN KODING DAN ANALISIS DATA


Analisis data berlangsung selama riset berproses, mulai wawancara
awal hingga berakhir pada pengamatan. Analisis terdiri dari koding
(coding) dan kategorisasi (categorizing). Koding dilakukan terebih dulu
pada permulaan riset, koding memungkinkan anda mengubah bentuk
data, dan menguranginya untuk membnagun kateori. Seiring dengan
munculnya kategori utama, maka teori anda akan berkembang.
Sepanjang kajian berlangsung, masing-masing bagian data
dibandingkan dengan bagian lain ketika anda mencari persamaan,
perbedaan, dan koneksi atau hubungan-hubungan. Inilah yang disebut
dengan perbandingan konstan (constant comparison). Proses ini
mencakup tema dan kategori yang ditemukan dalam literature. Semua
data (primer dan sekunder) dikode dan dikategorikan, hingga mengarah
pada pembentukan konsep dan konstruksi utama. Dalam hal ini, data
dikodekan menjadi kategori.
Proses koding mencakup tiga langkah, yaitu:
 Koding terbuka atau open coding (memilih-milah data)
 Koding aksial atau axial coding (memunculkan kembali data dalam
bentuk baru)
 Koding selektif atau selective coding (pemilihan kategori inti dan
menghubungkannya dengan kategoro lain)
Koding terbuka adalah proses rekapitulasidn konseptualisasi data.
Tahapan ini dimulai ketika anda memperoleh data dan mengujinya.
Masing-masing gagasan dalam data diberi label. Gagasan yang sama
diberi label yang sama.
Lakukan pengodean data baris atau paragraf, dalam wawancara dan
catatan. Kode-kode tersebut harus didasarkan secara langsug pada data
sehingga data-data itu bisa mengungkapkan dirinya sendiri. Langkah ini
dapat menghindarkan masuknya gagasan-gagasan yang telah terbentuk
sebelumnya ke dalam analisis anda. Kode-kode awal anda mungkin bakal
bersifat sementara. Kemungkinan besar. Anda akan memodifikasi dalam
proses analisis.
Pada titik ini, anda melakukan proses koding pada koding aksial. Di
sini, anda mengumpulkan kembali data yang telah di pecah-pecah melalui
proses koding terbuka. Dengan meninjau dan menyortir-ulang tema-tema
umum. Anda mengklompokkan kembali kategori-kategori awal dalam
bentuk baru untuk membnagun kategori utama, yang kemudian anda
labeli. Bisa menggunakan label yang telah ditemukan dan dituangkan
dalam literature.
Walaupun tidak ada hipotesis awal dala grounded theory, dalam
proses riset anda akan menghasilkan hipotesis kerja atau proposisi-
proposisi. Ini merupakan dugaan pertama anda menyangkut apa makna
data yang sebenarnya. Dugaan ini perlu untuk dicek-ulamg sepanjang
riset berlangsung. Jangan mengabaikan kasus-kasus negative atau
penyimpangan-penyimpangan yang tidak mendukung proposisi tertentu.
Langkah ketiga yang harus dilakukan adalah koding selektif, yaitu
mengodekan fenomena utama, kategori inti. Dalam grounded theory
kategori utama menghubungkan yang lain-lain, dan disebut dengan
kategori inti (core cathegory) atau variabel inti (core variable). Seperti
seutas benang, kategori tersebut memintal yang lain, memadukan dan
memberikan sebuah alur. Jalinan semua kategori yang berkutat di sekitar
inti dinamakan koding selektif. Ini berarti anda menemukan intisari riset
dan menggabungkan semua unsure dari teori yang muncul. Termasuk
dalam kategori inti adalah gagasan-gagasan yang paling signifikan bagi
patisipan.
Pada tahap analisis data ini, khususnya sebagai cara untuk
mempertajam analisis dalam melakukan pengkodean, maka dilakukan
analisis proses dengan maksud untuk menghidupkan data melalui
penggambaran dan menghubungkan tindakan atau interaksi untuk
mengetahui tahapan dan rangkaian data yang digunakan.
Menghubungkan tindakan atau interaksi ini tidak hanya bertujuan untuk
mengetahui urutan waktu atau kronologi suatu peristiwa melainkan yang
lebih penting adalah untuk menemukan hubungan antara sebab dan
akibatnya. Singkatnya, dalam menggunakan metode grounded theory,
kita dapat berasumsi bahwa teori yang tersembunyi dalam data kita dan
kewajiban kita untuk menemukannya.
Tahap penyimpulan atau penulisan laporan Tahap pengambilan
simpulan pada riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded
theory tidak didasarkan pada generalisasi tapi lebih ke spesifikasi nya.
Riset grounded theory dimaksudkan untuk membuat spesifikasi-
spesifikasi terhadap: 1) kondisi yang menjadi sebab terjadinya suatu
fenomena, 2) tindakan atau interaksi yang merupakan respon terhadap
kondisi tersebut, dan 3) konsekuensikonsekuensi yang timbul dari
tindakan atau interaksi tersebut. Jadi rumusan teoritis yang merupakan
hasil akhir yang ditemukan dalam riset kualitatif dengan metode
grounded theory tidak menjustifikasi keberlakuannya terhadap semua
populasi namun hanya digunakan untuk situasi atau kondisi tersebut saja.
Riset kualitatif dapat dikembangkan melalui perpaduan berbagai
metode. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam riset kualitatif,
bukan statistik maupun kuantitatif adalah metode grounded theory.
Tahapan riset grounded theory terjadi secara simultan. Riset kualitatif
dengan metode grounded theory dimulai dengan fokus pada wilayah studi
dan mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk wawancara dan
observasi lapangan. Teori yang merupakan hasil dari kajian data,
merumuskan keterkaitan fenomena yang dapat menjelaskan kondisi
relevan di lapangan, dilakukan pengulangan sejak pada proses
pengumpulan data sampai menghasilkan proposisi, hingga merasa jenuh
(apabila data baru tidak ditemukan).

PENGERTIAN CODING
Coding pada dasarnya merupakan proses analisis data, iaitu data diperincikan,
dikonsepkan dan diletakkan kembali bersama-sama dalam cara baru. Ini merupakan proses
sentral di mana teoriteori dibentuk dari. Prosedur Coding Apa yang menjadikan proses
coding sedemikian menarik dalam pembangunan grounded theory? Apa yang membuatnya
berbeda dari kaedah-kaedah analisis yang lain? yaitu bahwa kaedah ini mempunyai tujuan
yang lebih luas, tidak hanya membolehkan penyelidik memberikan beberapa tema, atau
mengembangkan rangka kerja deskriptif yang teorinya berdasarkan konsep-konsep yang
terjalin secara longgar. Menurut Strauss dan Corbin prosedur analisis dalam grounded theory
direka sebagai berikut: a) Membina teori lebih daripada sekadar menguji pada teori. b)
Memberikan proses kajian suatu kepastian / keketatan yang diperlukan untuk membuat teori
menjadi ilmu pengetahuan “yang baik”. c) Membantu penganalisaan yang bebas dari bias-
bias dan andaian-andaian yang terbawa, dan yang boleh berkembang selama proses kajian
berlangsung. d) Memberikan dasar atau alas (grounding), membina kepaduan, dan
mengembangkan kepekaan dan integrasi yang diperlukan untuk menghasilkan teori yang
kaya, tersusun secara ketat (tightly woven), penerangan teori yang lebih mendekati kenyataan
/ realiti yang ada.
Riset kualitatif dengan metode grounded theory sangat menekankan pada penggalian
secara mendalam data prilaku yang sedang berlangsung untuk melihat prosesnya secara
langsung dan bertujuan untuk melihat berbagai hal yang memiliki hubungan sebab akibat.
Penyampelan dilakukan berdasarkan keterwakilan konsep dan bukan pada besarnya jumlah
populasi. Teknik penyampelan dilakukan dengan cara penyampelan teoritis yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan atas konsepkonsep yang telah terbukti memiliki hubungan
secara teoritis dengan teori yang sedang dibangun, yang bertujuan untuk mengambil sampel
fenomena yang menggambarkan tentang sifat, katagori dan ukuran yang secara langsung
dapat menjawab masalah risetnya. Fenomena yang terpilih kemudian digali oleh si peneliti
pada saat proses pengumpulan data. Karena fenomenanya melekat dengan subjek yang
diteliti, maka jumlah subjeknyapun terus bertambah sampai pada tidak ditemukannya lagi
informasi baru yang diungkapkan oleh beberapa subjek yang terakhir. Jadi dapat dikatakan
bahwa penentuan sampel subjek dalam riset grounded theory tidak dapat direncanakan dari
awal dilakukan riset, namun subjek yang diteliti akan berproses nantinya sesuai dengan
keadaan di lapangan pada saat dilakukan pengumpulan data.

Aktivitas pengumpulan data di lapangan dalam riset kualitatif grounded theory


berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu cukup lama, dimana proses pengambilan
sampelnya juga berlangsung secara terus-menerus pada saat dilakukan pengumpulan data.
Jumlah sampel juga bisa terus bertambah sesuai dengan bertambahnya jumlah data yang
dibutuhkan dalam riset tersebut. Pengumpulan data, analisis dan perumusan teori yang dapat
disangkal tersambung dalam arti timbal-balik, dan metode grounded theory menggabungkan
prosedur yang tegas untuk panduan ini. Hal ini terungkap jelas menurut grounded theory,
dimana proses bertanya dan membuat perbandingan khusus secara rinci untuk
menginformasikan dan membimbing analisis dan untuk memfasilitasi proses berteori.
Sebagai contoh, secara khusus menyatakan bahwa pertanyaan riset harus terbuka dan umum
daripada dibentuk sebagai hipotesis spesifik, dan bahwa teori harus muncul untuk sebuah
fenomena yang relevan kepada peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

CITATION Cri08 \l 2057 : , (Holloway, 2008),

CITATION JRR08 \l 2057 : , (Raco, 2008),

CITATION Elv10 \l 2057 : , (Ardianto, 2010),

CITATION Mur14 \l 2057 : , (Yusuf, 2014),

CITATION Zal14 \l 2057 : , (Hussin, 2014),

CITATION IGu14 \l 2057 : , (Budiasih, 2014),

CITATION JSK08 \l 2057 : , (Kamdhi, 2008),

Hendriani Wiwin, Risiliensi Prikologis, (Kencana: Prenadamedia Group)


Holloway Immy Daymon Chiristine, Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam
Public Relations & Marketing Communications, (PT Bentang Pustaka)
Nyoman Ayu Gusti, Metode Grounded theory dalam riset kualitatif,
(Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Unversitas Undayana), (unud), Bali,
Indonesia
Umanailo Basrun Chairul, Teknik Praktis Grounded theory dalam
penelitian kualitatif (Universitas Iqra Buru)

Anda mungkin juga menyukai