Seorang apoteker yang profesional adalah apoteker yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Sesuai dengan peraturan kementrian kesehatan, seorang
apoteker harus memenuhi kompetensi dalam pelayanan kefarmasian yaitu pengelolaan sediaan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik dan poin pentingnya adalah harus me;iputi perilaku dan
pola pikir islami. Perilaku yang islami berlandaskan syariat islam sebagai standar dalam
perbuatan atau dalam hal ini praktek kefarmasian.
Perubahan paradigma pelayanan farmasi dari drug oriented menjadi patient oriented
menjadi peluang sekaligus tantangan. Apoteker berperan dalam membantu pengobatan mandiri
pasien untuk memilihkan obat yang baik dan halal. Dengan mengutamakan keselamatan dan
melindungi pasien dari penggunaan obat yang membahayakan diri pasien, berarti Apoteker turut
memelihara kehidupan pasien tersebut sesuai dengan anjuran ajaran Islam.
ِ س أَ ْنفَ ُع ُه ْم لِلنا
س ِ خَ ْي ُر النا
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-
Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Selain menjadi apoteker yang berkompeten, menjadikan aqidah dan syariat Islam sebagai
standar dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian juga menjadi hal yang penting. Aqidah yang
baik dan sesuai dengan syariat islam akan menghasilkan pola pikir yang baik pula. Pribadi yang
baik sangat penting dalam bersosialisasi dan ini sangat diperhatikan dalam Islam. Hal ini karena
Islam itu tidak hanya ajaran normatif yang hanya diyakini dan dipahami tanpa diwujudkan dalam
kehidupan nyata, tapi Islam memadukan dua hal antara perilaku yang islami dengan pola pikir
islami. Sebagai landasan seorang Apoteker dalam menjalankan praktek kefarmasian harus
mencontoh sifat dari Nabi Muhammad SAW, meliputi:
َ يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل
س ِديدًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar” (Qs. Al-Ahzab : ayat 70)
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (Qs. Al-Muddassir :
Ayat 38)
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah:
“Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”.
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang
ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam. Sesungguhnya mereka
telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling. Maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah) dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya” (Qs. Ali
‘Imran : Ayat 20)
Sifat cerdas (Fathanah)
Dengan kecerdasannya seorang profesional akan dapat melihat peluang dan menangkap
peluang dengan cepat dan tepat. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang cerdas akan cepat
dan tepat dalam memahami problematika yang ada di lembaganya. Ia cepat memahami aspirasi
anggotanya, sehingga setiap peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem
dapat dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran.
ِ يُؤْ تِي ا ْل ِح ْك َمةَ َمن يَشَا ُء َو َمن يُؤْ تَ ا ْل ِح ْك َمةَ فَقَ ْد أُوتِ َي َخ ْي ًرا َكثِي ًرا َو َما يَ َّذ َّك ُر إِاَّل أُولُو اأْل َ ْلبَا
ب
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kepemahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan
as-Sunnah) kepada siapa yang dikehendakinya. Barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu ia
benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab)
yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.” (Q.S. Al-Baqarah :269)
2. Etos kerja yang muncul karena dorongan pelaksanaan ibadah, sebagai aktualisasi
keimanan dan ketakwaan, mempunyai tujuan Mardhatillah (keridhaan Allah Swt).
Melakukan segala sesuatu dengan niat mendapat Ridha dari Allah Swt. Niat
memiliki posisi yang sangat penting dalam setiap aktivitas. Bahkan nilai pekerjaan
sebagai ibadah atau tidak, bergantung pada niat untuk apa seeseorang melakukan sesuatu.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya segala perbuatan bergantung pada niatnya. Dan
sesungguhnya seseorang akan memperoleh (pahala) sesuai dengan apa yang ia
niatkan…”(HR. Bukhari).
Niat ikhlas akan membantu kita sadar diri bahwa apapun yang kita lakukan senantiasa
dalam pantauan Allah Ta’ala, kita semakin lebih ringan dalam bekerja karena memang
hanya ingin mendapat ridha-Nya, senantiasa bersyukur atas apapun yang kita
peroleh,kemudian menjadikan hasil bekerja untuk dibelanjakan pada jalan yang benar,
menyadari apa saja yang diperoleh semua pasti ada pertanggungjawabannya kepada
Allah Ta’ala.
Bekerja keras. Dalam bekerja, lakulanlah dengan penuh kesungguhan, sepenuh hati, jujur
dan mencari rizki yang halal dengan cara-cara yang halal pula. Dan, orang yang bisa
bekerja keras seperti itu termasuk orang yang beribadah di jalan-Nya.
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja dan terampil. Barang siapa
yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan
seorang mujahid di jalan Allah.” (HR. Ahmad).
Milikilah cita-cita yang tinggi. Seorang Muslim tidak boleh puas menjadi bawahan
seumur hidup. Biarlah hari ini kita bekerja sebagai buruh kasar, tetapi suatu saat kita akan
menjadi majikan. Kali ini biarlah kita ke sana-kemari mencari pekerjaan, tetapi di suatu
masa nanti kita akan membuka dan memberi peluang orang lain bekerja di tempat kita.
Semua itu tidak mustahil, asalakan kita memiliki kinerja yang baik, terus bersikap jujur,
disiplin, dan senantiasa memperbaiki mutu diri. Kemudian menjauhi gaya hidup hura-
hura, dan tidak lupa mensedekahkan sebagian dari penghasilan yang diperoleh untuk
membantu anak yatim, fakir miskin, kaum dhuafa dan kepentingan sosial lainnya.
Tumbuhkanlah profesionalisme bekerja. Seorang Muslim dalam melakukan pekerjaan
mesti sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Sungguh tidaklah cukup bekerja hanya
dengan memegang teguh sifat amanah, kuat, kreatif dan bertaqwa, tetapi juga mesti
benar-benar menguasai bidang pekerjaan yang digelutinya.
Jangan pernah bosan memberikan masukan berupa pendapat kepada rekan, atasan atau
pun bawahan yang benar-benar diyakini dapat memajukan kinerja dan capaian institusi
dimana kita bekerja, termasuk sifat kooperatif untuk saling meneguhkan dan
meningkatkan kapasitas diri dalam bekerja.
Rasulullah bersabda, “Demi Tuhan yang menguasai diriku, sesungguhnya orang (yang
mencari nafkah) dengan encari kayu bakar, kemudian ia ikat, lalu dipikul dan terus
dibawanya ke pasar untuk dijual, jauh lebih baik baginya daripada meminta-minta
kepada orang lain sebab meminta itu ada kalanya diberi dan ada kalanya tidak.” (HR.
Bukhari).
3. 1. Prinsip Amanah
Dalam sistem ekonomi Islam salah satu prinsip yang
harus ditegakkan adalah prinsip amanah. Amanah berarti
mengembalikan hak apa saj a kepadapemiliknya, tidakmengambil
sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain,
baik berupa harga atau upah (Qardhawi
, tt I77).Allah berfinnan:
"Sesungguhnya Allah menyuruh lcamu menyampaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya" (an-Nisa': 58).
Bisnis dengan amanah dikenal dalam Islam seperti menjual
dengan sistem murabahah, yakni penjual menjelaskan ciri-ciri,
kualitas, dan harga barang dagangan kepada pembeli tanpa
2. Prinsip Ikhtiyari/Sukarela
Prinsip ini menekankan pada aspek kebebasan dalam berbuat,
kebebasan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kebebasan
3. PrinsipTransparansi
segala sikap dan tindakan. Kedua, sikap wajar atau fair yaitu
aspek:
dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja, namun harus
5. Zakat
Dalam istilah fiqh, zakat adatah sebutan atau nama bagi sejumlah
orang tertenfu.
4. a. Perilaku mempengaruhi ketersediaan barang dipasar melalui monopoli atau penimbunan dan
mengambil keuntungan akibat terjadinya kelangkaan barang.
Contoh ihtikar dalam bisnis farmasi yaitu menimbun masker di tengah situasi virus corona sekarang ini
karena dapat merugikan masyarakat.
b. Menjual/membeli sesuatu dengan harga yg lebih tinggi/lebih rendah dari harga rata-rata dengan
perbedaan yg sangat mencolok
• Dikatakan keji karena perbedaan harga yg mencolok (al fahisy) berdasarkan keumuman harga pasar
Contoh Al ghabn al fahisy dalam bisnis farmasi : menjual obat di apotek dengan harga yang lebih tinggi
dari HET.