Anda di halaman 1dari 8

1.

Seorang apoteker yang profesional adalah apoteker yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Sesuai dengan peraturan kementrian kesehatan, seorang
apoteker harus memenuhi kompetensi dalam pelayanan kefarmasian yaitu pengelolaan sediaan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik dan poin pentingnya adalah harus me;iputi perilaku dan
pola pikir islami. Perilaku yang islami berlandaskan syariat islam sebagai standar dalam
perbuatan atau dalam hal ini praktek kefarmasian.

Perubahan paradigma pelayanan farmasi dari drug oriented menjadi patient oriented
menjadi peluang sekaligus tantangan. Apoteker berperan dalam membantu pengobatan mandiri
pasien untuk memilihkan obat yang baik dan halal. Dengan mengutamakan keselamatan dan
melindungi pasien dari penggunaan obat yang membahayakan diri pasien, berarti Apoteker turut
memelihara kehidupan pasien tersebut sesuai dengan anjuran ajaran Islam.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ِ ‫س أَ ْنفَ ُع ُه ْم لِلنا‬
‫س‬ ِ ‫خَ ْي ُر النا‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-
Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Selain menjadi apoteker yang berkompeten, menjadikan aqidah dan syariat Islam sebagai
standar dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian juga menjadi hal yang penting. Aqidah yang
baik dan sesuai dengan syariat islam akan menghasilkan pola pikir yang baik pula. Pribadi yang
baik sangat penting dalam bersosialisasi dan ini sangat diperhatikan dalam Islam. Hal ini karena
Islam itu tidak hanya ajaran normatif yang hanya diyakini dan dipahami tanpa diwujudkan dalam
kehidupan nyata, tapi Islam memadukan dua hal antara perilaku yang islami dengan pola pikir
islami. Sebagai landasan seorang Apoteker dalam menjalankan praktek kefarmasian harus
mencontoh sifat dari Nabi Muhammad SAW, meliputi:

Sifat jujur (shiddiq)


Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting untuk membangun
profesionalisme. Hilangnya kejujuran dapat mengahancurkan semua bentuk usaha yang
dikerjakan bersama. Oleh karena itu kejujuran menjadi sifat wajib bagi Rasulullah SAW. Dan
sifat ini pula yang selalu di ajarkan oleh islam melalui al-Qur’an dan sunah Nabi. Kegiatan yang
dikembangkan di dunia organisasi, perusahan dan lembaga modern saat ini sangat ditentukan
oleh kejujuran.

َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل‬
‫س ِديدًا‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar” (Qs. Al-Ahzab : ayat 70)

Sifat tanggungjawab (Amanah)


Bertanggung jawab merupakan sifat yang sangat diperlukan untuk membangun
profesionalisme. Suatu perusahaan / organisasi / lembaga apapun pasti hancur bila orang-orang
yang terlibat di dalamnya tidak bertanggung jawab.

ٌ‫سبَتْ َر ِهينَة‬ ٍ ‫ُك ُّل نَ ْف‬


َ ‫س بِ َما َك‬

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (Qs. Al-Muddassir :
Ayat 38)

Sifat menyampaikan (Tabligh)


Salah satu ciri profesional adalah sikap komunikatif dan transparan. Dengan sifat
komunikatif, seorang penanggung jawab suatu pekerjaan akan dapat menjalin kerjasama dengan
orang lain lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekannya untuk melakukan kerja sama atau
melaksanakan visi dan misi yang disampaikan. Sementara dengan sifat transparan,
kepemimpinan di akses semua pihak, tidak ada kecurigaan, sehingga semua masyarakat
anggotanya dan rekan kerjasamanya akan memberikan apresiasi yang tinggi kepada
kepemimpinannya. Dengan begitu, perjalanan sebuah organisasi akan berjalan lebih lancar, serta
mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak.

۟ ‫وا فَقَ ِد ٱ ْهتَد‬


ۖ ‫َوا‬ ۟ ‫سلَ ُم‬ ْ َ‫ُوا ٱ ْل ِك ٰتَ َب َوٱأْل ُ ِّم ِّيۦنَ َءأ‬
ْ َ‫سلَ ْمتُ ْم ۚ فَإِنْ أ‬ ۟ ‫سلَ ْمتُ َو ْج ِه َى هَّلِل ِ َو َم ِن ٱتَّبَ َع ِن ۗ َوقُل لِّلَّ ِذينَ أُوت‬ ْ َ‫ٓاجوكَ فَقُ ْل أ‬ ُّ ‫فَإِنْ َح‬
ۢ
‫صي ٌر بِٱ ْل ِعبَا ِد‬ ٰ ۟
ِ َ‫َّوإِن تَ َولَّ ْوا فَإِنَّ َما َعلَ ْي َك ٱ ْلبَلَ ُغ ۗ َوٱهَّلل ُ ب‬

“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah:
“Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”.
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang
ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam. Sesungguhnya mereka
telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling. Maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah) dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya” (Qs. Ali
‘Imran : Ayat 20)
Sifat cerdas (Fathanah)
Dengan kecerdasannya seorang profesional akan dapat melihat peluang dan menangkap
peluang dengan cepat dan tepat. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang cerdas akan cepat
dan tepat dalam memahami problematika yang ada di lembaganya. Ia cepat memahami aspirasi
anggotanya, sehingga setiap peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem
dapat dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran.

ِ ‫يُؤْ تِي ا ْل ِح ْك َمةَ َمن يَشَا ُء َو َمن يُؤْ تَ ا ْل ِح ْك َمةَ فَقَ ْد أُوتِ َي َخ ْي ًرا َكثِي ًرا َو َما يَ َّذ َّك ُر إِاَّل أُولُو اأْل َ ْلبَا‬
‫ب‬
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kepemahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan
as-Sunnah) kepada siapa yang dikehendakinya. Barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu ia
benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab)
yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.” (Q.S. Al-Baqarah :269)

2. Etos kerja yang muncul karena dorongan pelaksanaan ibadah, sebagai aktualisasi
keimanan dan ketakwaan, mempunyai tujuan Mardhatillah (keridhaan Allah Swt).
Melakukan segala sesuatu dengan niat mendapat Ridha dari Allah Swt. Niat
memiliki posisi yang sangat penting dalam setiap aktivitas. Bahkan nilai pekerjaan
sebagai ibadah atau tidak, bergantung pada niat untuk apa seeseorang melakukan sesuatu.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya segala perbuatan bergantung pada niatnya. Dan
sesungguhnya seseorang akan memperoleh (pahala) sesuai dengan apa yang ia
niatkan…”(HR. Bukhari).
Niat ikhlas akan membantu kita sadar diri bahwa apapun yang kita lakukan senantiasa
dalam pantauan Allah Ta’ala, kita semakin lebih ringan dalam bekerja karena memang
hanya ingin mendapat ridha-Nya, senantiasa bersyukur atas apapun yang kita
peroleh,kemudian menjadikan hasil bekerja untuk dibelanjakan pada jalan yang benar,
menyadari apa saja yang diperoleh semua pasti ada pertanggungjawabannya kepada
Allah Ta’ala.
Bekerja keras. Dalam bekerja, lakulanlah dengan penuh kesungguhan, sepenuh hati, jujur
dan mencari rizki yang halal dengan cara-cara yang halal pula. Dan, orang yang bisa
bekerja keras seperti itu termasuk orang yang beribadah di jalan-Nya.
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja dan terampil. Barang siapa
yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan
seorang mujahid di jalan Allah.” (HR. Ahmad).
Milikilah cita-cita yang tinggi. Seorang Muslim tidak boleh puas menjadi bawahan
seumur hidup. Biarlah hari ini kita bekerja sebagai buruh kasar, tetapi suatu saat kita akan
menjadi majikan. Kali ini biarlah kita ke sana-kemari mencari pekerjaan, tetapi di suatu
masa nanti kita akan membuka dan memberi peluang orang lain bekerja di tempat kita.
Semua itu tidak mustahil, asalakan kita memiliki kinerja yang baik, terus bersikap jujur,
disiplin, dan senantiasa memperbaiki mutu diri. Kemudian menjauhi gaya hidup hura-
hura, dan tidak lupa mensedekahkan sebagian dari penghasilan yang diperoleh untuk
membantu anak yatim, fakir miskin, kaum dhuafa dan kepentingan sosial lainnya.
Tumbuhkanlah profesionalisme bekerja. Seorang Muslim dalam melakukan pekerjaan
mesti sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Sungguh tidaklah cukup bekerja hanya
dengan memegang teguh sifat amanah, kuat, kreatif dan bertaqwa, tetapi juga mesti
benar-benar menguasai bidang pekerjaan yang digelutinya.
Jangan pernah bosan memberikan masukan berupa pendapat kepada rekan, atasan atau
pun bawahan yang benar-benar diyakini dapat memajukan kinerja dan capaian institusi
dimana kita bekerja, termasuk sifat kooperatif untuk saling meneguhkan dan
meningkatkan kapasitas diri dalam bekerja.
Rasulullah bersabda, “Demi Tuhan yang menguasai diriku, sesungguhnya orang (yang
mencari nafkah) dengan encari kayu bakar, kemudian ia ikat, lalu dipikul dan terus
dibawanya ke pasar untuk dijual, jauh lebih baik baginya daripada meminta-minta
kepada orang lain sebab meminta itu ada kalanya diberi dan ada kalanya tidak.” (HR.
Bukhari).
3. 1. Prinsip Amanah
Dalam sistem ekonomi Islam salah satu prinsip yang
harus ditegakkan adalah prinsip amanah. Amanah berarti
mengembalikan hak apa saj a kepadapemiliknya, tidakmengambil
sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain,
baik berupa harga atau upah (Qardhawi
, tt I77).Allah berfinnan:
"Sesungguhnya Allah menyuruh lcamu menyampaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya" (an-Nisa': 58).
Bisnis dengan amanah dikenal dalam Islam seperti menjual
dengan sistem murabahah, yakni penjual menjelaskan ciri-ciri,
kualitas, dan harga barang dagangan kepada pembeli tanpa

2. Prinsip Ikhtiyari/Sukarela
Prinsip ini menekankan pada aspek kebebasan dalam berbuat,
kebebasan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kebebasan

eksistensial dan kebebasan sosial. Kebebasan eksistensial


berkenaan dengan kemampuan seseorang untuk menentukan
tindakan sendiri. Kebebasan ini tidak menekankan segi bebas
dart apa tetapi bebas untuk apa. Kebebasan mendapat wujudnya
yang positif dalam tindakan yang disengaja (Suseno, 1987:
22-23). Kebebasan sosial adalah kebebasan yang diterirna dari
orang lain. Kebebasan sosial menekankan segi bebas dari apa
atau siapa. Kebebasan mendapat wujudnya yang negatif karena
seseorang disebut bebas apabila kemungkinan-kemungkinannya
untuk bertindak tidak dibatasi oleh orang lain.
Kebebasan dalam ekonomi Islam dimaksud pada kebebasan
eksistensial, yaitu keleluasaan dalam melakukan aktivitas
ekonomi tanpa ada paksaan dari orang yang mengakibatkan
aktivitas itu tidak sesuai dengan kehendak pelakunya. Kebebasan
dalam ekonomi Islam bersangkut paut dengan kebebasan
jasmani dan rohani. Seorang muslim dapat melakukan transaksi
ekonomi secara fisik dan sekaligus ia bebas menentukan sendiri
apakah menyukai suatu jenis transaksi atau tidak. Dengan kata
lain, kebebasan dalarn ekonomi Islam tenmrjud dalam bentuk

fisik berupa kebebasan untuk rnengadakan aktivitas ekonomi


dan kebebasan untuk menyukai atau menolak kegiatan ekonomi
tertentu.

3. PrinsipTransparansi

Prinsip kejujuran, dasar setiap usaha untuk menjadi orang

kuat secara moral adalah kejujuran. Kejujuran merupakan

kualitas dasar kepribadian moral. Tanpa kejujuran, manusia

tidak menjadi dirinya sendiri. Bersikap jujur terhadap orang

lain memiliki dua arti. Pertama, sikap terbuka dalam pengertian

bahwa kita selalu muncul sebagai diri kata sendiri dalam

segala sikap dan tindakan. Kedua, sikap wajar atau fair yaitu

memperlakukan orang menurut standar-standar yang diharapkan

dan dipergunakan orang lain terhadap dirinya.

Kejujuran dalam ekonomi Islam terwujud dalam berbagai

aspek:

a. Kejujuran yang terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat


perj anj ian dan kontrak;

b. Kejujuran yang terwujud dalam penawaran barang dan jasa

dengan mutu yang baik;

c. Kejujuran menyangkut hubungan kerja.

4. Prinsip Menghindari Riba

Dalam konsep Islam di tegaskan bahwa masalah ekonomi

dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja, namun harus

sesuai dengan tuntunan ajaran Alquran dan Sunnah. Salah satu

konsep yang ditanamkan Alquran kepada manusia agar dalam

praktik pelaksanaan ekonomi menghindari riba.

5. Zakat

Zakatmenurut etimologi berarti berkat, bersih, berkembang,

dan baik. Dinamakan zakat karena dapat mengembangkan dan

menjauhkan harta yang telah diambil zakatnya dari bahaya.

Dalam istilah fiqh, zakat adatah sebutan atau nama bagi sejumlah

harta tertentu yang diwajibkan Allah supaya diserahkan kepada


orang-orang yang berhak (mustahak) (al-Jaziry, 1990: 590)'

Kata zakat banyak disebut dalam Alquran dan pada umumnya

dirangkaikan dengan kata salat dalam satu ayat. Ada 26katazakat

yang ielalu dihubungkan dengan salat (al-Jaziry,1990:590)' Hal

ini menunjukkan betapa penting peran zakat dalam kehidupan

umat Islam. Zakat menurut tenninologi berarti sejumlah harta

tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada

para mustahik yang disebutkan dalam Alquran. Atau bisa juga

terarti sejumlah tertentu dari harta tertentu yang diberikan untuk

orang tertenfu.

4. a. Perilaku mempengaruhi ketersediaan barang dipasar melalui monopoli atau penimbunan dan
mengambil keuntungan akibat terjadinya kelangkaan barang.

Bisa terjadi pada semua jenis barang


▫ Kebutuhan pokok atau selainnya

▫ Makanan atau non makanan


• Syarat terkategori menimbun adalah sampai batas yg menyulitkan warga setempat untuk
mendapatkan barang yg ditimbun

Contoh ihtikar dalam bisnis farmasi yaitu menimbun masker di tengah situasi virus corona sekarang ini
karena dapat merugikan masyarakat.

b. Menjual/membeli sesuatu dengan harga yg lebih tinggi/lebih rendah dari harga rata-rata dengan
perbedaan yg sangat mencolok
• Dikatakan keji karena perbedaan harga yg mencolok (al fahisy) berdasarkan keumuman harga pasar
Contoh Al ghabn al fahisy dalam bisnis farmasi : menjual obat di apotek dengan harga yang lebih tinggi
dari HET.

Anda mungkin juga menyukai