Anda di halaman 1dari 2

Namaku Ruth Maria Triuslia Ginting, biasa dipanggil Ruth atau Utek.

Aku lahir di
Rumah Sakit Adam Malik, Medan, Sumatera Utara pada tanggal 21 November 2003.
Kelahiranku sangat menegangkan karena Mama dan aku hampir tidak selamat dikarenakan
tekanan darah Mama tinggi dan harus melahirkanku secara premature. Saat sehari sebelum aku
lahir, Ibuku pergi melayat Bibi yang meninggal dikarenakan terjatuh di kamar mandi keadaannya
yang sedang hamil tua. Mendengar alasan itu Mama takut sehingga tekanan darahnya tinggi.
Namun, dengan kekuatan Tuhan, Mama dan aku berhasil selamat.
Aku tumbuh dengan baik dibawah pengawasan keluarga yang selalu mengajarkanku
kebaikan dan ketakutann akan Tuhan. Dulu saat masih tinggal di Medan, aku dan keluarga pergi
ke kampung Ayah setiap minggu yang berada di Binjai. Saat sudah berada disana kami akan
bermain dengan sepupu dan keponakanku di halaman rumah Nenek atau di kebunnya. Kami
bermain petak umpet, badminton, menangkap ikan yang ada di sumur, memetik buah rambutan,
bermain air di sungai dan banyak lagi. Jika sudah berada disana kami tidak ingin kembali ke
rumah karena di Kota tidak ada yang semenyenangkan kampung Nenek. Terlebih Mama dan
Ayah yang jarang pulang kerumah karena sibuk bekerja.
Pada tahun 2007, aku masuk TK Budi Murni, Medan. Waktu itu aku tidak seceria
sekarang dan sangat pemalu, bahkan jika ada orang yang memanggil namaku aku akan menangis
dan menunjukkan ekspresi marah. Dengan sikapku yang seperti itu, aku hanya memiliki satu
teman dekat yang kebetulan rumahnya dekat dengan rumahku. Kami sering dikatakan anak
kembar karena penampilan kami hampir sama, dari rambut yang sama-sama ikal, tinggi badan
tidak terlalu berbeda, terlebih kami selalu pergi bersama-sama. Jika disitu ada aku, maka disitu
ada dia, begitu sebaliknya.
Tahun 2008, setelah sepeninggalan Nenek dari Ayah, aku dan keluarga bersama satu
sepupuku yang bekerja dengan Mama pindah ke Bandar Lampung. Mama ditugaskan untuk
mengurusi cabang perusahaan tempatnya bekerja disana yang memaksa kami untuk ikut pindah.
Disana aku masuk Sekolah Dasar di SD Xaverius 1 yang lokasinya tidak jauh dari tempat Ayah
bekerja. Namun, saat memasuki dua tahun di tempat itu, Ayah pindah kerja ke lokasi yang cukup
jauh dari rumah.
Di Bandar Lampung, sifatku yang pemarah dan pemalu berubah menjadi aku yang ceria
karena setiap pagi Mama pasti akan mengajakku berdiri di depan kaca dan menyuruhku untuk
tersenyum agar aku bisa melihat mana yang lebih baik, tersenyum atau marah. Sejak itu aku
memiliki banyak teman di sana, tetangga-tetanggaku pun sangat suka padaku karena sifatku yang
ramah. Tak hanya di rumah, di sekolahpun aku banyak dikenal orang karena aktif di
ekstakulikuler tari dan gemar sempoa. Karena mengikuti ekstrakurikuler itulah aku jadi suka dan
mahir menari dan menghitung.
Sayangnya pada 2013, aku harus meninggalkan kota Bandar Lampung dan kawan-kawan
karena Mama kembali dipindah tugaskan ke kota Palembang. Saat itu aku duduk di bangku kelas
5 dan melanjutkannya di SD Xaverius 1 Palembang. Karena masih terlalu asing disini dan takut
jika akan berpindah-pindah lagi, aku tidak terlalu aktif saat itu dan hanya menekuni hobiku
secara mandiri di rumah dan hanya sempat mengikuti acara Jambore Pekan Kekerabatan X di
Coban Rondo, Malang, Jawa Timur.
Pada tahun 2015, aku melanjutkan sekolahku di SMP Xaverius 6 yang satu lokasi dengan
SDku sebelumnya. Saat SMP aku mulai mengaktifkan diri lagi karena sudah bisa beradaptasi.
Aku mengikuti banyak kegiatan saat itu, seperti OSIS, Pramuka Inti, koor, tari, jurnalistik, dan
voli. Karena itu aku cukup sering mengikuti kegiatan di luar sekolah, seperti Perkemahan antar
sekolah Katolik, FLS2N tahun 2016 dan 2017 dan banyak lagi. Akupun menemukan sahabat
yang sangat menyenangkan dan bertahan sampai saat ini. Kami sering menjadi perwakilan dari
sekolah untuk perlombaan dibidang non-akademik karena kempuan dan hobi yang hampir sama.
Banyak kenangan dan prestasi yang kami ciptakan bersama. Namun, saat lulus dari SMP kami
harus berpisah karena pilihan sekolah SMA yang berbeda.
Tahun 2018, aku masuk di SMA Xaverius 1 Palembang. Saat hari ketiga MOS aku
terpilih untuk bergabung di Pasukan 45 yang akan bertugas di Upacara Kemerdekaan di sekolah.
Karena itu jadi tertarik dengan dunia paskibra melanjutkan untuk mengikuti ekstrakurikuler
PAKAXA. Saat lulus menjadi anggota PAKAXA, aku sangat bangga dan bahagia karena mampu
melewati banyak seleksi yang diadakan pada saat aku masih di kelas X. Bahkan hingga di tahun
ke 3 menjadi anggota PAKAXA pun masih banyak seleksi yang di lewati.
Pada bulan Oktober di tahun yang sama, saat sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
aku mengalami peristiwa yang berkesan. Waktu itu kelasku sedang belajar materi semaphore di
atas atrium sekolah, aku sangat bersemangat waktu itu untuk menunggu giliran pengambilan
nilai semaphore. Jadi, aku dan teman sereguku berlatih di belakang dan sedikit bermain-main,
saat kami sedang asik berlatih tak sengaja aku terjatuh dari atas atrium ke pinggir kolam yang
ada disana dan temanku terjatuh ke atas tanaman bunga didekatku. Karena jarak yang cukup
tinggi dan tempat pendaratanku adalah batu, kepalaku bocor hingga harus diberi 5 jaitan.
Peristiwa itu sangat diingat oleh teman sekelasku pada saat itu dan tentunya oleh diriku juga.

Anda mungkin juga menyukai