Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Inkuiri dalam pembelajaran sains dan pembelajaran kooperatif

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Bidang Studi II

Diampu oleh Rimbi Paulina Dewi, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 3:

Shinta Febrianita (52.17.2118)

Lailatul Farida (52.17.2129)

Khusnul Qori’ah (52.17.2121)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

BANYUWANGI

2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Oleh karena itu, penulis
berhasil menyusun sebuah Makalah.
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bidang Studi II.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Rimbi
Paulina Dewi, M.Pd. Selaku Dosen Pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Bidang
Studi II. Tak lupa juga penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover....................................................................................................................................1

Kata pengantar.....................................................................................................................2

Daftar isi...............................................................................................................................3

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan masalah..............................................................................................5

1.3 Tujuan................................................................................................................5

Bab 2 Pembahasan

2.1 Inkuiri dalam pembelajaran sains......................................................................6

2.2 Pembelajaran kooperatif..................................................................................12

Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan......................................................................................................23

Daftar pustaka....................................................................................................................24

BAB 1

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan ilmu psikologi berperan penting dalam meningkatkan kualitas


pendidikan khususnya di Indonesia. Berbagai macam landasan pada psikologi ini menunjang
pembelajaran ini menjadikan peserta didik merasa menyenangkan ketika didalam kelas dan
materi pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Tercapainya tujuan atau kompetensi
yang menunjukan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan. Yang dapat terukur dari
jumlah kelulusan, nilai dan prestasi akademik, dan karier yang sesuai dengan bakat, minat
pada peserta didik. Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran tidak dapat berjalan secara baik
akan pula berdampak pula pada kualitas pendidikan sekarang ini. Hal ini berpengaruh
langsung pada peserta didik akan malasnya berangkat ke sekolah, kurang memperhatikan
penyampaian materi yang disampaikan pendidik dan kurang berminatnya peserta didik dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh pendidik.

Hal ini menyababkan adanya teori – teori pembelajaran menjadikan bekal sebagai
arahan pada pendidik dalam menjalani proses belajar mengajar dengan karater siswa yang
beraneka ragam, unik dan berbagai ciri. Maka penulisan makalah ini memuat berbagai teori –
teori pembelajaran yang dikemas secara konsep yang praktis sehingga lebih memahami akan
maksud istilah yang ada yaitu berisi pembelajaran inkuiri dan pembelajaran kooperatif.

Pendalaman pendidik akan perannya bertugas sebagai fasilitator kurang dimengerti


untuk guru sekarang ini karena pemahaman konsep pembelajaran dari berbagai aliran kurang
dipahami sehingga pelaksanaan pembelajaran berlangsung kurang efektif dan efisien. Hal ini
berpengaruh pada peserta didik dalam penciptaan iklim belajar yang baik, menyenangkan,
dan yang diinginkannya tetapi tetap mengacu pada kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran.

4
1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran inkuiri?

2. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami tentang pembelajaran inkuiri

2. Untuk memahami pembelajaran kooperatif

5
BAB II

Pembahasan

2.1. Inkuiri dalam pembelajaran sains

2.1.1 Pengertian Pendekatan inkuiri

Hakikat sains dan pendekatan Inkuiri dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa
hakikat sains adalah produk, proses dan penerapannya, termasuk sikap dan nilai yang terdapat
didalamnya. Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori, dapat
dicapai melalui penggunaan proses sains, yaitu melalui metode-metode sains atau metode
ilmiah. Inkuiri berasal dari kata “inquire” yang artinya mencari atau mempertanyakan. Model
pendekatan inkuiri telah diperkenalkan sejak tahun 1970 sebagai suatu metode. Di Indonesia
inkuiri sering dipasangkan dengan metode penemuan (discovery), khususnya dalam
pembelajaran sains sekitar tahun 1980. Inkuiri kemudian dikenal sebagai pendekatan seperti
pendekatan konsep, pendekatan tujuan, pendekatan lingkungan sekitar Tahun 1990, juga ada
yang memperkenalkan sebagai salah satu model mengajar dari rumpun pemprosesan
informasi sejak tahun 1980.

National science education standard menekankan pentingnya inkuiri dimasukkan


dalam kurikulum sains, inkuiri bukan lagi dilihat sebagai metode, pendekatan atau model
mengajar, melainkan sebagai tools of personality with value embeded. inkuiri sebagai
kemampuan yang dapat dikembangkan dan perlu diukur keberhasilannya pada siswa dan
guru yang melaksanakannya (Nuryani, 2011: 1).

Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-
kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, merencanakan penyelidikan
atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau
eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan
menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengko-munikasikan hasilnya. didalam
Standar Nasional Pendidikan Sains di Amerika Serikat, inkuiri digunakan dalam dua
terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific inquiry) oleh guru dan sebagai
materi pelajaran sains (science as inquiry) yang harus dipahami dan mampu dilakukan oleh
siswa. Sebagai strategi pembelajaran, inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu dengan
strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta
kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa. Sedangkan sebagai bagian dari materi

6
pelajaran Biologi, inkuiri merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat
melakukan penyelidikan ilmiah. Sehubungan dengan hal tersebut, bahwa pemahaman
mengenai peranan materi dan proses sains dapat membantu guru menerapkan pembelajaran
yang bermula dari pertanyaan atau masalah dengan lebih baik (Nuryani, 2011: 1)

2.1.2 Tingkatan-tingkatan Inkuiri

Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang meliputi topik masalah,


sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan
analisis data serta pengambilan kesimpulan membedakan inkuiri menjadi lima tingkat yaitu
praktikum (tradisional hands-on), pengalaman sains terstruktur (structured science
experiences), inkuiri terbimbing (guided inkuiri), inkuiri siswa mandiri (student directed
inquiry), dan penelitian siswa (student research). Klasifikasi inkuiri didasarkan pada tingkat
kesederhanaan kegiatan siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan inkuiri merupakan suatu
kontinum yaitu dimulai dari yang paling sederhana terlebih dahulu.

a. Traditional hands-on

Praktikum (tradisional hands-on) adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Dalam
praktikum guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang
harus ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Pada tingkat ini
komponen esensial dari inkuiri yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul, praktikum tidak
termasuk kegiatan inkuiri.

b. Pengalaman Sains yang Terstruktur

Tipe inkuiri berikutnya ialah pengalaman sains terstruktur (structured science


experiences), yaitu kegiatan inkuiri di mana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan
prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. Jenis yang ketiga
ialah inkuiri terbimbing (guided inquiry), di mana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri,
sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya
berperan sebagai fasilitator.

c. Inkuri Siswa Mandiri

Inkuiri siswa mandiri (student directed inquiry), dapat dikatakan sebagai inkuiri
penuh karena pada tingkatan ini siswa bertanggungjawab secara penuh terhadap proses

7
belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan
pengembangan pertanyaan. Tipe inkuiri yang paling kompleks ialah penelitian siswa (student
research). Dalam inkuiri tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri
menjadi tangungjawab siswa. klasifikasi inkuiri lain yang didasarkan pada intensitas
keterlibatan siswa. Ada tiga bentuk keterlibatan siswa didalam inkuiri, yaitu:

a. identifikasi masalah.

b. pengambilan keputusan tentang teknik pemecahan masalah.

c. identifikasi solusi terhadap masalah.

Ada tiga tingkatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk keterlibatannya dan intensistas
keterlibatan siswa.

a. Inkuiri tingkat Pertama

Inkuiri tingkat pertama merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan


oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban
terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Inkuiri tipe ini,
tergolong kategori inkuiri terbimbing sebagaipembelajaran penemuan (discovery learning)
karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang
dihadapkan kepadanya.

Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan
luaran pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar
dalam bidang ilmu tertentu. Ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu
diperhatikan, siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik hingga
membuat inferensi atau generalisasi, sasarannya adalah mempelajari proses mengamati
kejadian atau obyek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai, guru mengontrol bagian
tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi dan berperan sebagai pemimpin
kelas, tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil
observasi di dalam kelas, kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran,
biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa, guru memotivasi semua

8
siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh
seluruh siswa dalam kelas.

b. Inkuiri Bebas

Inkuiri tingkat kedua dan ketiga sebagai inkuiri bebas (unguided Inquiry). Dalam
inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan merancang proses
penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan merancang cara untuk
menguji gagasan tersebut. Untuk itu siswa diberi motivasi untuk melatih keterampilan
berpikir kritis seperti mencariinformasi, menganalisis argumen dan data, membangun dan
mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide awalnya untuk memecahkan masalah serta
menggeneralisasikan data. Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan yang menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan penelitian seperti
yang biasa dilakukan oleh para ahli. Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus kegiatan
inkuiri harus dapat mengarahkan siswa pada penentuan cara kerja yang tepat serta asumsi
mengenai kesimpulan yang akan diperoleh. Pertanyaan yang menjadi pangkal kegiatan
inkuiri sangat penting bagi siswa yang belum berpengalaman dalam belajar secara mandiri.
Oleh karena itu, guru harus berusaha mengembang-kan inkuiri mulai dari melatih siswa
untuk merumuskan pertanyaan. Bagi siswa sekolah menengah khususnya di Indonesia
kegiatan inkuiri perlu dilatih secara bertahap, mulai dari inkuiri yang sederhana (inkuiri-
terbimbing) kemudian dikembangkan secara bertahap ke arah kegiatan inkuiri yang lebih
kompleks dan mandiri (inkuri-bebas).

Pembelajaran IPA hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu
anak didik secara ilmiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan
bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan
cara berfikir (Ilmiah).dalam upaya pengembangan kemampuan dan kreatifitas siswa dalam
belajar IPA maka harus dikembangkan yang tidak mengkondisikan para siswa sebagai
penerima saja pengetahuan dari guru. Tetapi suatu kondisi di mana guru dapat menjadi
motivator siswa dalam kegiatan memahami dan mengkonstruksi penegtahuannya dan sebagai
fasilitator dalam menumbuhkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

2.1.3 Langkah Langkah Pembelajaran Inkuiri

a. klasifikasi permasalahan. Langkah awal adalah menentukan permasalahan yang ingin


didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Permasalahan dapat disiapkan atau

9
diajukan oleh guru. Sebaiknya permasalahan yang ingin di pecahkan disiapkan
sebelum mulai pelajaran. Permasalahan harus jelas sehingga dapat dipikirkan, dialami
dan dipecahkan oleh siswa.
b. identifikasi permasalahan perlu diidentifikasi dengan jelas dari tujuan sampai seluruh
proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu
diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan
kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat,
sedangkan persoalan yang terlalu muda yang sudah mereka ketahui tidak menarik
minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan
siswa.
c. Membuat hipotesis, langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan
jawaban sementara tentang persoalan itu. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas
atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas
maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang
salah, tetapi cukup memperjelas maksudnta saja. Hipotesis yang salah nantinya akan
kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.
d. Mengumpulkan data. Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan
data sebanyak banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau
tidak, biasanya untuk dapat mengumpulkan datasiswa harus menyiapkan suatu
peralatan yang dapat digunakan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu
bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan dan mengoprasikan
peralatan sehingga berfungsi dengan baik. Setelah peralatan berfungsi siswa diminta
untuk mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan
e. Menganalisis data. Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk
membuktikan apakah hipotesis benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis
data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan diatur sehingga dapat dibaca
dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam tabel agar mudah dibaca dan
dianalisis. Data disusun atau dikelompokkan menurut yang menguatkan hipotesis dan
yang netral, yang melemahkan hipotesis dan yang netral. Banyaknya data kadang
menyulitkan siswa dalam mengelompokkannya. Campur tangan guru diperlukan.
f. Pengambilan kesimpulan. Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis
kemudian diambil kesimpulan secar induktif setelah diambil kesimpulan kemudian
dicocokkan dengan hipotesis asal apakah hipotesis dapat diterima atau tidak. Setelah
itu guru masih dapat memberikan catatan untuk menyatukan seluruh penelitian ini.

10
Sangat baik bila dalam mengambil keputusan, siswa dilibatkan sehingga mereka
menjadi semakin yakin bahwa mereka mengetahui secara benar. Bila ternyata
hipotesis mereka tidak dapat diterima, mereka diminta untuk mencari penjelasan, guru
membantu dengan berbagai pertanyaan.

2.1.4 Kelebihan dan kelemahan menggunakan inkuiri

Kelebihan menggunakan model pendekatan inkuiri yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan siswa aktif


b. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa
c. Membantu dalam ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru
d. Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
e. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur,
obyektif dan terbuka
f. Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional yaitu guru yang menguasai kelas
g. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
h. Dapat melatih siswa untuk belajar dengan positif sehingga dapat mengembangkan
pendidikan demokrasi
i. Dalam diskusi guru dapat mengetahui kedalam pengetahuan dan pemahaman siswa
mengenai konsep yang sedang di bahas.

Kelemahan menggunakan model pendekatan inkuiri sebagai berikut:

a. Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi bila siswa
kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.
b. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari
guru apa adanya.
c. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi
informasi menjadi fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar.
d. Karena dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada anggota yang kurang aktif
e. Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda
f. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingn guru yang lebih baik
g. Untuk kelas yang jumlah banyak akan sangat merepotkan guru
h. Pembelajarn akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.

11
Berdasarkan uraian materi di atas maka yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri adalah
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematik, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat
menyimpulkan hasil sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri dengan lakah lakah
sebagai berikut:

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah: guru membimbing siswa


mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan dipapan tulis. Guru membagi
siswa dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis: guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
pendapat dalam bentuk jawaban sementara. Selanjutnya guru membimbing
siswa
3. Menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan
4. Merancang percobaan guru memberi kesempatan pada siswa untu menentukan
langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru
membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan
5. Mengumpulkan dan menganalisis data: guru memberi kesempatan kepada
setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul
6. Membuat kesimpulan: guru membimbing siswa membuat kesimpulan.

2.2 Pembelajaran Kooperatif

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan bentuk pembelajaran


dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam orang dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen (Rusman, 2012:202).

Menurut Tom V. Savage (dalam Rusman, 2012:203) pembelajaran kooperatif yaitu;


Suatu pendekatan yang menekankan kerjasama dalam kelompok. Dalam pembelajaran
kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa juga dapat
saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching)
lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

12
Menurut Robert E.Slavin (dalam Robert E.Slavin 2009:8) dalam metode
pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang
beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.

Nur Asma mengemukakan bahwa pengembangan pembelajaran kooperatif memiliki


beberapa tujuan, yaitu:

1) Pencapaian Hasil Belajar

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial,


pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan pada siswa dalam tugas-tugas
akademik, baik kelompok bawah maupun kelompok atas. Siswa kelompok atas akan menjadi
tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan
meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor kepada teman
sebaya yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang
terdapat di dalam materi tertentu.

2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

Efek penting kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas
terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan maupun
ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk
menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan Penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki
di dalam masyarakat, banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling
bergantung satu sama lain dalam masyarakat, meskipun beragam budayanya. (Nur Asma,
2006:12)

2.2.2 Prinsip Pembelajaran Kooperatif

13
Menurut Nur Asma pelaksanaam pembelajaran kooperatif setidaknya terdapat lima
prinsip yang dianut yaitu:

1) Belajar Siswa Aktif (Student Active Learning)

Proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif berpusat pada siswa,


aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan
ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai
masing-masingh siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat
laporan kelompok dan individual.

2) Belajar Kerjasama (Cooperative Learning)

Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi,
memecahkan masalah dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga terbentuk
pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Diyakini yang diperoleh melalui
penemuan-penemuan dari hasil kerjasama ini akan lebih baik permanen dalam
pemahaman masing-masing siswa.

3) Pembelajaran Partisipatorik

Melalui model pembelajaran ini siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning
by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang
menjadi tujuan pembelajaran.

4) Mengajar Reaktif ( Reactive Teaching)

Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, guru perlu menciptakan


strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi
siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini
untuk masa depan mereka.

5) Pembelajaran yang Menyenangkan ( Joyfull Learning)

Model pembelajaran kooperatif menganut prinsip pembelajaran yang


menyenangkan. Suasana belajar yang menyenangkan harus dimulai dari sikap dan
perilaku guru di luar maupun dalam kelas. Guru harus memilki sikap yang ramah dengan
tutur bahasa yang menyayangi siswa-siswanya. (Nur Asma,2006:14-16)

14
2.2.3 Unsur-unsur Penting dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (dalam Rusman, 2012:159) terdapat lima unsur penting
dalam belajar kooperatif, yaitu:

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa


Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama
untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan
sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa
dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap
suksesnya kelompok.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi
dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota
kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena
kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk
mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari
teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam
hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
c. Tanggung jawab individual
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung
jawab siswa dalam hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak
dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang
diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa
lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan
menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
e. Proses kelompok
Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses
kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan
mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

2.2.4 Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif

15
Dalam rangka pengelolaan kelas di dalam pembelajaran kooperatif seorang pengajar
dituntut mengarahkan dan membina para siswa untuk mengembangkan minat dan kiat
bekerjasama dalam berinteraksi dengan pembelajar lainnya. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seorang pengajar (Anita Lie, 2003:38) yaitu:

1) Pengelompokan
Dalam rangka pengelompokan atau membentuk kelompok maka yang perlu
diperhatikan adalah heterogenitas dari anggota kelompok, seperti keanekaragaman
latar belakang sosio-ekonomi, etnik, dan kemampuan akademis. Dalam hal
kemampuan akademis, dalam satu kelompok diharapkan ada yang berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Adapun manfaat dari pengelompokan secara heterogenitas
adalah:
1) Memberi kesempatan untuk saling berbagi sesama teman dan saling mendukung.
2) Meningkatkan relasi dan interaksi antar siswa.
3) Memudahkan dan meringankan tugas guru dalam mengajar.

2) Semangat kerjasama
Agar proses pembelajaran kooperatif berjalan efektif maka perlu adanya
pembinaan dan niat kerjasama. Oleh karena itu guru perlu untuk selalu memberikan
pembinaan akan pentingnya arti kerjasama, sehingga setiap siswa mempunyai
semangat kerjasama yang tinggi dalam belajar.
3) Penataan ruang kelas

Dalam pembelajaran kooperatif penataan ruang kelas merupakan suatu hal


yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan belajar para siswa. Dalam
penataan ruang kelas ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan yaitu: ukuran
ruang kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan siswa, toleransi guru dan kelas sebelah
terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa, toleransi masing-masing siswa terhadap
kegaduhan dan lalu lalang siswa lain, pengalaman guru dalam melaksanakan metode
pembelajaran kooperatif, dan pengalaman siswa dalam melaksanakan model
pembelajaran kooperatif.

Adapun penataan bangku siswa yang dapat dijadikan pilihan oleh para guru
yang hendak melaksanakan pembelajaran kooperatif (Anita Lie, 2003:51) yaitu:

a. Meja tapal kuda: siswa berkelompok diujung meja

16
b. Meja panjang: siswa berkelompok diujung meja
c. Penataan tapal kuda: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
d. Meja laboratorium
e. Meja kelompok: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
f. Klasifikal: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
g. Meja berbaris: dua kelompok duduk berbagi satu meja

2.2.5 Model Pembelajaran Kooperatif


1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
memotivasi siswa dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar
dengan aktif dan kreatif

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara


demonstrasikan atau lewat bahan bacaan

3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya


dalam kelompok-kelompok membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka
bekerja dan belajar mengerjakan tugas-tugas

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang


dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-
masing kelompok

6 Memberi penghar-gaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau


hasil belajar individu maupun kelompok

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division

1 Langkah 1 Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara

17
klasikal (paling sering menggunakan model pembelajaran
langsung,

2 Langkah 2 Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap


kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa yang heterogen, baik dari
segi kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya).
3 Langkah 3 Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi
(saling bantu membantu untuk memperdalam materi yang
sudah diberikan)
4 Langkah 4 Guru memberikan tes individual, masing-masing
mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu membantu
diantara anggota kelompok.
5 Langkah 5 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke
skor kuis (cara penilaian akan dijelaskan di akhir bab ini)

Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw


1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal,
setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap
anggota kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang
telah disiapkan oleh guru (misal ada 5 materi/topik).
- Misal 1 kelas: 40 anak

- Ada 5 topik yang akan dipelajari

- Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)

Kelompok Asal

2) Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya , mereka


langsung membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya
adalah sebagai berikut:

18
Kelompok Asal

Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E

Kelompok Ahli

3) Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-


masing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk
menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok
ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:

Kelompok Ahli

Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E

Kelompok Asal

4) Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar
pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam
kelompok asal berjalan secara efektif dan optimal.

19
5) Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang
dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh
siswa. Soal harus dikerjakan secara individual.
6) Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai
penghargaan untuk masing-masing kelompok. Teknik penilaian/penghargaan akan
dijelaskan tersendiri di akhir bab pembelajaran kooperatif ini.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe think Pair and Share


• Guru mengajarkan materi seperti biasa, alat peraga disarankan .
• Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.
• Guru membrikan soal yg dikerjakan siswa berdasar persyaratan soal sebagai problem.
• Siswa di pandu guru menyelesaikan soal.
• Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
• Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
• Guru memberi kesimpulan
• Penutup

2.2.6 Keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif

Keunggulan:

1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantung kan pada guru,
akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide ide
orang lain.
3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respect pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup mampu untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

20
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang
lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah.
6) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan
yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata atau riil.
8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan
jangka panjang.

Keterbatasan:

1) Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang butuh


waktu. Sangat tidak rasional kalau kita menghadap kan secara otomatis siswa dapat
mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap
memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat
mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
2) Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
Oleh karena itu, siswa tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan
pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang
seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
3) Penilaian yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil
kerja kelompok. Namun demikian, perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau
prestasi yang dihadapkan dalam prestasi setiap individu siswa.
4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak dapat
mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sesekali penerapan strategi ini
5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting
untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan
kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran
kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana

21
membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal tersebut dalam
pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

22
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga
dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang berarti
menemukan.

Model pembelajaran kooperatif (kelompok) adalah rangkaian kegiatan belajar yang


dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam konsep pembelajaran
kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3)
adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta, Kencana

23
2. Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
3. Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta:
Direktorat PLP.
4. Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah
diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
5. Slavin (1994). Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice (Second
Edition).

24

Anda mungkin juga menyukai