Anda di halaman 1dari 9

STUDI RINGKAS PEMEROLEHAN BAHASA PADA

ANAK

Siti Salamah

PBSI, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta e-mail


: sitisalamah044@gmail.com

ABSTRACT

Language acquisition is an important part of a person's life. Language is a means of


communication and social interaction that must be mastered an early by someone.
Good capability in an early language mastery will support the quality of human life,
especially in the social interaction aspect . Considering the importance of early
language acquisition, child language acquisition is importance to be studied. This
paper is presents a brief overview of language acquisition in terms of the ways and the
stages of language acquisition in children. Furthermore, this paper is also presents the
design and research methods into language acquisition.

Keywords: language acquisition, language acquisition method, and the stage of child
language acquisition

ABSTRAK
Pemerolehan bahasa merupakan bagian penting dari kehidupan seseorang.
Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi sosial yang harus dikuasai seseorang
sejak dini. Penguasaan bahasa yang baik sejak dini akan menunjang kualitas hidup
manusia, terutama dalam aspek interaksi sosial. Mengingat pentingnya penguasaan
bahasa sejak dini, pemerolehan bahasa pada anak perlu dikaji. Pada makalah ini
disajikan tinjauan ringkas mengenai pemerolehan bahasa (language acquisition) dari
segi desain dan metode penelitian pemerolehan bahasa, cara pemerolehan bahasa, dan
tahapan pemerolehan bahasa pada anak.

Kata Kunci: pemerolehan bahasa, cara pemerolehan bahasa, dan tahap pemerolehan
bahasa

PENDAHULUAN bahasa yang dilakukan oleh anak secara


Pemerolehan bahasa natural pada waktu dia belajar bahasa
didefinisikan sebagai proses penguasaan ibunya (Dardjowidjojo, 2005: 225).
73
Pemerolehan bahasa tersebut merupakan penelitian yang mengikuti
proses bawah sadar, atau proses mental perkembangan selama rentang waktu
yang mengarah pada kompetensi tertentu (seringkali sampai bertahun-
berbahasa dan penguasaan tata bahasa tahun), dengan subjek biasanya hanya
(Richard, 2002: 284). Kajian terhadap seorang atau beberapa anak. Desain
pemerolehan bahasa pada hakikatnya cross sectional adalah desain penelitian
terdiri dari dua aspek, yaitu (i) bahasa pada suatu titik waktu tertentu dengan
apakah yang diperoleh anak, serta (ii) banyak subjek. (Dardjowidjojo, 2005:
bagaimana anak memperoleh bahasa 229).
(Taylor, 2003: 151). Bahasa yang Metode pemerolehan bahasa
diperoleh tentu saja berupa bahasa ibu dapat menggunakan metode observasi,
anak tersebut. Cara memperolehnya wawancara, serta eksperimental.
dapat dilihat dari aspek teoritis Metode wawancara digunakan untuk
(beberapa aspek teori), maupun dari mengecek ulang sesuatu yang ingin
tahapan-tahapan pemerolehan bahasa dikaji kebenarannya oleh peneliti
pada anak. (Dardjowidjojo, 2005: 228). Metode
eksperimental merupakan metode
PEMBAHASAN Desain dan Metode peneliti untuk mengetahui jawaban dari
Penelitian Pemerolehan Bahasa pada
suatu permasalahan dalam topik
Anak
tertentu, sehingga dapat diketahui hasil
Dalam kajian pemerolehan
yang dapat diprediksikan (Marquez,
bahasa, bahasa dipelajari dari sudut
2007: 70). Metode eksperimental ini
ontogeni dan poligeni,
melibatkan campur tangan kontrol
yaitu perkembangan bahasa pada
peneliti yang bertujuan untuk
setiap individu yang berbeda serta
memeroleh jawaban dari salah satu topik
perkembangan bahasa melalui
mengenai pemerolehan bahasa yang
tahaptahapnya dalam sejarah (Musfiroh,
diinginkannya (Westbury, 1998: 90).
2002: 92). Sudut pandang tersebut
Pemerolehan data pada ketiga metode
tercermin pada dua desain penelitian
tersebut dapat dilakukan dengan teknik
pemerolehan bahasa pada anak, yaitu
rekam, baik audio maupun visual (Wray,
desain longitudinal dan cross sectional.
1998: 187); dilakukan dengan teknik
Desain longitudinal merupakan desain

74
pancing sebagai stimulus bagi anak mental dan berdasarkan kapasitas
(informan) dalam metode wawancara kognitif anak dalam menemukan
(Mahsun, 2006: 94;); dilakukan dengan struktur bahasa melalui lingkungan
teknik simak libat cakap – bebas libat sekitarnya. Teori kognitif menegaskan
cakap dan catat (istilah Sudaryanto, bahwa alam dan organisme merupakan
1988: 3—4) menggunakan buku harian. suatu kesatuan fungsional yang tak
terpisahkan (lihat Musfiroh, 2002: 92).
Cara Pemerolehan Bahasa pada Anak Dengan demikian, teori kognitif
Cara anak memperoleh bahasa, mengakui adanya potensi bawaan
secara garis besar, terbagi menjadi tiga manusia sekaligus memperhatikan aspek
teori, yaitu teori pemerolehan bahasa lingkungan di sekitar anak.
yang behavioristik, nativistik, dan Adanya LAD pada otak serta
kognitifistik. Teori behavioristik pengaruh gen diakui oleh
menekankan bahwa pemerolehan bahasa kaum kognitifistik sebagai alat bawaan
pada anak karena adanya pengajaran yang berperan dalam pemerolehan
dari lingkungan sekitarnya. Anak bahasa (Ramus, 2006: 248). LAD ini
dipandang tidak mempunyai bekal apa- terletak di daerah Broca (hemisfer kiri
apa dan memperoleh pengetahuan dari otak pada bagian depan) dan daerah
alam sekitar (lihat Brown, 2005: 761). Wernicke (hemisfer kiri otak pada
Teori nativistik (Chomsky, 2009: 49) bagian tengah) (lihat Amunts, 2006:17
menyatakan bahwa anak dapat —18). Selain LAD pada otak, penemuan
memperoleh dan mengembangkan terbaru menunjukkan adanya pengaruh
kemampuan berbahasa karena mereka gen dalam kemampuan pemerolehan
mempunyai apa yang disebut sebagai bahasa. Pada tahun 2001, dua ilmuwan
innate language faculty atau lebih genetika Oxford menemukan adanya
dikenal dengan Language Acquisition gen penentu kemampuan berbahasa
Device (LAD). Teori kognitifistik, yang disebut gen FOXP2. Perubahan
dalam hubungannya dengan pada gen ini dapat menyebabkan
pemerolehan bahasa, merupakan teori seseorang tidak mampu berbahasa
yang mengakomodasi dua teori seperti yang terjadi pada beberapa
sebelumnya. Teori kognitif memandang
pemerolehan bahasa sebagai hasil kerja
75
anggota keluarga berinisial KE di bulan, bayi mulai dapat membedakan
Inggris (Valian, 2009: 30—31). suara ibunya dengan suara orang lain.
Pada tahap ini bayi dipersiapkan mulai
Cakupan dan Tahapan Pemerolehan membedakan percakapan dari suara lain.
Bahasa pada Anak Pada usia 5-12 bulan, bayi
Anak memperoleh bahasa masuk tahapan babbling. Bayi pada usia
melalui tahapan-tahapan yang berlaku 5-6 bulan mulai memasuki
universal. Tahapan awal dimulai ketika tahap babbling atau mengoceh. Ocehan
anak lahir sebagai bayi hingga mencapai anak dimulai dengan
usia 11 tahun dimana usia tersebut pengucapan bunyi vokoid, lalu
merupakan usia matang dalam paduan kontoid dan vokoid secara
berbahasa. Berikut ini dipaparkan serentak. Pada umumnya, anakanak
tahapan-tahapan pemerolehan bahasa mulai mengoceh dengan vokal tengah
pada anak yang berasal dari ramuan dan konsonan bilabial terlebih dahulu.
beberapa referensi. Di sisi lain, meskipun sangat jarang,
Ketika lahir, bayi akan menangis konsonan glotal juga diucapkan pada
(kecuali yang menderita tunawicara tahap ini. Frekuensi ocehan akan
sejak lahir). Tangisan bayi dipandang meningkat hingga rentang usia 9-12
sebagai tahapan awal dalam bulan. Pada usia 10 bulan, anak sudah
pemerolehan bahasa pada anak karena mulai memahami perintah yang disertai
memiliki makna komunikasi instingtif gesture dan intonasi yang jelas.
yang berfungsi sebagai pemberitahuan. Pertanyaan ―sayang, giginya mana?‖
Tahap selanjutnya adalah mendengkur akan direspon anak dengan
yang rata-rata muncul pada usia 6 menunjukkan gigi susunya pada
minggu. Para ahli berpendapat bahwa penanya.
mendengkur berfungsi melatih alat ucap
Anak mulai menghasilkan
bayi. Pada akhir bulan kedua, bayi mulai
katakata pertama ketika memasuki usia
dapat membuat bunyi lembut berupa
1 tahun hingga 1;4 tahun. Jumlah
tanggapan [o..o..]. Bayi mulai
ocehan mulai menurun. Anak
menanggapi orang tua yang
mulai
mengajaknya berbicara. Bayi juga mulai
bisa tertawa dan mendekut. Pada usia 3

76
―menemukan‖ bahwa kata-kata Setelah usia 2 tahun, anak mulai
merujuk pada sesuatu. Anak mulai dapat menyusun kalimat sederhana.
melakukan serangkaian proses kognitif anak-anak mulai menggunakan katakata
untuk menghubungkan bunyi ujaran dalam bentuk teratur untuk membuat
ibunya dengan objek yang dilihatnya. kalimat. Anak-anak penutur bahasa
Anak mulai melakukan serangkaian uji Inggris mulai dapat menyusun kalimat
coba, ada kalanya berhasil dan ada ―I going school‖ sebelum dapat
kalanya gagal. Jika berhasil, anak akan membuat kalimat yang benar ―I am
mengakuisisi kata tersebut. Sebaliknya, going to school‖. Penelitian tahun 2006
anak akan mengalami berbagai kasus menunjukkan bahwa anak-anak Spanyol
kesalahan pemaknaan jika gagal. usia 2:11 mampu menguasai kalimat
Pada usia 1;6 hingga 2;0 anak sederhana dengan akurasi 98% (Bowles,
telah dapat mengakuisisi sekitar 50 kata. 2009: 201).
Anak-anak pada usia ini mulai Anak sudah mulai menggunakan
menggabungkan kata menjadi kalimat kalimat kompleks pada usia tiga tahun.
sederhana berbentuk Nomina +verba Pada usia ini, anak sudah menggunakan
atau Nomina+Adjektiva, misalnya kalimat majemuk setara dengan
―maem loti‖, ―Echa nyanyi‖. Ujaran konjungsi dan serta kalimat majemuk
tersebut disebut kalimat telegrafik bertingkat. Contoh bentuk kalimat
karena berbentuk mirip telegram, bagian tersebut, yaitu ―Boni main bola dan
yang ditonjolkan hanya katakata yang tongkat.‖, ―Echa minum susu biar
penting saja. Tabel di bawah sehat‖. Kemahiran penggunaan kalimat
menunjukkan kemampuan anak tersebut seiring dengan semakin
memperoleh kata-kata setiap harinya banyaknya anak mengakuisisi kata.
mulai dari usia 18 bulan bahkan hingga Pada usia 3:6 anak mulai
18 tahun. membentuk konstruksi gramatikal
18 bulan 6 tahun 18 tahun secara lebih jelas bahkan bagi orang
_ _ _| 10 kata per hari | naik menjadi 20 kata per hari |
yang baru dikenal. Konstruksi kalimat
____
↑ ↑ ↑ masih belum bervariasi. Meskipun
50 words 14,000 words 60,000 words demikian, anak sudah mampu berbicara
(O’Grady, 2005)
secara baik untuk beberapa topik. Pada

77
usia 4-5 tahun, anak sudah menguasai Anak mencapai perkembangan
secara tuntas semua bunyi yang esensial bahasa yang matang setelah usia 11
bagi perkembangan bahasanya. Pada tahun. Pada usia tersebut, anak mampu
rentang usia tersebut, anak tidak hanya menghasilkan tuturan yang setara
menerima inventaris fonetik dan sistem dengan tuturan orang dewasa. Salah
fonologi tetapi juga mengembangkan satunya berupa kemampuan
kemampuan menentukan bunyi mana mengucapkan kalimat perintah yang
yang dipakai untuk membedakan makna dianggap sopan, sebagaimana contoh
Anak sudah mahir menggunakan berikut.
kalimat kompleks pada usia 5 tahun. ―Mari…silakan masuk, Pak!‖
Mereka mulai dapat membuat berbagai ―May I help you?‖ ―Bolehkan
kalimat dengan menggunakan kata-kata saya menolong Saudara?‖
deiktik seperti aku-kamu, sana-sini,
kanan-kiri. Anak mulai dapat menyusun
KESIMPULAN
kalimat yang rumit dengan benar, dan
Pemerolehan bahasa pada anak
makin sering intensitas penggunaannya.
dapat dikaji dengan desain penelitian
Akan tetapi, pemahaman anak sering
longitudinal dan cross sectional serta
kali mengalami kekeliruan penafsiran
menggunakan tiga metode, yaitu metode
kalimat yang memerlukan perhatian.
observasi, wawancara, dan
The rabbit is very nice to eat.
eksperimental. Secara teoritis dan
―Kelinci itu enak untuk dimakan.‖ The aplikatif, cara pemerolehan bahasa pada
rabbit is eager to eat. anak dapat dilihat dari segi
―Kelinci itu bernafsu untuk makan.‖ behaviouristik, nativistik, dan
Tuturan yang diujicobakan Chomsky kognitifistik. Segi kognitifistik
pada sekelompok anak usia 5-8 tahun merupakan segi yang mengakomodasi
tersebut akan ditafsirkan sama oleh kedua teori sebelumnya. Pemerolehan
subjek. Hal itu membuktikan bahwa bahasa pada anak dimulai sejak lahir
anak masih mengalami kesulitan yang ditandai dengan tangisan hingga
memahami makna kalimat rumit orang usia 11 tahun. Kemampuan berbahasa
dewasa. anak juga berbanding lurus dengan
kemampuannya mengakuisisi jumlah

78
kata. Pada usia 11 tahun, anak sudah Jakarta: Yayasan
Obor
mulai matang kemampuan
Indonesia.
berbahasanya.
Fernald, Anne dan Virginia A.
Marchman. 2006. ―Language
Learning in Infancy‖ dalam
Daftar Pustaka Matthew J. Traxler dan Mortons
Amunts, Katrin dan Karl Zilles. 2006. A. Gernsbacher. (eds.).
―A Multimodal Analysis of Handbook of Psycholinguistics
Structure and Function Second Edition. London:
in Broca’s Region‖ dalam Yosef Academic Press dan Elsevier.
Grodzinsky dan Katrin Amunts
(eds.). Broca’s Region. Oxford: Field, John. 2003. Psycholinguistics: A
Oxford University Press. Resource Book for Students.
New York: Routledge.
Bowles, Melissa and Silvina Montrul.
2009. ―Instructed L2 Glezerman, Tatyana dan Victoria
Acquisition of Differential Balkoski. 2002. Language,
Object Marking in Spanish‖ Thought, and The Brain (A
dalam Series in Psycholinguistics).
Ronald P. Leow, Héctor New York: Kluwer Academic
Campos, and Donna Lardiere Publishers.
(eds). Little Words: Their
History, Phonology, Syntax,
Mahsun. 2006. Metode
Semantics, Pragmatics, and
Penelitian Bahasa:
Acquisition. Washington:
Tahapan, Strategi, dan
Georgetown University Press.
Tekniknya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Brown, Keith. 2005. Encyclopedia of
Language and
Marquez, Monica Gonzalez-, Raymond
Linguistics Second
B. Becker, dan
Edition. Oxford:
James E.
Elsevier.
Cutting. 2007. ―An
introduction to experimental
Chomsky, Noam. 2009. Cartesian
methods for language
Linguistics A Chapter in The
researchers‖ dalam Monica
History of Rationalist Thought
Gonzales Marquez, Irene
(James McGilvray ed.). New
Mittelberg, Seana
York: Cambridge University
Coulson, dan Michael J. Spivey
Press.
(eds.). Methods in Cognitive
Linguistics. Amsterdam: John
Dardjowidjojo, Soenjono.
Benjamins Publishing Co.
2005. Psikolinguistik Pengantar
Pemahaman Bahasa Manusia.

79
Musfiroh, Tadkiroatun. 2002. Diktat Mind and World 2nd Edition.
Kuliah. Pengantar Malaysia: Pearson Education
Psikolinguistik. Yogyakarta: Malaysia.
Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakarta. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik
Bagian Kedua: Metode dan
O’Grady, William. 2006. How Children Aneka Teknik
Learn Language. Cambridge: Pengumpulan Data. Yogyakarta:
Cambridege University Press. Gadjah Mada University Press.

Ramus, Franck. 2006. ―Genes, brain, Taylor, Talbot J., dan Stuart Shanker.
and Cognition: A Roadmap for 2003. ―Rethinking Language
the Cognitive Scientist‖ dalam Acquisition: What The Child
Science Direct hal. 247-269. Learns‖ dalam Davis, Hayley G.
Diunduh pada tanggal 20 Mei dan Talbot J. Taylor. (eds).
2010 dari http://www. Rethinking Linguistics.
elsevier.com/locate/COGNIT. New York: Routledge Curzon.

Richard Jack C.dan Richard Schmidt. Tomasello, Michael. 2007. ―Chapter


2002. Longman Dictionary of 41: Cognitive linguistics and
Language Teaching and Applied First Language Acquisition‖
Linguistics. London: dalam Dick Geeraerts dan
Pearson Education Ltd. Hubert Cuyckens (eds). The
Oxford Handbook of Cognitive
Steinberg, Danny, Hiroshi Nagata, dan Linguistics. Oxford: Oxford
David P. Aline. 2001. University Press.
Psycholinguistics: Language,

Valian, Virginia. 2009. ―Innateness and

Learnability‖ dalam Bavin,


Edith L. (eds). The Cambridge
Handbook of Children

Language. Cambridge:
Cambridge University Press.

Westbury, Chris. 1998. ―Research


Strategies: Psychological and
Psycholinguistic Methods in

Neurolinguistics‖ dalam Brigitte


Stemmer dan Harry A.
Whitaker. (eds). Handbook of

80
Neurolinguistics. London:
Academic Press Ltd.

Wray, Alison, Kate trott, dan Aileen


Bloomer. 1998. Projects In
Linguistics A Practical Guide to

Researching Language. London:


Arnold-A member of the
Hodder Headline Group.
ical and Psycholinguistic Methods

81

Anda mungkin juga menyukai