Anda di halaman 1dari 3

KEBAHASAAN DALAM NOVEL

RARA MENDUT-SEBUAH TRILOGI KARYA Y.B MANGUNWIJAYA


OLEH RUTH MARIA TRIUSLIA GINTING (XII MIPA 2/26)

A. IDENTITAS BUKU
JUDUL BUKU : RARA MENDUT
PENGARANG : Y.B MANGUNWIJAYA
PENERBIT : PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
TEMPAT TERBIT : Jl. Palmerah Barat 33-37, Lt 2-3, Jakarta
10270 Anggota IKAPI, Jakarta 2008
ISBN : 978-979-22-3583-8

B. SINOPSIS
Roro Mendut adalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pesisir pantai. Tumbuh
menjadi wanita kuat dan lincah karena kegemaran bermain di hamparan pasir pantai. Ia berbeda
dengan wanita lainnya yang sangat menginginkan menjadi istri adipati ataupun pangeran. Roro
Mendut memiliki julukan sendiri di kampungnya, Duyung Srikandi Laut, begitulah para nelayan
memanggilnya. Perempuan sederhana yang hanya menginginkan kebebasan dan gemar
mengikuti Wa-nya untuk menangkap ikan. Suatu saat setelah selesai menangkap ikan, ia
memaksa Wanya untuk mengangkatnya menjadi anak angkat entah karena apa. Pasukan Adipati
Pragola tertarik dengannya dengan bantuan Pak Lurah yang menghantarkan mereka ke kapal
Siwa dan ingin menjadikan Rara Mendut sebagai istrinya.

C. KEBAHASAAN dalam NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD


TOHARI
CONTOH KALIMAT atau
N UNSUR PARAGRAF atau PERISTIWA yang
ARGUMEN
O KEBAHASAAN SESUAI DENGAN UNSUR
KEBAHASAAN.
Tetapi, kekayaan tak ternilai yang Kata
mereka nikmati ialah kemerdekaan, “senggakan”
Menggunakan Bahasa cakrawala luas, lagu-lagu baru, deu memiliki arti
1. a.
daerah angin, dan bunyi gairah senggakan sahutan dalam
merpati-merpati laut. lagu Jawa dalam
Kata “senggakan” Bahasa Bali.
Kata “Wa”
“Kenapa tertawa, Wa?” Tanya gadis
memiliki arti
b. yang baru saja membuka matanya itu.
paman-tua dari
Kata “Wa”
Bahasa Jawa.
Kata “Matur
Nuwun” berasal
Sekali lagi: “Angkaaat! Hanaaaaaa
dari Bahasa
c. HING! Iyah! Matur Nuwun”
Sunda yang
Kata “Matur Nuwun”
berarti
terimakasih.
“Saya tidak iri. Saya cuman bilang
bahwa perempuan… (Memandang ke Kata “Duh
arah kampong) Duh Gusti! Mereka Gusti” berasal
datang kemari. Mati kita! Mati! Ndut, dari Bahasa
d.
sini!” Dan didekapnya si gadis, lalu Jawa yang
ditariknya bersembunyi dibalik berarti Aduh
perahu.” Tuhan.
Kata “Duh Gusti”
“Kowe ora ngerti? Itu serdadu. Kata “Serdadu”
Menggunakan kata Serdadu, itu serdadu. Ayo lekas lebih umum
2. a.
lampau. kemari.” digunakan pada
Kata “Serdadu” jaman kerajaan.
Tetapi tidak seperti hari-hari lazim,
dari dalam buih-buihan putih
Kata “buih-
mendidih muncullah wajah, lalu
buihan putih
sosok seorang gais berkuncup-
mendidih
kuncupp harapan; basah kuyup,
Menggunakan kalimat muncullah
3. a. rambut panjang sebagiann terurai tak
majas hiperbola wajah”
keruan dari ikatan tertawa bahagia
menunjukkan
karena baru saja ter-kapyuk
makna buih
serombongan riak riak nakal.
ombak laut.
Kata “buih-buihan putih mendidih
muncullah wajah”
Kata
Semalam suntuk mereka harus
“gelombang-
bergulat melawan angin dan
gelombang
Menggunakan kalimat gelombang-gelombang buas yang
4. a. buas” seolah
majas personifikasi seolah-olah tidak pernah mau
olah mengatakan
berdamai dengan dirinya;
bahwa ombak
Kata “gelombang-gelombang buas”
hidup.
D. ANALISISKU
Novel Rara Mendut karya Y.B. Mangunwijaya diisi dengan berbagai kebahasaan yang
menggambarkan warna dari beberapa daerah seperti Bali, Jawa, Sunda. Penulis membaca novel
dari halaman 4 sampai 15 dan menemukan berbagai keunikan yang tidak familiar di penulis
namun sangat indah kata-katanya. Keunikan ataupun penggunaan kebahasaan sangat dominan
digunakan pengarang dari sisi penggunaan kata benda, seperti :
Tetapi ia ditolong oleh nelayan tua di sampingnya, yang bersama pemuda nelayan
seorang lagi di sisi lambung sebelahnya bersusah payah mengangkat cadik-cadik
perahu agar naik ke darat. (hal. 4)
Namun akibatnya, para abang nelayanlah yang harus bertempur mencari selamat
dalam huru hara air asin yang kacau itu. (hal. 4)
Gelombang-gelombang (hal. 4)
Disisi lain, pengarang menggunakan ciri kebahasaan selalu digunakan, antara lain :
Istrinya juga sudah berkali-kali berbisik padanya apakah belum saatnya mereka
meminta pada ibu si dara agar boleh memungut gadis pecinta laut ini menjadi
anak angkat. (hal. 7)
Siwa-tua tak berani meneruskan khayalan: istrinya bertengkar dengan Duyung
Srikandi Laut ini. Cinta orang sering aneh. Menjengkelkan dapat berarti tidak
menyenangkan. Tetapi gadis cantik yang menjengkelkan justru yang sangat
didambakan.” (hal. 8)
Yang ia lihat hanya moncong-moncong, dada-dada kekar, dan kaki-kaki kuda
yang mengepul-ngepulkan debu dan sosok-sosok perkasa serba-merah papaya
berpelisir kencana gemerlapan, batang-batang tombak yang menjulur, dan baying-
bayang lain yang terlalu asing bagi kaum nelayan, sehingga segala-galanya
seolah-olah hanya berpusing-pusing saja. (hal. 11)
Sehingga penulis menyimpulkan pengarang Rara Mendut dalam penggalan halaman 4-15 bahwa
novel sejarah ini sangat menarik karena menggunakan kata-kata yang indah dan kebahasaan
yang lengkap dan rinci meskipun sedikit membingungkan karena memiliki kata-kata lampau dan
majas-majas yang memiliki arti rinci yang tidak familiar di jaman sekarang.

Anda mungkin juga menyukai