Disusun oleh:
Annurul Azza
A32020014
Mengetahui,
Fasilitator
b. Palpasi. Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c. Perkusi Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi
datar dan rendah.
d. Auskultasi terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 3 detik
atau lebih dari
F inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan weezing.
Sistem pernafasan batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. arna dahak jernih atau putih
tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder. frekuensi
pernapasan meningkat? otot-otot bantu pernapasan hipertrofi. bunyi pernapasan mungkin melemah
dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi kering dan weezing ekspirasi lebih dari pada 3
detik atau ? lebih panjang daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan hiperinflasi paru yang terlihat dengan
peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.-
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus!, sehingga tampak retraksisuprasternal, supraclafikula dan sela iga serta
pernapasan cuping hidung. Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan weezing tidak terdengar (silent chest, sianosis.d. Sistem
kardiovaskuler tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat. Pada pasien yang sesaknya hebat
mungkin ditemukan<-takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.-timbul Pulsus paradoksus dimana
terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 1 mmg pada waktu inspirasi. Hormal tidak lebih
daripada 0 mmg, pada asma yang berat bisa sampai 1 mmg atau lebih. Pada keadaan yang lebih
berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
E. Patofisiologi dan pathway keperawatan
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing
di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody Ig E orang tersebut mmeningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada
sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa 3 menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu
paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
F. Diagnosa keperawatan yang muncul
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret, sekresi
tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan
2. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli
3. Intoleransi aktivitas b.d dispnea
G. Intervensi keperawatan
Dx 1 :
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan
- Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu
- Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur
- Pertahankan polusi lingkungan minimum
- Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir
Dx 2:
- Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, ketidak
mampuan bicara/berbincang
- Tinggikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas,
dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.
Dx 3 :
- Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.
- Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
- Awasi tanda vital dan irama jantung.
- Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.
- Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
BAB II
TINJAUAN KASUS
4-10-
4-10-20 20
HUSNA
I. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
A. KELUHAN UTAMA (Saat pengkajian)
An.E datang dengan ke RS PKU Muhammadiyah gombong dengan keluhan sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang: (Secara Kronologis mulai awal sakit hingga saat ini)
1. Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek seminggu
sebelum masuk RS.
2. Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk
RS.
3. Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus
menerus dan bertambah dengan aktivitas.
4. Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2
hari sebelum masuk RS.
5. Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya untuk mengatasi
sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
6. Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang kental
dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Orang tua anak mengatakan
kesulitan bernapas. Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah dan ujung -
ujung jarinya terasa dingin.
ALERGI / REAKSI
Tidak ada
alergi
Alergi Obat, sebutkan ……………………………… Reaksi
……………….……………......
Reaksi
Alergi makanan, sebutkan …………………………
…………………….....…… ….
Reaksi .
Alergi lainnya, sebutkan …. …………………………
…………………….... ….. …
Tidak
diketahui
RIWAYAT
B. KELAHIRAN
Usia kehamilan : Berat badan Panjang badan lahir : .
4O minggu lahir: ....2,8OO..... gr 47......... cm
Persalinan : V
Spontan SC Forcep
Vakum Ekstraksi
Menangis : V Ya Tidak
Riwayat kuning :
V
Ya Tidak
RIWAYAT IMUNISASI
C. DASAR
VLengkap : BCG, DPT, Hepatitis B,
Polio, Campak Tidak pernah
Tidak lengkap, sebutkan yang belum
……………………………………………………
RIWAYAT
D. KELUARGA
Bangsa
:INDONE
Ibu: Ny.S Umur : 25 SIA Kesehatan : SEHAT
Bangsa
:INDONE
Ayah: Tn.B Umur :30 SIA Kesehatan : SEHAT
Anak anak lain : -
RIWAYAT
E. KESEHATAN
Pernah dirawat : Tidak / Ya, Diagnosis ..................................................
Kapan................................ ..........
Apakah terpasang alat implant: Ya, sebutkan: ……………………….
Tidak …………………………………………………….…...
Apakah ada riwayat dalam keluarga (ayah / ibu dan kakek / nenek) memiliki
penyakit Mayor:
Tidak
Ya,Asma/ DM/ Cardiovascular/Kanker/Thalasemia/Lain-
lain........................... (lingkari penyakit yang sesuai)
Interpretasi Hasil :
Tidak ditemukan indikasi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
ALASAN PENGKAJIAN
e. CHAT (Checklist for Autism - Anak (klien) yang diambil berusia kronologis 35
in Toddlers) bulan 26 hari (dibulatkan menjadi 36 bulan)
- Instrumen ini digunakan untuk deteksi dini autis
pada anak umur 18 – 36 bulan
INTERVENSI
H. PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan Darah:....../.... mmHg Nadi : .....120... x/mnt Pernafasan: ...32...x /
menit Suhu : ....36,7....°C
Neurologi
Kesadaran :v kompos mentis / apatis / somnolen / sopor / coma (lingkari yang sesuai )
Gangguan neurologis : □ Tidak ada □ Ada, sebutkan
……………………………………………………………..……..
Pernafasan
Irama : Regular Irregular
Retraksi dada : Tidak ada Ada
Tidak normal,
sebutkan ...........................................................................
Bentuk dada : v Normal ....
Tidak normal,
sebutkan ............................................................................
Pola nafas : Normal ...
Tidak normal, sebutkan ....adanya sekret.......
Suara nafas : Normal ( stridor)....................................................................
Nafas Cuping
Hidung : Tidak ada Ada
: v Tidak
Sianosis ada Ada
: v Kanul/RB Mask/NRB Mask (lingkari yang L/mn
Alat bantu nafas Spontan sesuai) O2 ........ t
Ventilator, setting ................................................................................................................
Sirkulasi
Sianosis : v□ Tidak ada □ Ada Edema : v□ Tidak ada □
Ada
Pucat : □ Tidak ada v□ Ada Akral :v □ Hangat □
Dingin
Intensitas nadi : v□ Kuat □ Lemah □Bounding CRT : v□< 3detik □>
3 detik
Irama nadi :v □ Reguler □ Irreguler Clubbing finger :v □
Tidak ada □ Ada
Gastrointestinal
□ Labio / Palatoschizis □ Perdarahan gusi □ Lain-lain ……………………………………….
………
: v□
Muntah Ya □ Tidak Nyeri uluhati : v□ Tidak ada □ Ada
: v□
Mual Ya □ Tidak Ascites : v□ Tidak ada □ Ada
Peristaltik .
Usus : 20.......x/menit Lingkar perut : ..40........cm
Eliminasi
Defekasi
□ Stoma, sebutkan
Pengeluar :v □ …………………………………………………….
an Anus ………......................
Frekuens : ...2 .................... :....padat .............................
i ......... Konsistensi ...............................
Karakteristik Feses : v□ □ Cair □ Hijau □ □ Terdapat darah □ Lain
Normal Dempul lain ..................................
Urin
Pengeluar
an : v□ Spontan □ Kateter urine □ Cystostomy
□ Ada, ................................................
Kelainan : v□ Tidak ada sebutkan ........................................
: ........
..........
Diuresis .. tidak ml/jam
Integumen
v□ Pucat □
Warna kulit : □ Normal Kuning □ Mottled
v□ Tidak
Kelainan : Ada □ Ada
Risiko v□ Tidak
dekubitus : Ada □ Ada
v□ Tidak
Luka : ada □ Ada
Muskuloskelet
al
Kelainan v□ Tidak □ Ada, sebutkan ………………………………………………..
Tulang : Ada ………
Gerakan
anak : □ Bebas v□ Terbatas
Genetalia
□ Kelainan,
v□ Normal sebutkan ........................................................
I. SKRINING
NYERI
1. Adakah rasa nyeri Tidak
Ya
Lokasi : ..........
........................da Durasi : ..jika sedang
Frekuensi : batuk .............................
.... da .sering............................ ..
2. Skor .........
nyeri : .......
3.Tipe
nyeri : terus menerus hilang timbul
4. Karakteristik nyeri :
Terbakar Tertusuk Tumpul
Tertekan Berat Tajam
Kram
5. Nyeri
mempengaruhi :
Tidur Aktifitas fisik Konsentrasi
Emosi Nafsu makan Tidur
J. SKRINING GIZI
TinggiBadan : … BeratBadan : ………7………… kgLingkarKepala : ……
55……………….. cm 30……………….. cm
SKRINING GIZI ANAK USIA 1 BULAN – 18 TAHUN(MODIFIKASI
STRONG – KIDS)
Jawab
No Pertanyaan an
Total Skor 5
STATUS
K. FUNGSIONAL
PENGKAJIAN RISIKO JATUH ANAK (SKALA
HUMPTY DUMPTY)
Nilai
Parameter Kriteria Skor Skor
Dibawah 3
Umur tahun 4 4
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
>13tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2 1
Perempuan 1
Diagnosis Gangguan Neurologis 4
L. KEBUTUHAN
EDUKASI
Hambatan pembelajaran :
V Tidak
ada Pendengaran Lain-lain
Penglihatan Kognitif
Budaya/kepercayaan Emosi
Bahasa Motivasi
Edukasi yang diperlukan :
Stimulasi tumbuh kembang Nutrisi
Perawatan Luka Perawatan stoma
V Managemen
nyeri Medikasi
Lain-lain, ....................... V Jaminan finansial
M.
CATATAN
Rujukan :
Dietisien Fisioterapis
Terapi wicara Perawatan paliatif
Lain
Unit pelayanan jaminan lain ................................
ANALISA DATA
Tanggal/Jam :
No Data Pathway Masalah Keperawatan Etiologi
1. Peradangan alveolus Adanya sekret
DS: ( parenkim paru) Ketidakefektifan bersihan
- Orang tua mengatakan jalan nafas
anaknya batuk berdahak dan
sulit untuk bernafas- Terbentuknya eksudat
DO: dalam
Klien tampak kesulitan
bernapas
TTV: Produksi sputum
meningkat
s: 36,7 0C
N : 120X/mnt
RR : 32x /mnt Saluran nafas terhambat
suara nafas mengi (+)
Dispnea (+)
Gangguan pertukaran
gas
INTERVENSI
Tanggal/Jam : 4 okt 2020/ 09.00
NO DX NOC NIC RASIONAL
1. Setelah dilakukan Mandiri :
intervensi keperawatan - Kaji 1. Takipnue pernafasan dangkal dan
selama 2 x 24 jam, frekuensi/kedalaman gerakan dada tak simetris sering
diharapkan jalan nafas pernapasan dan gerakan terjadi karena ketidak nyamanan.
kembali efektif dada. Simetris yang sering terjadi
Dengan kriteria hasil: karena ketidaknyamanan gerakan
Batuk efektif dinding dada dan/ atau cairan
Nafas normal paru.
Bunyi nafas bersih 2. Penurunan aliran udara terjadi
- Auskultasi area paru, pada area konsolidasi dengan
TTV : catat area penurunan/tak ada cairan. Bunyi napas bronkial
aliran udara dan bunyi napas (normal pada bronkus) dapat juga
adventisius, mis, krekels, terjadi pada area konsilidasi.
o N : 60-100 x/i
mengi stridor. Krekel, ronki, dan mengi
o RR : 16-24 x/i terdengar pada inspirasi dan/atau
ekpirasi pada respon terhadap
pengumpulan cairan, sekret
kental, dan spesme jalan
- Bantu pasien latih napas napas/obstruksi.
sering Tunjukan/bantu 3. Merangsang batuk atau
pasien mempelajari pembersihan nafas secara
melakukan batuk, mis., mekanik pada pasien yang tidak
menekan dada dan batuk mampu melakukan karena batuk
efektif sementara posisi tak efektif atau penurunan tingkat
duduk tinggi. kesadaran.
IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam : 4 okt 2020/09.00
NO DX IMPLEMENTASI TTD
1. Jam : 10.00 Wib
- Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Dengan Hasil : RR = 32x/i, pernapasan cepat dan dangkal, fremitus menurun
pada kedua paru.
Mengukur TTV
Dengan hasil :
N : 120 x/i
RR : 32x /i
- Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada aliran
udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor ada.
- Memberikan terapi nebulizer untuk mengencerkan dahaknya
Jam 10.00
2. 5 okt
- Monitor pemberian oksigen pada pasien
2020
- Monitor kepatenan jalan nafas pasien
EVALUASI
NO DX HARI/TANGGAL/JA EVALUASI
M
1. Minggu 4 okt 2020 Jam : 14.00 Wib
S:
- orang tua pasien mengatakan anaknya belum bisa mengeluarkan dahaknya
O:
2. Senin, 5 okt S: -
O: RR: 28 x/mnt
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
BAB III
PEMBAHASAN
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai
dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit
bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma
bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua. Asma merupakan problem kesehatan diseluruh
dunia. Jumlah penderita asma didunia saat ini diperkirakan mencapai 235 juta orang, dan diperkirakan dan
383.000 meninggal dunia karena asma (WHO, 2015). Ini terjadi karena adanya penyumbatan
saluran nafas oleh mukus yang disebabkan karena terjadinya perubahan tingkat hiperplasia kalenjer
submukosa pada saluran nafas (Soemantri,2009). Kementrian Kesehatan (2017) dan Black dan Hawks,
2014, serangan asma ditandai dengan adanya batuk-batuk berkala yang terjadi karena iritasi mukosa
yang kental dan mengumpul.
Ini ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Adapun terapi yang
paling sering digunakan untuk menangani pasien yang mengalami serangan asma bronkial yaitu
menggunakan terapi nebulizer dengan obat yang digunakan Combivent 0,1% 1 ML (1 MG) yang
kandungannya adalah Salbutamol Ipatropium Bromide dimana obat ini berfungsi untuk melonggarkan
saluran nafas dengan cara merelaksasi bronkus.
Menurut penelitian (Siti Lestari, 2018) Akan tetapi, Ipatropium Bromide juga mempunyai efek
samping yaitu menyebabkan mulut kering, mengantuk, dan gangguan penglihatan sehingga
pemberiannya harus tepat sesuai dengan dosis yang ada. Obat yang juga sering digunakan yaitu
Bisolvon 0,2% 1 ML (2 MG) yang kandungannya yaitu Bromhexine Hydrocloride yang berfungsi
untuk mengencerkan dahak. faktor resiko dari serangan asma, dimana jenis kelamin pria merupakan
faktor resiko asma pada anak-anak. Pada anak dibawah usia 14 tahun, prevalensi asma pada anak
laki-laki hampir dua kali lipat dari anak perempuan. Namun demikian, pada usia dewasa kejadian
asma lebih bnyak pada wanita daripada pada pria. Belum diketahui penyebab perbedaan akibat jenis
kelamin ini. Diduga, ini terjadi karena ukuran paru/ saluran nafas pada pria lebih kecil daripada wanita
saat kanak-kanak, tetapi menjadi lebih besar pada usia dewasa (Ikawati, 2011).
Selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Rahmawati
(2009), dampak adanya hambatan pada jalan nafas akan menimbulkan dampak pada sistem-sistem
tubuh yaitu adanya peningkatan frekuensi nafas, susah bernafas, periode inspirasi agak pendek dan
periode ekspirasi yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati, Z.(2011). Penyakit Sistem Pernafasan dan Tata Laksana Terapinya. Yogyakarta : BursaIlmu
Siti. (2018). Keefektifan Pemberian Nebulizer Terapi Combivent Dan Terapi Bisolvon Terhadap Patensi
Jalan Nafas Pada Pasien Asma Bronkial Diruang Igd Bbkpm Makassar. Jurnal Keperawatan
Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-13