Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam GBHN (Garis Besar Haluan Negara) telah dikemukakan bahwa

tujuan pembangunan Indonesia adalah pelaksanaan pembangunan disamping

untuk meningkatkan pendapatan nasional sekaligus juga harus menjamin

pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat. Hal tersebut

bertentangan dengan hipotesis konvensional yang telah diungkapkan oleh ahli

ekonomi seperti Kuznets dan Kaldor yang menyatakan bahwa ketidakmerataan

distribusi pendapatan merupakan kondisi yang diperlukan bagi tercapainya

peningkatan ekonomi. Ini berarti bahwa semakin tidak meratanya distribusi

pendapatan suatu negara, semakin tinggi pula laju pertumbuhan ekonominya.

Jika laju pertumbuhan PDRB merupakan satu-satunya tujuan masyarakat, maka

strategi terbaik adalah membuat pola distribusi pendapatan setimpang mungkin.

Dengan demikian, menunjukkan adanya trade-off atau pilihan antara

pertumbuhan PDRB yang cepat tetapi dengan distribusi pendapatan yang

timpang. Ketimpangan distribusi pendapatan pada daerah-daerah dapat

disebabkan oleh pertumbuhan dan keterbatasan yang dimiliki masing-masing

daerah yang berbeda-beda serta pembangunan yang cenderung terpusat pada

daerah yang sudah maju. Hal ini menyebabkan pola ketimpangan distribusi

pendapatan daerah dan merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya

ketimpangan distribusi pendapatan daerah semakin melebar.

Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan seluruh rakyatnya melalui

peningkatan pembangunan ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi


2

merupakan suatu keharusan jika suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi

merupakan upaya sadar dan terarah dari suatu bangsa untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya yang ada.

Peningkatan kesejahtaraan ini antara lain dapat diukur dari kenaikan tingkat

pendapatan nasional atau laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya

Sukirno, 1985 dalam Retnosari, (2006).

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah suatu proses perbaikan

yang berkesinambungan dari suatu masyarakat atau sistem sosial secara

keseluruhan menuju kepada kehidupan yang lebih baik, dimana proses

pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup kesejahteraan rakyat

serta harkat dan martabat manusia yang meliputi peningkatan berbagai barang

kebutuhan pokok,peningkatan standar hidup serta perluasan pilihan ekonomi dan

sosial bagi seluruh masyarakat, agar kegiatan perekonomian yang tercermin

sebagai pertumbuhan ekonomi dapat membawa suatu nilai perubahan

pendapatan pada tingkat kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung.

Perubahan dalam nilai pendapatan hanya disebabkan oleh suatu

perubahandalam tingkat kegiatan ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan

mengalami suatu perubahan akan perkembangannya apabila tingkat kegiatan

ekonomi adalah lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa sebelumnya.

Menurut Sukirno (2010) dalam Hidayat, (2014), dalam kegiatan

perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan

fisikal barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan

jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruksur, pertambahan

jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi

barang modal. Tetapi dengan menggunakan berbagai jenis data produksi adalah
3

sangat sukar untuk memberi gambaran tentang pertumbuhan ekonomi yang

dicapai. Oleh sebab itu untuk memberikan suatu gambaran kasar mengenai

pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang selalu digunakan

adalah tingkat pendapatan nasional riil yang dicapai.

Sukirno juga menjelaskan bahwa istilah pembangunan ekonomi

(economic development) biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di

negara-negara berkembang. Sebagian ahli ekonomi mengartikan istilah ini

bahwa pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh

perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan perkataan lain,

dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi, ahli ekonomi bukan saja

tertarik kepada masalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga

kepada modernisasi kegiatan ekonomi. Perbedaan penting lainnya adalah dalam

pembangunan ekonomi, tingkat pendapatan per kapita terus-menerus

meningkat, sedangkan pertumbuhan ekonomi belum tentu diikuti oleh kenaikan

pendapatan per kapita.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolok ukur keberhasilan

pembangunan ekonomi di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan

suatu perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ketahun

Sadono, (1985:19) dalam Pramulyawan, (2010). Pertumbuhan ekonomi

menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan

tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Perekonomian

dianggap mengalami pertumbuhan apabila seluruh balas jasa riil terhadap

penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada

pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya. Salah satu indikator yang

digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah pada periode


4

tertentu adalah tingkat pertumbuhan Produk Regional Domestik Bruto (PDRB)

riil.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

untuk menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Indikator

tersebut tidak hanya menunjukan bagaimana hasil-hasil pembangunan tersebut

didistribusikan dan siapa saja yang sesungguhnya menikmati pertumbuhan

ekonomi, akan tetapi PDRB merupakan suatu indikator penting untuk mengukur

seberapa jauh pembangunan ekonomi telah berhasil dalam meningkatkan

pendapatan perkapita dan kesejahteraan masyarakatnya.

Berhasil tidaknya pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari

tingkat kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi

akibat adanya pendapatan yang meningkat, sehingga dari peningkatan

pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan

konsumsi maupun investasi. Tetapi pada kenyataannya di lapangan tidak pernah

tercapai pemerataan tingkat kesejahteraan masyarakat yang disebabkan

beberapa hal antara lain masalah-masalah internal seperti adanya kesenjangan

antar manusia, kesenjangan antar daerah dan kesenjangan ekonomi, sedangkan

masalah eksternal misalnya persaingan antar wilayah, baik antar wilayah

regional maupun nasional Puntri, (2016)

Pembangunan ekonomi bukan merupakan tujuan melainkan hanya alat

sebagai proses untuk menurunkan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan

distribusi pendapatan. Jadi berkurangnya ketidakmerataan distribusi pendapatan

merupakan inti dari pembangunan. Selama pertumbuhan ekonomi dan hasil-hasil

dari pembangunan dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh

masyarakat, maka masalah ketidakmerataan distribusi pendapatan tidak akan

muncul. Jika kinerja ekonominya lebih baik atau mengalami kemajuan maka
5

seluruh rakyat juga harus merasakan dampak kemajuan tersebut dalam bentuk

naiknya tingkat pendapatan (Retnosari, 2006).

Todaro(2000) mengatakan, meskipun laju pertumbuhan ekonomi tidak

secara otomatis dapat member jawaban atas berbagai macam persoalan

kesejahteraan, namun hal tersebut tetap merupakan unsur penting setiap

program pembangunan realistis yang sengaja dirancang untuk mengentaskan

kemiskinan. Jika dilihat dari hasil penelitian dan data statistik, akan terlihat

bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi telah berjalan dengan pesat namun

pertumbuhan yang pesat ini telah membawa akibat yang menghawatirkan, yaitu

terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan yang lebih buruk. Pada

hakekatnya, kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi

pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok

berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada

di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalahbesar di

banyak negara sedang berkembang (NSB). Ketimpangan tidak dapat

dimusnahkan, melainkan hanya bisa dikurangi sampai pada tingkat yang dapat

diterima oleh suatu sistem sosial tertentu agar keselarasan dalam sistem

tersebut terpelihara dalam proses pertumbuhannya. Karenanya, tidaklah

mengherankan ketimpangan itu pastinyaselalu ada, baik itu di negara

miskin,negara sedang berkembang, bahkan negara maju sekalipun. Hanya saja

yang membedakan adalah seberapa besar tingkat ketimpangan yang terjadi

pada masing-masing negara tersebut.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan

pendapatan menjadi tujuan setiap daerah. Keberhasilan pembangunan ekonomi

ini terlihat dari meningkatnya konsumsi akibat meningkatnya

pendapatan.Kuznets (1955) mengemukakan bahwa pada tahap-tahap


6

pertumbuhan awal,distribusi pendapatan atau kesejahteraan cenderung

memburuk, namun pada tahap-tahapberikutnya hal itu akan membaik.Arsyad

(1999) juga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan

perpaduan efek dari produktivitas yang tinggi dan populasi yang

besar.Keberhasilan pembangunan ekonom iitu sering ditafsirkan sebagai

pertambahan pendapatan nasional atau produk bagi suatu bangsa, tanpa

mempersoalkan siapa yang akan menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut.

Tingginya tingkat penghasilan perkapita yang dicapai tidak menjamin

pemerataan hasil pembangunan, justru dengan hasil laju pertumbuhan yang

tinggi itu diikuti pula ketimpangan pendapatan yang semakin melebar, disamping

terjadinya urbanisasi yang tidak dapat dibendung, sebagai akibat dari

menumpuknya industrialisasi di daerah perkotaan menurut Ardani, 1996 dalam

Danawati, et. al. (2016).

Dalam melaksanakan suatu pembangunan dan mengurus rumah

tangganya sendiri, suatu daerah harus mempunyai sumber-sumber keuangan

sendiri yang cukup. Hal ini untuk menghindari ketergantungan daerah pada

pemerintah pusat atau daerah tingkat atasnya. Menurut Suhartanto, et. al (2005)

dalam Danawati, (2016), kesiapan pemerintah daerah dan instansi-instansinya

tidak terbatas pada kesiapan pengelolaan sumber alam, namun juga berupa

kebijakan-kebijakan yang mampu mendorong pertumbuhan bisnis yang ada di

wilayahnya sehingga mampu menarik investasi kedaerahnya. Keberhasilan

pemerintah daerah membuat dan melaksanakan kebijakan yang mendorong

kegiatan bisnis diwilayahnya, akan membawa banyak keuntungan bagi

pemerintah daerah maupun masyarakat di daerah tersebut. Bagi pemerintah

daerah, kegiatan tersebut merupakan sumber pendapatan yang diperoleh dari

pajak. Sedangkan bagi masyarakat umum, keberhasilan menarik investasi


7

tersebut akan menyerap lapangankerja dan tentu saja meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu alat intervensi

pemerintah terhadap perekonomian yang dianggap paling efektif. Pengeluaran

pemerintah adalah konsumsi barang dan jasa yang dilakukan pemerintah serta

pembiayaan yang dilakukan pemerintah untuk keperluan administrasi

pemerintahan dan kegiatan-kegiatan pembangunan Sukirno, (2002). Kapasitas

keuangan daerah ditunjukkan dalambentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD). Menurut UU No.32 dan 33 tahun 2004 APBD adalah rencana

keuangan tahunan. Pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

Pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan

ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memuat rincian semua penerimaan

daerah di satu sisi dan semua pengeluaran daerah disisi yang lain. Sebelum

tahun 2003 APBD dari sisi pengeluaran terdiri dari belanja rutin dan belanja

pembangunan Utama 2009 dalam Danawati, et. al. (2016).

Distribusi alokasi pengeluaran pemerintah di Provinsi Kalimantan Timur

terjadi ketimpangan. Perbedaan ini disebabkan alokasi belanja pemerintah yang

dikeluarkan melalui belanja public / belanja modal kurang menyentuh

masyarakat. Idealnya, distribusi dana kedalam pos-pos anggaran harus dapat

memenuhi kebutuhan public terhadap sarana dan prasarana umum.

Pengalokasian pengeluaran pemerintah untuk Provinsi Kalimantan Timur sangat

berfluktuasi untuk setiap tahunnya dan cenderung meningkat namun Pendapatan

Asli Daerah yang berbeda menjadi sebab kurang optimalnya pengeluaran

belanja publik untuk program-program pemerintah melalui Anggran Pendapatan

dan Belanja Daerah.


8

Keberhasilan pembangunan disuatu daerah disamping ditentukan oleh

besarnya pengeluaran pemerintah juga dipengaruhi oleh besarnya investasi di

daerah.Investasi merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Sjafii, (2009

dalam Danawati, et. al. 2016). Investasi merupakan salah satu faktor terpenting

dalam pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan investasi, pemerintah

diharapkan mampu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi dapat

menjadi titik tolak bagi keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan di masa

depan karena dapat menyerap tenaga kerja, Hal ini dikarenakan dalam proses

produksi barang dan jasa meningkat yang pada giliranya akan menyerap

angkatan kerja. Sehingga tenaga kerja tersebut memperoleh upah, dan tenaga

kerja tersebut mempunyai daya beli dan dapat membuka kesempatan kerja baru

bagi masyarakat yang pada gilirannya akan berdampak terhadap peningkatan

pendapatan masyarakat dan menurunkan ketimpangan pendapatan di Provinsi

Kalimantan Timur.

Harord Domar menyatakan :

Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi

baru sebagai stok modal atau Penanaman Modal (PMA dan PMDN). Dengan

adanya semakin banyak tabungan yang kemudian di investasikan, maka

semakin cepat terjadi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat

pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi

tergantung dari tingkat produktivitas investasi tersebut dalam Todaro, (2000 : 65).

Berdasarkan uraian diatas mengenai penjelasan pengeluaran

pemerintah, Investasi, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan,

berikut disajikan nilai-nilai variabel penelitian ini dalam tabel 1.1 dibawah ini

sebagai berikut:
9

Tabel 1.1 Nilai Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta terhadap


Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2004-2015
Ketimpangan
Garis
Pengluaran Investasi Pertumbuhan
Tahun Penduduk Kemiskinan
Pemerintah Swasta Ekonomi
Miskin (Rp/Kapital/
Bulan)
2004 1.931.969.992 3.256.205 2.87 318.200 165.755
2005 1.144.485.100 373.946 2.55 299.100 189.851
2006 3.110.291.325 3.576.252 3.55 335.500 257.723
2007 2.639.794.677 6.782.536 2.14 324.800 220.368
2008 6.847.102.788 224.740 2.91 286.440 237.979
2009 7.583.071.884 2.380.184 1.49 239.220 261.185
2010 8.488.741.122 8.897.372 2.91 243.000 285.218
2011 7.356.134.996 12.240.404 6.51 247.130 336.019
2012 7.853.125.779 24.471.842 5.66 246.110 363.887
2013 11.469.537.476 52.290.305 4.67 248.690 417.902
2014 10.602.613.100 30.290.305 1.56 252.680 444.248
2015 12.203.789.282 21.290.305 1.28 229.990 494.207
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2016

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan nilai

pengeluaran pemerintah, investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi dan

ketimpangan pendapatan Provinsi Kalimantan Timur selama 12 tahun yaitu

tahun 2004 sampai dengan 2015. Masing-masing nilai, baik itu nilai pengeluaran

pemerintah, investasi swasta, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

pendapatan memiliki nilai yang mengalami peningkatan danada juga yang

memiliki nilai yang menurun(fluktuasi).

Kenyataan adanya peningkatan dan penurunan pengeluaran pemerintah

dan investasi swasta mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Kalimantan Timur. Namun akan tetapi berbeda dengan ketimpangan,

melihat menurun dan meningkatnya penduduk miskin malah berdampak pada

nilai garis kemiskinan yang selalu meningkat disepanjang tahun yaitu tahun 2004

sampai dengan 2015. Hal ini menunjukkan bahwa belanja modal dan besarnya

investasi masih belum mampu menurunkan ketimpangan pendapatan di Provinsi

Kalimantan Timur. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur harus melakukan


10

upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah yang ada

di Kalimantan Timur melalui cara meningkatkan pengeluran pemerintah dan

menarik lebih banyak investor baik itu investor asing maupun investor dalam

negeri agar menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata di berbagai daerah

di Kalimantan Timur, sehingga alokasi pengeluran pemerintah dan investasi

dapat lebih dialokasikan ke pemerataan pembangunan yang berdampak

mengurangi ketimpangan pendapatan.

Dari uraian diatas dapat dilihat nilai pengeluaran pemerintah, investasi

swasta dan pertumbuhan ekonomi serta ketimpangan pendapatan memberikan

nilai yang menurun dan meningkat (fluktuasi). Melihat besarnya pengaruh dari

variabel nilai tersebut, hal ini yang mendasari dan melatarbelakangi peneliti untuk

tertarik mengangkat judul “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Investasi

Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di

Provinsi Kalimantan Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Pengeluaran Pemerintah secara langsung berpengaruh terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Timur?

2. Apakah Investasi Swasta secara langsung berpengaruh terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Timur?

3. Apakah Pengeluaran Pemerintah secara langsung berpengaruh terhadap

Ketimpangan Pendapatan Provinsi Kalimantan Timur?

4. Apakah Investasi Swasta secara langsung berpengaruh terhadap

Ketimpangan Pendapatan Provinsi Kalimantan Timur?


11

5. Apakah Pertumbuhan Ekonomi secara langsung berpengaruh terhadap

Ketimpangan Pendapatan Provinsi Kalimantan Timur?

6. Apakah Pengeluaran Pemerintah secara tidak langsung berpengaruh

terhadap Ketimpangan Pendapatan melalui Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Kalimantan Timur?

7. Apakah Investasi Swasta secara tidak langsung berpengaruh terhadap

Ketimpangan Pendapatan melalui Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Kalimantan Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Timur.

2. Untuk mengetahui pengaruh Investasi Swasta terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Provinsi Kalimantan Timur.

3. Untuk mengetahui pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Ketimpangan

Pendapatan Provinsi Kalimantan Timur.

4. Untuk mengetahui pengaruh Investasi Swasta terhadap Ketimpangan

Pendapatan Provinsi Kalimantan Timur.

5. Untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan

Pendapatan Provinsi Kalimantan Timur.

6. Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung Pengeluaran Pemerintah

terhadap Ketimpangan Pendapatan melalui Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Kalimantan Timur.
12

7. Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung Investasi Swasta terhadap

Ketimpangan Pendapatan melalui Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Kalimantan Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari beberapa penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi guna menambah wawasan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Kalimantan

Timur.

2. Penelitain ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis bagi

khasanah kepustakaan pada bidang studi Ilmu Ekonomi Pembangunan dan

Perencanaan, dan dapat diperoleh suatu manfaat serta dapat dipergunakan

sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi lembaga-lembaga yang

terkait dalam menentukan kebijakasanaan pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai