PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Kemudian pada pengukuran daya aktif
PADA SISTEM SATU FASA karena pada daya aktif yang besarnya juga Pengukuran Besaran Listrik Pada Sistem berbanding lurus dengan tegangan semakin Satu Fasa”. Maka analisa yang didapat pada besar tegangan yang diberikan pada arus praktikum ini adalah berdasarkan tujuan yang maka pada daya aktif juga akan semakin pertama mengenai konsep teori dan metode tinggi. Kenaikan tersebut dimulai dari 123 pengukuran tegangan, arus, daya, faktor daya W, 135 W, 147 W, 157 W, dan 169 W. dan dan energi pada sistem 1 fasa. Bahwa nyala pada lampu tersebut juga “terang”. Pengukuran merupakan suatu perbandingan Kemudian pada daya reaktif (VAR) yang antara suatu besaran dengan besaran lain mengalami penurunan drastis dimulai dari yang sejenis secara eksperimen dan salah -1.7 VAR, -1.9 VAR, -2.2 VAR, -2.3 VAR, satu besaran dianggap sebagai standar atau -2.5 VAR dan keterangan nyala pada lampu acuan. Dalam pengukuran listrik terjadi juga “terang”. Kemudian pada pengukuran factor pembandingan, dalam pembanding-an ini daya juga bernilai kecil, karena hal tersebut digunakan suatu alat Bantu (alat ukur). berpengaruh pada daya reaktif yang rendah, karena pada saat melakukan pengukuran ada Dari percobaan yang telah dilakukan rugi-rugi pada penghantar ataupun kesalahan terdapat dua buah data pengamatan, pada dalam melakukan pengukuran, sehingga data yang pertama itu dengan menggunakan factor daya nilainya tetap yaitu sebesar 0.99. beban lampu pijar dengan daya 180 W Kemudian Energi pada tegangan sebesar 220 didapatkan bahwa pada nilai arus akan wh juga diukur dengan waktu 1 sampai 5 berbanding lurus dengan tegangan, pada saat menit dan didapatkan hasil data tersebut praktikum online tegangan pada sumber sebesar 2 wh, 3 wh, 5 wh, 7 wh, dan 9 wh. tersebut dinaikkan dimulai dari 180 volt, 190 Kemudian pada table yang kedua dengan volt, 200 volt, 210 volt, hingga 220 volt dan menggunakan lampu ballast elektronik keterangan nyala pada lampu tersebut dengan daya sebesar 144 W. Pada arus yang “terang”. Kemudian pada pengukuran arus mengalir pada rangkaian tidak berbanding pada rangkaian tersebut juga naik dimulai lurus dengan tegangan begitu pula dengan dari 0.68 A, 0.71 A, 0.73 A, 0.75 A, dan 0.76 daya aktif yang tidak berbanding lurus A. Arus pada rangkaian tersebut mengalami dengan tegangan pula, nilai arus dan daya kenaikan di mana sesuai dengan bunyi aktif tidak naik secara konstan. Teteapi faktor hukum ohm di mana jika suatu penghantar daya pada lampu ballast lebih kecil dialiri tegangan maka akan timbul arus yang dibandingkan dengan lampu pijar. pada saat besarnya sama dengan tegangan dan praktikum online tegangan pada sumber berbanding terbalik dengan hambatannya, tersebut dinaikkan dimulai dari 180 volt, 190 Kemudian pada praktikum modul I ini volt, 200 volt, 210 volt, hingga 220 volt dan terdapat alat dan bahan yaitu Modul keterangan nyala pada lampu tersebut pengukuran besaran listrik 1 fasa, kemudian “terang”. Kemudian pada pengukuran arus alat ukur listrik digital (Clamp/Clamp meter), pada rangkaian tersebut tidak naik secara kemudian Slide Voltage Regulator (SVR), konstan yaitu dimulai dari 0.65 A, 0.68 A, Lampu pijar, Lampu led, Lampu TL ballast 0.68 A, 0.69 A, dan 0.71 A dan nyala pada induktif, Lampu TL ballas elektronik, dan lampu nya “terang”. Kemudian pada Kabel penghubung/jumper. Dari percobaan pengukuran daya aktif karena pada daya aktif yang telah dilakukan kita dapat memahami yang besarnya tidak berbanding lurus dengan konsep teori dan metode pengukuran tegangan sehingga tidak naik secara konstan. tegangan, arus, daya, faktor daya dan energi Kenaikan tersebut dimulai dari 80 W, 88 W, pada sistem 1 fasa dimana secara teori 92 W, 98W, dan 102 W. dan nyala pada untuk mengukur tegangan adalah lampu tersebut juga “terang”. Kemudian pada menggunakan alat ukur voltmeter, untuk daya reaktif (VAR) yang mengalami mengukur arus menggunakan alat ukur penurunan drastis dimulai dari -89.3 VAR, - amperemeter, untuk mengukur daya 97 VAR, - 101 VAR, - 106 VAR, - 117 VAR menggunakan alat ukur watt meter. Kita dan keterangan nyala pada lampu “terang”. juga mampu menganalisa hasil pengukuran Karena daya reaktif pada lampu ballast lebih tegangan, arus, daya, faktor daya dan energi kecil dibandingkan daya reaktif pada lampu pada beban linier dan non linier di sistem 1 pijar karena komponen yang terkandungnya. fasa, sesuai dengan tabel hasil percobaan Kemudian pada pengukuran factor daya juga dimana nilai arus akan ikut besar jika nilai bernilai kecil, karena hal tersebut tegangan sumbernya juga besar, begitu pula berpengaruh pada daya reaktif yang rendah, dengan nilai daya aktifnya, untuk daya karena pada saat melakukan pengukuran ada reaktif bebeda tergantung dari lampu yang rugi-rugi pada penghantar ataupun kesalahan diuji, untuk faktor daya nilainya sama dalam melakukan pengukuran, sehingga semua di setiap sumber tegangan, dan factor daya nilainya tetap yaitu sebesar 0.68, untuk energi pada tegangan sama, semakin 0.68, 0.67, 0.67, 0.66. Teteapi faktor daya lama maka nilai energi pada tegangannya pada lampu ballast lebih kecil dibandingkan juga semakin besar. Nilai dari suatu besaran dengan lampu pijar. Kemudian Energi pada listrik yang tidak diketahui dapat diperoleh tegangan sebesar 220 wh juga diukur dengan dengan cara melakukan pengukuran, baik waktu 1 sampai 5 menit dan didapatkan hasil pengukuran langsung maupun pengukuran data tersebut sebesar 2 wh, 3 wh, 5 wh, 7 wh, tidak langsung. Pengukuran langsung dan 9 wh. merupakan pengukuran yang dilakukan dengan cara mengukur langsung besaran pada fasa T didapatkan daya sebesar 25 VA. tersebut dan mendapatkan nilainya dari Kemudian pada pengukuran faktor daya (PF) besaran tersebut. Sedangkan pengukuran didapatkan fasa R sebesar 0.810, pada fasa S tidak langsung merupakan suatu cara didapatkan daya sebesar 0.809, dan pada fasa T mendapatkan nilai dari suatu besaran listrik didapatkan daya sebesar 0.813. Sedangkan pada dengan melakukan pengukuran pada lampu ballast pada L1 dengan daya sebesar 36 besaran listrik yang terkait dan melakukan W, L2 36 W , dan L3 36 W. Pada pengukuran perhitungan dengan besaran listrik tersebut daya aktif (W) didapat fasa R sebesar 31 w, untuk mendapatkan nilai besaran listrik pada fasa S didapat daya sebesar 24 w, dan yang diinginkan. pada fasa T didapatkan daya sebesar 33 w. kemudian pada pengukuran daya semu (VA) didapatkan fasa R sebesar 65 VA, pada fasa S MODUL II didapatkan daya sebesar 55 VA, dan pada fasa PENGUKURAN BESARAN LISTRIK T didapatkan daya sebesar 68 VA. Kemudian PADA SISTEM TIGA FASA-EMPAT KAWAT pada pengukuran daya reaktif (VAR) didapatkan fasa R sebesar -40 VA, pada fasa S Kemudian pada praktikum ini terdapat dua didapatkan daya sebesar 41 VA, dan pada fasa buah data pengamatan yaitu tabel 1 beban T didapatkan daya sebesar -42 VA. Kemudian seimbang dengan menggunakan lampu pijar pada pengukuran faktor daya (PF) didapatkan dan lampu ballast, dan pada tabel 2 yaitu beban fasa R sebesar 0.492, pada fasa S didapatkan tidak seimbang dengan menggunakan lampu daya sebesar 0.436 dan pada fasa T didapatkan pijar dan lampu ballast. Pada tabel 1 dengan daya sebesar 0.485. menggunakan beban lampu pijar dengan tiga Kemudian pada pengukuran arus pada buah fasa (R,S,T), dan menggunakan tiga buah beban lampu pijar pada fasa R didapat sebesar lampu pada LI dengan daya 40 w, pada L2 0.18 A, pada fasa S didapatkan arus sebesar dengan daya 40 W dan pada L3 dengan daya 40 0.18 A, pada fasa T didapatkan arus sebesar W. Pada pengukuran daya aktif (W) didapat 0.19 A, dan pada fasa N didapatkan arus fasa R sebesar 33 w, pada fasa S didapat daya sebesar 0.10 A. Sedangkan pada lampu ballast sebesar 34 w, dan pada fasa T didapatkan daya pada fasa R didapat sebesar 0.30 A, pada fasa S sebesar 35 w. kemudian pada pengukuran daya didapatkan arus sebesar 0.26 A, pada fasa T semu (VA) didapatkan fasa R sebesar 42 VA, didapatkan arus sebesar 0.31 A, dan pada fasa pada fasa S didapatkan daya sebesar 42 VA, N didapatkan arus sebesar 0.14 A. kemudian dan pada fasa T didapatkan daya sebesar 43 pada pengukuran tegangan pada beban lampu VA. Kemudian pada pengukuran daya reaktif pijar pengukuran fasa R-N didapatkan tegangan (VAR) didapatkan fasa R sebesar 23 VA, pada sebesar 212.4 V, kemudian pada fasa S-N fasa S didapatkan daya sebesar 24 VA, dan didapatkan tegangan sebesar 214.5 V, pada S didapat daya sebesar 29 w, dan pada fasa T pengukuran fasa T-N didapatkan tegangan didapatkan daya sebesar 69 w. kemudian pada sebesar 220.3 V. Kemudian pada pengukuran pengukuran daya semu (VA) didapatkan fasa R dengan menggunakan beban lampu ballast sebesar 61 VA, pada fasa S didapatkan daya magnetik pengukuran fasa R-N didapatkan sebesar 59 VA, dan pada fasa T didapatkan tegangan sebesar 216.1 V, kemudian pada fasa daya sebesar 136 VA. Kemudian pada S-N didapatkan tegangan sebesar 212.3 V, pada pengukuran daya reaktif (VAR) didapatkan fasa pengukuran fasa T-N didapatkan tegangan R sebesar 53 VA, pada fasa S didapatkan daya sebesar 220.7 V sebesar 51 VA, dan pada fasa T didapatkan Kemudian pada tabel kedua yaitu dengan daya sebesar 117 VA. Kemudian pada pengukuran beban tidak seimbang pada lampu pengukuran faktor daya (PF) didapatkan fasa R pijar dan lampu ballast magentik. . Pada tabel 2 sebesar 0.491, pada fasa S didapatkan daya dengan menggunakan beban lampu pijar sebesar 0.491 dan pada fasa T didapatkan daya dengan tiga buah fasa (R,S,T), dan sebesar 0.507. menggunakan tiga buah lampu pada LI dengan Kemudian pada pengukuran arus pada daya 40 w, pada L2 dengan daya 40 W dan beban lampu pijar pada fasa R didapat sebesar pada L3 dengan daya 100 W. Pada pengukuran 0.17 A, pada fasa S didapatkan arus sebesar daya aktif (W) didapat fasa R sebesar 31 w, 0.17 A, pada fasa T didapatkan arus sebesar pada fasa S didapat daya sebesar 32 w, dan 0.39 A, dan pada fasa N didapatkan arus pada fasa T didapatkan daya sebesar 83 w. sebesar 0.24 A. Sedangkan pada lampu ballast kemudian pada pengukuran daya semu (VA) pada fasa R didapat sebesar 0.28 A, pada fasa S didapatkan fasa R sebesar 32 VA, pada fasa S didapatkan arus sebesar 0.28 A, pada fasa T didapatkan daya sebesar 32 VA, dan pada fasa didapatkan arus sebesar 0.62 A, dan pada fasa T didapatkan daya sebesar 85 VA. Kemudian N didapatkan arus sebesar 0.35 A. kemudian pada pengukuran daya reaktif (VAR) pada pengukuran tegangan pada beban lampu didapatkan fasa R sebesar -20 VA, pada fasa S pijar pengukuran fasa R-N didapatkan tegangan didapatkan daya sebesar 18 VA, dan pada fasa sebesar 216.8 V, kemudian pada fasa S-N T didapatkan daya sebesar 18 VA. Kemudian didapatkan tegangan sebesar 212.8 V, pada pada pengukuran faktor daya (PF) didapatkan pengukuran fasa T-N didapatkan tegangan fasa R sebesar 0.837, pada fasa S didapatkan sebesar 219 V. Kemudian pada pengukuran daya sebesar 0.846, dan pada fasa T didapatkan dengan menggunakan beban lampu ballast daya sebesar 0.976. Sedangkan pada lampu magnetik pengukuran fasa R-N didapatkan ballast pada L1 dengan daya sebesar 36 W, L2 tegangan sebesar 217.3 V, kemudian pada fasa 36 W , dan L3 72 W. Pada pengukuran daya S-N didapatkan tegangan sebesar 214 V, pada aktif (W) didapat fasa R sebesar 30 w, pada fasa pengukuran fasa T-N didapatkan tegangan berubah-ubah. Kemudian ganti selector ke sebesar 220.8 V grafik/ batang untuk mengamati data lainnya. Lalu, pasang clampmeter pada beban, dan capit fasa pada beban untuk MODUL III mengamati data arus. Kemudian catat atau PENGUKURAN HARMONISA ambil data yang telah didapatkan. GELOMBANG TEGANGAN DAN ARUS PADA BEBAN LINIER DAN NON Selanjutnya mengukur THD pada arus LINIER kemudian pasang clampmeter pada beban setelah dapat lalu dihold dan kemudian Pada praktikum modul 3 ini yang disave dengan cara mengenter dua kali. pertama pengukuran pada lampu ballast Selanjutnya mengukur THD pada magnetic pengambilan data pada tegangan tegangan, dengan memprobe pada fasa dan (V) R saja kemudian dijumper dengan netral beban untuk mengamati data empat buah lampu terseebut yakni lampu tegangan. Lalu pasang probe nya yang ballast maagnetik. Alat ukur yang dipakai merah difasa dan hitam dinetral. Setelah untuk pengambilan data nya yaitu dengan dapat kemudian dihold dan disave. menggunakan clampmeter. Di mana Clamp Kemudian untuk pengisian table, data yang meter atau disebut juga dengan tang ampere paling atas adalah data yang paling terakhir merupakan alat ukur yang dipakai untuk disave (THD tegangan) kemudian dienter mengukur arus listrik pada sebuah kabel lagi dan muncul data yang didapatkan. konduktor yang dialiri arus listrik dengan Kemudian pengukuran yang kedua yaitu memakai dua rahang penjepit atau clamp dengan beban lampu pijar, yaitu sama saja tanpa harus kontak langsung dengan seperti cara mendapatkan data pada terminal listrik. Dengan memakai alat ini, pengukuran lampu ballast magnetic. Di maka kita tidak lagi harus mengganggu mana terdapat 2 buah table. Pada tabel rangkaian listrik yang akan diukur namun pertama yaitu pengukuran THD pada lampu hanya perlu ditempatkan pada sekeliling pijar dengan daya sebesar 100 W. pada kabel listrik yang diukur. Kemudian atur pengukuran komponen harmonic selector pada sinusoidal, kemudian capit didapatkan tegangan (V) sebesar -0.4 V, dan probe pada beban yang akan diukur, arus (I) yang didapatkan sebesar 0.02 A, pasang probe merah di fasa pada beban, dan Frekuensi yang didapatkan sebesar 0 Hz kabel hitam dinetral. Lalu pasangkan pada dan THD 0%, serta deret fourier (DF) clampmeter untuk mendapatkan gambar didapatkan sebesar 1.1 . Kemudian pada sinusoidal dari arus dan tegangan, lalu hold fundamental tegangan (V) sebesar 217.2 V, data agardata yang telah didapatkan tidak arus (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar 50 Hz. Kemudian pada komponen A, dan frekuensi sebesar 600 Hz. Kemudian harmonic ke 2 didapatkan tegangan (V) pada komponen harmonic ke 13 didapatkan sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 A, dan tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 frekuensi sebesar 100 Hz. Kemudian pada A, dan frekuensi sebesar 650 Hz. Kemudian komponen harmonic ke 3 didapatkan pada komponen harmonic ke 14 didapatkan tegangan (V) sebesar 1.3 V, arus (I) sebesar tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 0 A, dan frekuensi sebesar 150 Hz . A, dan frekuensi sebesar 700 Hz. Kemudian Kemudian pada komponen harmonic ke 4 pada komponen harmonic ke 15 didapatkan didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar 200 A, dan frekuensi sebesar 750 Hz. Kemudian Hz. Kemudian pada komponen harmonic ke pada komponen harmonic ke 16 didapatkan 5 didapatkan tegangan (V) sebesar 1.1 V, tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 arus (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar A, dan frekuensi sebesar 800 Hz. Kemudian 250 Hz. Kemudian pada komponen pada komponen harmonic ke 17 didapatkan harmonic ke 6 didapatkan tegangan (V) tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 A, dan A, dan frekuensi sebesar 850 Hz. Kemudian frekuensi sebesar 300 Hz. Kemudian pada pada komponen harmonic ke 18 didapatkan komponen harmonic ke 7 didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 tegangan (V) sebesar 1.2 V, arus (I) sebesar A, dan frekuensi sebesar 900 Hz. Kemudian 0 A, dan frekuensi sebesar 350 Hz. pada komponen harmonic ke 19 didapatkan Kemudian pada komponen harmonic ke 8 tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus A, dan frekuensi sebesar 950 Hz. Kemudian (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar 400 pada komponen harmonic ke 20 didapatkan Hz. Kemudian pada komponen harmonic ke tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 9 didapatkan tegangan (V) sebesar 1.2 V, A, dan frekuensi sebesar 1000 Hz. arus (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar Kemudian pada komponen harmonic ke 21 450 Hz. Kemudian pada komponen didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus harmonic ke 10 didapatkan tegangan (V) (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar 1050 sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 A, dan Hz. Kemudian pada komponen harmonic ke frekuensi sebesar 500 Hz. Kemudian pada 22 didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, komponen harmonic ke 11 didapatkan arus (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 1100 Hz. Kemudian pada komponen A, dan frekuensi sebesar 550 Hz. Kemudian harmonic ke 23 didapatkan tegangan (V) pada komponen harmonic ke 12 didapatkan sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0.04 A, dan tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 frekuensi sebesar 1150 Hz. Kemudian pada komponen harmonic ke 24 didapatkan didapatkan tegangan (V) sebesar 0.3 V, tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 arus (I) sebesar 0.15 A, dan frekuensi A, dan frekuensi sebesar 1200 Hz. sebesar 350.7 Hz. Kemudian pada Kemudian pada komponen harmonic ke 25 komponen harmonic ke 8 didapatkan didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar 1250 A, dan frekuensi sebesar 400.8 Hz dan Hz. THD sebesar 0%. Kemudian pada Kemudian pengukuran Pada tabel komponen harmonic ke 9 didapatkan kedua yaitu pengukuran THD pada lampu tegangan (V) sebesar 1.1 V, arus (I) sebesar ballast TL magnetic. Pada pengukuran 0.14 A, dan frekuensi sebesar 450.9 Hz. komponen harmonic pada DC didapatkan Kemudian pada komponen harmonic ke 10 tegangan (V) sebesar 0.9 V, arus (I) yang didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus didapatkan sebesar 0.08 A, Frekuensi yang (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar 501 didapatkan sebesar 0 Hz. Kemudian pada Hz. Kemudian pada komponen harmonic ke fundamental tegangan (V) sebesar 211.8 V, 11 didapatkan tegangan (V) sebesar 0.003 arus (I) sebesar 0.64 A, dan frekuensi V, arus (I) sebesar 0.10 A, dan frekuensi sebesar 50.1 Hz dan THD sebesar 0%. sebesar 551.1 Hz dan deret fourier (DF) Kemudian pada komponen harmonic ke 2 sebesar 68.8. Kemudian pada komponen didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus harmonic ke 12 didapatkan tegangan (V) (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar 100.2 sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 A, dan Hz. Kemudian pada komponen harmonic ke frekuensi sebesar 601.2 Hz. Kemudian pada 3 didapatkan tegangan (V) sebesar 1.8 V, komponen harmonic ke 13 didapatkan arus (I) sebesar 0.49 A, dan frekuensi tegangan (V) sebesar 0.005 V, arus (I) sebesar 150.3 Hz. Kemudian pada sebesar 0.03 A, dan frekuensi sebesar 651.3 komponen harmonic ke 4 didapatkan Hz. Kemudian pada komponen harmonic ke tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 14 didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, A, dan frekuensi sebesar 200.4 Hz. arus (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar Kemudian pada komponen harmonic ke 5 701.4 Hz dan THD sebesar 0%. Kemudian didapatkan tegangan (V) sebesar 1.5 V, pada komponen harmonic ke 15 didapatkan arus (I) sebesar 0.29 A, dan frekuensi tegangan (V) sebesar 0.2 V, arus (I) sebesar sebesar 250.5 Hz. Kemudian pada 0.08 A, dan frekuensi sebesar 751.5 Hz. komponen harmonic ke 6 didapatkan Kemudian pada komponen harmonic ke 16 tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus A, dan frekuensi sebesar 300.6 Hz. (I) sebesar 0 A, dan frekuensi sebesar 801.6 Kemudian pada komponen harmonic ke 7 Hz. Kemudian pada komponen harmonic ke 17 didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, MODUL IV arus (I) sebesar 0.09 A, dan frekuensi PENGUKURAN TAHANAN sebesar 851.7 Hz. Kemudian pada PEMBUMIAN komponen harmonic ke 18 didapatkan Pada modul 4 ini menggunakan alat digital tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 earth resistance tester yaitu untuk mengukur A, dan frekuensi sebesar 901.8 Hz. besaran – besaran. Kemudian menggunakan Kemudian pada komponen harmonic ke 19 elektroda batang dengan variasi ketinggian didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus yang kemudian dihubungkan dengan kabel (I) sebesar 0.06 A, dan frekuensi sebesar hijau (earth). Kemudian menggunakan dua 951.9 Hz. Kemudian pada komponen pasak bantu, pasak pertama dihubungkan harmonic ke 20 didapatkan tegangan (V) dengan kabel kuning (Potensial), kemudian sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 A, dan pasak kedua dihubungkan dengan kabel frekuensi sebesar 1002 Hz. Kemudian pada merah (Current). Dengan menggunakan komponen harmonic ke 21 didapatkan metode fall of potential dengan satu elektroda tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar dan 2 pasak bantu. Kemudian lakukan 0.04 A, dan frekuensi sebesar 1052 Hz dan dengan 2 percobaan yaitu percobaan 1 THD sebesar 0%. Kemudian pada menggunakan elektroda tegak lurus dan komponen harmonic ke 22 didapatkan percobaan 2 elektroda miring. Kemudian tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar pada percobaan ke 3 pada modul ini dengan 0.3 A, dan frekuensi sebesar 1152 Hz. menggunakan metode yang sama tetapi Kemudian pada komponen harmonic ke 23 menggunakan 2 elektroda yang diparallel didapatkan tegangan (V) sebesar 0 V, arus kan. Kemudian untuk penggunaan alatnya (I) sebesar 0.3 A, dan frekuensi sebesar alat pengukur tahanan pembumian (Digital 1152 Hz. Kemudian pada komponen Earth Resistance Tester) yaitu atur selector harmonic ke 24 didapatkan tegangan (V) ke earth voltage untuk mengukur tegangan sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 A, dan bumi. Kemudian hold data menggunakan frekuensi sebesar 120.2 Hz .Kemudian pada tombol trigger, maka nilai yang muncul komponen harmonic ke 25 didapatkan display dengan besar tegangan bumi. Dan tegangan (V) sebesar 0 V, arus (I) sebesar 0 muncul angka 0 yang merupakan tegangan A, dan frekuensi sebesar 125.2 Hz dan (V) tanah nya atau tegangan (V) bumi. THD sebesar 97.6%. Kemudian amati besar nilai tahanan pada masing-masing skala. Pada tahanan 20Ω , 200 Ω, dan 2000 Ω. Pada modul 4 ini terdapat 6 kali percobaan, pada percobaan pertama yaitu grounding tegak lurus ( arah 1 ) dengan kedalaman 2.5 m. pada jarak 3 tahanan 200 Ω didapatkan nilai sebesar 54.4, dan 6 m, pada tahanan 20Ω didapatkan data dan pada tahanan 2000 Ω didapatkan nilai 53 12.28, kemudian pada tahanan 200 Ω dan dengan tegangan bumi atau tanah nya didapatkan nilai sebesar 12.3, dan pada sebesar 0 V. Kemudian pada percobaan tahanan 2000 Ω didapatkan nilai 11 dan keempat yaitu grounding miring ( arah 2 ). dengan tegangan bumi atau tanah nya sebesar Pada jarak 3 dan 6 m, pada tahanan 20Ω 0 V. Kemudian pada jarak 4 dan 8 m, pada tidak terdapat sebuah data, kemudian pada tahanan 20Ω didapatkan data 11.32, tahanan 200 Ω didapatkan nilai sebesar 54.4, kemudian pada tahanan 200 Ω didapatkan dan pada tahanan 2000 Ω didapatkan nilai 53 nilai sebesar 12.3, dan pada tahanan 2000 Ω dan dengan tegangan bumi atau tanah nya didapatkan nilai 11 dan dengan tegangan sebesar 0 V. Kemudian pada jarak 4 dan 8 m, bumi atau tanah nya sebesar 0 V. Kemudian pada tahanan 20Ω tidak terdapat sebuah data, pada percobaan kedua yaitu grounding tegak kemudian pada tahanan 200 Ω didapatkan lurus ( arah 2 ). Pada jarak 3 dan 6 m, pada nilai sebesar 54.5, dan pada tahanan 2000 Ω tahanan 20Ω didapatkan data 12.48, didapatkan nilai 53 dan dengan tegangan kemudian pada tahanan 200 Ω didapatkan bumi atau tanah nya sebesar 0 V. Kemudian nilai sebesar 12.5, dan pada tahanan 2000 Ω pada percobaan ke lima yaitu grounding didapatkan nilai 11 dan dengan tegangan paralel( arah 1 ). Pada jarak 3 dan 6 m, pada bumi atau tanah nya sebesar 0 V. Kemudian tahanan 20Ω didapatkan nilai sebesar 10.44, pada jarak 4 dan 8 m, pada tahanan 20Ω kemudian pada tahanan 200 Ω didapatkan didapatkan data 12.4, kemudian pada tahanan nilai sebesar 10.5, dan pada tahanan 2000 Ω 200 Ω didapatkan nilai sebesar 12.4, dan didapatkan nilai 9 dan dengan tegangan bumi pada tahanan 2000 Ω didapatkan nilai 11 dan atau tanah nya sebesar 0 V. Kemudian pada dengan tegangan bumi atau tanah nya sebesar jarak 4 dan 8 m, pada tahanan 20Ω 0 V. didaaptkan nilai sebesar 10.36, kemudian Kemudian pada percobaan ketiga pada tahanan 200 Ω didapatkan nilai sebesar yaitu grounding tegak lurus ( arah 1 ) dengan 10.4, dan pada tahanan 2000 Ω didapatkan kedalaman 1.25 m. Pada jarak 3 dan 6 m, nilai 9 dan dengan tegangan bumi atau tanah pada tahanan 20Ω tidak terdapat data, nya sebesar 0 V. Kemudian pada percobaan kemudian pada tahanan 200 Ω didapatkan ke enam yaitu grounding parallel ( arah 2 ). nilai sebesar 54.3, dan pada tahanan 2000 Ω Pada jarak 3 dan 6 m, pada tahanan 20Ω didapatkan nilai 53 dan dengan tegangan didapatkan nilai sebesar 10.41, kemudian bumi atau tanah nya sebesar 0 V. Kemudian pada tahanan 200 Ω didapatkan nilai sebesar pada jarak 4 dan 8 m, pada tahanan 20Ω t, 10.4, dan pada tahanan 2000 Ω didapatkan kidak terdapat sebuah data. Kemudian pada nilai 9 dan dengan tegangan bumi atau tanah nya sebesar 0 V. Kemudian pada jarak 4 dan MODUL V 8 m, pada tahanan 20Ω didaaptkan nilai PENGUKURAN TAHANAN sebesar 10.32, kemudian pada tahanan 200 Ω PENGHANTAR didapatkan nilai sebesar 10.3, dan pada (KELVIN DOUBLE BRIDGE) Pada praktikum modul 5 ini terdapat 3 kali tahanan 2000 Ω didapatkan nilai 9 dan percobaan. Pada tabel pertama yaitu dengan tegangan bumi atau tanah nya sebesar konduktor ( Tembaga 1 (besar). Dengan 0 V. diameter 15.33 mm, dengan Panjang rata-rata Kemudian pada nilai tahanan sebesar sebesar 15.32, dan luas penampang sebesar 54.3 Ω, semakin baik itu jika memiliki 185.105 mm2 . kemudian yang kedua dengan tahanan yang kecil dan lebih baik yang diameter 15.46 mm, dengan Panjang rata-rata diparalelkan. Pada tegangan (V) pembumian 15.32, dan luas penampang sebesar 185.105 bernilai nol, yaitu dengan dibuktikan nya mm2 . kemudian yang ketiga dengan diameter rumus pada hukum ohm, V = I.R. 15.4 mm, dengan Panjang rata-rata 15.32, Pentanahan merupakan bagian dari sistem dan luas penampang sebesar 185.105 mm 2 . proteksi. Pada kehidupan nyata, pentanahan yang keempat yaitu dengan diameter 15.34 digunakan sebagai protkesi terhadap petir. mm, dengan Panjang rata-rata 15.32, dan luas Pentanahan atau pembumian adalah penampang sebesar 185.105 mm2 . Dan yang hubungan listrik yang sengaja dilakukan dari kelima yaitu dengan diameter 15.23 mm, beberapa bagian instalasi listrik ke sistem dengan Panjang rata-rata 15.32, dan luas pentanahan. Kawat pentanahan digunakan penampang sebesar 185.105 mm2 . kemudian untuk menghubungkan bagian yang didapatkan Panjang (l) 1000 mm, dengan ditanahkan dari suatu instalasi dengan tahana sebesar 1.2 x 10-3 elektroda pentanahan. Tahanan pentanahan Ω mm, dan hambatan jenis (ρ) 0.22 Ω mm . dari suatu sistem pentanahan ditentukan oleh Kemudian Panjang kedua yaitu 1200 mm, jumlah tahanan dari elektroda pentanahan ke dengan tahanan sebesar 1.45 x 10 -3 Ω mm, bumi dan kawat penghantar. Tahanan tanah dan hambatan jenis (ρ) 0.23 Ω mm. dari sebuah elektroda pentanahan ditentukan Kemudian Panjang Ketiga yaitu 1400 mm, oleh rasio potensial elektroda terhadap arus dengan tahanan sebesar 1.8 x 10-3 Ω mm, dan yang lewat melalui elektroda tersebut ke hambatan jenis (ρ) 0.237 Ω mm. bumi. Pada tabel kedua yaitu konduktor ( Tembaga 2 (sedang). Dengan diameter 3.96 mm, dengan Panjang rata-rata sebesar 3.874, dan luas penampang sebesar 11.787 mm2 . kemudian yang kedua dengan diameter 3.99 mm, dengan Panjang rata-rata 3.874 mm, dan luas penampang sebesar 11.787 mm2 . didapatkan Panjang (l) 1000 mm, dengan kemudian yang ketiga dengan diameter 3.73 tahana sebesar 2.98 x 10-3 Ω mm, dan mm, dengan Panjang rata-rata 3.874 mm, dan hambatan jenis (ρ) 0.0153 Ω mm . 2 luas penampang sebesar 11.787 mm . yang Kemudian Panjang kedua yaitu 1200 mm, keempat yaitu dengan diameter 3.98 mm, dengan tahanan sebesar 3.55 x 10 -3 Ω mm, dengan Panjang rata-rata 3.874 mm, dan luas dan hambatan jenis (ρ) 0.0152 Ω mm. penampang sebesar 11.787 mm2 . Dan yang Kemudian Panjang Ketiga yaitu 1400 mm, kelima yaitu dengan diameter 3.71 mm, dengan tahanan sebesar 4.15 x 10 -3 Ω mm, dengan Panjang rata-rata 3.874 mm, dan luas dan hambatan jenis (ρ) 0.0153 Ω mm. penampang sebesar 11.787 mm2 . kemudian Semakin besar penghantarnya maka semakin didapatkan Panjang (l) 1000 mm, dengan besar pula tahanan karena berbanding lurus. -3 tahana sebesar 1.8 x 10 Ω mm, dan hambatan jenis (ρ) 0.122 Ω mm . Kemudian Panjang kedua yaitu 1200 mm, dengan tahanan sebesar 2.15 x 10-3 Ω mm, dan hambatan jenis (ρ) 0.021 Ω mm. Kemudian Panjang Ketiga yaitu 1400 mm, dengan tahanan sebesar 2.5 x 10-3 Ω mm, dan hambatan jenis (ρ) 0.021 Ω mm. Dan pada Pada tabel ketiga yaitu konduktor ( Tembaga 3 (kecil). Dengan diameter 2.95 mm, dengan Panjang rata-rata sebesar 2.564 mm, dan luas penampang sebesar 5.163 mm2 . kemudian yang kedua dengan diameter 2.83 mm, dengan Panjang rata-rata 2.564 mm, dan luas penampang sebesar 5.163 mm2 . kemudian yang ketiga dengan diameter 3.18 mm, dengan Panjang rata-rata 2.564 mm, dan luas penampang sebesar 5.163 mm2 . yang keempat yaitu dengan diameter 3.4 mm, dengan Panjang rata-rata 2.564 mm, dan luas penampang sebesar 5.163 mm2 . Dan yang kelima yaitu dengan diameter 3.49 mm, dengan Panjang rata-rata 2.564 mm, dan luas penampang sebesar 5.163 mm2 . kemudian