Anda di halaman 1dari 7

FILSAFAT ISLAM

1. Pengertian Filsafat Islam 


Filsafat Islam dimaksudkan adalah filsafat dalam perspektif pemikiran orang
Islam. Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philo dan sophia. Philo berarti cinta dan
sophia berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Sedang menurut istilah, filsafat diartikan
sebagai upaya manusia untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik
mengenai Tuhan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana
sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.
Musa Asy’arie (2002:6) menjelaskan, bahwa hakikat filsafat Islam adalah filsafat
yang bercorak Islami, yang dalam bahasa Inggris dibahasakan menjadi Islamic
Philosophy, bukan the Philosophy of Islam yang berarti berpikir tentang Islam. Dengan
demikian, Filsafat Islam adalah berpikir bebas, radikal (radix) yang berada pada taraf
makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang dapat memberikan keselamatan
dan kedamaian hati. Dengan demikian, Filsafat Islam tidak netral, melainkan memiliki
keberpihakan (komitmen) kepada keselamatan dan kedamaian (baca: Islam).
Menurut Al-Farabi dalam kitabnya Tahshil as-Sa’adah,  filsafat berasal dari
Keldania (Babilonia), kemudian pindah ke Mesir, lalu pindah  ke Yunani, Suryani dan
akhirnya sampai ke Arab. Filsafat pindah ke negeri Arab setelah datangnya Islam.
Karena itu filsafat yang pindah ke negeri Arab ini dinamakan filsafat Islam.
Dalam perspektif Islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah
menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa pemikiran yang rasional.
Sebagaimana kata Al-Kindi (801-873M), bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang
hakikat hal-ihwal dalam batas-batas kemungkinan manusia. Ibn Sina (980-1037M) juga
mengatakan, bahwa filsafat adalah menyempurnakan jiwa manusia melalui
konseptualisasi hal ihwal dan penimbangan kebenaran teoretis dan praktis dalam batas-
batas kemampuan manusia. Karena dalam ajaran Islam  di antara nama-nama Allah juga
terdapat kebenaran, maka tidak terelakkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
filsafat dan agama (C.A Qadir, 1989: 8). 
Pada zaman dulu di kalangan umat Islam, filsafat Islam merupakan kisah
perkembangan dan kemajuan ruh. Begitu pula mengenai ilmu pengetahuan Islam, sebab
menurut al-Qur’an seluruh fenomena alam ini merupakan petunjuk Allah, sebagaimana
diakui oleh Rosental, bahwa tujuan filsafat Islam adalah untuk membuktikan kebenaran
wahyu sebagai hukum Allah dan ketidakmampuan akal untuk memahami Allah
sepenuhnya, juga untuk menegaskan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal (C.A.
Qadir, 1989: ix). Filsafat Islam jika dibandingkan dengan filsafat  umum lainnya, telah
mempunyai ciri tersendiri sekalipun objeknya sama. Hal ini karena filsafat Islam itu
tunduk dan terikat oleh norma-norma Islam. Filsafat Islam berpedoman pada ajaran
Islam.

2. Faktor-Faktor Timbulnya Filsafat Islam


a. Faktor dorongan ajaran Islam
Untuk membuktikan adanya Allah, Islam menghendaki agar umatnya
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Dan penciptaan  tersebut tentu ada
yang menciptakannya. Pemikiran yang demikian itu kemudian menimbulkan
penyelidikan dengan pemikiran filsafat. Para ahli mengakui bahwa bangsa Arab pada
abad 8-12 tampil ke depan (maju) karena dua hal: pertama, karena pengaruh sinar al-
Qur’an yang memberi semangat terhadap kegiatan keilmuan, kedua, karena
pergumulannya dengan bangsa asing (Yunani), sehingga ilmu pengetahuan atau
filsafat mereka dapat diserap, serta terjadinya akulturasi budaya antar mereka
(Ghallab: 121). Agama Islam selalu menyeru dan mendorong umatnya untuk
senantiasa mencari dan menggali ilmu. Oleh karena itu ilmuwan pun mendapatka
perlakuan yang lebih dari Islam, yang berupa kehormatan dan kemuliaan. 

b. Faktor Perpecahan  di Kalangan Umat Islam (intern)

Setelah khalifah Islam yang ketiga, Usman bin Affan terbunuh, terjadi
perpecahan dan pertentangan di kalangan umat Islam. Perpecahan dan pertentagan
tersebut pada mulanya adalah karena persoalan politik. Tetapi kemudian merembet
ke bidang agama dan bidang-bidang lain. Untuk membela dan mempertahankan
pendapat-pendapat mereka serta untuk menyerang pendapat lawan-lawannya, mereka
berusaha menggunakan logika dan  khazanah ilmu pengetahuan di masa lalu,
terutama logika Yunani dan Persi, sampai akhirnya mereka dapat berkenalan dan
mendalami pemikiran-pemikiran yang berasal dari kedua negeri tersebut. Kemudian
mereka membentuk filsafat sendiri, yang  dikenal dengan nama filsafat Islam.

c. Faktor Dakwah Islam


Islam menghendaki agar umatnya menyampaikan ajaran Islam kepada sesama
manusia. Agar orang-orang yang diajak masuk Islam itu dapat menerima Islam
secara rasional, maka Islam harus disampaikan kepada mereka dengan dalil-dalil
yang rasional pula. Untuk keperluan itu diperlukan filsafat.
d. Faktor Menghadapi Tantangan Zaman (ekstern)
Zaman selalu berkembang, dan Islam adalah agama yang sesuai dengan segala
perkembangan. Tetapi hal itu bergantung kepada pemahaman umatnya. Karena itu
setiap zaman berkembang, menghendaki pula perkembangan pemikiran umat Islam
terhadap agamanya. Pengembangan pemikiran tersebut berlangsung di dalam filsafat.
e. Faktor Pengaruh Kebudayaan  Lain
Setelah daerah kekuasaan meluas ke berbagai wilayah, umat Islam berjumpa
dengan bermacam-macam kebudayaan. Mereka menjadi tertarik, lalu
mempelajarinya dan akhirnya terjadi sentuhan budaya diantara mereka. Hal ini
banyak sekali ditemukan dalam beberapa teori filsafat Islam, misalnya  “teori
emanasi” dari Al-Farabi.

3. Pertumbuhan Filsafat Islam


Filsafat, sebagaimana telah dijelaskan di muka berasal dari Keldania (sekarang
Irak), kemudian pindah ke Mesir, lalu ke Yunani, Suryani, dan akhirnya sampai ke
negeri Arab. Filsafat pindah ke negeri Arab setelah datangnya Islam. Ajaran Islam tidak
bisa lepas dari pergumulan dengan budaya dan pengetahuan bangsa lain serta
berkembang semakin luas dan menyangkut berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat.
Ketika Islam bersinggungan dengan budaya Yunani, Persi, Cina atau yang
lainnya, maka tidak otomatis Islam di Yunanikan, diPersikan,  diCinakan dst. Islam
datang pada permulaan abad ke-7 M, kemudian berkembang sampai ke seluruh Timur
Tengah, Afrika Utara dan Spanyol pada akhir abad tersebut. Kontak dengan wilayah baru
itu menyebabkan umat Islam menyerap ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani dan
juga Cina. Mereka mentransfer ilmu-ilmu tersebut dalam paradigma baru dan kemudian
berkembang sehingga menjadi bagian dari peradaban Islam.
Sebenarnya kaum muslimin pada masa permulaan Islam tidak bermaksud untuk
menukilkan filsafat secara langsung, dengan asumsi  yang demikian itu belum dianggap
penting, bahkan mereka tidak bermaksud menukilkan ilmu asing. Bilamana ada ilmu-
ilmu asing yang telah merembes ke Arab (Islam), hal itu  karena adanya hubungan
bangsa Arab dengan bangsa-bangsa sekitarnya.
Pindahnya filsafat ke Arab adalah setelah Iskandariyah dibangun dan menjadi
pusat ilmu pengetahuan, dimana orang-orang Arab menerjemahkan berbagai cabang ilmu
pengetahuan dan filsafat baik dari bahasa Yunani maupun dari bahasa Suryani kedalam
bahasa Arab. Penerjemahan buku-buku filsafat yang dilakukan orang-orang Arab pada
mulanya bukanlah bertujuan untuk mempelajari filsafat. Kecenderungan bangsa Arab
kala itu pada ilmu pengetahuan bukan pada filsafat. Akan tetapi karena buku-buku yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab tersebut kebanyakan karya dari para Filosof
Yunani, yang mencampuradukkan antara filafat dan ilmu pengetahuan, maka orang-
orang Arab yang mempelajari ilmu pengetahuan terdorong pula untuk mengenal filsafat,
mempelajari aliran-alirannya, riwayat hidup para filosof dan pendapat-pendapat mereka
mengenai hubungan ilmu pengetahuan dan filsafat. Karena pindahnya filsafat ke negeri
Arab tersebut  adalah setelah datangnya Islam di negeri ini, maka akhirnya filsafat yang
pindah ke negeri Arab tersebut lebih dikenal dengan istilah filsafat Islam.

4. Perkembangan Filsafat Islam


Setelah filsafat meninggalkan Yunani, ia dikembangkan oleh orang Islam,
sehingga filsafat tersebut menjadi bagian terpenting dari kebudayaan Islam. Beratus
tahun filsafat itu lepas dari bangsa Yunani, selama itu pula filsafat dibangun oleh orang
Islam. Pada saat pertama kali filsafat itu pindah ke dalam masyarakat Islam belum
kelihatan bahwa filsafat tersebut merupakan bagian dari peradaban. Ia baru kelihatan
peranannya dalam peradaban Islam pada abad ke-9 Masehi, yaitu di masa pemerintahan
Abassiyah. 
Dari abad ke-9 sampai abad ke-12 filsafat berkembang dengan suburnya dalam
khazanah ilmu pengetahuann dan masyarakat Islam. Masa ini adalah masa
perkembangan filsafat yang tiada taranya dalam dunia Islam. Dunia Islam telah
melahirkan ahli-ahli filsafat Islam yang banyak jumlahnya, bahkan ada yang sampai
diberi julukan sebagai “guru kedua” filsafat, yaitu Al-Farabi. Guru pertamanya adalah
Aristoteles, dan sampai saat ini belum ada guru ketiganya.
Akan tetapi pada abad ke- 12 secara tiba-tiba perkembangan filsafat Islam
terhenti, karena mendapat serangan dari ahli-ahli agama. Banyak ahli-ahli filsafat
dihukum sebagai orang-orang mulhid (atheis), akibatnya pada akhir abad ke-12
menghilanglah filsafat dari kebudayaan Islam. Buku-buku filsafat betapapun besar dan
tinggi nilainya, dibakar dalam perunggunan di musim dingin dan akhirnya pada abad ke
14. Tidak seorangpun lagi dalam dunia Islam yang berani mempelajari filsafat, apalagi
menamakan dirinya sebagai filosuf. Sebab dengan demikian akan menyebabkan dia
dihukumi sebagai orang mulhid. Sejak itulah perkembangan filsafat di dunia Islam
menjadi tertinggal. Sementara dunia Barat yang pada mulanya mempelajari filsafat dari
orang-orang Islam mengalami kemajuan yang amat pesat sampai saat ini.
Demikianlah, filsafat Islam telah mengalami perkembangan yang pesat dalam
kurun waktu yang sangat lama, akan tetapi setelah mendapat serangan dari ahli-ahli
agama, filsafat Islam menjadi mandek. Kemandekan filsafat Islam inilah yang dianggap
oleh sebagian kalangan, yang menyebabkan tertinggalnya umat Islam saat ini dari
negara-negara Barat. 

Sumber : https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/sejarah-pertumbuhan-dan-
perkembangan-filsafat-islam.html

Sejarah mencatat filsuf Islam antara lain : Ar-Razi, Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Arabi, Ibnu Bajjah, Al-
Biiruuni, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd juga Al-Ghazali.

Ibnu Sina yang terkenal dengan : teori metafisika wujudnya.

Al-Ghazali membuat telaah pemikiran para filsuf dengan kitabnya Tahafut al-Falasifah.

Ibnu Rusyd dengan kritikya kepada Imam Ghazali dengan buku Tahafut At-Tahaffut.
Sembilan tokoh ilmuwan muslim yang menjadi panutan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan hingga sekarang. http://aksi.id/artikel/22933/9-Ilmuwan-Muslim-di-Masa-
Keemasan-Islam/

1. Ibnu Rusyd (520-595 H)

Nama lengkapnya Abu -al-Walid Muhammad Ibu Rusyd. Beliau menguasai ilmu
fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika, astronomi, kedokteran, dan filsafat.
Karya-karya beliau antara lain kitab Bidayat al-Mujtahid (kitab yang membahas tentang
fikih), Kulliyat Fi at-Tibb  (buku tentang kedokteran di Eropa), Fal al-Maqal Fi Ma Bain
al-Hikmah wa asy-Syariat.

2. Al-Ghazali (450-505 H)

Nama lengkapnya Abu Hamid al-Ghazali. Beliau menulis berbagai macam buku
yang jumlahnya mencapai 288 buah, mengenai tasawuf, teologi, filsafat, logika, dan
fikih. Diantara bukunya yang terkenal, yaitu Ihya Ulumuddin, yakni membahas masalah-
masalah ilmu akidah, ibadah, akhlak, dan tasawuf berdasarkan Alquran dan Hadis.
Dalam bidang filsafat, beliau menulisTahafut al-Falasifah  (Tidak konsistennya para
filsuf). Al-Ghazali merupakan ulama yang sangat berpengaruh didunia Islam sehingga
mendapat gelar Hujjatul Islam (bukti kebenaran Islam).

3. Al-Kindi (805-873 M)

Nama lengkapnya Yakub bin Ishak al-Kindi. Al-Kindi termasuk cendekiawan


muslim yang produktif. Beliau juga merupakan salah satunya filsuf Islam Arab. ia
disebut Failasuf al-Arab (Filsuf orang Arab). Karya-karya Al-Kindi mencakup berbagai
bidang, seperti geometri, astronomi, astrologi, aritmetika, musik, fisika, medis, psikologi,
meteorologi, dan politik.

4. Al- Farabi (872-950 M)

Nama lengkapnya  Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag al-Farabi,
Al- Farabi menekuni berbagai bidang ilmu pengetahuan antara lain logika, musik,
kemiliteran, metafisika, ilmu alam, teologi, dan astronomi.
Di antara karya-karya Al- Farabi , karya yang paling terkenal adalah Al-Madinah al-
Fadhilah (kota atau negara utama) yang di dalamnya membahas tentang pencapaian
kebahagiaan melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang paling baik
menurut pemahaman Plato dan hukum Illahiah Islam.

5. Ibnu Sina (980-1037 M)

Nama lengkapnya Abu Ali al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di desa
Afsyana dekat Bukhara, wafat dan dimakamkan di Hamzan. Beliau belajar bahasa Arab,
geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi Islam, dan ilmu kedokteran. Karena
kehebatannya, di dalam dunai Islam ia dianggap sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.

6. Jabir bin Hayyan

Jabir bin Hayyan adalah salah satu ilmuan muslim di bidang ilmu kimia, Di
kalangan Barat,Jabir bin Hayyan dikenal dengan nama Geber. Jabir telah merintis
ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya antara lain dalam
penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta
pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.

7. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi

Beliau adalah ahli matematika, astronomi, astrologi. Dia berprofesi sebagai


seorang dosen semasa hidupnya. Buku pertamanya adalah Al-Jabar yang merupakan
buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Dengan
buku yang ia tulis tersebut, ia disebut sebagai Bapak Aljabar.

8. Ibnu Haitham

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Muhammad al-Hasan Ibnu al-Haitham. Beliau
dikenal di Barat dengan nama Alhazen sebagai seorang ilmuan Islam yang ahli dalam
bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. 

9. Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun disebut sebagai Bapak Sosiologi Islam, Nama lengkapnya adalah
Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Abi Bakar bin Muhammad bin al-Hasan.
Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah. Kitab ini berisi pembahasan tentang
masalah sosial manusia. Dia dipandang sebagai peletak dasar ilmu sosial dan politik
Islam.

Anda mungkin juga menyukai