Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Bidang Studi II
Disusun oleh:
Kelompok 3:
BANYUWANGI
2018
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Oleh karena itu, penulis
berhasil menyusun sebuah Makalah.
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bidang Studi II.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Rimbi
Paulina Dewi, M.Pd. Selaku Dosen Pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Bidang
Studi II. Tak lupa juga penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................................................1
Kata pengantar.....................................................................................................................2
Daftar isi...............................................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan
1.3 Tujuan................................................................................................................5
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan......................................................................................................23
Daftar pustaka....................................................................................................................24
BAB 1
3
PENDAHULUAN
Hal ini menyababkan adanya teori – teori pembelajaran menjadikan bekal sebagai
arahan pada pendidik dalam menjalani proses belajar mengajar dengan karater siswa yang
beraneka ragam, unik dan berbagai ciri. Maka penulisan makalah ini memuat berbagai teori –
teori pembelajaran yang dikemas secara konsep yang praktis sehingga lebih memahami akan
maksud istilah yang ada yaitu berisi pembelajaran inkuiri dan pembelajaran kooperatif.
4
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
Pembahasan
Hakikat sains dan pendekatan Inkuiri dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa
hakikat sains adalah produk, proses dan penerapannya, termasuk sikap dan nilai yang terdapat
didalamnya. Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori, dapat
dicapai melalui penggunaan proses sains, yaitu melalui metode-metode sains atau metode
ilmiah. Inkuiri berasal dari kata “inquire” yang artinya mencari atau mempertanyakan. Model
pendekatan inkuiri telah diperkenalkan sejak tahun 1970 sebagai suatu metode. Di Indonesia
inkuiri sering dipasangkan dengan metode penemuan (discovery), khususnya dalam
pembelajaran sains sekitar tahun 1980. Inkuiri kemudian dikenal sebagai pendekatan seperti
pendekatan konsep, pendekatan tujuan, pendekatan lingkungan sekitar Tahun 1990, juga ada
yang memperkenalkan sebagai salah satu model mengajar dari rumpun pemprosesan
informasi sejak tahun 1980.
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-
kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, merencanakan penyelidikan
atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau
eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan
menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengko-munikasikan hasilnya. didalam
Standar Nasional Pendidikan Sains di Amerika Serikat, inkuiri digunakan dalam dua
terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific inquiry) oleh guru dan sebagai
materi pelajaran sains (science as inquiry) yang harus dipahami dan mampu dilakukan oleh
siswa. Sebagai strategi pembelajaran, inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu dengan
strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta
kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa. Sedangkan sebagai bagian dari materi
6
pelajaran Biologi, inkuiri merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat
melakukan penyelidikan ilmiah. Sehubungan dengan hal tersebut, bahwa pemahaman
mengenai peranan materi dan proses sains dapat membantu guru menerapkan pembelajaran
yang bermula dari pertanyaan atau masalah dengan lebih baik (Nuryani, 2011: 1)
a. Traditional hands-on
Praktikum (tradisional hands-on) adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Dalam
praktikum guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang
harus ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Pada tingkat ini
komponen esensial dari inkuiri yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul, praktikum tidak
termasuk kegiatan inkuiri.
Inkuiri siswa mandiri (student directed inquiry), dapat dikatakan sebagai inkuiri
penuh karena pada tingkatan ini siswa bertanggungjawab secara penuh terhadap proses
7
belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan
pengembangan pertanyaan. Tipe inkuiri yang paling kompleks ialah penelitian siswa (student
research). Dalam inkuiri tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri
menjadi tangungjawab siswa. klasifikasi inkuiri lain yang didasarkan pada intensitas
keterlibatan siswa. Ada tiga bentuk keterlibatan siswa didalam inkuiri, yaitu:
a. identifikasi masalah.
Ada tiga tingkatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk keterlibatannya dan intensistas
keterlibatan siswa.
Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan
luaran pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar
dalam bidang ilmu tertentu. Ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu
diperhatikan, siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik hingga
membuat inferensi atau generalisasi, sasarannya adalah mempelajari proses mengamati
kejadian atau obyek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai, guru mengontrol bagian
tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi dan berperan sebagai pemimpin
kelas, tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil
observasi di dalam kelas, kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran,
biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa, guru memotivasi semua
8
siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh
seluruh siswa dalam kelas.
b. Inkuiri Bebas
Inkuiri tingkat kedua dan ketiga sebagai inkuiri bebas (unguided Inquiry). Dalam
inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan merancang proses
penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan merancang cara untuk
menguji gagasan tersebut. Untuk itu siswa diberi motivasi untuk melatih keterampilan
berpikir kritis seperti mencariinformasi, menganalisis argumen dan data, membangun dan
mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide awalnya untuk memecahkan masalah serta
menggeneralisasikan data. Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan yang menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan penelitian seperti
yang biasa dilakukan oleh para ahli. Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus kegiatan
inkuiri harus dapat mengarahkan siswa pada penentuan cara kerja yang tepat serta asumsi
mengenai kesimpulan yang akan diperoleh. Pertanyaan yang menjadi pangkal kegiatan
inkuiri sangat penting bagi siswa yang belum berpengalaman dalam belajar secara mandiri.
Oleh karena itu, guru harus berusaha mengembang-kan inkuiri mulai dari melatih siswa
untuk merumuskan pertanyaan. Bagi siswa sekolah menengah khususnya di Indonesia
kegiatan inkuiri perlu dilatih secara bertahap, mulai dari inkuiri yang sederhana (inkuiri-
terbimbing) kemudian dikembangkan secara bertahap ke arah kegiatan inkuiri yang lebih
kompleks dan mandiri (inkuri-bebas).
Pembelajaran IPA hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu
anak didik secara ilmiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan
bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan
cara berfikir (Ilmiah).dalam upaya pengembangan kemampuan dan kreatifitas siswa dalam
belajar IPA maka harus dikembangkan yang tidak mengkondisikan para siswa sebagai
penerima saja pengetahuan dari guru. Tetapi suatu kondisi di mana guru dapat menjadi
motivator siswa dalam kegiatan memahami dan mengkonstruksi penegtahuannya dan sebagai
fasilitator dalam menumbuhkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
9
diajukan oleh guru. Sebaiknya permasalahan yang ingin di pecahkan disiapkan
sebelum mulai pelajaran. Permasalahan harus jelas sehingga dapat dipikirkan, dialami
dan dipecahkan oleh siswa.
b. identifikasi permasalahan perlu diidentifikasi dengan jelas dari tujuan sampai seluruh
proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu
diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan
kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat,
sedangkan persoalan yang terlalu muda yang sudah mereka ketahui tidak menarik
minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan
siswa.
c. Membuat hipotesis, langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan
jawaban sementara tentang persoalan itu. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas
atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas
maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang
salah, tetapi cukup memperjelas maksudnta saja. Hipotesis yang salah nantinya akan
kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.
d. Mengumpulkan data. Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan
data sebanyak banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau
tidak, biasanya untuk dapat mengumpulkan datasiswa harus menyiapkan suatu
peralatan yang dapat digunakan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu
bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan dan mengoprasikan
peralatan sehingga berfungsi dengan baik. Setelah peralatan berfungsi siswa diminta
untuk mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan
e. Menganalisis data. Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk
membuktikan apakah hipotesis benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis
data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan diatur sehingga dapat dibaca
dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam tabel agar mudah dibaca dan
dianalisis. Data disusun atau dikelompokkan menurut yang menguatkan hipotesis dan
yang netral, yang melemahkan hipotesis dan yang netral. Banyaknya data kadang
menyulitkan siswa dalam mengelompokkannya. Campur tangan guru diperlukan.
f. Pengambilan kesimpulan. Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis
kemudian diambil kesimpulan secar induktif setelah diambil kesimpulan kemudian
dicocokkan dengan hipotesis asal apakah hipotesis dapat diterima atau tidak. Setelah
itu guru masih dapat memberikan catatan untuk menyatukan seluruh penelitian ini.
10
Sangat baik bila dalam mengambil keputusan, siswa dilibatkan sehingga mereka
menjadi semakin yakin bahwa mereka mengetahui secara benar. Bila ternyata
hipotesis mereka tidak dapat diterima, mereka diminta untuk mencari penjelasan, guru
membantu dengan berbagai pertanyaan.
a. Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi bila siswa
kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.
b. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari
guru apa adanya.
c. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi
informasi menjadi fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar.
d. Karena dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada anggota yang kurang aktif
e. Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda
f. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingn guru yang lebih baik
g. Untuk kelas yang jumlah banyak akan sangat merepotkan guru
h. Pembelajarn akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.
11
Berdasarkan uraian materi di atas maka yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri adalah
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematik, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat
menyimpulkan hasil sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri dengan lakah lakah
sebagai berikut:
12
Menurut Robert E.Slavin (dalam Robert E.Slavin 2009:8) dalam metode
pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang
beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.
Efek penting kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas
terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan maupun
ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk
menghargai satu sama lain.
Tujuan Penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki
di dalam masyarakat, banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling
bergantung satu sama lain dalam masyarakat, meskipun beragam budayanya. (Nur Asma,
2006:12)
13
Menurut Nur Asma pelaksanaam pembelajaran kooperatif setidaknya terdapat lima
prinsip yang dianut yaitu:
Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi,
memecahkan masalah dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga terbentuk
pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Diyakini yang diperoleh melalui
penemuan-penemuan dari hasil kerjasama ini akan lebih baik permanen dalam
pemahaman masing-masing siswa.
3) Pembelajaran Partisipatorik
Melalui model pembelajaran ini siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning
by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang
menjadi tujuan pembelajaran.
14
2.2.3 Unsur-unsur Penting dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson (dalam Rusman, 2012:159) terdapat lima unsur penting
dalam belajar kooperatif, yaitu:
15
Dalam rangka pengelolaan kelas di dalam pembelajaran kooperatif seorang pengajar
dituntut mengarahkan dan membina para siswa untuk mengembangkan minat dan kiat
bekerjasama dalam berinteraksi dengan pembelajar lainnya. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seorang pengajar (Anita Lie, 2003:38) yaitu:
1) Pengelompokan
Dalam rangka pengelompokan atau membentuk kelompok maka yang perlu
diperhatikan adalah heterogenitas dari anggota kelompok, seperti keanekaragaman
latar belakang sosio-ekonomi, etnik, dan kemampuan akademis. Dalam hal
kemampuan akademis, dalam satu kelompok diharapkan ada yang berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Adapun manfaat dari pengelompokan secara heterogenitas
adalah:
1) Memberi kesempatan untuk saling berbagi sesama teman dan saling mendukung.
2) Meningkatkan relasi dan interaksi antar siswa.
3) Memudahkan dan meringankan tugas guru dalam mengajar.
2) Semangat kerjasama
Agar proses pembelajaran kooperatif berjalan efektif maka perlu adanya
pembinaan dan niat kerjasama. Oleh karena itu guru perlu untuk selalu memberikan
pembinaan akan pentingnya arti kerjasama, sehingga setiap siswa mempunyai
semangat kerjasama yang tinggi dalam belajar.
3) Penataan ruang kelas
Adapun penataan bangku siswa yang dapat dijadikan pilihan oleh para guru
yang hendak melaksanakan pembelajaran kooperatif (Anita Lie, 2003:51) yaitu:
16
b. Meja panjang: siswa berkelompok diujung meja
c. Penataan tapal kuda: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
d. Meja laboratorium
e. Meja kelompok: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
f. Klasifikal: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
g. Meja berbaris: dua kelompok duduk berbagi satu meja
17
klasikal (paling sering menggunakan model pembelajaran
langsung,
Kelompok Asal
18
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Kelompok Ahli
Kelompok Asal
4) Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar
pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam
kelompok asal berjalan secara efektif dan optimal.
19
5) Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang
dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh
siswa. Soal harus dikerjakan secara individual.
6) Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai
penghargaan untuk masing-masing kelompok. Teknik penilaian/penghargaan akan
dijelaskan tersendiri di akhir bab pembelajaran kooperatif ini.
Keunggulan:
1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantung kan pada guru,
akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide ide
orang lain.
3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respect pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup mampu untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
20
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang
lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah.
6) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan
yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata atau riil.
8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan
jangka panjang.
Keterbatasan:
21
membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal tersebut dalam
pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
22
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga
dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang berarti
menemukan.
DAFTAR PUSTAKA
23
2. Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
3. Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta:
Direktorat PLP.
4. Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah
diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
5. Slavin (1994). Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice (Second
Edition).
24