Anda di halaman 1dari 3

PARAF:

OUTLINE BAHAN KAJIAN BIMBINGAN KONSELING

NAMA/NIM/KELAS : ZAHRA MAWADDAH ( 201190246 ) PAI IIIG

TOPIK/BAHAN KAJIAN : Pribadi Konselor dan Kompetensi Konselor


Indonesia
PENGUMPULAN TANGGAL : 20 NOVEMBER 2020

ISI OUTLINE :

No Aspek/Konsep utama dlm Penjelasan


Bahan kajian
1. Bimbingan dan konseling Bimbingan dan konseling adalah proses interaksi antara
konselor dengan konseli baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli
agar dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun
memecahkan permasalahan yang di alaminya.

2. Konselor Konselor merupakan pengampu pelayanan ahli


bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling
sebagai sebuah profesi digambarkan dengan
tampilnya konselor yang dapat memberikan
ketenteraman, kenyaman dan harapan baru bagi
klien. Untuk menjadi seorang konselor professional
haruslah menampilkan sikap hangat, empati, jujur,
menghargai, dan yang paling penting dapat
dipercaya (terjaga kerahsiaan konseli).

3. Konselig/klien Klien adalah orang yang sedang dalam masalah dan


orang yang di beri bantuan oleh konselor untuk keluar
dari suatu permasalahan.

RINGKASAN :

1
A. LATAR BELAKANG

Sasaran sistem konseling adalah menyediakan kondisi dimana dapat menolong


klien agar bisa mengembangkan kekuatan psikologis untuk mengevaluasi perilakunya
sekarang dan bisa mendapatkan perilaku yang lebih efektif.

B. PRIBADI KONSELOR

Aktivitas bimbingan dan konseling, pada dasarnya, merupakan interaksi timbal-


balik, yang di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi antara konselor sebagai
pihak yang membantu dan klien sebagai pihak yang dibantu. Hanya saja, mengingat
konselor diasumsikan sebagai pribadi yang akan membimbing konseli dalam mencapai
tujuan tertentu, maka dalam relasi ini sangat dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang
harus dimiliki oleh seorang konselor. Kapasitas tertentu inilah yang menentukan
kualitas konselor.

C. KOMPETENSI KONSELOR

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-


nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dan
seorang tenaga profesional (Danim, 2011: 111).
(2005) dalam Hikmawati (2011: 55) misalnya mengutip SK Mendiknas
045/U/2002, mengartikan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas di bidang tertentu.
Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping
kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan
sistem pengawasan tertentu (Mulyasa, 2009: 26). Jadi, kompetensi merupakan
hasil konstruksi kemampuan
(compose skill) sehingga seseorang mampu:
1) Melaksanakan pekerjaan sesuai peran, posisi atau profesi.
2) Mentransfer ke tugas dan situasi baru.
3) Melanjutkan studi dan mencapai kedewasaan diri.
Kompetensi mempunyai makna sebagai kualitas fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien
(Hikmawati, 2011: 56-58).
Dalam Kertamuda (2009: 166-170) menyebutkan Konselor dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya berdasarkan Peraturan Pemerintah RI
19/2005 memiliki empat kompetensi. Adapun kompetensi-kompetensi tercantum
dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi konselor adalah sebagai berikut:
Kompetensi Pedagogis
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Sosial

2
Kompetensi Profesional

C. REFERENSI

Sanyata, Sigit. 2006 . Perspektif Nilai Dalam Konseling : Membangun Interaksi


Efektif antara Konselor ± Klien. Jurnal: Diterbitkan pada Jurnal Paradigma, No. 02
Th. I, Juli 2006 ISSN 1907-297X Universitas Negeri Yogyakarta
Cavanagh, ME. 1982. The Counseling Experience : A Theoretical and Practical
Approach. Monterey. California : Brooks/Cole Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai