MEDICATION ERROR
Di Susun Oleh :
Kelompok :3
MUHAMMAD HAIKAL (P07139018056)
MUHAMMAD IQRAM (P07139018057)
MULYA SUKMA (P07139018058)
MUZAINUL AKMAL (P07139018059)
NADAA ULAYYA (P07139018060)
NADYA RACHMATUNNISA (P07139018061)
NISA UL FITRIA (P07139018062)
PENDAHULUAN
Data tentang KTD maupun Kejadian Nyaris Celaka (KNC) di Indonesia belum
banyak dilaporkan, padahal diketahui telah terjadi peningkatan tuduhan mal-praktek yang
belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir (DepKes RI, 2006). Kejadian medication error
sebenarnya merupakan kejadian yang bisa dicegah. Analisis kejadian dalam proses pelayanan
farmasi, medication error menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien. Hal
ini memerlukan pendekatan sistem untukmengelola (DepKes RI, 2008). Padahal standar
untuk kejadian kesalahan pemberian obat adalah 0%.
Penelitian lain oleh Simamora, dkk (2011) menyimpulkan bahwa peran Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) di ruang perawatan dapat menurunkan angka kejadian medication
error, setelah diberikan pemahaman sesuai dengan tugas dan fungsinya. Terdapat penurunan
angka kejadian medication errorsebesar 32,09% setelah dilakukan partisipasi oleh TTK,
penyebab medication error adalah adanya ketidaksesuaian penulisan instruksi antara catatan
medik dan resep, tingginya beban kerja perawat, kurang adanya komunikasi yang baik antara
dokter, perawat dan tenaga farmasi, serta sistem distribusi yang kurang tepat. Adanya kerja
sama antara semua pihak sangatdiperlukan untuk mencegah atau mengurangi medication
error. Penempatan TTK seharusnya dipertimbangkan untuk dapat berperan aktif
meminimalkan medication error, serta diperlukan sinkronisasi penulisan pada lembar catatan
medik dan resep.
RSUD Dr. Moewardi sebagai rumah sakit rujukan tertinggi tipe A, memiliki tujuan
untuk menjaga mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Berdasarkan survei
pendahuluan, RSUD Dr. Moewardi sudahmemiliki manajemen khusus yang menangani
patient safety. Medication error secara kuantitas menduduki peringkat teratas, yang terjadi
pada jenis pelayanan medik, pelayanan obat, kompetensi karyawan dan kepemimpinan.Rata-
rata kasus medication error dan KNC di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2013 adalah 84
kasus, dan untuk rata-rata kasus medication error dan KNC sampai pertengahan tahun 2014
ditemukan 34 kasus (Buletin RSDM, 2014).
Kejadian medication error dan KNC merupakan kejadian yang sebenarnya dapat
dicegah sampai titik zero accident (tidak terjadi kejadian).Tiap-tiap unit di rumah sakit harus
melaporkan setiap kejadian kepada tim patient safety, yang selanjutnya akan dilaporkan
kepada direktur. Selain itu tim patient safety akan membuat pembelajaran atas rekapan
kejadian yang telah terjadi kepada tiap-tiap unit. Akan tetapi, belum ada upaya tindak lanjut
terhadap pembelajaran tersebut oleh petugas di tiap unit rumah sakit. Hal ini akan menjadi
masalah dalam implementasi manajeman keselamatan pasien di RSUD Dr. Moewardi. Oleh
sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang implementasi manajemen keselamatan
pasien (patient safety) dalam usaha pencegahan medication error di RSUD Dr. Moewardi
tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis usaha yang dilakukan oleh rumah sakit dalam upaya
membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien terutama hal berhubungan
dengan pencegahan medication error.
b. Menganalisis usaha yang dilakukan oleh rumah sakit dalam membangun
komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang patient safety terutama hal yang
berhubungan dengan pencegahan medication error.
c. Menganalisis usaha yang dilakukan oleh rumah sakit dalam upaya
membangun/mengembangkan sistem dan proses manajemen risikoserta
melakukan identifikasi dan penilaian terhadap potensial masalah terutama yang
berkaitan dengan medication error.
d. Menganalisis sistem pelaporan dalam manajemen keselamatan pasien di
rumah sakit dalam usaha pencegahan medication error.
e. Menganalisis sistem komunikasi yang melibatkan pasien dalam manajemen
keselamatan dalam usaha pencegahan medication error.
f. Menganalisis cara pembelajaran dan berbagai pengalaman tentang pencegahan
medication error sesama staf dalam manajemen keselamatan pasien di rumah
sakit.
g. Menganalisis usaha yang dilakukan dalam upaya mencegah cidera akibat
medication error melalui implementasi keselamatan pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Administration Error
Kesalahan pada fase administration adalah kesalahan yang terjadi pada proses
penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau
keluarganya. Kesalahan yang terjadi misalnya pasien salah menggunakan
supositoria yang seharusnya melalui dubur tapi dimakan dengan bubur, salah
waktu minum obatnya seharusnya 1 jam sebelum makan tetapi diminum bersama
makan. Jenis kesalahan obat yang termasuk administration errors yaitu:
a. Kesalahan karena lalai memberikan obat
Gagal memberikan satu dosis yang diorder untuk seorang pasien, sebelum
dosis terjadwal berikutnya.
b. Kesalahan karena waktu pemberian yang keliru
Pemberian obat di luar suatu jarak waktu yang ditentukan sebelumnya dari
waktu pemberian obat terjadwal.
c. Kesalahan karena teknik pemberian yang keliru
Prosedur yang tidak tepat atau teknik yang tidak benar dalam pemberian
suatu obat.
Kesalahan rute pemberian yang keliru berbeda dengan yang ditulis;
melalui rute yang benar, tetapi tempat yang keliru (misalnya mata kiri
sebagai ganti mata kanan), kesalahan karena kecepatan pemberian yang
keliru.
d. Kesalahan karena tidak patuh
Perilaku pasien yang tidak tepat berkenaan dengan ketaatan pada suatu
regimen obat yang ditulis. Misalnya paling umum tidak patuh menggunakan terapi
obat antihipertensi.
e. Kesalahan karena rute pemberian tidak benar
Pemberian suatu obat melalui rute yang lain dari yang diorder oleh dokter,
juga termasuk dosis yang diberikan melalui rute yang benar, tetapi pada tempat
yang keliru (misalnya mata kiri, seharusnya mata kanan).
f. Kesalahan karena gagal menerima obat
Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat, tetapi untuk alasan farmasetik,
psikologis, sosiologis, atau ekonomis, pasien tidak menerima atau tidak
menggunakan obat.
4. Dispensing Error
Kesalahan pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga
penyerahan resep oleh petugas apotek. Salah satu kemungkinan
terjadinya error adalah salah dalam mengambil obat dari rak penyimpanan karena
kemasan atau nama obat yang mirip atau dapat pula terjadi karena berdekatan
letaknya. Selain itu, salah dalam menghitung jumlah tablet yang akan diracik,
ataupun salah dalam pemberian informasi. Jenis kesalahan obat yang
termasuk Dispensing errors yaitu :
a. Kesalahan karena bentuk sediaan
Pemberian kepada pasien suatu sediaan obat dalam bentuk berbeda dari yang
diorder oleh dokter penulis.
Penggerusan tablet lepas lambat, termasuk kesalahan.
b. Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru
Sediaan obat diformulasi atau disiapkan tidak benar sebelum pemberian.
Misalnya, pengenceran yang tidak benar, atau rekonstitusi suatu sediaan
yang tidak benar. Tidak mengocok suspensi. Mencampur obat-obat yang
secara fisik atau kimia inkompatibel.
Penggunaan obat kadaluarsa, tidak melindungi obat terhadap pemaparan
cahaya.
c. Kesalahan karena pemberian obat yang rusak
Pemberian suatu obat yang telah kadaluarsa atau keutuhan fisik atau kimia
bentuk sediaan telah membahayakan. Termasuk obat-obat yang disimpan secara
tidak tepat.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
• Pulpen
• Scanner
3.2 Bahan
RUANGAN : ICU
Tidak
R/ Asam Salisilat 2%
Mf la da in pot\
NRM : 1-25-80-09
Nama : Bahagia bin Fakri
Etiket :
IDENTITAS PASIEN E1 E2
NO NAMA DOKTER
NAMA PASIEN TGL LAHIR A B C D E F G H I J K L A B C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1. Dilakukan pengecekan resep dengan memeriksa kelengkapan unsur dan syarat sah
resep, lalu diisi formulir medication error
2. Bila diisi dengan pulpen setelah di print secara manual maka di scan kembali
formulirnya dan dimasukkan ke dalam laporan
3. Dibuat pembahasan dan penjelasan mengenai formulir medication error yang telah
diisi
BAB 4
PEMBAHASAN
Medication Error tindakan medis atau pelayanan kefarmasian yang menyebabkan
kerugian kepada pasien dan sebenarnya dapat diminimalisir atau bahkan dicegah yang
kesalahan ini terjadi karena akibat dari pemakaian obat
Medication error kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam
pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya
dapat dicegahakibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang
sebetulnya dapat dicegah. Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase
prescribing, fase transcribing, fase dispensing dan fase administration oleh pasien.
Medication error pada fase prescribing adalah rror yang terjadi pada fase penulisan resep.
Fase ini meliputi: obat yang diresepkan tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien atau
kontraindikasi, tidak tepat obat atau ada obat yang tidak ada indikasinya, tidak tepat dosis dan
aturan pakai. Pada fase transcribing, error terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses
dispensing. Error pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep
oleh petugas apotekSedangkan error pada fase administration adalah error yang terjadi pada
proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau
keluarganya.
IDENTITAS PASIEN E1 E2
N NAMA
O NAMA DOKTER
TGL LAHIR A B C D E F G H I J K L A B C D
PASIEN
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Dari hasil tabel di atas bahwa tidak ada kesilapan apapun pada obat medication error, semua
sudah sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Apoteker atau tenaga kefarmasian perlu melakukan kegiatan monitoring dan evalusi di
unit kerjanya secara berkala. Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap
pelaksanaan pelayanan kefarmasian terkait program keselamatan pasien. Evaluasi merupakan
proses penilaian kinerja pelayanan kefarmasian terkait program keselamatan pasien. Tujuan
dilakukan monitoring dan evaluasi agar pelayanan kefarmasian yang dilakukan sesuai dengan
kaidah keselamatan pasien dan mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan.