Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH TEORI SOSIAL INDONESIA

REFLEKSI PEMIKIRAN SELO SUMARDJAN SEBAGAI UPAYA


UNTUK MENJAWAB PERMASALAHAN PERUBAHAN SOSIAL DI
INDONESIA
Dosen Pengampu : Dr. Nasiwan, M.Si.

Disusun Oleh :
PRIMASTUTI WINDA WARDANI
NIM 16416241036

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulilah, puja dan puji syukur atas kehadiran Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Refleksi Pemikiran Selo Sumardjan untuk Menjawab Permasalahan Sosial di
Indonesia” ini. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas akhir pengganti UAS Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia Jurusan Pendidikan IPS
2016. Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan mengenai
pemikiran Selo Sumardjan mengenai perubahan sosial.

Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam menyelesaikan tugas
kelompok ini, tetapi dengan semangat dan kegigihan serta dukungan dari teman-teman
Pendidikan IPS 2016 yang memberikan dukungan, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karna itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 1 Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................3
D. Manfaat..........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................5
A. Biografi Selo Sumardjan..............................................................................5
B. Konsep Perubahan Sosial.............................................................................7
C. Implementasi Pemikiran Selo Sumardjan dalam Kehidupan Saat Ini....21

BAB III PENUTUP........................................................................................................28


A. Kesimpulan....................................................................................................28
B. Saran...............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia mengalami berbagai perubahan dalam
kehidupannya. Tidak ada satu kelompok masyarakat yang tidak mengalami
perubahan. Perubahan-perubahan ini terjadi dalam berbagai bidang kehidupan,
misalnya dalam bidang sosial, politik, ekonomi, maupun kebudayaan. Perubahan
dalam bidang sosial di masyarakat sering disebut dengan perubahan sosial.
Perubahan sosial ini terjadi pada seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat ini terjadi dikarenakan
berbagai faktor serta perubahan sosial tersebut dapat menuju kearah perubahan
positif maupun negatif. Perubahan sosial positif apat bermanfaat dalam kehidupan
manusia sehingga banyak masyarakat yang mengharapkan adanya perubahan sosial
tersebut. Sedangkan perubahan sosial negatif membawa dampak yang merugikan
manusia dan berbagai bidang kehidupannya.
Perubahan sosial yang bersifat negatif tersebut menjadi salah satu
permasalahan dalam kalangan masyarakat. Di Indonesia sudah banyak terjadi
perubahan sosial yang mengarah pada dampak yang negatif. Perubahan tersebut
menjadi salah satu akar permasalahan yang harus segera ditangani agar tidak
menimbulkan dampak yang semakin meluas. Sebagai contoh permasalahan sosial
tersebut adalah adanya degradasi moral yang terjadi pada kalangan remaja,
perubahan pola pemerintahan di Indonesia dari masa ke masa, serta perubahan-
perubahan lain yang terjadi pada semua golongan masyarakat.
Permasalahan perubahan sosial di Indonesia ini tidak serta merta dengan
mudah dapat teratasi atau dapat dicegah dengan mudah, namun bangsa Indonesia
memerlukan berbagai strategi atau teori untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Berbagai teori yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di Indonesia
masih cenderung mengadopsi pemikiran dari cendekiawan Negara Barat, khususnya
AmerikaSerikat. Hal inilah yang menyebabkan permasalahan di Indonesia tidak
kunjung dapat teratasi. Pengadopsian teori Barat untuk diterapkan sebagai
pemecahan permasalahan di dunia Timur, khususnya di Indonesia merupakan
tindakan yang tidak tepat. Hal ini dikarenakan tidak semua negara memiliki
karakteristik yang sama dengan negara Barat khususnya Amerika Serikat. Teori
yang dapat diterapkan untuk memecahkan permasalahan di negara maju belum tentu
dapat menjawab permasalahan yang terjadi di negara berkembang. Hal tersebut
yang menyebabkan permasalahan-permasalahan di Indonesia, khususnya pada
permasalahan perubahan sosial.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dibutuhkan teori ataupun pemikiran dari
ilmuwan Indonesia yang mengetahui dan sesuai dengan karakteristik negara
Indonesia. Ilmuwan Indonesia tersebut mempunyai peluang lebih besar untuk
pemecahan permasalahan yang ada di Indonesia, karena pada hakikatnya mereka
lebih mengerti karakteristik negara Indonesia sehingga mudah untuk mencetuskan
teori atau pemikiran sebagai upaya untuk menyelesaikan atau menjawab
permasalahan yang terjadi di Indonesia, khususnya permasalahan perubahan sosial.
Salah satu cendekiawan Indonesia yang memiliki pemikiran mengenai perubahan
sosial khususnya di Indonesia adalah Selo Sumardjan yang dikenal sebagai Bapak
Sosiologi Indonesia. Pemikiran beliau lah yang memiliki peluang keberhasilan lebih
banyak dalam pemecahan permasalahan di Indonesia khususnya pada permasalahan
perubahan sosial.
Fenomena perubahan sosial di Indonesia, khususnya di Yogyakarta telah
terjadi sejak zaman penjajahan. Perubahan tersebut terjadi khususnya pada bidang
pemerintahan atau birokrasi. Bangsa Indonesia dipaksa untuk menyesuaikan diri
dengan peraturan pada masa penjajahan, baik itu penjajahan Belanda maupun saat
Jepang menjajah. Perubahan sosial dalam lembaga masyarakat tersebut
mempengaruhi mempengaruhi sistem sosial yang didalamnya menyangkut sistem
nilai, norma, sikap, dan tingkah laku.
Merujuk dari pemaparan diatas, dalam makalah yang berjudul “Reflaksi
Pemikiran Selo Sumardjan sebagai Upaya untuk Mengatasi Permasalahan
Perubahan Sosial di Indonesia” ini penulis akan mengkaji apakah pemikiran Selo
Sumardjan mengenai konsep perubahan sosial masih dapat diterapkan dalam
menyikapi perubahan sosial saat ini, khususnya di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah biografi Selo Sumarjan?
2. Bagaimana pemikiran Selo Sumarjan mengenai perubahan sosial?
3. Apakah pemikiran Selo Sumarjan masih relevan untuk mengatasi permasalahan
perubahan sosial di Indonesia saat ini?

C. Tujuan
Merujuk pada rumusan masalah, penulis dapat menyatakan tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui dan memahami biografi dari Selo Sumarjan
2. Mengetahui dan memahami pemikiran Selo Sumarjan yang berkaitan dengan
perubahan sosial
3. Memahami implementasi pemikiran Selo Sumarjan untuk mengatasi
permasalahan perubahan sosial di Indonesia saat ini

D. Manfaat
1. Masyarakat
a. Dapat mengenal lebih jauh mengenai teori sosial di Indonesia
b. Dapat mengimplementasikan pemikiran Selo Sumarjan sebagai upaya
memperbaiki permasalahan perubahan sosial yang ada saat ini
2. Pendidikan
a. Dapat menerapkan teori sosial keindonesiaan untuk menyelesaikan
permasalahan pendidikan yang ada
b. Sebagai guru mampu memperkenalkan teori sosial keindonesiaan kepada
siswanya sehingga bangsa Indonesia terlepas dari adanya captive mind
3. Pemakalah
a. Dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia pada
Jurusan Pendidikan IPS
b. Mampu menggali lebih lanjut penerapan pemikiran Selo Sumarjan untuk
menyelesaikan permasalahan perubahan sosial di Indonesia saat ini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Selo Sumardjan


Pada masyarakat Indonesia jika mendengar nama Selo Sumardjan pasti yang
melekat dalam pikirannya adalah sosiologi. Hal ini dikarenakan Selo Sumardjan
dikenal pada kalangan akademik dan masyarakat Indonesia sebagai Bapak Sosiologi
Indonesia. Thesisnya beliau yang berjudul Social Change in Jogjakarta menjadi
salah satu puncak pencapaian beliau yang melahirkan gelar sebagai professor
dengan arus utama sosiologi (Nasiwan, 2016 : 178). Pada bagian pertama ini
pemakalah akan menyampaikan mengenai sedikit mengenai kehidupan Selo
Sumardjan dikarenakan sosok cendekiawan Indonesia ini tidak terlalu dikenal
masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat yang cenderung menggunakan dan
memusatkan perhatiannya pada tokoh-tokoh dunia yang notabene berasal dari
negara Barat.
Selo Sumardjan adalah seorang kelahiran Yogyakarta pada tanggal 23 Mei
1915. Beliau merupakan keturunan berdarah biru dari Kraton Yogyakarta. Ayahnya
bernama R.L. Sastro Djemiko, sedangkan ibunya bernama Djajenghukoro. Selo
Sumardjan dibesarkan di lingkungan abdi dalem Kasultanan Yogyakarta
Hadiningrat karena kakeknya yang bernama Kanjeng Raden Tumenggung
Padmonegoro merupakan pejabat tinggi di kantor Kasultanan Yogyakarta. Berkat
posisi sang kakek pada Kasultanan Yogyakarta tersebut maka Sumardjan (nama
panggilan sewaktu kecil) dapat mengenyam bangku pendidikan Belanda. Sejarah
pendidikan beliau diantaranya adalah :
 HIS, Yogyakarta (1921-1928)
 MULO, Yogyakarta (1928-1931)
 MOSVIA, Magelang (1931-1934)
 Universitas Cornell, Ithaca, New York, Amerika Serikat, (Sarjana tahun 1959,
Doktor 1959)
Sedangkan semasa hidupnya beliau banyak berkontribusi pada negara dan
masyarakat melalui berbagai karir yang Ia lakukan, diantaranya :
 Pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (1935-1949),
pada saai beliau menjabat sebagai seorang camat di Kulonprogo, Beliau
mendapatkan nama tambahan, yaitu Selo. Hal ini merupakan salah satu cara
khusus Sultan Yogyakarta untuk membedakan nama pejabat sesuai daerahnya
masing-masing. Pada saat menjabat sebagai camat di Kulonprogo inilah beliau
merasa mengawali kariernya sebagai sosiolog karena beliau beranggapan bahwa
ia menjabat sebagai camat yang mengalami penjajahan Belanda, masuknya
Jepang, dan dilanjutkan adanya Zaman Revolusi. Permasalahan yang harus
dihadapi banyak sekali. Pengalamannya sebagai camat mendorong beliau untuk
menjadi peneliti yang dapat memberikan alternatif pemecahan persoalan yang
ada di masyarakat secara tepat.
 Kepala Staff Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya (1949-1950)
 Kepala Sekretaris Staff Keamanan Kabinet Perdana Menteri (1950-1956)
 Sekretaris Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (1959-1961)
 Sekretaris Wakil Presiden RI (1973-1978)
 Staff Ahli Presiden RI (1983)
 Guru Besar Universitas Indonesia dan mendapatkan penghargaan Bintang
Mahaputra Utama
 Mendapatkan gelar sebagai ilmuwan utama sosiologi
 Dijelaskan dalam Nasiwan (2016, 178) bahwa Selo Sumardjan merupakan
pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan
(FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya tetap menjadi dosen sosiologi di Fakultas
Hukum UI.
Selo Sumardjan dikenal sebagai Bapak Sosiologi sejak tahun 1959, seusai Ia
meraih gelar doktor di Amerika Serikat dan mengajar sosiologi sekaligus pendiri
Fakultas Hukum dan Ilmu Kemasyarakatan di Universitas Indonesia. Sosok Selo
Sumardjan memanglah pantas untuk mendapatkan gelar Bapak Sosiologi dan
sebagai salah satu cendekiawan atau ilmuean besar Indonesia. Hal ini dibuktikan
dengan selain beliau merupakan sosok yang cerdas secara iltelektual, beliau juga
merupakan teladan. Beliau merupakan orang yang tidak suka memerintah, namun
gemar memberikan teladan. Akhlaknya yang lurus untuk menyerukan
pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) menjadi salah satu alasan
beliau pantas menjadi cendekiawan Indonesia.
Bapak Sosiologi tersebut menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal
11 Juni 2003 di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Beliau wafat karena komplikasi
jantung dan stroke. Meski beliau meninggal di Jakarta, tetapi dikebumikan di
Makam Kuncen, Yogyakarta.

B. Konsep Perubahan Sosial


Dalam kehidupannya, manusia pasti mengalami suatu perubahan.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut merupakan suatu hal
yang wajar karena setiap manusia sejatinya memiliki keinginan untuk selalu
menjadi lebih baik. Menurut Abdulsyani (2012 : 162) perubahan-perubahan akan
nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang lama dapat
dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru. Sebagai contoh
kehidupan masyarakat desa dapat dibandingkan atara sebelum dan sesudah
mengenal surat kabar, listrik, dan televisi.
Menurut Jacobus Ranjabar (2015 : 7) pengertian perubahan sosial adalah
proses di mana terjadi perubahan struktur masyarakat yang selalu berjalan sejajar
dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu sistem sosial. Berdasarkan hal
tersebut dapat diketahui bahwa antara perubahan sosial dengan perubahan budaya
berjalal beriringan dan akan saling mempengaruhi. Suatu perubahan sosial akan
diikuti oleh perubahan budaya serta perubahan budaya diikuti pula adanya
perubahan sosial. Adanya suatu perubahan sosial tersebut akan menimbulkan
kekacauan dalam kehidupan sosial, baik kekacauan kecil maupun kekacauan besar.
kekacuan kecil biasa terjadi dalam ruang lingkup sosial kecil, yaitu keluarga.
Adanya kekacauan sosial ini akan mengakibatkan konflik sosial, namun konflik
sosial ini tidak akan selamanya terjadi dalam masyarakat, pasti pasa suatu saat akan
terwujud suatu kedamaian dan ketertiban sosial yang baru dalam kehidupan
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial besar di lingkungan masyarakat
terjadi pada semua bidang kehidupan seperti bidang ekonomi, politik, bahasa,
kesenian, hiburan, adat istiadat, dan sebagainya.
Proses perubahan sosial terjadi dalam dua tempo, yaitu perubahan sosial
lambat atau sering disebut sebagai evolusi yang memiliki kurun waktu perubahan
lambat. Dimana evolusi ini terjadi secara bertahap dan terkadang tidak dirasakan
secara langsung oleh masyarakat yang bersangkutan, oleh karenanya terkadang
terdapat anggapan dalam masyarakat bahwa “waktu tetap tenang dan semua
berjalan seperti biasa”. Sedangkan perubahan sosial lainnya terjadi secara cepat dan
meluas yang biasa disebut dengan revolusi. Perubahan secara cepat pada abad
sekarang ini terjadi banyak perubahan yang menyolok di seluruh dunia. Perubahan
tersebut pada umumnya berasal dari masyarakat yang kemudian disebut sebagai
perubahan sosial.
Dalam buku yang berjudul Perubahan Sosial : Teori Teori dan Proses
Perubahan Sosial Serta Teori Pembangunan yang ditulis oleh Jacobus Ranjabar
( 2015 : 56) dijelaskan bahwa :
“…. Suatu penemuan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan
besar pada beberapa bidang dalam kehidupan manusia dan masyarakat. Sejak
beberapa abad yang lalu, banyak terjadi penemuan-penemuan yang mengubah
cara hidup semua masyarakat di dunia. Penemuan yang mengakibatkan perubahan
sosial tersebut contohnya penemuan mesin uap, alat tenun mesin, listrik, motor,
kereta api,….. tidak hanya penemuan di bidang teknik dan ekonomi saja yang dapat
mengubah masyarakat, tetapi juga di bidang agama, sistem pemerintahan,
kesusilaa, ilmu jiwa, serta ilmu sosial lainnya sangat mempengaruhi dan dapat
mengubah dunia.” Perubahan sosial tidak hanya terjadi karena adanya penemuan
baru, namun juga dapat disebabka adanya hubungan antara satu masyarakat dengan
masyarakat lainnya. Sebagai contoh seorang tokoh masyarakat dari luar Jawa
tinggal di Jawa selama beberapa tahun dan kemudian ia pulang ke desanya.
Pemikiran dan informasi yang ia dapat selama berada di Jawa akan dibawa ke
desanya dan dapat mengubah cara berpikir, ekonomi, serta adat istiadat yang ada di
desa tersebut. Hal ini akan terjadi terutama pada masyarakat yang kurang maju dan
akan dippengaruhi oleh kebudayaan atau pemikiran masyarakat yang lebih maju.
Perubahan sosial yang ada di masyarakat tidak selamanya menguntungkan.
Masyarakat haruslah mampu memilah-milah dan menilai secara kritis apa yang
seharusnya diubah untuk kemajuan dan apa yang harus dipertahankan agar tidak
timbul suatu pengaruh yang merugikan. Dijelaskan Abdulsyani (2012) dalam
bukunya yang berjudul Sosiologi : Skematika, Teori, dan Terapan, bahwa :
“Perubahan-perubahan yang terjadi bisa merupakan kemajuan atau
mungkin justru suatu kemunduran. Unsur-unsur kemasyarakatan yang
mengalami perubahan biasanya adalah mengenai nilai-nilai sosial, norma-
norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi sosial, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, stratifikasi sosial, kekuasaan, tanggungjawab,
kepemimpinan, dan sebagainya. dalam perubahan sosial dan kebudayaan
selalu berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi.”
Hal tersebut diperkuat dengan pandangan dari Selo Sumardjan dan
Soelaiman sebagai berikut :
“Perubahan-perubahan diluar bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan
oleh karena setiap perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan
mengakibatkan pula perubahan-perubahan di dalam lembaga
kemasyarakatan lainnya, oleh karena antara lembaga-lembaga
kemasyarakatan tersebut selalu ada proses saling mempengaruhi secara
timbal balik. Perubahan-perubahan pada dewasa ini nampak sangat cepat,
sehingga semakin sulit untuk mengetahui bidang-bidang manakah yang
akan berubah terlebih dahulu dalam kehidupan masyarakat. Namun
demikian secara umum, perubahan-perubahan itu biasanya bersifat
berantai dan saling berhubungan antara satu unsur dengan unsur
kemasyarakatan yang lainnya.”
Proses perubahan sosial dewasa ini dapat kita ketahui melalui beberapa ciri
ciri perubahan sosial sebagai berikut :
1. Differential Social Organization
Dalam suatu masyarakat pasti terdapat kelompok-kelompok sosial yang
memiliki nilai dan norma yang berbeda-beda. Sebagai contoh kelompok sosial
yang pasti ada adalah keluarga yang merupakan unit kelompok sosial terkecil
dalam masyarakat. Sebagai makhluk sosial para anggota kelompok tersebut
akan saling berinteraksi baik antara satu kelompok dengan kelompok lain atau
antar insividu di dalam kelompok tersebut. Adanya interaksi antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya tersebut akan menimbulkan reaksi yang
bersifat negatif terhadap norma yang bukan kelompoknya. Jika hubungan
tersebut dibiarkan begitu intensif, maka akan menimbulkan social
disorganization (keberantakan sosial). Masyarakat yang mengalami
keberantakan sosial dan tidak memiliki pijakan nilai norma yang sama dan jelas
ini merupakan suatu tanda atau ciri dari adanya perubahan sosial dalam suatu
masyarakat yang bersangkutan.
2. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong perubahan
pemikiran ideologi, politik, dan ekonomi
Adanya kemajuan di bidang ekonomi menimbulkan perubahan sosial berupa
sikap individualism yang akan menyusup ke dalam bidang ekonomi agar
inisiatif perseorangan dalam kegiatan ekonomi diberi kelonggaran bahkan
adanya keinginan untuk menghapuskan pengawasan pemerintah dalam bidang
ekonomi. Dengan hal tersebut maka akan tercipta perubahan norma berupa
kebebasan. Sedangkan dalam bidang politik akan timbul revolusi demokrasi
untuk menuntut derajat sama harkat, memiliki kebebasan mengutarakan
pendapat. Akibatnya, ideologi individualisme di bidang politik tersebut
memberontak terhadap ikatan tradisional yang mengekang kebebasan.
Berdasarkan hal diatas menunjukkan adanya tanda perubahan sosial dalam
masyarakat.
3. Mobilitas
Adanya suatu mobilitas sosial baik secara vertical maupun horizontal akan
menimbulkan kerenggangan hhubungan keluarga dan hubungannya dengan
lingkungan. Fungsi keluarga tidak dapat berjalan secara utuh karena mengejar
materiil, kemewahan, dan perubahan status dalam kehidupannya. Dengan hal
tersebut maka keluarga akan menyerahkan fungsi keluarga sebagai agen
sosialisasi primer kepada lembaga sosial. Namun, terkadang lingkungan juga
tidak lagi efektif untuk mengadakan fungsi pengawasan dalam masyarakat.
4. Culture Conflict
Dalam kehidupan ini terdapat banyak sekali kelompok sosial yang memiliki
norma atau kebiasaan yang berbeda-beda. Tingkah laku individu akan
dipengaruhi oelh kebudayaan dan nilai norma dimana ia hidup. Perbedaan sosial
tersebut akan menimbulkan differential organization yang memiliki norma
tertentu. Dengan adanya hubungan antara satu klompok dengan kelompok lain
akan mengakibatkan perasaan asing pada nilai atau norma yang ada dalam
kelompok yang berlainan yang akan menimbulkan adanya Culture conflict yang
merupakan dasar terjadinya kejahatan. Perubahan norma dalam masyarakan
akan menimbulkan anomi, dimana individu kebingungan dan tidak tahu lagi
norma mana yang harus ia ikuti. Individu merasa kebingungan karenanorma
yang berlaku akan menjadi samar.
5. Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan
Perubahan yang direncanakan merupakan perubahans sosial yang telah digagas
oleh seseorang yang memiliki kekuasaan dan kemampuan dalam suatu
masyarakat. Sedangkan perubahan yang tidak direncanakan umumnya
merupakan perubahan yang sulit untuk diramalkan sebelumnya. Pada dasarnya
perubahan sosial yang tidakdirencanakan ini merupakan suatu perubahan yang
tidak dikehendaki oleh suatu masyarakat.
6. Kontroversi (pertentangan)
Perubahan membawa pola tingkah laku yang baru. Dengan kemunculan pola
tingkah laku yang baru tersebut akan melenyapkan pola yang lama yang akan
menimbulkan ketegangan dalam lingkungan masyarakat. Ketika pola lama
sudah menghilang dan pola baru belum terbentuk secara sempurna maka
masyarakat atau individu akan kehilangan pedoman atau pegangan hidupnya.
Dalam kondisi seperti itulah yang dapat mengakibatkan adanya perubahan sosial
dalam lingkungan masyarakat.
Menurut Soejono Soekanto (1983 : 27) terdapat kondisi yang dapat
mendorong terjadinya perubahan. Kondisi tersebut berupa pertumbuhan
pengetahuan serta konflik sosial yang menjadi salah satu faktor penting dalam
perubahan-perubahan sosial mutakhir. Sebagai salah satu faktor terjadinya
perubahan sosial, maka konflik sosial dapat ditelaah dari berbagai aspek, sebagai
berikut :
1. Konflik antar golongan dapat mendorong terjadinya perubahan dan penemuan-
penemuan baru,
2. Secara historis, konflik antar masyarakat berperan penting dalam pembentukan
unit sosial yang lebih besar dan lebih luas, memperkuat sistem stratifikasi sosial,
serta memperluas difusi penemuan baru dalam berbagai bidang sosial budaya,
3. Adanya kemungkunan terjadinya konflik antar generasi.
Menurut Gunawan (dalam Nasiwan, 2016 : 180), faktor penting dalam
perubahan masyarakat Jawa terutama di Yogyakarta adalah ideologi politik. Dalam
perspektif sosiologi, ideologi politik dapat dilihat melalui dua hal, yaitu :
1. Status dan peran masyarakat sipil dalam hubungannya dengan negara, dari
dalam posisi subordinasi (dominan, terabaikan) dalam proses perumusan dan
eksekusi keputusan yang menyangkut kepentingan publik, menjadi lebih
melembagakan kompetisi sehat, transparansi, dan partisipasi.
2. Status dan peran berbagai lembaga pemerintahan dari yang semula sentralistik
dan otokratis menjadi pemerintahan yang desentralistik dan demokratis.
Ideologi politik seperti hal tersebut merupakan ideologi yang memiliki niat
luhur untuk menghargai harkat dan martabat manusia. Bukan hanya sekedar
mekanisme begaimana meraih, mengembangkan, dan mempertahankan
kekuasaan pemerintahan.
Dalam bukunya yang berjudul Perubahan Sosial, Jacobus Ranjabar (2015 :
85-107) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab perubahan sosial,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Adanya penemuan-penemuan baru
Penemuan baru tersebut dapat terjadi pada bidang kebudayaan secara jasmanah
maupun kebudayaan rohaniah. Sebagai contoh adanya penemuan ideologi baru,
aliran kepercayaan baru, serta sistem hukum yang baru. Penemuan-penemuan
baru yang diberi nama social invention adalah penciptaan pengelompokan
individu-individu yang baru ataupun penciptaan adat istiadat baru. Terjadinya
penemuan baru oleh seseorang atau sekelompok masyarakat ini biasanya terjadi
karena mereka merasa tidak puas dengan kebudayaan atau sistem sosial yang
mereka jalani saat itu. Mereka menginginkan perubahan dalam kehidupannya.
Dalam melakukan perubahan, inovator akan melakukan difusi (peminjaman)
kebudayaan dari kelompok masyarakat lain untuk diterapkan dalam
lingkungannya. Peminjaman tersebut tidak sepenuhnya sama, tetapi pasti
terdapat perbedaan yang dapat diterapkan dalam lingkungan masyarakatnya.
Proses difusi tersebut memiliki dua tipe, yaitu :
a. Difusi intra masyarakat yang dipengaruhi oleh pengakuan bahwa unsur baru
tersebut memiliki kegunaan dalam masyarakat, ada tidaknya unsur
kebudayaan yang mempengaruhi diterima atau tidaknya unsur yang baru,
unsur baru yang berlawanan fungsi dengan unsur lama memungkinkan
bahwa hal tersebut tidak akan diterima dalam masyarakat, kedudukan
inovator dalam masyarakat, serta adanya batasan dari pemerintah dalam
melakukan difusi tersebut.
b. Difusi antar masyarakat dipengaruhi beberpa hal, yaitu adanya kontak antara
masyarakat, kemampuan untuk mendemonstrasikan penemuan baru tersebut,
pengakuan akan kegunaan penemuan baru terebut, peranan masyarakat
dalam menyebarkan penemuan baru, dan paksaan dapat pula mempengaruhi
untuk penerimaan suatu penemuan baru oleh masyarakat.
2. Timbulnya struktur sosial dalam masyarakat
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mngetahui penyebab perubahan
sosial adalah dengan memperhatikan struktur atau dinamika masyarakat dalam
melaksanakan aktivitas sebagai keseluruhan satuan atau uatu sistem sosial.
Penempatan suatu posisi tertentu menuntut keterampilan , kekuasaan, status atau
kehormatan sosial, dan ekonomi seseorang.
3. Inovasi
Inovasi merupakan gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh
masyarakat atau seseorang. Sebuah inovasi pasti memiliki komponen ide, tetapi
terdapat pula inovasi yang tidak memiliki wujud fisik, sebagai contoh adalah
ideologi yang hanya diterima atau diadopsi dengan keputusan simbolis saja.
Sedangkan inovasi yang memiliki komponen ide dan wujud fisik misalnya
adalah penemuan teknologi baru seperti computer dan sebagainya.
pengadopsian inovasi ini diikuti dengan keputusan tindakan atau tingkah laku
nyata.
Seseorang atau sekelompok masyarakat dapat menerima atau menolak inovasi
tersebut. Ketika mereka menerima sebuah inovasi, mereka mulai menggunakan
ide baru tersebut dan menghentikan penggunaan ide yang telah digantikan.
Dalam pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak inovasi memiliki
empat tahapan menurut Abdillah Hanafi (1987 : 38-40) sebagai berikut :
a. Pengenalan, di mana seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh
beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi,
b. Persuasi, di mana seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak
berkenaan terhadap inovasi yang ada,
c. Keputusan, di mana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya
pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi,
d. Konfirmasi, di mana sseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi yang
telah dibuatnya dan pada tahapan ini mungkin saja terjadi seseorang
mengubah keputusannya jika ia memperolah informasi yang bertentangan.
4. Perubahan lingkungan hidup
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia akan terpengaruh oleh perubahan
lingkungan hidup yang terjadi di sekitarnya. Hal ini dikarenakan manusia hidup
dan tinggal pada lingkungan alam yang tidak jarang terjadi perubahan.
Perubahan tersebut dapat terjadi karena faktor alam maupun dikarenakan ulah
manusia itu sendiri. Dengan adanya perubahan lingkungan tersebut dapat berua
perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain yang memiliki iklim alam
maupun sosial yang berbeda atau perubahan lingkungan alam yang mereka
tempati saat itu. Sebagai contoh perubahan lingkungan fisik di pedalaman Papua
yang gersang dan disertai dengan menurunnya sumber-sumber kekayaan alam
memaksa mereka untuk melakukan perubahan gaya hidup. Mereka harus bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik yang lebih gersang dan jenis
makanan yang baru karena umbi-umbian yang biasa mereka makan sebagai
makanan pokok sudah punah.
5. Ukuran penduduk dan komposisi penduduk
Perubahan penduduk dan komposisi penduduk merupakan perubahan sosial
yang berkaitan dengan struktur masyarakat maupun lembaga masyarakat.
Ukuran penduduk berkaitan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang
mengakibatkan kepemilikan tanah berkurang dan akan menimbulkan penduduk
yang tidak memiliki tanah. Adanya urbanisasi menjadikan kekosongan tenaga
kerja di pedesaan namun menambah tenaga kerja di perkotaan sebagai pusat
industry yang biasanya diincar oleh para tenaga kerja dari pedesaan. Dengan
kepadatan penduduk di perkotaan ang semakin meningkat maka terjadilah
perubahan kadar keramahtamahan yang cenderung mengalami penurunan,
struktur kelembagaan akan semakin rumit, dan masih banyak hal lain yang
mungkin terjadi.
6. Inovasi dalam teknologi
Tidak dapat dihindari bahwa dalam kehidupannya manusia tidak menginginkan
perubahan kearah yang lebih maju. Bila diperhatikan,penyebab dari adanya
berbagai perubahan sosial banyak diakibatkan oleh adanya perubahan teknologi
yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat dewasa ini. Sebagai contoh
adanya perubahan sosial dari masyarakat yang melakukan pertanian ladang yang
beralih menjadi petani sawah diakibatkan karena adanya penemuan sistem
irigasi sebagai contoh dari perubahan teknologi yang terjadi. Hal lain yang
memiliki dampak luas adalah adanya penemuan handphone (HP) yang mampu
mempermudah komunikasi antar manusia meskipun berada pada lokasi yang
berbeda dan sangat jauh membawa dampak positif berupa semakin praktisnya
komunikasi antar individu maupun masyarakat di seluruh dunia.
Sedangkan faktor pendorong perubahan sosial antara lain adalah sebagai berikut :
1. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang merupakan sarana dalam
mengadakan perubahan sosial. Dengan adanya rasa toleransi akan mendorong
individu lebih kreatif untuk menciptakan perubahan
2. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka yang akan memungkinkan terjadinya
gerakan sosia vertical yang bebas dan luas.
3. Heterogenitas penduduk akan memunculkan berbagai aspirasi yang berbeda-
pula tentunya. Perbedaan aspirasi tersebut akan memungkinkan bentrokan
sosial baik secara fisik maupun nonfisik. Bentrokan-bentrokan sosial yang
terjadi ini pada waktunya akan menemukan penyelesaian, keharmonisan, dan
melahirkan kesamaan aspirasi. Dengan adanya hal tersebut menandakan bahwa
telah adanya perubahan sosial budaya.
4. Rasa tidak puas yang telah berakar menyebabkan timbulnya revolusi dalam
masyarakat. Ketidakpuasan masyarakat mengenai kebijakan pemerintah
menyebabkan munculnya rasa tidak puas dan mendorong terjadinya perubahan-
perubahan dalam masyarakat.
5. Karakter masyarakat yang mudah menerima suatu hal yang baru dan mudah
menghargai karya orang lain serta memiliki keinginan untuk maju mendorong
masyarakat untuk mengadakan perubahan sosial.
6. Pendidikan merupakan salah satu media untuk mengubah sikap masyarakat
dalam menghadapi perubahan sosial. Pendidikan mengajarkan kepada individu
berbagai macam kemampuan serta nilai-nilai untuk membuka pikiran manusia
agar dapat menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara
ilmiah.
7. Ideologi merupakan sistem nilai turun-temurun dalam masyarakat untuk
mengatur tingkah laku bermasyarakat. Ideologi merupakan suatu penjelmaan
dari suatu hasil konsensus bersama dari berbagai kelompok tentang realitas
kehidupan masyarakat. Ideologi terrsebut dapat mendorong masyarakat untuk
hidup bersama dan melakukan perubahan dalam kehidupannya.
Perubahan sosial di dalam masyarakat tidak selamanya berjalan dengan lancer,
perubahan sosial tersebut juga memiliki hambatan masing-masing. Beberapa faktor
penghambat perubahan sosial tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kehidupan masyarakat yang terasingkan atau terisolali menjadi penghambat
perubahan sosial. Hal ini dkarenakan perubahan sosial akan terjadi ketika
adanya interaksi atau kontak dengan masyarakat lain. Dalam interaksinya
tersebut akan terjadi saling mempengaruhi satu sama lain dan membentuk
penemuan ataupun ideology baru.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat mengakibatkan masyarakat
tidak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru atau perubahan sosial yang
terjadi di dalam masyarakat.
3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional menjadikan masyarakat lebih memilih
untuk selalu memuji tradisi yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek
moyangnya. Mereka menganggap bahwa tradisi yang diwariskan lebih baik
dibandingkan dengan penemuan baru yang ada.
4. Adanya prasangka terhadap perubahan yang terjadi akan menimbulkan
hambatan bagi perubahan sosial di dalam masyarakat.
Sedangkan konsep perubahan sosial menurut Selo Sumardjan sendiri dalam
Nasiwan (2016 : 182) dijelaskan bahwa :
“Perubahan sosial dalam konsep pemikiran Selo Sumardjan adalah
perubahan-perubahan pada lembaga masyarakat yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai sosial, sikap, dan pola tingkah laku
antar kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial disini berasal dari
perubahan-perubahan ideologi politik dalam masyarakat Jawa terutama di
Yogyakarta. Pelopor perubahan adalah seseorang atau sekelompok orang
yang dipercayai oleh masyarakat sebagai pemimpin dalam salah satu atau
beberapa lembaga sosial. Kelompok ini berkontribusi untuk menetapkan
kaidah sistem sosial baru atau yang diperbarui.”
Perubahan sosial yang digagas oleh Selo Sumardjan dilatarbelakangi oleh
perubahan sosial yang terjadi di Yogyakarta pada masa penjajahan. Perubahan
politik dan pemerintahan di Yogyakarta diprakarsai oleh Sultan Hamangkubuwono
dan pemerintahan provinsi di bawahnya. Dalam konsepnya perubahan sosial
memiliki dua aspek penting yaitu adanya dua jenis perubahan sosial, berupa
perubahan sosial yang disengaja merupakan perubahan yang telah direncanakan dan
diketahui sebelumnya oleh masyarakat yang berperan sebagai pelopor perubahan.
Sedangkan perubahan yang tidak disengaja merupakan perubahan yang terjadi tanpa
adanya perencanaan dan tidak diketahui sebelumnya oleh anggota masyarakat.
Wujud nyata perubahan sosial di Yogyakarta adalah perubahan pemerintahan yang
merupakan perubahan yang disengaja, sedangkan perubahan yang tidak disengaja
contohnya semakin menguatnya pola masyarakat padukuhan, termasuk pula
hilangnya kaum bangsawan secara berangsur-angsur dari kedudukan kelas atas
dalam masyarakat.
Demokrasi sebenarnya sudah ada dalam pemikiran Selo Sumardjan yang
bersumber dari kearifan lokal seorang Raja Kasultanan Yogyakarta, yaitu Sri Sultan
Hamangkubuwono IX yang mendorong terjadinya perubahan sosial pada
masyarakat yang membuahkan hasil luar biasa untuk perkembangan dan dinamika
masyarakat di Yogyakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan dalam
proses pemerintahan di Yogyakarta yang dimulai dari pemerintahan sentralistik dan
otokrasi menjadi sebuah pemerintahan desentralistik dan demokratis. Berdasarkan
Selo Sumardjan (dalam Nasiwan, 2016 : 183) pada tahun 1957 pemerintah provinsi
mengeluarkan keputusan dalam hal memberikan hak waris bagi para pemilik tanah
di pedesaan dalam memiliki tanah. Okeputusan ini merupakan wujud nyata
perubahan yang disengaja, yaitu untuk memberikan para petani di desa hak waris
untuk menggarap sawah. Perubahan ini menjadi wujud pemerintahan yang
demokratis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan ini bersumber
dari kurangnya hak atas tanah yang kemudian diselesaikan melalui pemikiran yang
demokratis dan kontekstual pada masanya.
Gagasan mengenai perubahan sosial yang dikaji oleh Selo Sumardjan lebih
fokus pada perubahan dalam lingkup lembaga-lembaga masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosial. Di dalam sistem sosial tersebut terdiri dari nilai,
norma, sikap, dan tingkah laku masyarakat. Lebih khusus laki, Selo Sumarjan
membahas mengenai perubahan sosial pada lembaga-lembaga politik yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta pada masa penjajahan Belanda tahun 1775-1942,
masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, serta perjuangan kemerdekaan selama
empat tahun. Perubahan-perubahan dalam tata pemerintahan di DIY diprakarsai
oleh penguasa daerah yang merupakan seorang sultan bernama Sultan
Hamangkubuwono IX. Perubahan tata pemerintahan tersebut berupa kebijakan
desentralisasi. Kebijakan ini mendahului kebijakan dari pemerintah Indonesia saat
itu. Hal ini dikarenakan pada saat itu pemerintahan di Indonesia masih bersifat
sentralistis. perubahan kebijakan desentralistis ini juga berlaku dalam lembaga
ekonomi, pendidikan, serta dalam sistem kelas pada masyarakat Yogyakarta.
Perubahan sosial di Daerah Instimewa Yogyakarta ini menarik untuk dikaji
lebih lanjut karena DIY merupakan daerah swapraja (kasultanan) yang pada
dasarnya menggunakan tatanan feodal. Perubahan sosial di Yogyakarta tersebut
cepat terwujud karena digerakkan oleh pimpinan tertinggi kerajaan, yakni Sri Sultan
Hamangkubuwono IX. Sehingga para rakyat dan bangsawan secara cepat
menyesuaikan diri dengan kebijakan tersebut. Rakyat dan bangsawan memandang
perubahan sosial ini sebagai suatu keharusan yang harus dijalani demi
meningkatkan kebaikan di kemudian hari. Meskipun perubahan ini mengubah
berbagai sendi kehidupan, namun tidaklah nampak suatu gejolak yang berarti.
Berbeda halnya dengan adanya peristiwa Revolusi Perancis yang digerakkan oleh
kaum intelektual dan rakyat yang tertindas. Adanya gagasan perubahan oleh Sri
Sultan Hamangkubuwono IX dapat membuka skat-skat kraton yang sangat sakral.
Sri Sultan Hamangkubuwono IX bahkan menjadikan beberapa ruang di kraton
menjadi sebuah ruang diskusi publik untuk kepentingan umum. Kraton juga
dijadikan sebagai sarana pendidikan, yaitu sebagai ruang kuliah para mahasiswa
Universitas Gadjah Mada. Hal inilah yang membedakan antara kesultanan-
kesultanan lain yang ada di Indonesia dengan Kesultanan Yogyakarta.

C. Implementasi Konsep Perubahan Sosial Selo Sumardjan dalam Kehidupan


Saat ini
Perubahan sosial yang digagas oleh Selo Sumardjan yang bersumber dari
adanya perubahan soaial di Yogyakarta memunculkan konsep atau poin-poin umum
yang merupakan karakteristik perubahan sosial (Sumardjan melalui Nasiwan, 2016 :
183-185), sebgai berikut :
1. Hasrat akan perubahan sosial dapat berubah menjadi tindakan mengubah jika
terdapat rangsangan yang cukup kuat untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
dapat menghalangi proses perubahan, terutama pada tahap permulaan. Sebagai
contoh adanya faktor eksternal dalam mendorong dilakukannya perubahan
sosial akan membuka hasrat masyarakat untuk mengubah pikirannya yang
semula tidak menghendaki perubahan menjadi memiliki niatan untuk melakukan
perubahan sosial. Faktor eksternal tersebut contohnya adalah adanya inovasi
yang diciptakan oleh inovator dalam lingkungan sosialnya.
2. Orang-orang yang mengalami tekanan kuat dari luar cenderung mengalihkan
agresi balasan mereka dari sumber tekanan yang sebenarnya ke sasaran-sasaran
materiil yang ada sangkut pautnya dengan sumber tersebut.
3. Rakyat yang tertekan oleh kekuatan luar cenderung melakukan kerjasama
dengan kekuatan luar untuk sekadar mempertahankan ketentraman jiwa mereka.
4. Golongan atau orang-orang yang tertekan cenderung bersikap atau bertingkah
laku lebih agresif. Hal tersebut disebabkan karena mereka semakin menyadari
adanya kesenjangan antara keadaan hidup sekarang (realita) dengan keadaan
yang mereka inginkan (ekspektasi).
5. Proses perubahan sosial di kalangan para pelopornya bermula dari pemikiran ke
sesuatu diluar (eksternal). Sedangkan pada masyarakat lainnya proses tersebut
berlangsung dari sesuatu diluar (eksternal) ke sesuatu yang bersifat
kelembagaan.
6. Harta kekayaan yang diinginkan tetapi tidak bisa lagi diperoleh karena jalannya
tertutup oleh kekuatan-kekuatan luar sehingga telah kehilangan nilai sosialnya
oleh rasionalisasi. Dalam hal yang ekstreme, harta kekayaan tersebut tidak
dihargai lagi.
7. Rakyat menolak perubahan karena berbagai alasan, diantaranya :
a. Mereka tidak memahaminya,
b. Perubahan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai serta norma-norma yang
ada,
c. Para anggota masyarakat yang berkepentingan dengan keadaan yang ada
(vested interest) cukup kuat menolak perubahan yang terjadi,
d. Risiko yang terkandung dalam perubahan tersebut lebih besar daripada
jaminan sosial dan ekonomi yang dapat diusahakan,
e. Pelopor perubahan ditolak.
8. Perubahan-perubahan yang terjadi tidak merata pada berbagai sektor
kebudayaan masyarakat cenderung menimbulkan ketegangan-ketegangan yang
mengganggu keseimbangan sosial.
9. Dalam proses perubahan sosial, kebiasaan-kebiasaan lama atau terdahulu
dipertahankan dan diterapkan pada inovasi sehingga tiba saatnya kebiasaan-
kebiasaan baru yang lebih menguntungkan menggantikan yang lama.
10. Jika masyarakat terus menerus tidak diberikan kesempatan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan sosialnya, mereka cenderung beralih merenungkan hal-hal
yang tidak bersifat keduniawian untuk mendapatkan ketentraman jiwanya.
Sebaliknya dari hal tersebut, mereka cenderung untuk menjadi lebih sekuler
dalam sistem kepercayaannya.
11. Suatu perubahan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pelopor yang
berlawanan dengan kepentingan-kepentingan pribadi (vested interest) cenderung
dapat berhasil melakukan perubahan sosial yang diinginkan.
12. Perubahan yang dimulai dengan pertukaran pikiran secara bebas diantara para
warga masyarakat yang terlibat cenderung mencapai kesuksesan yang lebih
lama daripada perubahan yang dipaksakan.
13. Perubahan dari sistem kelas tertutup ke kelas terbuka akan disertai dengan
perubahan dari sistem komunikasi vertikal satu arah ke arah sistem komunikasi
vertikal dua arah. Adanya perubahan sistem pemerintahan desentralisasi pada
kerajaan di Yogyakarta yang dahulu merupakan Kerajaan Mataram mendorong
masyarakat lebih terbuka dengan kaum bangsawan keratin, begitu juga
sebaliknya, bangsawan keratn akan terbuka dengan rakyatnya. Dengan hal
tersebut maka terciptalah hubungan komunikasi vertical dua arah antara pihak
keratin dengan rakyatnya.
14. Perubahan dari sistem kelas tertutup ke kelas terbuka cenderung untuk
mengalihkan orientasi rakyat dari tradisi. Maka, mereka menjadi lebih mudah
menerima perubahan-perubahan yang lainnya.
15. Semakin lama dan semakin beratnya penderitaan yang telah dialami oleh rakyat
karena berbagai ketegangan psikologis dan frustasi, maka semakin tersebar luas
dan cepat kecenderungan perubahan yang akan terjadi menuju pada kelegaan.
Jika kita mengkaji mengenai perubahan sosial yang ada di Indonesia berarti
kita akan kembali mempelajari sejarah Indonesia dari masa penjajahan. Hal ini
dikarenakan perubahan sosial yang terjadi di Indonesia telah ada sejak masa
penjajahan Belanda. Perubahan sosial pada masa penjajahan tersebut lebih
difokuskan pada bidang pemerintahan. Khususnya di Yogyakarta yang semula
merupakan wilayah Kerajaan Mataram. Semula Mataram adalah suatu kawasan
politik yang merdeka dan berdaulat, tapi secara berangsur-angsur kehilangan
kedaulatannya yang beralih kepada VOC yang datang pada akhir abad ke-16 ke
Nusantara (julukan bagi Indonesia pada saat itu) (Selo Soemardjan, 1981 : 18).
Menurut Taufik Abdullah (1991 : 2) bahwa perubahan sosial erat kaitannya
dengan kelompok umur pemuda. Pada salah satu pihak, kemunculan kelompok
pemuda terebut menimbulkan masalah penyediaan lapangan kerja dan alokasi peran
sosial yang dapat mengubah kestabilan sosial, namun di sisi lain pemuda tersebut
memberikan sumbangan modifikasi atau perubahan-perubahan yang diperlukan
dalam strukturnya.
Dijelaskan oleh Soerjono Soekanto (1990 : 357) penemuan-penemuan baru
yang dinamakan social invention membawa dampak terhadap lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan pada bidang kehidupan lainnya pula. Contoh nyata penemuan
baru tersebut adalah dikenalkannya nasionalisme di Indonesia pada awal abad ke-20
melalui tokoh-tokoh yang pernah mengenyam pendidikan Barat membawa dampak
adanya gerakan-gerakan yang menginginkan kemerdekaan politik. Gerakan-gerakan
tersebut kemudian menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang baru yang
dikenal dengan partai politik.
Seiring berkembangnya zaman perubahan sosial yang terjadi di Indonesia
pada khususnya semakin kompleks. Perubahan sosial ini terjadi pada seluruh bidang
kehidupan baik perubahan positif maupun perubahan negatif. Seluruh lapisan
masyarakat mengalami perubahan sosial, tanpa terkecuali. Masyarakat pedesaan
mengalami berbagai perubahan sosial dalam pengolahan lahannya yang dapat
mempegaruhi kehidupan sosial masyarakat tersebut pada kedepannya. Dijelaskan
oleh Susianah Affandy dalam artikelnya yang berjudul Perubahan Sosial Pedesaan
(2012) bahwa lunturnya tradisi “wiwitan” dalam kalangan petani desa ketika akan
memulai penanaman padi menunjukkan adanya perubahan sosial dalam masyarakat
pedesaan. Petani sekarang ini lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari saja tanpa memperhatikan kelestarian alam sekitarnya. Masyarakat lebih
memperhatikan kemudahan dan proses yang cepat atau instant dalam kehidupannya.
Permasalahan perubahan sosial pada kalangan remaja tidak dapat
dihindarkan lagi. Semakin maraknya permasalahan kenakalan remaja semakin
meyakinkan bahwa permasalahan perubahan sosial di Indonesia semakin
kompleks.salah satu penyebab perubahan sosial di kalangan remaja ini adalah
adanya degradasi moral yang disebabkan oleh semakin mengglobalnya dunia ini
yang sering disebut dengan globalisasi. Adanya globalisasi ini mempermudah
pertukaran kebudayaan dan kebiasaan antara satu negara dengan negara lainnya.
Dengan diakuinya negara-negara Barat sebagai negara super power menjadikan
bangsa Barat dengan cepat mampu mempengaruhi kebudayaan dan kehidupan
sosial Bangsa Timur, termasuk Indonesia. Kebudayaan dan kehidupan sosial di
negara Barat diadopsi oleh bangsa Indonesia dan soelah-oleh negara Indonesia ini
sama seperti bangsa Barat. Kebudayaan bangsa Barat yang cenderung modern lebih
mendominasi kehidupan bangsa Indonesia dan melunturkan kekayaan budaya di
Indonesia yang sangat beragam.
Dipaparkan oleh Beni Ahmad Saebani dalam bukunya yang berjudul
Perspektif Perubahan Sosial (2016 : 104) bahwa perubahan sosial dapat dilakukan
dengan revolusi yang merupakan bagian dari strategi perubahan sosial, yaitu dengan
cara kekuasaan. Revolusi merupakan puncak dari semua bentuk perubahan sosial
karena revolusi terjadi pada seluruh bidang dan dimensi sosial secara radikal, masal,
cepat, mencolok, dan mengandung gejolak intelektual serta emosional dari semua
orang yang terlibat didalamnya. Perubahan sosial tersebut memiliki strategi sebagai
berikut :
1. Strategi persuasif (persuasive strategy) yang menggunakan peranan media masa
sebagai unit terpenting karena pada umumnya strategi persuasif ini dijalankan
melalui pembentukan opini dan pandangan masyarakat yang tidak lain
merupakan media masa. Bahkan melalui media masa masyarakat dapat
memberikan pandangan tentang berbagai hal yang dilakukan dalam mencapai
perubahan sosial. Mereka dapat mengubah pandangannya melalui media masa
tersebut selain mereka mendapatkan berbagai informasi yang ada dalam
masyarakat.
2. Normatif-reduktif digunakan untuk menanamkan dan menggantikan paradigma
berpikir masyarakat yang lama dengan hal yang baru. Strategi ini umumnya
dilakukan melalui pendidikan sebagai salah satu media penyampaian norma
yang ada dimasyarakat sekaligus adanya reduksi (pendidikan ulang) mengenai
berbagai hal yang ada di dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian,
strategi yang digunakan kebanyakan bersifat persuasif dan bertahap. Berbeda
dengan revolusi yang disebut sebagai perubahan secara cepat.
Hal tersebut diatas dapat diperkuat dengan tulisan Ariel Heryanto (2012 :
243) bahwa :
“semenjak akhir abad ke-20, masyarakat Indonesia telah mengalami dan
bernegosiasi dengan perubahan sosial yang intens dan multidimensi. Di
tengah gempuran krisis ekonomi pada tahun1998 dan kejatuhan Rezim
Soeharto di tahun berikutnya, ketegangan antarkelompok maupun antar-
individu kerap muncul menjadi konflik terbuka, demokratisasi meruak
seiring implemenrasi Otonomi Daerah dan yang baru-baru ini melanda,
bencana alam merusak sejumlah wilayah yang luasdiskusi tentang dimensi-
dimensi kebudayaan pada periode ini terhambat akibat kurangnya alat
konseptual yang tersedia pasca-Orde Baru, …… serta keasyikan dalam
kajian geopolitik dengan isu terorisme regional yang telah mendominasi
kalangan intelektual.”
Berdasarkan beberapa contoh perubahan sosial diatas dapat kita kaitkan
dengan konsepmperubahan sosial yang diungkapkan oleh cendekiawan Indonesia
atau sering disebut sebagai Bapak Soaioligi Indonesia, yaitu Selo Sumardjan. Lalu
bagaimana dengan berbagai kasus perubahan sosial di Indonesia saat ini, apakah
masih relevan jika diimplementasika pada kehidupan di Indonesia saat ini?.
Menurut pandangan Selo Sumardjan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan
yang terjadi dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem
sosial yang didalamnya termasuk nilai, norma, sikap, dan tingkah laku. Berdasarkan
konsep perubahan sosial oleh Selo Sumardjan tersebut pemakalah akan memberikan
gagasan bahwa secara umum konsep Selo Sumardjan tersebut masih relevan dengan
keadaan perubahan sosial yang terjadi di Indonesia saat ini. Hanya saja pada saat ini
di Indonesia tidak hanya pada lembaga-lembaga kemasyarakatan saja yang
menagalami perubahan sosial, namun juga terjadi pada Individu-individu secara
mandiri maupun terjadi pada kelompok-kelompok masyarakat yang saling
mempengaruhi dalam proses kehidupannya. Akhir-akhir ini bangsa Indonesia
dihadapkan dengan permasalahan perubahan sosial yang terjadi di kalangan remaja,
yaitu masalah degradasi moral akibat adanya modernisasi yang diakibatkan dari
peristiwa globalisasi yang menghilangkan sekat-ekat antar negara sehingga
masyarakat bebas malakukan interaksi dengan negara-negara lain di dunia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dilihat dari uraian pembahasan pada bab dua diatas pemakalah dapat
menyimpulkan uraian makalah yang berjudul “Refleksi Pemikiran Selo Sumardjan
sebagai Upaya untuk Menjawab Permasalahan Perubahan Sosial di Indonesia” ini
adalah sebagai berikut :
1. Selo Sumardjan merupakan cendekiawan sekaligus dikenal sebagai Bapak
Sosiologi Indonesia yang masih merupakan keturunan berdarah biru yang lahir
di Yogyakarta pada tanggal 23 Mei 1915. Beliau merupakan keturunan Keraton
Yogyakarta Hadiningrat. Selama hidupnya, selo Sumardjan banyak
berkontribusi bagi bangsa Indonesia. Beliau banyak menduduki jabatan
pemerintahan, mulai dari menjadi seorang camat di Kulonprogo hingga sebagai
pejabat kenegaraan. Ia juga merupakan seorang dosen di FISIP Universitas
Indonesia hingga akhir hayatnya. Selo Sumardjan mendapatkan julukan Bapak
Sosiologi Indonesia setelah ia menyelesaikan thesisnya yang berjudul Social
Change in Jogjakarta yang menjadi salah satu puncak pencapaian beliau dalam
melahirkan gelar sebagai professor dengan arus utama sosiologi. Bapak
Sosiologi tersebut menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 11 Juni 2003
di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Beliau wafat karena komplikasi jantung
dan stroke. Meski beliau meninggal di Jakarta, tetapi dikebumikan di Makam
Kuncen, Yogyakarta.
2. Konsep perubahan sosial menurut Selo Sumardjan adalah perubahan yang
terjadi dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem
sosial yang didalamnya termasuk nilai, norma, sikap, dan tingkah laku. Konsep
tersebut akan lebih lengkap jika ditambahkan ungkapan dari Abdulsyani (2012)
dalam bukunya yang berjudul Sosiologi : Skematika, Teori, dan Terapan, bahwa
Perubahan-perubahan yang terjadi bisa merupakan kemajuan atau mungkin
justru suatu kemunduran. Unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami
perubahan biasanya adalah mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,
pola-pola perikelakuan, organisasi sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan,
stratifikasi sosial, kekuasaan, tanggungjawab, kepemimpinan, dan sebagainya.
dalam perubahan sosial dan kebudayaan selalu berkaitan erat dengan
pertumbuhan ekonomi.
Faktor penyebab adanya perubahan sosial diantaranya asalah sebagai berikut :
a. Penemuan-penemuan baru
b. Struktur sosial (perbedaan posisi dan fungsi dalam masyarakat)
c. Inovasi
d. Perubahan lingkungan hidup
e. Ukuran penduduk dan komposisi penduduk
f. Inovasi dalam teknologi
Sedangkan terdapat pula faktor pendorong perubahan sosial, yaitu :
a. Toleransi
b. Sistem terbuka lapisan masyarakat
c. Heterogenitas penduduk
d. Rasa tidak puas
e. Karakter masyarakat yang mudah menerima perubahan
f. Pendidikan yang semakin maju
g. Ideology
Selain kedua faktor diatas, perubahan sosial juga memiliki hambatan sebagai
berikut :
a. Kehidupan masyarakat yang terasingkan
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
d. Adanya kepentingan yang tertanam
e. Adanya prasangka oleh masyarakat
f. Adat istiadat atau kebiasaan masyarakat yang ingin tetap dilestarikan sebagai
warisan dari nenek moyangnya
3. Konsep perubahan sosial yang digagas oleh Selo Sumardjan jika
diimplementasikan pada kehidupan saat ini menurut pemakalah secara umum
masih relevan. Namun pada saat ini perubahan sosial dalam masyarakat modern
tidak hanya terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan saja. Perubahan
sosial saat ini juga terjadi mulai dari individu, kelompok sosial, bahkan di
tingkat kenegaraan. Berbagai perubahan sosial yang terjadi dewasa ini
dikarenakan adanya proses globalisasi yang menjadikan seluruh negara di dunia
menjadi satu kesatuan dan dapat berbagi kebudayaan dengan bebas dan mudah.
Perkembangan teknologi juga menjadi faktor penyebab meluasnya perubahan
sosial yang terjadi di Indonesia. Saat ini bangsa Indonesia kewalahan dalam
mengatasi perubahan sosial yang terjadi di kalangan generasi remaja. Perubahan
sosial yang terjadi merupakan salah satu permasalahan yang harus diselesaikan.
Salah satu permasalahandi kalangan remaja ini adalah degradasi moral remaja di
Indonesia yang menjadikan moral bangsa dan kebudayaan serta nilai norma
yang ada di Indonesia rusak tergantikan oleh kebudayaan Barat yang tidak
sesuai dengan karakter bangsa dan Negara Indonesia ini.

B. Saran
Dengan berbagai uraian makalah tersebut pemakalah akan menyampaikan beberapa
saran untuk beberapa pihak terkait, sebagai berikut :
1. Bagi pembaca disarankan untuk dapat menghayati dan memcoba
mengeksplorasi isi dari makalah ini dalam kehidupan nyata di sekitarnya
sebagai salah satu upaya untuk mengatasi perubahan sosial yang terjadi di
sekitarnya.
2. Bagi ilmuwan Indonesia yang saat ini masih terus berusaha untuk mencari dan
membentuk suatu konsep sosial mungkin dapat mengkaji mengenai perubahan
sosial dan merumuskan pengertian atau istilah perubahan sosial yang baru
sehingga pengertian tersebut relevan dengan kehidupan sosial pada zaman
modern ini.
3. Bagi pemerintah agar dapat mencetuskan berbagai peraturan ataupun upaya
untuk mengatasi berbagai permasalahan, khususnya permasalahan sosial yang
terjadi di Indonesia sehingga bangsa Indonesia dapat semakin baik dan maju.
4. Bagi pemakalah selanjutnya mungkin dapat melanjutkan pembahasan dan
kajian yang serupa dengan makalah ini untuk lebih mengulai permasalahan
sosial yang lebih update lagi dibandingkan dengan makalah ini.
5. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. 1991. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta Barat : LP3ES.

Abdulsyani. 2012. Sosiologi : Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Affandy, Susianah. 2012. Perubahan Sosial Pedesaan. Diakses melalui


http://m.detik.com/news/opini pada tanggal 23 Desember 2017.

Harun, Rochajat. Elvinaro Ardianto. 2011. Komunikasi Pembangunan dan Perrubahan


Sosial : Perspektif Dominan, Kaji Ulang, dan teori Kritis. Jakarta : PT. Raja
Grasindo Persada.

Heryanto, Ariel. 2012. Budaya Populer di Indonesia : Mencairnya identitas Pasca-Orde


Baru. Yogyakarta : Jalasutra.

Jomo, Frans Wiryanto. 1986. Membangun Masyarakat : Buku Pegangan Bagi Pekerja
Pembangunan Masyarakat. Bandung : Alumni.

Nasiwan. Wahyuni, Yuyun Sri. 2016. Seri Teori-teori Sosial Indonesia. Yogyakarta : UNY
Press.

Ranjabar, Jacobus. 2015. Perubahan Sosial : Teori-teori dan Proses Perubahan Sosial
serta Teori Pembangunan. Bandung : Alfabeta.

Saebani, Beni Ahmad. 2016. Perspektif Perubahan Sosial. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soemardjan, Selo. 1981. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Jakarta : Gadjah Mada


University Press.

Sosrodihardjo, Soedjito. 1986. Transformasi Sosial : Menuju Masyarakat Industri.


Yogyakarta : PT. Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai