OLEH :
NAMA : RAHMADDILLAH AL FATH
NIM : 17033148
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA D
JURUSAN FISIKA
2019
Atom Hidrogen
A. Pendahuluan
Atom hidrogen merupakan atom paling sederhana yang terdiri dari satu proton sebagai nukleus dan satu elektron
yang mengitarinya. Pada bab ini akan diuraikan penyelesaian persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen dan dan
aplikasinya. Persamaan Schrodinger untuk mendiskripsikan gerak elektron relatif terhadap proton sehingga energi
potensial sistem adalah energi potensial elektron yang terikat pada inti. Karena elektron mengorbit inti pada kulit yang
berbentuk bola maka fungsi gelombang dan tingkat-tingkat energi elektron ditentukan berdasarkan penyelesaian
persamaan Schrodinger dengan koordinat bola. Hasil dari penyelesaian persamaan Schrodinger untuk atom Hidrogen
dapat digunakan untuk menjelaskan teori atom menurut Bohr dan sebagai dasar teori atom secara umum.
Persaman Schrodinger untuk atom Hidrogen tidak lain adalah persamaan Schrodinger untuk sebuah partikel
yang berupa elektron yang bergerak dalam medan potensial Coulomb yang dihasilkan oleh gaya tarik-menarik antara
elektron dengan inti, maka massa partikel tersebut sebenarnya merupakan massa sistem proton-elektron yang tereduksi,
me +m p
m=
yaitu e p mm . Karena m p =1836 m e , maka dalam prakteknya biasanya menggunakan massa elektron
saja karena antara m dan m e selisihnya sangat kecil. Untuk penyerdahanaan pembahasan, proton diasumsikan diam di
pusat koordinat dan elektron bergerak mengelilinginya di bawah pengaruh medan atau gaya coloumb.
Karena proton dianggap diam, maka kontribusi energi sistem hanya diberikan oleh elektron yaitu energi kinetik
z
⃗p2 ℏ2 2
me Ek = − ∇
2 me = 2m (6.1)
θ r
mengingat sistem atom hidrogen memiliki simetri bola, penyelesaian pers. Schrodinger menjadi lebih sederhana bila
oprator ∇2 disajikan dalam koordinat bola. Di dalam koordinat bola (r ,θ ,ϕ ) , persamaan 6.3 menjadi
ℏ 2 1 ∂ 2 ∂ψ 1 ∂2 ψ e2 1
− { ( )
2 m e r 2 ∂r
r +
1 ∂
∂r sin θ ∂θ
sinθ
∂ψ
+(
∂ θ sin 2 θ ∂ ϕ2
− )
4 πε 0 r
ψ =Eψ
}( ) (6.4)
karena
1 ∂ 2 ∂ 1 2
∇ 2= r ∂ sin θ ∂ + 1 ∂
r 2 ∂r ( + 2 )
∂r r sin θ ∂θ (
∂θ r sin θ ∂ ϕ2
2 2 )
Penentuan fungsi gelombang dan tingkat energi dari PS persamaan (6.4), dapat dilperoleh dengan menyelesaikan pers
(6.4) dengan metode pemisahan variabel ψ (⃗r )= ψ (r ,θ , ϕ ) sebagai berikut
2
RΘ ∂ 2 ( Φ ) 2 m e r
{
ΘΦ ∂ r 2
∂r
∂ ( R)
(∂r
+
RΦ ∂
)
sin θ ∂θ
sin θ
∂ (Θ)
∂θ
+ 2 (
sin θ ∂ ϕ2
+
ℏ2 ) } ( E ( R ΘΦ ) +
e2
4 πε 0 )
( R ΘΦ ) =0
(6.6b)
dan bila pers (6.6b) dibagi dengan R(r )Θ(θ)Φ(ϕ ) maka diperoleh
2
1 d 2 dR 1 d dΘ 1 d 2 Φ 2 me r e2 1
R dr (
r + )
dr Θsin θ dθ
sinθ +
dθ Φ sin2 θ dϕ2 (
+
ℏ2 ) ( E+
4 πε 0 r
=0
) (6.7)
2
1 d 2 dR 2me r e2 1 1 d dΘ 1 d2 Φ
Atau
R dr
r
dr(+
ℏ2
E+ )
4 πε 0 r
=
( ) −{
Θ sinθ dθ
sin θ( +
dθ Φ sin θ dϕ2
2
}=λ ) (6.7 a)
Dapat dilihat pada persamaan 6.7 bahwa suku pertama dan keempat hanya bergantung jari-jari r, suku kedua dan ketiga
hanya bergantung sudut θ dan ϕ , maka kemudian suku yang hanya merupakan fungsi r saja dipisahkan dari suku
yang merupakan fungsi sudut saja.
Pada pers (6.7a) dapat dilihat bahwa kedua ruas mempunyai variabel yang berbeda tetapi keduanya identik,
maka msing-masing ruas harus sama dengan konstanta, misalnya dan bila kedua ruas dipisahkan maka diperoleh dua
pers diferensial orde dua fungsi radial dan sudut, yaitu
2
1 d 2 dR 2me r 2
R dr(r
dr
+
ℏ
2 ) ( E+ er )=λ
atau
2
d 2 dR 2 me r e2
dr
r ( )
dr
+ 2 E + R=λR
ℏ r ( ) (6.8)
Dengan substitusi variable yang sesuai pada persamaan (6.8) akan diperoleh PD. Fungsi Laguerre
Sedangkan suku yang hanya mengandung sudut θ dan ϕ dapat dinyatakan sebagai
1 d dΘ 1 d2 Φ
Θ sin θ dθ (
sin θ +
dθ Φ sin2 θ dϕ 2 )
=−λ
(6.9a)
2
setelah dikalikan dengan sin θ , persamaan (6.9a) menjadi
sin θ d dΘ 1 d 2 Φ
Θ dθ (
sin θ +
dθ Φ dϕ2 )
+ λ sin 2 θ=0
(6.9b)
sin θ d dΘ 1 d2 Φ
Θ dθ (
sin θ
dθ )
+ λ sin2 θ=
Φ dϕ2
=m2 −
Pada persamaan (1.9b) dapat dilihat bahwa ada bagian yang hanya bergantung pada sudut azimut ϕ dan bagian
yang bergantung pada θ saja sehingga kedua variabel tersebut dapat dipisahkan seperti pada persamaan (6.7a) dan
suku tengah yang merupakan fungsi azimut saja dimisalkan sama dengan konstanta - m2 , yaitu.
2
1d Φ
=−m2
Φ dϕ2 (6.10a)
d2 Φ 2
+m Φ
atau dϕ2 =0 (6.10b)
dan
sin θ d dΘ
Θ dθ
sin (
dθ )
+ λ sin 2 θ=m 2
(6.11a)
Θ
atau setelah dikalikan sin2 θ diperoleh
m2
1 d
sin θ dθ (
sin θ
dΘ
dθ )
+ λ− 2 Θ=0
sin θ { } (6.11b)
Dengan demikian, persamaan (6.4) dipisahkan menjadi tiga persamaan deferensial orde dua yang
hanya bergantung pada satu variabel saja, dan kemudian kita tentukan solusi masing-masing
persamaan tersebut di bawah ini.
2. Persamaan Azimuth
Penyelesaian persamaan Schrodinger untuk atom H kita mulai dari persamaan yang paling
sederhana yaitu pers. (6.10a) yakni persamaan azimuth yang menggambarkan rotasi elektron
terhadap sumbu z. Rentangan sudut rotasi disekitar sumbu-z ini adalah 0 sampai 2 π , dan
2
kelipatannya. Itulah sebabnya konstanta (6.10a) dipilih negatif (= −m ) agar memberi solusi yang
merupakan fungsi sinusoidal yang bersifat periodik. Bila dipilih positif akan memberi solusi fungsi
exponensial sehingga untuk satu posisi yang sama akan diberi nilai yang berbeda, misal
Φ ( π /6 ) ∝e π /6 , dan Φ ( 2 π +π /6 ) ∝e−2 π− π /6 padahal posisi Φ=π /6 sama dengan posisi
Φ=2 π + π / 6 . Dapat dijelaskan bahwa pemilihan konstanta positif ini tidak menggambarkan
kondisi fisis yang sesungguhnya.
Penyelesaian pers (6.10a) adalah
∫ Φ m ( ϕ ) Φ n ( ϕ ) dϕ=δ mn
¿
0 (6.14)
¿ ¿ −im ϕ
Karena kompleks konjugate dari m adalah Φm ≡A m e maka kondisi normalisasi untuk fungsi
gelombang azimutal adalah
2π
Bagian persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen yang merupakan fungsi sudut θ disebut
persamaan polar dan θ adalah sudut yang dibuat oleh vektor posisi elektron relatif terhadap titik
awal sistem koordinat yang merupakan posisi proton dengan sumbu z, jadi θ berharga dari 0
sampai π . Persamaan polar ditunjukkan oleh pers (6.11b)
m2
1 d
sin θ dθ
sin θ
dΘ
(
dθ
+ λ− 2 Θ=0
sin θ ) { } (6.11b)
2
Persamaan diferensial (6.11b) dengan konstanta λ dan m dikenal sebagai persamaan
diferensial Legendre terasosiasi. Solusi dari persamaan ini dapat diperoleh dengan menggunakan
metode Frobenius yang dinyatakan dalam bentuk deret pangkat tinggi berhingga yang dikenal
sebagai polinom Legendre terasosiasi. Untuk menyederhanakan penyelesaian pers (6.11b), pertama-
tama dimisalkan m = 0, dalam kondisi ini PD Legendre associated berubah menjadi PD Legendre
seperti ditunjukkan pada pers (6.16)
1 d dΘ
sin θ dθ
sin θ (
dθ
+ λΘ=0 ) (6.16)
Untuk memudahkan penyelesaian, pers (6.16) disederhanakan lebih dahulu dengan menggunakan
substitusi variable, misal
cos = w , maka sin = =
dan
(6.17)
Pers (6.18) merupakan bentuk umum dari persmaan differensial orde dua fungsi Legendre. Bentuk
penyelesaian PD fungsi Legendre dipilih dalam bentuk deret seperti pada penyelesaian dengan
metode Frobenius yang dibahas pada sistem Osilator Harmonik, dimana bentuk umum PD orde
duanya adalah
Bila q = q0 menyebabkan nilai A(q) atau B(q0) adalah tertentu, maka q=q0 disebut titik ordinary dan
penyelesaian pers diff. orde dua adalah merupakan polynom (deret pangkat tinggi) yang dinyatakan
Q(q) = (6.20)
Tetapi bila untuk q = q0, harga A(q0) atau B(q0) adalah tak terhingga, maka q = q0 disebut titik
regular singular dan bentuk penyelesaian umum nya adalah
s
Q(q) = (q−q 0 ) (6.21)
Bila prinsip di atas diaplikasikan pada PD fungsi legendre pada pers (6.18)
d2 Θ 2w dΘ λ
− + Θ=0
dw 2 (1+w)(1−w ) dw (1+w)(1−w )
untuk w = 0,
= = =0
= =
Maka untuk w = 0 yang merupakan titik ordinary, bentuk umum penyelesaian PD fungsi Legendre
menurut pers (11) adalah
Θ(w ) = = c0 + c1w + c2w2 + c3w3 + … (6.22)
= = =
= = =
maka w = 1 merupakan titik regular singular yang bentuk penyelesaian PD fungsi Legendre
∞
(w±1)s ∑ c n ( w±1 )n s
adalah Θ(w )= n=0 =(w±1) (c 0 +c 1 (w±1)
2 3 4 5 6
+c 2 ( w±1 ) +c 3 (w±1) +c 4 ( w±1 ) +c 5 ( w±1 ) +c6 (w±1) +.. .6.23)
Tetapi karena di dalam pembahasan prinsip-prinsip Fisika selalu dipilih bentuk penyelesaian yang
sederhana maka dipilih bentuk penyelesaian pada pers (6.22), maka kemudian pers (6.22)
dimasukkan ke pers (6.18) yang dijabarkan dengan cara sebagai berikut
dΘ
-2w dw = -2w( c1 + 2 c2w + 3c3w2 + 4c4w3 + 5c5w4 + … + ncnwn-1)
d2 Θ
dw 2 = ( 2c2 + 3.2c3w + 4.3c4w2 + 5.4c5w3 + … + n(n-
n-2
1)cnw )
+
0 = c0 + 2c2 + (c1-2c1+6c3)w + (c2 - 4c2 – 2c2 + 12c4)w +( c3-6c3-6c3+20c5)w2 3
(6.24)
Pers (6.24) adalah pers polynomial atau identitas maka masing-masing koefisien dari semua
pangkat w harus sama dengan nol, sehingga diperoleh hubungan antara koefisien-koeficien sebagai
berikut:
−λ − λ+2
c0 c
w0 c0 + 2c2 = 0 c2 = 2 w1 c1 - 2c1 + 6c3 = 0 c3 = 2. 3 1
− λ+2 .3 − λ+4 .3
c2 c
w2 c2 - 6c + 12c4 = 0 c4 = 4.3 w3 c3-12c3+20c5 = 0 c5 = 5.4 3
Dari beberapa perhitungan di atas dapat digeneralisasikan sebagai
− λ+( n−1)( n−2 )
c n= c n−2
n (n−1 ) (6.25)
Karena koefisien dari variabel w yang saling berhubungan berbeda dua angka, maka penyelesaian
umum terbelah menjadi dua yaitu penyelesaian genap dan ganjil
Θ(w ) ={ c0 + c2w2 + c4w4 + c6w6 + … + c2nw2n}+{ c1w + c3w3 + c5w5 + c7w7… + c2n-1w2n-1} (6.26)
Deret pada pers (6.26), baik yang genap ataupun yang ganjil, terputus bila pangkat tertinggi dari
deret ditentukan, misal pangkat tertinggi adalah n, maka cn+2 = 0, karena tidak diperbolehkan
variabelnya mempunyai pangkat yang lebih besar dari n, dari cn+2 = 0
−λ +(n+1 )(n)
c n+2= c
(n+2 )( n+1) n = 0 diperoleh λ=n(n+1 ) , n= 0,1,2,3,…. (6.27)
Untuk konsistensi penggunaan symbol yang
Pada pers (6.27) n disebut bilangan kuantum orbital.
mendiskripsikan bilangan kuantum orbital baik untuk fungsi gelombang atau tingkat-tingkat energy
elektron pada atom biasanya bilangan kuantum n diganti dengan symbol ℓ sehingga harga λ
menjadi λ=ℓ (ℓ+1 ) (6.27a).
Penentuan penyelesaian fungsi Θ(θ) = Θ(w) dalam bentuk deret dapat diperoleh dari pers (6.25),
(6.26) dan (6.27) dengan cara pangkat tertinggi dari deret sudah diketahui, misalnya pangkat
tertinggi deret adalah 4 atau 5, hal ini berarti bahwa ℓ=4 atau ℓ=5 Kemudian setelah
.
pangkat tertinggi ditentukan, λ dihitung dan digunakan untuk mencari koefisien c secara
berturutan dengan menggunakan pers (6.27) sedemikian hingga semua koefisien dinyatakan dalam
c0 atau c1 dan bila koefisien-koefisien tersebut dimasukkan ke pers (6.26) diperoleh Θ(θ).
Penentuan harga c0 atau c1 pada pers (6.26) dihitung dengan menggunakan kondisi bahwa untuk
harga w=1, masing-masing harga Θ ℓ (θ ) Θℓ (w ) untuk setiap harga ℓ harus sama dengan
=
1.
Contoh
Θ 4 ( θ) dan Θ5 (θ ) . Untuk Θ 4 ( θ) pangkat tertinggi w dari fungsi
Marilah kita tentukan ,
ini adalah 4, maka c6 harus sama dengan nol dan Θ4 ( w ) c0 + c2w2 + c4w4
=
−λ+5 . 4
c 6= c 4 =0
engan menggunakan pers (6.25) 6 .5
dan d
sehingga diperoleh λ=20 karena pembilang persaman di atas harus sama dengan nol. Dengan
−20
c2= c =−10 c 0
menggunakan pers (6.25) diperoleh 2. 1 0
−20+3 . 2 −7 35
c 4= c 2= c 2= c 0
4 .3 6 3
35
Θ 4 ( w )=c 0 −10 c 0 w2 + c0 w 4
3 untuk w = 1 harga Θ 4 ( w ) =1 sehingga diperoleh
dan
35 3
Θ 4 ( w )=c 0 −10 c 0 + c c0=
3 0 yang memberikan harga 8
=1
1
Θ 4 ( w )= {3−30 w2 +35 w 4 }
8
Jadi
− λ+6 . 5
c 7= c 5 =0
dari kondisi 7.6
Sedangkan untuk Θ5(w) = c1w + c3w3 + c5w5,
14 −30+12 9 14 21
diperoleh
λ=30
,
c 3=
−30+2
2 .3
c 1 =− c 1
3
,
c5=
5. 4
c 3 =− −
10 3 5{ }
c1 = c 1
14 21
Θ(w )=c 1 w− c 1 w3 + c 1 w5
sehingga 3 5 Karena untuk w = 1 harga Θ5 ( w) =1
,
14 21 15
Θ(w )=c 1 . 1− c1 . 1+ c 1 .1=1
3 5 maka diperoleh harga c1 = 8 sehingga
15 35 63
Θ5 ( w)= w− w3 + w 5
8 4 8
Dengan cara di atas penyelesaian persamaan Schrodinger bagian polar dapat diperoleh dalam
bentuk deret yang dinyatakan seperti pada pers (6.26) dimana harga c0 dan c1 diperoleh dari
untuk harga w=1, masing-masing harga Θ ℓ (θ ) harus sama dengan 1.
kondisi
Dengan memasukkan harga λ=ℓ (ℓ+1 ) pada pers (6.18) maka PD fungsi Legendre dapat
dituliskan sebagai
d2 Θ dΘ
(1−w 2 ) −2 w + ℓ(ℓ +1)Θ=0
dw 2 dw (6.28)
Bentuk umum penyelesaian pers (6.28) dapat ditentukan dengan bentuk deret pada pers (6.26) dan
jika pangkat tertinggi fungsi juga sudah ditentukan, kemudian menggunakan pers (6.25) dan (6.27)
untuk menentukan koefisien masing-masing suku dalam deret, namun biasanya masih tersisa satu
parameter yang harus ditentukan yaitu c0 untuk penyelesaian genap dan c1 untuk penyelesaian ganjil
seperti pada contoh yang telah dibahas diatas.
Disamping penyelesaian bentuk deret, PD fungsi Legendre dapat diselesaiakan dengan fungsi
∞
−1/2
g ( t , w ) =( 1−2 wt +t2 ) = ∑ Θ ℓ ( w ) t n
pembangkit PD legendre, yaitu ℓ=0 (6.29)
2 −1/2
Yang disebut fungsi pembangkit adalah g ( t ,w ) =( 1−2 wt+t ) . Dengan mendiferensialkan
ruas kiri dan kanan pada pers (6.29), masing-masing terhadap t dan terhadap w, kita akan
memperoleh PD fungsi Legendre. Dengan mengekspansikan fungsi pembangkit dengan
menggunakan teorema binomial, kita akan memperoleh Polynom Legendre atau formula Rodrigues
yang dinyatakan sebagai
1 d
Θℓ (w )= ℓ ( ) ℓ (w2 −1) ℓ
2 ℓ ! dw (6.30)
Pembahasan penjabaran PD fungsi Legendre dan Polinom Legendre dari fungsi pembangkit dapat
di lihat pada lampiran I
Cara ke tiga untuk menyelesaikan PD fungsi Legendre juga dapat dilakukan dengan
mentransformasi PD Legendre menjadi PD fungsi Hypergeometric dengan substitusi variable yang
sesuai. Penjabaran penyelesaian PD fungsi Hypergeometric dapat dilihat pada Lampiran 1.
Dengan memasukkan nilai λ=ℓ (ℓ+1 ) dalam pers (6.11b) diperoleh
m2
1 d
sin θ dθ (
sin θ
dΘ
dθ ){
+ ℓ ( ℓ+ 1)− 2 Θ=0
sin θ } (6.31)
Seperti pada PD fungsi Legendre, variabel θ diganti dengan w yaitu
d2 Θ dΘ m2
(1−w 2 ) −2 w +(ℓ( ℓ+1)− )Θ=0
dw 2 dw 1−w 2
(6.31a)
Salah satu cara untuk menyelesaikan persamaan Legendre associated pada pers (6.31a)
adalah pertama-tama dengan menyelesaiakan PD fungsi Legendre dan kemudian mengubah PD
fungsi legendre menjadi PD fungsi Legendre associated dengan mendiferensialkan PD fungsi
Legendre yang dinyatakan pada pers (6.28) m kali terhadap w, seperti ditunjukkan oleh pers (6.32).
2
dm 2 d Θ ℓ ( w) dΘ ℓ ( w )
m
{( 1−w ) 2
−2 w +ℓ ( ℓ+ 1)Θ ℓ ( w )}=0
dw dw dw (6.32)
Pers (6.32) diselesaikan dengan menggunakan formula Leibnitz’s yang dinyatakan pada pers (6.33)
n
Σ ( ) dxd
n n n−s
d ds n
dx n
[ A ( X ) B ( x )]=
s−0 s
n−s
A( x )
dx s
B( x ) , ( )= ( n−sn !) ! s !
s
, (6.33)
Setelah didiferensialkan m kali terhadap w dengan menggunakan formula Leibnitz’s, pers (6.32)
menjadi
d m Θ ℓ ( w)
v(w)=(1-w2)m/2 u(w) = (1-w2)m/2 dwm (6.35).
atau u(w) = v(w) (1-w2)-m/2
Dengan memasukkan pers (6.35) ke pers (6.34) diperoleh
m2
'' '
(1-w2) v -2w v +
[ ℓ( ℓ+1)−
1−w2 ]
v=0 ,
(6.36),
Pers (6.36) merupakan persamaan yang sama dengan pers persamaan (6.31a)) yaitu PD Legendre
2 m
d 2 v d Θℓ
= m
associated dimana dw 2 dw 2 , atau fungsi v( w)=Θ ℓ (w ) yang merupakan fungsi Legendre
,
associated. Penjabaran PD Legendre associated dari PD Legendre secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Jadi penyelesaian umum dari PD fungsi Legendre associated dapat dinyatakan dalam bentuk
polynomial Legendre associated pada pers (6.37)
m
d Θℓ ( w)
m
Θℓ =(1-w2)m/2 u(w) = (1-w2)m/2 dw
m
(6.37)
dimana Θℓ (w ) dapat diperoleh dalam bentuk deret seperti pada pers (6.26) atau dalam bentuk
1 d ℓ 2
Θℓ (w )= ( ) (w −1 )ℓ
polinom Legendre
n
2 ℓ! dw
Dalam beberapa buku Kuantum, biasanya fungsi legendre atau Legendre associated dinyatakan
m m
dalam istilah Pℓ (w) =P ℓ (cosθ) atau Pℓ (w ) =P ℓ ( cos θ) , maka jika seandainya dalam
uraian di beberapa bagian penulis mencantumkan istilah yang berbeda, para pembaca harap
maklum.
Penyelesaian fungsi gelombang bagian sudut adalah
m m im ϕ
Y ℓm (θ , ϕ )∝Θℓ (θ )Φ(ϕ ) = N orb Θℓ (θ)e (6.38)
Dengan menggunakan syarat normalisasi untuk fungsi gelombang bagian sudut
π 2π
2 ℓ+1 ( ℓ−|m|)!
N orb=(−1)(m +|m|)/2
√ 4 π (ℓ+|m|)! (6.40)
2 ℓ+1 ( ℓ−|m|)!
Dan pers (6.38) menjadi Y ℓm (θ ,ϕ )=
(−1 )( m+|m|) /2
√ 4 π ( ℓ+|m|)!
m
Θℓ (θ)e
im ϕ
(6.41)
Dari pers (6.41) dapat dilihat bahwa harga (−1 )(m+|m|)/2 selalu 1 untuk m genap baik positif
maupun negatif dan untuk harga m yang negative dan ganjil, dan selalu sama dengan -1 untuk harga
m yang positive dan ganjil.
Fungsi gelombang bagian sudut ditentukan dengan menggunakan pers (6.41), yaitu Y ℓm ( θ , ϕ ) =
Y 00 ,Y 10 ,Y ±11 ,Y 20 :
Mula-mula marilah kita hitung
2. 0+1 ( 0−|0|) ! 0 1
Y 00=
√
untuk Y 10
4 π ( 0+|0|) !
Θ0 ( cosθ ) e i0 ϕ=
4π √
2 ( 1 ) +1 ( 1−|0|) ! 0
Y 10=(−1 )0
3 1
√ 4π ( 1+|0|) !
1
Θ 1 ( cosθ ) e i0 ϕ
Y 10=
√
4 π 2 0!
1
( 1−cos
2 0/2 ∂
θ )
∂ cosθ 1
( cos2 θ−1 )
3
Y 10=
4π√ cosθ
Θ mℓ (w )
Untuk lebih mudahnya, kita hitung lebih dahulu polinom Legendre associated =
m
Θ ℓ (cos θ )
dengan menggunakan persamaan (6.37), baik untuk harga m positive maupun negative,
Θmℓ (w ) Θ−m (w )
karena harga = ℓ , yaitu.
d|m| Θℓ ( w) 1 d ℓ 2
m 2 |m|/2 ( 1−w )2 |m|/2 Θ (w )= ( ) (w −1) ℓ
Θℓ =(1−w ) u( w) = dw
|m|
dimana
ℓ
2 ℓ ! dw
ℓ
,
1 d 1 2 1 2 1/2 dw
Θ1 (w )= ( ) (w −1 ) Θ±1
1 (w )=(1−w ) =
1
2 1! dw =w , maka dw (1−w 2 )1/2 =sin θ
d0 w
Θ 01 ( w)=(1−w2 )0 0 =w=cos θ
dw
Untuk ℓ=2 , maka harga m= -2, -1, 0, 1,2
1 d
( )2 ( w2 −1)2
1 3 1
Θ2 (w )= = (12w2 −4) =( w2 − )
2 2 ! dw
2
8 2 2
3 1
d 2 ( w 2− )
2 2/2 2 2
Θ±2
2 ( w)=(1−w ) =
dw 2
(1−w 2 ). 3=3 sin 2 θ
maka
3 1
d 1 ( w2 − )
2 1/2 2 2
Θ±1
2 (w )=(1−w ) =
dw 1
(1−w 2 )1/2 3 w =3 sin θ cosθ
3 1
d 0 ( w2 − )
2 2 3 2 1
Θ02 ( w)=(1−w2 )0 = cos θ−
dan dw 0
2 2
Θmℓ (w ) Θ mℓ (cos θ ) Y ℓm dengan menggunakan pers
Setelah = dihitung, kemudian kita hitung
(6.39) sebagai berikut:
2 .1+1 ( 1−|1|) ! 1 3
Y 11=(−1)2/2
√ 4π ( 1+|1|) ! 1
Θ ( cosθ ) e i1 ϕ=−
8π
( sin θ ) e iϕ
√
2.1+1 ( 1−|1|) ! 1 3
dan
Y 1−1 =(−1)0 /2
√ Θ ( cosθ ) e i1ϕ =
4 π ( 1+|1|) ! 1 8π √
( sin θ ) e−iϕ
Untuk ℓ=2 ,
2 . 2+1 ( 2−|2|) ! 2
Y 22=(−1) 4/2
√ 4 π ( 2+|2|) !
Θ 2 ( cosθ ) ei 2ϕ =
√ 5 1
4 π 4!
.3 sin 2θe i2 ϕ=
√ 15
32 π
. sin2 θei2 ϕ
2.2+1 ( 2−|2|) ! −2
Y 2−2 =(−1)0/2
√
2. 2+1 ( 2−|0|) ! 1
4 π ( 2+|2|) !
1
Θ2 ( cosθ ) ei.−2 ϕ=
5
√ 15
32 π
. sin2 θe−i2 ϕ
Y 20=
√
4 π ( 2+|0|) ! 2 2 (
3 cos 2 θ− e i0 ϕ=
16 π )
( 3 cos 2 θ−1 )
√
Dengan cara yang sama anda dapat menentukan Y 21 danY 2−1 . Beberapa fungsi bola harmonik
dituliskan pada tabel 6.1. fungsi Y ℓm ( θ , ϕ ) disebut fungsi harmonik bola dan memenuhi
ortonormalitas
∫ Y ℓ m ( θ ,ϕ ) Y ℓm (θ ,ϕ ) sin θdθdϕ=δ ℓ ℓ δm m
i i i i
(6.42)
Y 10 ( θ , ϕ )=
√ 4π
cosθ Y 2±1 ( θ , ϕ ) =∓
8π √
sin θ cosθe±iϕ
3 15
Y 1±1 ( θ , ϕ ) =∓
8π √
sin θe±iϕ Y 2±2 ( θ ,ϕ ) =
32 π √
sin2 θe±2iϕ
Mengingat bentuk eksplisit m sebagai fungsi Φ ϕ saja, maka rapat probabilitas polar hanya
bergantung pada sudut θ saja, yaitu
¿ ¿
ℓm ℓm
P (θ ,ϕ )=Y ( θ , ϕ ) Y ℓm ( θ , ϕ ) ∝Θ ( θ ) Θlm ( θ ) =P ( θ ) (6.43)
Grafik fungsi Y ℓm ( θ , ϕ ) dilukiskan dalam diagram tiga dimensi ditunjukkan pada gambar 6.2
Gambar 6.2 Representasi permukaan Y ℓm ( θ , ϕ )
Bagian radial dari persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen telah dijabarkan pada bagian
awal bab ini seperti yang ditunjukkan pada pers (6.8), dengan mengganti λ=ℓ (ℓ+1 ) yang
diperoleh dalam pembahasan persamaan polar fungsi Legendre, persamaan Schrodinger bagian
radial dinyatakan sebagai
2
1 d 2 dR 2me r e2
R dr
r
dr (
+
ℏ2
E+
r )
=ℓ ( ℓ+1 ) ( ) (6.8)
1 d 2 dR 2 me e2 ℓ ( ℓ+1 ) ℏ 2
2
r dr
r
dr ℏ (
+ 2 E+
4 πε 0 r
−) 2 me r
2 (
R=0
) (6.8a)
untuk sistem SI
Karena elektron dalam keadaan terikat dengan inti maka energi elektron negatif maka energi eigen
nilai dapat ditulis menjadi E=−|E| .
Dengan memisalkan
1/2
8 me|E| 1/2 8 me|E|
ρ=
( ℏ
2 ) r
= αr dimana
(
α=
ℏ
2 ) =2 γ
maka
2 ρ2
r = 2
α (6.44)
e 2 me
1 /2
e 2 me e2 me
Dan
β=
2πε o ℏ 8|E| ( )= 2 πε 0 ℏ α 2
=
4 πε 0 ℏ2 γ (6.45)
dan bila pers (6.44) dan (6.45) dimasukkan ke persamaan (6.8a) maka diperoleh
2
α 2 ∂ 2 ∂ R α ℓ(ℓ+ 1) β 1
ρ 2 ∂ρ
ρ(∂ρ
−
ρ )
2
R+ α 2 − R=0
ρ 4 ( ) (6.46)
2
Kemudian pers (6.46) dibagi dengan α akan diperoleh
1 ∂ 2 ∂ R ℓ (ℓ+1 ) β 1
ρ
2 ∂ρ(ρ
∂ ρ
−
ρ)2
R+ − R=0
ρ 4 ( ) (6.47)
Untuk menentukan penyelesaian persamaan (6.47) dicari lebih dahulu penyelesaian pendekatan
untuk daerah di mana jari jari kulit bola sangat besar dan sangat kecil( di sekitar pusat koordinat).
Sebelum diselesaikan untuk ρ yang sangat besar dan mendekati nol, pers (6.47) diuraikan terlebih
dahulu dalam bentuk
∂2 R 2 ∂ R ℓ (ℓ+1 ) β 1
∂ρ
+
2 ρ dρ
−
ρ 2
R+ − R=0
ρ 4( ) (6.47a)
karena
1 2 R 1 R 2 R
2
2
2 2 2
2 ∂ R ∂2 R
= +
ρ ∂ ρ ∂ ρ2
Pada persamaan (6.47a) untuk daerah di tak berhingga dimana ρ→∞ , mengakibatkan
ℓ( ℓ+1) λ 2
ρ2 , ρ , dan ρ menuju nol, sehingga pers (6.47a) berubah menjadi
d2 R 1
− R=0
dρ2 4 (6.48)
Pers diferensial orde dua pada pers (6.48) merupakan persamaan diferensial sederhana yang
mempunyai penyelesaian bentuk eksponensial yang dinyatakan sebagai
R e / 2 (6.49)
Sedangkan untuk daerah disekitar titik asal ρ→0 , fungsi gelombang R dimisalkan lebih dahulu
dengan
U ( ρ)
R( ρ )=
ρ (6.50)
Pers (6.50) kemudian disubstitusikan ke dalam pers (6.47) sehingga untuk suku pertama pers (6.47)
berubah menjadi
∂ 2 U ∂U
1 ∂
ρ 2 ∂ρ
2
{
ρ2 ∂
U
∂ρ ρ
= ( )} 1 ∂
ρ2 ∂ ρ {
ρ2 (
1 ∂U U
− )=
ρ ∂ ρ ρ2 } 1 ∂U
{
ρ2 ∂ ρ
+ ρ −
∂ ρ2 ∂ ρ }
∂U
= ρ∂ ρ2
Dan pers (6.47) tereduksi menjadi persamaan deferensial dengan fungsi gelombang U
d 2 U ℓ( ℓ+1) λ 1
dρ 2
−
ρ 2
U + − U =0
ρ 4 ( ) (6.51)
2
lim d U ℓ( ℓ +1) d 2 U ℓ( ℓ+1 )
ρ→0 dρ2
−
{ρ2
U +
λ 1
−
ρ 4
U =0 .→
dρ2 (
−
ρ2 )
U=0
} (6.52)
1 ℓ( ℓ+1)
4 U
karena harga
diabaikan terhadap untuk ρ→0 ρ2
Kemudian pers (6.52) diselesaikan dengan metode Frobeneus dalam bentuk deret, karena untuk
ℓ( ℓ+1)
harga ρ→0 menyebabkan harga B( ρ ) = ∞ , maka titik ρ=0 merupakan titik
02 =
regular singular dan penyelesaian pers (6.52) berbentuk deret yang dinyatakan sebagai
∞
s
U≈ ρ ∑ c k ρk
k =0 (6.53)
Pers (6.53) dimasukkan ke dalam pers (6.52)
ℓ( ℓ+1) ℓ( ℓ+1)
s s+1 s+2 s+3
- ρ 2
U=- ρ2 {c0 ρ + c1 ρ + c2 ρ + c3 ρ + ……….}
2 2
∂U ∂
s s+1 s+2 s+3 s+4 s+5
∂ ρ2 = ∂ ρ 2 { c0 ρ + c1 ρ + c2 ρ + c3 ρ + c4 ρ + c5 ρ …}
+
s−2 s−1 s
0= ρ c 0 {−ℓ( ℓ+1 )+s (s−1)} + ρ {−c1 ℓ(ℓ +1)+s( s+1 )c 1 } + ρ c2 {−ℓ(ℓ+ 1)+( s+2 )(s +1)}
+ (6.54)
s−2
Dengan menolkan koefisien dari suku dengan variabel ρ pangkat terendah, ρ , yaitu
−ℓ (ℓ+1 )+s(s−1 )=0 merupakan “index equation” sehingga diperoleh
s=−ℓ atau s=ℓ+1 , (6.54a)
dan untuk penyelesaian pers ( 6.52) dipilih harga s=ℓ+1 , karena kalau dipilih harga s=−ℓ ,
untuk ρ→0 menyebabkan harga U atau R menuju tak berhingga sehingga fungsi gelombang tak
ternormalisasi. Untuk s=ℓ+1 maka penyelesaian pendekatan disekitar titik ρ=0 adalah
ℓ +1
U∝ρ
(6.54b)
Penyelesaian umum untuk U adalah perkalian antara penyelesaian pendekatan di titik ρ→∞
dengan penyelesaian untuk ρ→0 dan suatu fungsi L( ρ) yang dinyatakan sebagai
−ρ
ℓ+1 2
U= ρ e L( ρ) (6.55a)
ℓ − ρ/2
atau R ( ρ )=ρ e L ( ρ ) (6.55b)
Kemudian kita masukkan pers (6.55a) ke dalam persamaan (6.51) sehingga kita akan memperoleh
PD orde dua fungsi Laguerre L dengan langkah-langkah sebagai berikut:
∂U 1 ∂ L ( ρ)
= ℓ − ρ/2 +ρℓ +1 .− e− ρ/2 L ( ρ ) +ρℓ +1 . e− ρ/2
dρ ( ℓ+1 ) ρ e L( ρ) 2 ∂ρ (6.56a)
A B C
∂2 L
Kemudian masing-masing bagian A, B, dan C didefernsialkan sekali lagi untuk menghitung ∂ ρ2
∂2 U ∂ 1
| (ℓ+1 ) ρℓ .− e−ρ /2 L ( ρ )
∂ ρ2 A =
ℓ − ρ/2
∂ρ { ( ℓ+1 ) ρ e L ( ρ ) }= ( ℓ+1 ) ℓρ ℓ−1 e−ρ/2 L ( ρ ) + 2
∂ L ( ρ)
+( ℓ+1) ρ ℓ . e−ρ /2
∂ ρ (b)
∂2 U ∂ 1 1 1
|
2 B ρℓ +1 .− e−ρ /2 L ( ρ ) (ℓ+1 ) ρℓ .− e−ρ /2 L ( ρ ) ρℓ +1 . e− ρ/2 L ( ρ )
∂ρ = ∂ρ { 2 }= 2 + 4 +
−1 ∂ L( ρ )
+ρℓ +1 .e− ρ/2
2 ∂ρ (c)
∂2 U ∂ ∂ L( ρ ) ∂ L( ρ ) −1 − ρ/2 ∂ L ( ρ )
|
2 C ρℓ +1 . e− ρ/2 (ℓ+1 ) ρℓ . e− ρ/2 +ρℓ +1 .e
∂ρ = ∂ρ { ∂ ρ }= ∂ρ 2 ∂ρ
2
∂ L ( ρ) +
+ρℓ +1 . e− ρ/2
∂ ρ2 (d)
∂2 U 1 ∂ L( ρ )
ℓ−1 −ρ/2 (ℓ+1 ) ρℓ .− e−ρ /2 L ( ρ ) (ℓ+1 ) ρℓ . e− ρ/2
∂ ρ2 = ( ℓ+1 ) ℓρ e L ( ρ ) +2 2 +2 ∂ρ
−1 −ρ /2 ∂ L ( ρ )
+2 ρℓ +1 .e
2 ∂ρ
2
1 ℓ +1 − ρ/2 ∂ L ( ρ )
ρ ℓ +1
. e− ρ/2 L ( ρ ) +ρ .e 2
+ 4 ∂ρ
2
∂2 U ℓ( ℓ+1) ( ℓ+1) 1 2( ℓ+1) ∂ L( ρ) ∂ L ( ρ)
ℓ +1 −ρ/2 − + ¿ L( ρ)¿ −1¿ ¿ +
2
∂ρ = ρ e [{ ρ2 ρ 4 +{ ρ ∂ρ ∂ ρ2 }] 6.56(e)
∂2 L ∂L
ρ 2 + 2 ( ℓ+1 ) −ρ }
∂ρ {∂ρ
+ { λ−( ℓ +1 ) } L=0
(6.57)
Pada pers (6.57) dapat diselesaikan secara langsung dengan penyelesaian bentuk deret
menggunakan metode Frobeneus. Pada pers (6.57) dapat dilihat bahwa PD orde dua ini mempunyai
titik ordinary untuk ρ=2( ℓ+1 ) dan titik regular singular untuk ρ=0 , karena ρ=0 lebih
sederhana dari pada ρ=2( ℓ+1 ) , maka dipilih penyelesaian untuk pers (6.57) dalam bentuk deret
di sekitar titik ρ=0 , yaitu
~
L=ρ s ∑ a k . ρk =a0 ρs + a1 ρs+1 s+2 s+3
k =0 +a 2 ρ +a 3 ρ +. . .. (6.58)
Bila pers (6.58) dimasukkan ke dalam pers (6.57) akan diperoleh rumus rekursi dengan langkah
penyelesaian sebagai berikut:
{ λ−( ℓ+ 1 ) } L= { λ−( ℓ+ 1 ) } {
a0 ρs +a1 ρs+1 +a 2 ρs+2 +a 3 ρs+3 +. . .. }
∂L
{2 ( ℓ+1 )−ρ }
∂ρ
=
¿ ¿
s−1
sa 0 ρ +(s+1)a1 ρ
s
s
0= ¿ ¿ ρs−1 }+ { λ−( ℓ +1 ) } a0−sa 0 + s ( s+ 1)a1+2( ℓ+1 )( s+1 ) a1 }{ ρ
s+1
}+ [ { λ−( ℓ+ 1 ) } a 1 + ¿ ¿ ]{ ρ }+ ... (6.59)
Bila setiap koefisien dari variabel ρ pada pers (6.59) harus disamakan dengan nol, maka diperoleh
hubungan antara koefisien dari pangkat yang berturutan sebagai berikut:
Untuk ρs-1: { 2 ( ℓ+1 ) s + s( s−1) }=0 s { ( 2 ℓ+2 ) +( s−1) } =0 yang merupakan ”index equation”
dandiperoleh harga s = 0 atau s=−(2 ℓ+1) . Dari dua macam harga s tersebut dipilih harga s=0
supaya untuk ρ menuju 0 harga fungsi gelombang terdefinisi
λ−( ℓ +1 ) } a0 −sa 0 + s ( s+ 1)a1 +2( ℓ+1 )( s+1 ) a1
ρs : { =0
ℓ +1−λ+s
a1 = a
(s+1)(2 ℓ +2+s) 0
ℓ+1−λ
a1 = a
untuk s = 0 (2 ℓ+2 ) 0
ρs+1 : { λ−( ℓ+ 1 ) } a 1 + ¿ ¿ ] =0
ℓ+1−λ +s+1
a2 = a
( s+2 )(2 ℓ +2+s+1) 1
untuk s = 0 diperoleh
ℓ +1−λ +1
a2 = a
(2)(2 ℓ +2+1) 1
Untuk ρs+2 :{ λ−( ℓ+ 1 ) } a 2 + ¿ ¿ ] =0
ℓ+1− λ+s+2
a3 = a
Diperoleh ( s+3 )(2 ℓ+2+s+2 ) 1
ℓ+1− λ+2
a3 = a
Di mana untuk s = 0 diperoleh (3 )(2 ℓ+2+2) 2
Dari penjabaran di atas dapat digeneralisasikan untuk nilai ν tertentu
ν+s+ℓ+1− λ
a ν+1 = a
(s+ν+1 )(s+ν +2 ℓ+2) ν (6.60a)
dan untuk s=0
ν +ℓ+1−λ
a ν+1 = a
(ν +1 )(ν +2 ℓ+2 ) ν (6.60b)
Pers (6.60b) merupakan rumus rekursi untuk s = 0 yang menentukan harga koefisien av pada deret
dari fungsi L(ρ). Misalkan nilai koefisien terendah adalah a0 = A dan berharga konstan yang
ditentukan dengan menggunakan kondisi normalisasi fungsi gelombang, dengan menggunakan pers
(6.60b) dapat ditentukan harga a1 , dan dengan diketahui harga a1 akan dapat juga ditentukan harga
a2, dan seterusnya untuk harga koefisien yang lebih tinggi.
Untuk harga v yang besar yang bersesuaian untuk harga ρ yang besar juga, dimana deret
didominasi oleh pangkat tinggi, sehingga pers (6.60b) dapat didekati dengan bentuk persamaan
ν 1
a ν+1 = aν = ν+1 aν
(ν+1 )(ν) (6.60b)
A
a ν=
Dari rumus rekursi pers (6.60b) diperoleh ν! dan pers (6.58) dapat dituliskan menjadi
∞ ν
ρ ρ
L( ρ)=A ∑ = Ae
ν=0 ν!
Dan fungsi gelombang U(ρ ) pada pers (6.55a) dapat dinyatakan
ρ
ℓ +1 2
U= Aρ e (6.55a1)
Dapat dilihat bahwa fungsi gelombang pada pers. (6.55a1) akan berharga tak berhingga, yang mana
sebelumnya penyelesaian fungsi gelombang yang merupakan fungsi eksponensial positif sudah
tidak dipilih karena menyebabkan fungsi gelombang berharga tak berhingga dan tak dapat
dinormalisasi. Hanya ada satu cara untuk menghindari harga fungsi gelombang menuju tak
berhingga, yaitu deret harus terputus dan berhingga untuk harga
ν max yang merupakan bilangan
bulat tertentu sehingga
a νmax +1=0 , dan dari pers (6.60a) diperoleh
ν max +ℓ+1− λ=0 (6.61)
Dengan mendefinisikan max ν +ℓ+1=n
, maka n juga harus merupakan bilangan bulat yang
nantinya akan disebut sebagai bilangan kuantum utama, maka λ=n dan ν adalah merupakan
bilangan kuantum radial.
e2 me 1/2
Dengan menggunakan pers (6.61) dan (6.45) yang dinyatakan sebagai
λ=
2 πε o ℏ 8|E| maka
( )
diperoleh energi dari elektron yang mengorbit inti pada kulit n tertentu, yaitu
me e 4
|En|=−E n= 2 2 2
( 4 πε o ) 2 ℏ λ , atau
me e 4
En =−
( 4 πε o )2 2 ℏ2 n 2 (6.62)
Pers (6.62) sama dengan formula energi elektron yang diusulkan oleh Bohr.
2
4 πε 0 ℏ
2
me 1
a o= =0 , 529 x 10
−10
m γ n= 2
=
Bila didefinisikan me e 2 adalah radius bohr, dan 4 πε 0 ℏ n na0 , maka
2
ℏ 2
En =− γ
pers (6.62) dapat ditulis menjadi 2 me n (6.62a)
Contoh:
me e 4
E1 =−
untuk n=1, (4 πε o )2 2 ℏ 2 = -13,6 eV
Karena n=1, maka ℓ=0 dan berdasarkan pers (6.61) maka υ=0 sehingga dengan
menggunakan pers (6.55b) diperoleh
−ρ /2
R10 ( ρ )≈a 0 e
sedangkan untuk n=2, dimana elektron berada pada excited state yang pertama, energi elektron
adalah
me e4
E2 =−
(4 πε o )2 2 ℏ2 4 = -3,4 eV
Untuk n=2 maka harga ℓ=0 atau ℓ=1 . Untuk ℓ=0 dan harga υ=0 diperoleh 1
a =−a 0
sedangkan untuk υ=1 maka a2 =0 dan diperoleh R20 ( ρ )≈a 0(1− ρ)e
−ρ /2
. Bila ℓ=1 , maka
− ρ/2
υ=0 sehingga R21 ( ρ )≈a 0 ρe . Masing-masing fungsi gelombang dapat dinormalisasi dengan
menggunakan persamaan
∞ 2
ρ
∫|Rnℓ ( ρ )|2 α3
dρ=1
0
2L L
2 1 n 1 L 0
2
(6.63)
persamaan (6.63) ini tidak lain adalah persamaan differensial Laguerre terasosiasi, yang mempunyai
bentuk umum
p
∂2 L ∂ Lq
ρ 2 + { p+1−ρ } + { q− p } Lqp =0
∂ρ ∂ρ (6.64)
Pers (6.64) equivalen dengan pers (6.63), maka 2(ℓ+1)= p+1 atau 2 ℓ+1=p dan dari
n−(ℓ +1)=q− p diperoleh n+ℓ=q
Pers (6.64) dapat diperoleh dengan menggunakan fungsi pembangkit Laguerre yang dinyatakan
dalam persamaan (6.65)
−ρs
−
e Lq sq
1−s
U ( ρ , s)= =∑
1−s
(6.65) q!
Bila kedua ruas kiri dan kanan pada pers (6.65) didiferensialkan terhadap ρ diperoleh
− ρs
−
d d e d Lq sq 1−s
U ( ρ , s )= { }= {∑ }
dρ dρ 1−s dρ q!
atau
−ρs
Lq s q+1 L'q s q L'q s q+1
−
−s e L'q s q
1−s
{ }=∑ −∑ =∑ { ¿− }¿
1−s 1−s q! atau q! q!
(6.66) q!
Bila pangkat s untuk semua suku pada ruas kiri dan kanan disamakan menjadi sq ,yaitu
untuk ruas kiri s q+1 → sq sehingga
Lq →Lq−1 dan q !→(q−1)! (6.67a)
' '
dan untuk suku ke dua ruas kanan s →s dan Lq →Lq−1
q+1 q
dan q !→(q−1)!
(6.67b)
maka bila pernyatan (6.67a) dan (6.67b) dimasukkan ke pers (6.66), pers (6.66) menjadi
L'q −q L'q−1 =−qLq−1
(6.68)
Kemudian ruas kiri dan kanan pers (6.65) didiferensialkan terhadap s dan diperoleh
− ρs
−ρ ρs(−1)
d d e
U ( ρ , s )= {
d
}= {∑
−
− ρs
Lq s
1−s
}⇒
q e 1−s
( +
1−s (1−s)2 ) −
e
−ρs
1− s
(−1) L qs
∑ q q!
q−1
−ρs
q−1
e1−s
ρs L qs
( 1−s )2
−ρ−{1−s
+1 } =
∑ q q!
−ρs
q−1 q
e1−s
− ρ−s+1 L qs L s
( 1−s )2 {
1−s } =
∑ q q! ⇒ (− ρ−s+1 ) ∑ q =
q!
q−1
L qs
∑ q q! ( 1−2 s+s 2 )
q q+1 q q−1 q q +1
L s Ls Lq s L qs 2 qL s qL s
∑ (−ρ q!q − q
q!
) =∑ ( q − q + q )
atau + q! q! q! q!
(6.69)
Dengan menggunakan pengubahan pangkat dari s sedemikian semua s pangkatnya sama, sq, seperti
pada argumentasi (6.67a) dan (6.67b) pada pers (6.69) akan diperoleh
q q q
L s Lq−1 s q Lq s Lq +1 (q+1)sq 2 qLq s (q−1) Lq−1 s q
∑ (−ρ q!q − ) =∑ ( − + )
(q−1)! + q! ( q+1)! q! (q−1 )!
(6.69a)
Maka pers (6.69a) dapat dituliskan menjadi pers (6.70)
2
Lq+1 = (2 q+1− ρ)L q −q Lq−1 (6.70)
Bila pers (6.70) didiferensialkan terhadap ρ dieroleh pers (6.70a) dan kemudian dikurangi dengan
pers (6.68) yang telah dikalikan dengan q yang menghasilkan pers (6.68a) , yaitu pers (C2a)
dikurangi pers (C1a)
L'q+1 = (2 q+1− ρ)L'q −Lq −q 2 L'q−1 (6.70a)
2 ' 2 '
−q L q−1 = q Lq −q Lq−1 (6.68a)
″ ′
ρLqp +( p +1−ρ )Lqp +(q− p )Lqp =0 (6.76)
″ ′ ′ ∂ p L'' =L p″
karena
Lqp−1 =Lqp ,
Lqp−1 =Lqp , dan ∂ ρ
p q q
.
Bila pada pers (6.76), harga p=2 ℓ +1 dan q =λ+ ℓ=n+ ℓ , maka pers (6.76) sama
dengan pers (6.64) yang merupakan persamaan Diferensial orde dua fungsi Laguerre terasosiasi.
p
Penyelesaian pers (6.76) dinyatakan dalam bentuk polinom Laguerre terasosiasi Lq yang
dinyatakan dalam rumus Rodrigues
q! dq
Lqp ( ρ ) = e ρ q ( e− ρ ρq− p )
( q− p ) ! dρ (6.77)
dimana koefisien p dan q merupakan fungsi dari bilangan kuantum orbital ℓ dan bilangan bulat n
yang nantinya disebut bilangan kuantum utama seperti ditunjukkan pada pers (6.78)
p=2 ℓ +1
q=n+ ℓ (6.78)
dengan
N nℓ adalah konstanta normalisasi yang ditentukan dengan prinsip
∞
¿ nℓ 2
( R nℓ ,R n ℓ )=∫0 R
i i Rni ℓi r dr=δnni δ ℓℓi
(6.81)
dimana
1 2 3 ( n+ℓ ) !
N nℓ =
(2 ℓ+1)! √( )
nao 2n ( n−ℓ−1 ) !
(6.82)
2
4 πε 0 ℏ2 me 1
a o= γ n= 2
=
dengan ( m e e 2 ) adalah radius bohr dan 4 πε 0 ℏ n na0 .
Dengan demikian, solusi lengkap persamaan (6.47) adalah
1/2 ℓ
2 3 ( n+ℓ ) !
Rnℓ ( r )=
1
{(
(2ℓ +1)! na o 2n ( n−ℓ−1 ) !
atau
) }( ) 2
r −r/nao 2ℓ+1 r
nao
e Ln+ℓ 2
nao ( ) (6.83)
1/2 ℓ
Rnℓ ( r )=
1
(2 ℓ +1)!
( 2 γ n)3
{( n+ℓ ) !
2n ( n−ℓ−1 ) ! } (2 γ n r ) e
−γ n r 2ℓ+1
Ln+ ℓ ( 2 γ n r )
(6.83a)
Berdasarkan hubungan p,q, n dan serta penyebut pada pers (6.77) didapat bahwa q-p harus lebih besar atau sama
dengan nol, atau
p ¿ q (6.84a)
1/2 ℓ
3
( n+ℓ ) !
Rnℓ ( r )=
1 2
(2ℓ +1)! na o {( ) 2n ( n−ℓ−1 ) ! }( ) 2
r −r/nao 2ℓ+1 r
nao
e Ln+ℓ 2
nao ( )
Untuk R10, n=1 dan =0 maka
1/2 0
2 3 ( 1) !
{(
R10 ( r )=
)
1.ao 2.1 ( 1−0−1 ) ! }( ) 2
r
1.ao
e
−r /1.ao 2.0+1
L1+ 0 2
r
1ao ( )
3/2
1 1 r
R10 ( r )=2
ao () 1. e
−r /a o
L1 2
( ) ao
q
q! ρ d
Lqp ( ρ ) = e q
( e− ρ ρq− p )
Dan dari persamaan ( q− p ) ! dρ diperoleh
2r 2r
d1
0
() ( ))
−
2r 1! 1 a0 1 a0 2r
L11
( ) =
1 a0 ( 1−1 ) !
e
2r
1
e
1 a0
d
(
1 a0
2r
L11
( )
a0
=1
−r/a o
sehingga
R10 ( r )=2 ( a0 )−3 /2 . e
Dengan jalan yang sama untuk R20 diperoleh
1/2 0
2 3 ( 2+0 ) !
R20 ( r )=
{( )
2 ao 2. 2 ( 2−0−1 ) !
3/2
}( ) 2
r
2 ao
e
−r /1. a o 2 .0 +1 r
L2 +0 2
2a o ( )
¿
1 1 r
R20 ( r )=
a0{( ) √ 2
1. e
−r/a o
L2
1
ao ( )
=2 ¿ ¿ ¿
¿
r r r r r
( ) ( ) ( ) r ( ) −2 e
d2
() ( ))
− 1 − −
r 2! a0 a0 r a0 a0 a0
L12
( )
a0
=
( 2−1 ) !
e
r
2
e
a0
=2 e ( e
a0
)
d
a0(
3/2
r r 1 1 −r / ao r
1
L2
( )
a0
=2( −2 )
a0
, maka
R20 ( r )=
{( )a0
}
√2
.e 2(
a0
−2 )
1/2 1
1 2 3 ( 2+1 ) !
R21 r =
( )
{( )
3! 2 ao 2.2 ( 2−1−1 ) ! }( ) 2
r
2a o
−r/2 a 2.1+1 r
e o L2+1 2
2 ao ( )
3/2
R21 ( r )=
{( ) }( )
1
a0
1 1 r −r /2a o 3 r
2 √ 6 ao
e L3
ao ()
r r
3 0
() ( ))
−
r 3! a0 d a0 r
L33
( )
=
a0 ( 3−3 ) !
e
r 3
e
a0
d
a0 (
r r
−
r a a
L33
a0( )
=3. e 0 e 0
r
L33
( )
a0
=3
3 r −r /2a o
sehingga
R21 ( r )=
2√ 6
( a0 )
−3/2
( )
a0
e
Berbagai persamaan diferensial orde dua dapat diubah menjadi PD Hypergeometrik atau
Confluent Hypergeometric, misalnya PD fungsi Hermite dan Laguerre dapat diubah menjadi PD
fungsi Confluent Hypergeometrik dengan substitusi variabel yang tepat, PD fungsi Legendre dapat
diubah menjadi PD fungsi Hypergeometrik. Persamaan diferensial fungsi Hypergeomtrik yang
diusulkan oleh C.F.Gauβ dinyatakan dalam bentuk
∂2 Φ ∂Φ
z (1-z ) 2
+( c−(a+b+ 1) z ) -ab Φ=0
∂z ∂z (6.85)
Pers (6.85) dapat diselesaikan dengan bentuk deret di sekitar titik z = 0 yang merupakan titik
reguler singuler sehingga bentuk penyelesaiannya dinyatakan sebagai
Φ=z s ∑ a n z n
(6.86)
Kemudian pers (6.86) dimasukkan ke dalam pers (6.85) sedemikian hingga diperoleh suatu
persamaan identitas atau polinom pangkat tinggi di mana semua koefisien dari variabel polinom
menjadi nol dan diperoleh hubungan antara an yang berturutan dari pers (6.86) dan diperoleh
penyelesaian PD Hypergeometric yang dinyatakan pada pers (6.68) dalam bentuk
(a )n ( b)n n ( a)n (b )n
2 F 1 ( a ,b ; c ; z )=Φ1 ( z )= ∑ z =∑ zn
n=0 (1)n ( c )n n=0 n !( c )n (6.87)
dimana (a )n=a(a+1 )(a+2 )( a+3). .....(a+n−1 ) (6.88)
(a)0=1
Penyelesaian di atas mempunyai harga bila semua denominatornya dari deret tersebut tidak nol,
maka c≠ -n, dimana n = 0, 1, 2, 3, 4, ......Bila a = -n atau b = -n, maka bentuk penyelesaian yang
berupa deret menjadi terputus sehingga diperoleh penyelesaian yang berhingga yaitu polynomial
pangkat n. Contoh aplikasi dari penyelesaian PD Hypergeomtrik adalah penyelesaian Persamaan
2
d P( x ) dP
(1−x 2 ) 2
−2 x + n(n+1) P=0
diferensial fungsi Legendre dx dx (6.89)
Bila x pada pers (6.89) diubah menjadi (1-2x) maka P(x) menjadi P(1-2x), dx menjadi d(1-2x)=-2dx
dan persamaan diatas dapat ditulis menjadi
d2 P dP
4 x(1−x ) 2
−2(1−2 x) +n (n+1) P=0
4 dx −2 dx atau
d 2 P( x ) dP
x (1−x ) +(1−2 x ) + n(n+1) P=0
dx 2 dx ( 6.90)
Dengan membandingkan antara bentuk pers (6.85) dengan pers (6.90) maka didapat penyelesaian
PD fungsi Legendre sama dengan penyelesaian PD hypergeometric yang ditunjukkan oleh pers
(6.91)
Pn(1−2x )=2 F 1(−n,n+1;1;x ) (6.91)
Untuk s =1-c, maka penyelesaian ke 2 dari PD Hypergeometric pada pers (6.85) adalah
Φ2 ( z)=z 1−c 2 F1 (a+1−c , b+1−c ;2−c ; z) (6.92)
Penyelesaian PD Hypergeometric jenis kedua ini tidak nol bila c≠ 2,3, .....
Dari penyelesaian bentuk pertama dan kedua PD Hypergeomeric , maka penyelesaian umum PD
Hypergeometric dapat dinyatakan sebagai
Bila pada pers (6.94) harga b→∞ maka pers (6.94) menjadi persamaan diferensial Kummer yang
dinyatakan sebagai
∂2 Φ ∂Φ
x 2
+(c−x ) -a Φ=0
∂x ∂x (6.95)
c-x −a
≈∞. . atau ≈∞
Untuk x=0, x x ,maka titik x=0 disebut titik regular singuler dan titik x=
∞ disebut sebagai titik ordinary . Penyelesaian PD Kummer pada pers (6.95) disekitar titik x=0
dapat dinyatakan sebagai
s
Φ( x)=x ∑ an xn
(6.96)
Bila pers (6.96) dimasukkan kedalam pers (6.95) diperoleh hubungan antara harga an yang
berturutan pada pers (6.96), yaitu
s+(n−1 )+a
an = a
( s+n )(s +(n−1)+c ) n−1 (6.97)
Karena ada dua macam harga s pada pers (6.96) yang diperoleh setelah memasukkan pers (6.96), ke
dalam pers (6.95), maka juga diperoleh dua macam bentuk penyelesaian PD Kummer, penyelesaian
bentuk pertama untuk s = 0 yang merupakan fungsi Confluen Hypergeometrik dan dinyatakan
sebagai
n=∞
(a)n x n a a(a+1 ) x 2 a(a+1 )(a+2 ) x 3
Φ1 ( x )=1 F1 (a ;c ; x)= ∑ 1+ x + +
n=0 (c )n n ! = c c (c+1) 2! c( c+1 )(c+1 ) 3 ! + …….
(6.98)
Dari pembandingan parameter di atas diperoleh penyelesaian PD Laguerre yang dinyatakan dalam
bentuk Fungsi Confluent Hypergeometrik
L2n+ℓ
ℓ+1
( ρ)=1 F 1 (ℓ+1−n;2ℓ+2; ρ ) =1 F1 (ℓ+1−n;2ℓ+2;2γ n r) (6.102)
Dari pers (6.63) dan (6.95) diperoleh penyelesaian fungsi gelombang bagian radial untuk atom H
dari penyelesaian cara ke 3 yaitu
Dengan mengaplikasikan kondisi normalisasi diperoleh fungsi gelombang atom H bagian radial
secara lengkap, yaitu
1/2 ℓ
Rnℓ ( r )=
1
(2ℓ +1)!
( {
2 γ n)3
( n+ℓ ) !
2 n ( n−ℓ−1 ) ! } (2 γ n r )
2ℓ+1
e−γr Ln+ℓ ( 2 γ n r )
1/2 ℓ
Rnℓ ( r )=
1
(2 ℓ +1)! {(
2 γ n)3
( n+ℓ ) !
2 n ( n−ℓ−1 ) ! }( 2 γ n r ) e−γr
1 F 1 ( ℓ+1−n;2 ℓ+2;2γ n r ) (6.104)
Contoh penentuan bilangan kuantum radial nr =n−(ℓ+1 ) dan penentuan fungsi Confluent
Hypergeometrik untuk kulit N dengan nomor kulit
Untuk n = 1,
L11 ( ρ ) =1 F1 (0;2;2γ n r )=1
Untuk n = 4:
n=k ℓ
n r
k=4 0 3
1 2
2 1
3 0
untuk harga ℓ =0, nr = 3
0 1 2 3
(a )0 (2 γr ) (a )1 (2 γr ) (a )2 (2 γr ) (a)3 (2 γr )
1 + + + +. . .
L4 (2γr )=1 F 1(−3;2;2γr) = (c )0 0 ! ( c )1 1! (c )2 2 ! (c )3 3 !
(−3 )(2 γr ) (−3 )(−2)(2 γr)2 (−3 )(−2 )(−1 )(2γr )3 (−3)(−2)(−1 )( 0)(2 γr )4
1+ + + +. +0..
= (2 )1 ! (2 )(3)2! (2)(3)( 4 )3 ! (2 )(3)(4 )(5 )4 !
3 1 (2 γr )3
1
L4 (2γr ) 1− (2 γr)+ (2 γr )2 −
= 2 2 24
Untuk ℓ =1, nr = 2,maka diperoleh harga
2 3
(−2 )(2 γr ) (−2)(−1)(2 γr ) (−2)(−1)(0)(2 γr)
1+ + + +0..
L35 (2γr )=1 F 1 (−2; 4;2γr ) (4)1! (4 )(5)2! ( 4 )(5 )(6)3 !
=
3
(2 γr ) (2 γr )2
L5(2γr ) = 1− +
2 20
Untuk ℓ =2, nr = 1, harga
1 F 1 (−1;6;2γr ) adalah
2
(−1 )(2 γr ) (−1)(0 )(2 γr)
L56 =1 F 1 (−1;6;2γr) 1+ + +. .
= (6 )1 ! (6 )(7 )2!
(2 γr )
L56 (2 γr ) =
1−
6
Dari contoh perhitungan di atas dapat dilihat bahwa untuk setiap nilai ℓ deret akan terputus
dengan sendirinya karena harga suku tertentu yang menjadi nol.
Untuk n=2;
ℓ = 0,1, maka harga bilangan kuantum radial nr = 1, 0 sehingga menghasilkan fungsi
1/2 ℓ
Rnℓ ( r )=
1
(2ℓ +1)!
( {
2 γ n)3
( n+ℓ ) !
2 n ( n−ℓ−1 ) ! } (2 γ n r )
2ℓ+1
e−γr Ln+ℓ ( 2 γ n r )
1/2 0
R10 ( r )=
1
(2.0+1)!
2γ1 )3
{( ( 1+0 ) !
2.1 ( 1−0−1 ) ! }( 1
2γ 1 r ) e−γr L1 ( 2γ 1 r )= 3
2 −γr
2(γ 1 ) e
3 1 3 1
1 2! 2 0 1
1 3
R20 ( r )= {(2 γ 2 ) 2 ( ) }{( 2 γ 2 r ) e−γr L2 ( 2 γ 2 r ) ={(2 γ 2 ) ( ) 2 }e−γr (1−γr )
2
2 −γr
1! 4(1)! 2 =2( γ 2 ) e (1−γr )
3 1
1 3! 2 1 3
R21 ( r )= {(2 γ 2 )2 ( ) } {( 2 γ 2 r ) e−γr L3 ( 2 γ 2 r )
3! 4(0 )!
3
1
R21 ( r )= (γ 2 ) 2 {( 2 γ 2 r ) e−γr
√3
Untuk n=3, harga
ℓ =0,1,2, maka harga n2 = n - ( ℓ +1) =2, 1, 0
1/2 0
2 3
(−2) 2 γ 3 r (−2 )(−1 ) (2 γ 3 r ) (−2)(−1)(0 ) (2 γ 3 r)
L13 ( ρ )=1 F1 (−2 ;2 ;2 γ 3 r )=1+ + + +0
(2) 1 ! (2)(3 ) 2! (2 )(3 )(4 ) 3!
2
L13( ρ )=1 F1 (−2;2;2 γ3 r )=1−2γ 3 r+ (γ 3 r)2
3
1/2 0
Dan
{
R30 ( r )= ( 2 γ n )3
( 3) !
2. 3 ( 2 ) ! }( 2
2γ n r ) e−γr (1−2 γ 3 r+ ( γ 3 r )2 )
3
3
2 −γr 2
R30 ( r )=2(γ 3 ) e (1−2 γ 3 r+ (γ 3 r)2 )
3
Untuk n=3,
ℓ =1, nr =1
1/2
R31 ( r ) =
1
(3)! {
( 2γ 3 ) 3
( 3+1 ) !
2.3 ( 3−1−1 ) ! } ( 2γ 3 r ) e
−γ 3 r 3
L4 ( 2γ 3 r )
2
3 (−1 ) 2 γ 3 r (−1)(0) (2 γ 3 r )
L4 ( ρ)=1 F 1 (−1 ;4 ;2γ 3 r)=1+ + +0
(4 ) 1! ( 4)(5) 2!
γ3r
L34 ( ρ)=1 F 1 (−1 ;4 ;2γ 3 r)=1−
2
5
2 √ 2 2 −γ 3 r
R31 ( r ) = γ re (2−γ 3 )
3 3
Untuk n=3,
ℓ =2, nr=0
1/2 2
karena
R32 ( r ) =
1
(2. 2+1)!
( 2γ 3)3
{ ( 3+2 ) !
2.3 ( 3−2−1 ) ! } ( 2γ3 r )
2 .2+1
e−γr L3+2 ( 2γ 3 r )
Beberapa fungsi
Rnℓ dituliskan pada tabel 6.2. Dari tabel 6.1 dan 6.2 dapat disimpulkan
fungsi gelombang lengkap ψ nℓm (r ,θ ,ϕ )=Rnℓ (r)Y ℓm (θ ,ϕ ) dari elektron atom H yang bergerak
mengorbit inti ditunjukkan pada tabel 6.3.
Grafik rapat probabilitas bagian radial Rnℓ ( r ) ditunjukkan oleh gambar 6.3.
2 1
-1
2 √6 o
1
a −3/2 (r /a o )e
−r /2a o
√ 8π
sin θe−iϕ
a −3/2 (r /a o )e 3
2 1
0
2 √6 o
1 −r/2 ao
√ 4π
cosθ
3
1 −
2 √6 o
1
a −3/2 (r /ao )e
√ 8π
sin θeiϕ
−r/3 a o
3 0
a −3/2 (6−4 r/a o +4 r 2 /9 a 2 )e
0 9 √12 π o 0
3 1 1 −r/3 a o
3
a −3/2 (2r /3 a o )(4−2 r/3 ao )e
3 2
0
9 √6 o
1
√ 4π
cosθ
−r/3 ao 5
0 a −3/2 (2 r/3 a o )2 e
9 √ 30 o √ 16 π
(3 cos 2 θ−1)
DAFTAR PUSTAKA