Anda di halaman 1dari 12

2.1.7.

Hubungan Pengeluaran Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Pengeluaran pemerintah menurut Angelopoulos et al. (2007) yang

menjelaskan bahwa dengan menggunakan modal manusia sebagai faktor produksi,

maka pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Teori makro mengenai model

pembangunan pengeluaran pemerintah yang dikembangkan oleh Rostow dan

Musgrave dalam Mangkoesoeroto, (1994:169) yang menghubungkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan

ekonomi. Tahap awal perkembangan ekonomi, dimana investasi pemerintah

terhadap total investasi besar sebab tahap ini pemerintah harus menyediakan

prasarana seperti pendidikan, kesehatan, transportasi dan sebagainya. Dengan

adanya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan ekonomi maka diharapkan

dapat menekan jumlah penduduk miskin tersebut.

Kewajiban Pemerintah untuk mengurangi kemiskinan telah dituangkan pada

UU yang berbentuk kebijakan atau lebih sering disebut pengeluaran pemerintah

daerah, hal tersebut berkaitan pada UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 49:

1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan

dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD).

2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).


11

3) Dana pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan

pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

4) Dana pendidikan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam

bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengeluaran Pemerintah pada bidang Kesehatan juga diatur pada UU No 36

tahun 2009 Pasal 171:

1) Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% dari

anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji.

2) Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota

dialokasikan minimal 10% dari APBD diluar gaji.

3) Besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarannya sekurang

kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam anggaran

pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Berdasarkan UU No. 20 dan No. 36 tersebut yang mengatur pemerintah baik

itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mengurangi kemiskinan

maka hal tersebut tersebut dihitung dari seberapa besar pengeluaran yang telah

dilakukan pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk

mengurangi angka kemiskinan. Peran pemerintah dalam pengentasan kemiskinan

sangat dibutuhkan, sesuai dengan peranan pemerintah yaitu alokasi, distribusi dan

stabilisasi. Peranan tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi jika tujuan

pembangunan yaitu pengentasan kemiskinan ingin terselesaikan. Anggaran yang


12

dikeluarkan untuk pengentasan kemiskinan menjadi stimulus dalam menurunkan

angka kemiskinan dan beberapa persoalan pembangunan yang lain. Jumlah

pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu periode tertentu

tergantung banyak faktor. Salah satunya adalah jumlah pajak yang diterima. Pajak

yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan

pemerintah. Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai

administrasi pemerintahan dan sebagian untuk membiayai kegiatan-kegiatan

pembangunan. Perbelanjaan-perbelanjaan tersebut akan meningkatkan

pengeluaran agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi suatu negara

dalam Sukirno, (2012: 168).

2.1.8. Hubungan Pengeluaran Kesehatan terhadap Tingkat Kemiskinan

Pengeluaran Kesehatan menurut Todaro & Smith, (2003), bahwa

pengeluaran pemerintah pada sektor anggaran kesehatan yang di keluarkan untuk

memenuhi salah satu hak dasar untuk memperoleh pelayanan kesehatan berupa

fasilitas dan pelayanan kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan

produktivitas masayrakat. Menurut Mahmudi (2007), pelayanan publik adalah segala

kegiatan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan kententuan peraturan

perundang-undangan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan penyelenggara

pelayanan publik adalah instansi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Dalam Teori public finance menurut Musgrave, (1989)

mengungkapkan bahwa tidak seluruhnya semua masalah ekonomi diselesaikan oleh


13

mekanisme pasar seperti halnya dengan social goods. pemerintah berkewajiban

untuk menyediakan barang publik. Sedangkan pelayanan publik yang harus

diberikan kepada masyarakat diklasifikasikan dalam dua kategori utama yaitu:

1) Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu

kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat dilindungi Undang-Undang

Dasar. Perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu

investasi sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat yang sejahtera

(welfare society). Tingkat kesehatan masyarakat akan sangat berpengaruh

terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, karena tingkat kesehatan memiliki

keterkaitan yang erat dengan kemiskinan. Sementara itu, tingkat kemiskinan

akan terkait dengan tingkat kesejahteraan. Oleh karena kesehatan merupakan

faktor utama kesejahteraan masyarakat yang hendak diwujudkan pemerintah,

maka kesehatan harus menjadi perhatian utama pemerintah sebagai

penyelenggara pelayanan publik. Pemerintah harus dapat menjamin hak

masyarakat untuk sehat (right for health) dengan memberikan pelayanan

kesehatan secara adil, merata, memadai, terjangkau, dan berkualitas.

2) Pendidikan Dasar Sama halnya dengan kesehatan, pendidikan merupakan suatu

bentuk investasi sumber daya manusia. Tingkat pendidikan juga berpengaruh

terhadap tingkat kemiskinan karena pendidikan merupakan salah satu

komponen utama dalam lingkaran setan kemiskinan. Salah satu cara untuk

mengatasinya adalah melalui perbaikan kualitas pendidikan. Pelayanan

pendidikan masyarakat yang paling elementer adalah pendidikan dasar, yang

oleh pemerintah diterjemahkan dalam program Wajib Belajar Sembilan Tahun.


14

Pemerintah hendak menjamin bahwa semua anak dapat bersekolah, sehingga

diperlukan alokasi anggaran pendidikan yang besar. Dalam pemenuhan

anggaran tersebut amanat amandemen UUD 1945 telah mensyaratkan alokasi

anggaran pendidikan minimal sebesar 20 persen dari total anggaran.

Rosen dalam Brata, (2005) menyatakan bagian terpenting pengeluaran

pemerintah yaitu Pengalokasian anggaran pemerintah untuk sektor pendidikan dan

kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam kebijakan anggaran.

Samuelson & Nordhaus (2004:395) menjelaskan pengeluaran pemerintah

mempunyai efek multiplier terhadap ekonomi makro riil dalam pergerakan jangka

pendek dari output dan ketenagakerjaan.

Sesuai dengan peranan pemerintah yaitu alokasi, distribusi dan stabilisasi.

Peranan tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi jika tujuan pembangunan

yaitu pengentasan kemiskinan ingin terselesaikan. Anggaran yang dikeluarkan untuk

pengentasan kemiskinan menjadi stimulus dalam menurunkan angka kemiskinan

dan beberapa persoalan pembangunan yang lain. Jumlah pengeluaran pemerintah

yang akan dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung banyak faktor. Salah

satunya adalah jumlah pajak yang akan diterima. Pajak yang diterima pemerintah

akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah. Sebagian dari

pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan

sebagian untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan. Perbelanjaan-

perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi

tingkat kegiatan ekonomi suatu Negara dalam Sukirno, (2010).


15

2.1.9. Hubungan Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan

Menurut Maier dalam Kuncoro, (1997:17) di kalangan para pakar

pembangunan telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi

tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan pangan, namun juga semakin

membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumber

daya manusia. Menurut Maier di kutip dari Kuncoro, (1997) jumlah penduduk dalam

pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan permasalahan mendasar. Karena

pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak

tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta

menekan angka kemiskinan. Sedangkan Dumairy, (1996: 68) menyatakan disisi lain,

alasan penduduk dipandang logis sebagai penghambat pembangunan, dikarenakan

jumlah penduduk yang besar dan dengan pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya

menambah beban pembangunan. Jumlah penduduk yang besar akan memperkecil

pendapatan perkapita dan menimbulkan masalah ketenagakerjaan.

Pertumbuhan penduduk juga menghalangi prospek tercapainya kehidupan

yang lebih baik karena mengurangi tabungan rumah tangga dan juga negara. Di

samping itu, jumlah penduduk yang terlampau besar akan menguras kas pemerintah

yang sudah sangat terbatas untuk menyediakan berbagai pelayanan kesehatan,

ekonomi dan sosial bagi generasi baru. Melonjaknya beban pembiayaan atas

anggaran pemerintah tersebut jelas akan mengurangi kemungkinan dan

kemampuan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup generasi dan mendorong

terjadinya transfer kemiskinan kepada generasi mendatang yang berasal dari

keluarga berpenghasilan menengah ke bawah dalam Todaro, (2006: 259-260).


16

Hubungan antara jumlah penduduk dengan tingkat kemiskinan dapat

berpengaruh positif dan dapat juga negatif, pengaruh tersebut tergantung pada

penjelasan di bawah ini: Dihubungkan dengan aspek kualitasnya, pertumbuhan

penduduk ini bisa berakibat positif dan bisa pula berakibat negatif. Pertumbuhan

penduduk yang berakibat positif apabila pertumbuhannya dapat mendorong

pembangunan ekonomi, artinya kenaikan jumlah penduduk dapat memungkinkan

bertambahnya tenaga kerja yang mampu mendorong sektor produksi untuk

meningkatkan kegiatan perekonomian.

Sedangkan pertumbuhan penduduk dapat berakibat negatif apabila

pertumbuhannya dapat menghambat pembangunan ekonomi, artinya pertambahan

penduduk tidak dapat meningkatkan produksi sehingga dapat menurunkan

kebutuhan konsumsi hasil produksi. Menurut teori Malthus dalam Todaro, (2006)

pertumbuhan penduduk yang pesat pada suatu negara akan menyebabkan

terjadinya kemiskinan kronis. Malthus melukiskan suatu kecenderungan universal

bahwa jumlah populasi di suatu negara akan meningkat sangat cepat menurut deret

ukur. Sementara itu, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin

berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, yaitu tanah, maka

persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung.


17

2.2. Penelitian Terdahulu

Dari berbagai Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya

dalam bentuk skripsi. Penelitian tersebut telah mendasari pemikiran penulis dalam

penyusunan skripsi, tetapi terdapat pula persamaan dan perbedaannya. Adapun

penelitian sebelumnya sebagai berikut:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Listyaningrum Kusuma Wardani (2013) dengan

judul “Pengaruh Pengangguran, Pengeluaran Pemerintah dan Jumlah Penduduk

Terhadap Kemiskinan Kab/Kota di Jawa Tengah Tahun 2006-2010”. Penelitian

ini menggunakan Alat Analisis Jalur dengan Persamaan Regresi. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Pengeluaran Pemerintah dan Pengangguran berpengaruh

signifikan terhadap kemiskinan. Sedangkan jumlah penduduk tidak berpengaruh

signifikan terhadap kemiskinan.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Sitti Maulidya (2015) dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sulawesi

Barat”. Penelitian ini menggunakan Alat Analisis statistik yaitu 2SLS (2 Stage

Least Square) dimana metode ini malalui dua tahap regresi dengan

menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Metode ini digunakan

untuk setiap persamaan dalam satu sistem (model) tanpa memberikan pengaruh

yang jelek pada persamaan lain dalam sistem (model). Hasil penelitian

menunjukan bahwa Pengeluaran pemerintah, pengeluaran pemerintah time lag 1

tahun, dan pengeluaran pemerintah time lag 2 tahun tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.


18

3) Penelitian yang dilakukan oleh Irhamini (2017) dengan judul “Pengaruh Jumlah

Penduduk, Pengangguran dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Kemiskinan di

Indonesia tahun 1986-2015”. Penelitian ini menggunakan Alat Analisis regresi

berganda atau OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian menunjukan

bahwa variabel jumlah penduduk dan pengangguran berpengaruh posititf dan

signifikan terhadap kemiskinan. Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Dwi Rahmwati (2017) dengan judul

“Analisa Pengaruh Jumlah Penduduk, Tingkat Pendidikan dan Tingkat

Pengangguran terhadap Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode

2006-2013”. Penelitian ini menggunakan Alat Analisis Random Effect Model.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel jumlah penduduk mempunyai

pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Variabel pendidikan (rata-

rata lama sekolah) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap

kemiskinan. Variabel pengangguran mempunyai pengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap kemiskinan.

5) Penelitian yang dilakukan oleh Deris Desmawan (2016) dengan judul “Analisis

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan

Terhadap Kemiskinan di Provinsi Lampung”. Penelitian ini menggunakan Alat

Analisis Reresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel

pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan mempunyai

pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel kemiskinan.


19

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Variable Teknik
No Peneliti Judul Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
Pengaruh
1)Penganggura Hasil penelitian
Pengangguran
n (X1) menunjukan bahwa
Pengeluaran Teknik
2)Pengeluaran Pengeluaran
Pemerintah Analisis
Listyaningrum Pemerintah Pemerintah dan
dan Jumlah Regresi
Kusuma (X2) pengangguran
Penduduk Linier
1 Wardani 3)Jumlah berpengaruh signifikan
Terhadap Berganda
(2013) Penduduk (X3) terhadap Kemiskinan.
Kemiskinan atau
4)Kemiskinan Sedangkan Jumlah
Kab/Kota di Ordinary
(Y) Penduduk tidak
Jawa Tengah Least Square
berpengaruh signifikan
Tahun 2006-
terhadap kemiskinan.
2010
Hasil penelitian
1) Pengeluaran menunjukan bahwa
Teknik
pemerintah Pengeluaran
Analisis
tahun t (X1) pemerintah,
2SLS2SLS (2
2) Pengeluaran pengeluaran
Stage Least
Pemerintah pemerintah time lag 1
Analisis Faktor- Square)
tahun t-1 (X2) tahun, dan
Faktor Yang dimana
3) Pengeluaran pengeluaran
Mempengaruhi metode ini
Sitti Maulidya Pemerintah pemerintah time lag 2
2 Tingkat malalui dua
(2015) tahun t-2 (X3) tahun tidak
Kemiskinan di tahap regresi
4) Investasi (X4) berpengaruh terhadap
Provinsi dengan
5) Pertumbuhan pertumbuhan ekonomi,
Sulawesi Barat menggunakan
Ekonomi (Y1) sedangkan
metode OLS
6) Kesempatan pertumbuhan ekonomi
(Ordinary
Kerja (Y2) berpengaruh negatif
Least
7) Kemiskinan dan signifikan
Square).
(Y3) terhadap tingkat
kemiskinan.

Hasil penelitian
menunjukan bahwa
Analisa
1) Jumlah variabel jumlah
Pengaruh
Penduduk Teknik penduduk dan
Jumlah
(X1) Analisis pengangguran
Penduduk,
2) Penganggura Regresi berpengaruh positif
Pengangguran
Irhamini n (X2) Linier dan signifikan
3 dan
(2017) 3) Pengeluaran Berganda terhadap kemiskinan.
Pengeluaran
Pemerintah atau Sedangkan variabel
Pemerintah
(X3) Ordinary pengeluaran
terhadap
4) Kemiskinan Least Square pemerintah
Kemiskinan di
(Y) berpengaruh negatif
Indonesia
dan signifikan
terhadap kemiskinan
20

Hasil penelitian
menunjukan bahwa
variabel jumlah
Analisa penduduk mempunyai
Pengaruh pengaruh negatif dan
Jumlah 1)Jumlah
signifikan terhadap
Penduduk, Penduduk (X1)
Tingkat 2)Tingkat kemiskinan. Variabel
Pendidikan Pendidikan pendidikan (rata-rata
Kurnia Dwi dan Tingkat (X2) Alat Analisis lama sekolah)
4 Rahmwati Pengangguran 3)Tingkat Random mempunyai pengaruh
(2017) terhadap Penganggura Effect Model negatif dan signifikan
Kemiskinan di n (X3) terhadap kemiskinan.
Daerah 4)Kemiskinan
Variabel
Istimewa (Y)
Yogyakarta pengangguran
Periode 2006- mempunyai pengaruh
2013 positif dan tidak
signifikan terhadap
kemiskinan.

Analisis 1)Pengeluaran Hasil penelitian


Pengaruh Pemerintah
menunjukan bahwa
Pengeluaran Sektor
Pemerintah Pendidikan variabel pengeluaran
Sektor (X1) Teknik pemerintah sektor
Deris
Pendidikan 2)Pengeluaran Analisis pendidikan dan sektor
5 Desmawan
dan Sektor Pemerintah Regresi kesehatan mempunyai
(2016)
Kesehatan Sektor Sederhana pengaruh negatif dan
Terhadap Kesehatan signifikan terhadap
Kemiskinan di (X2)
Provinsi 3)Kemiskinan variabel kemiskinan.
Lampung (Y)

Sumber: diolah dari penelitian terdahulu


21

Anda mungkin juga menyukai