Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN TARI KREASI

TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR SISWA TUNAGRAHITA


DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA

Rahajeng Ratnayanti
Usep Kustiawan

Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Email: ratnayantirahajeng@yahoo.co.id

Abstrack: This research were to describe: (1) the gross motor capability of the student with intellectual
disability in SDLB Putra Jaya before intervention (A). (2) while intervention (B). (3) after intervention
(A’) (4) the differences of the gross motor capability of the student with intellectual disability in SDLB
Putra Jaya between before and after intervention. The result of the research were (1) change level baseline
condition (A) = +17,85%; (2) change level intervension condition (B) = +17,86%; (3) change level
baseline condition baseline (A’) = +3,58%; (4) change level intervension (B) condition toward baseline
condition (A) = +3,57%; (5) change level baseline (A’) condition toward intervension condition (B) =
-17,86%. There weren’t any overlapping data among them (0%).

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) kemampuan motorik kasar siswa tunagrahita
di SDLB Putra Jaya sbelum intervensi (A). (2) selama intervensi (B). (3) setelah intervensi (A’) (4)
perbedaan kemampuan motorik kasar siswa tunagrahita di SDLB Putra Jaya antara sebelum dan sesudah
intervensi. Hasil penelitian ini adalah (1) change level kondisi baseline (A) = +17,85%; (2) change level
kondisi (B) = +17,86%; (3) change level kondisi (A’) = +3,58%; (4) change level kondisi (B) terhadap
change level kondisi (A) = +3,57%; (5) change level kondisi (A’) terhadap change level kondisi (B) =
-17,86%. Overlapping antar kondisi tidak ada di antara data tersebut (0%).

Kata Kunci: tari kreasi, motorik kasar, tunagrahita

Perkembangan motorik kasar menentukan ketunagrahitaan pada masa kanak-kanak akan


kemampuan anak melakukan kegiatan fisik. mempengaruhi kemampuannya dalam bermain,
Perkembangan motorik kasar, terutama pada anak reaksi yang lambat atau cepat tetapi tidak tepat. Hal
yang mengalami hambatan perkembangan seperti ini mengakibatkan mereka akan mengalami masalah
tunagrahita, perlu adanya bimbingan dari para dalam interaksinya dengan lingkungan. Dampak
pendidik di lembaga pendidikan usia dini dan ketunagrahitaan pada masa sekolah yaitu berkaitan
pendidikan dasar. Perkembangan motorik kasar dengan belajar terutama dalam hal kemampuan
pada anak akan berpengaruh pada perkembangan abstrak. Hal ini berkaitan dengan dugaan bahwa
perilaku, sosial, kognitif dan hal lain yang siswa tunagrahita mengalami kelainan persepsi,
terkait. asosiasi, mengingat kembali, kekurangmatangan
Ketunagrahitaan adalah fungsi intelektual motorik, dan gangguan koordinasi sensomotorik,
di bawah normal bersamaan dengan perilaku mal dan konsentrasi.
adaptif pada masa perkembangannya. Menurut Perkembangan motorik kasar yang baik akan
Kirk & Gallagher, (1986:116) dalam Astati (2007) membuat anak lebih percaya diri dan menimbulkan
struktur maupun fungsi tubuh siswa tunagrahita konsep diri positif. Untuk mengembangkan
pada umumnya tidak sebagus anak seusianya. kemampuan motorik siswa tunagrahita salah
Kelainan ini bukan pada organ tetapi pada pusat satunya dapat dilakukan melalui pembelajaran
pengolahan di otak. Menururt Amin (1995) dampak tari kreasi. Pembelajaran tari kreasi menerapkan

238
Rahajeng R, Usep K, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tari . . . . . 239

gerak dasar mempunyai banyak manfaat karena Subject Research), yaitu membandingkan subjek
anak akan merasa senang dan termotivasi setelah yang sama dalam kondisi yang berbeda. Penelitian
mendengar musik pengiring tari. Menurut Jazuli eksperimen adalah suatu penelitian dimana
(1994) aktivitas gerakan dan musik merupakan dalam proses tesebut dilakukan rekayasa dalam
salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap hal kondisi, obyek, dll (Nasir, 2013). Penelitian
potensi gerak anak dalam keterampilan olah tubuh kuantitatif adalah penelitian yang menghasilkan
bagi anak. Sedangkan menurut Delphi (2006) data berupa angka-angka hasil proses pengukuran
suara musik dan lagu dapat memberi efek sugestif dan dianalisis secara statistik (Sugiyono, 2011:23).
terhadap kemampuan gerak. Sunanto (2005;135) menyatakan bahwa desain
Menurut Jazuli (1994) tari adalah ekspresi penelitian subjek tunggal biasanya digunakan pada
jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi penelitian perubahan tingkah laku dari seseorang
bentuk gerak tubuh secara berirama yang dilakukan yang timbul sebagai akibat perlakuan (intervensi)
di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan dan dapat pula dipakai pada penelitian lain apabila
pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan ukuran sampel adalah satu. Dalam penelitian ini
pikiran. Tari juga merupakan ekspresi jiwa manusia desain yang digunakan adalah desain A-B-A’
melalui gerak ritmis yang indah. Pola gerak yang dimana ada 3 kondisi yang diamati yaitu kondisi
berulang akan berkaitan dengan ruang, tenaga, awal atau baseline 1 (A) yaitu kemampuan motorik
waktu, dan bentuk gerakan. Pola gerak berpatokan sebelum intervensi, lalu selama dilakukan intervensi
pada ketrampilan gerak dasar. Ketrampilan gerak (B) yaitu berupa pembelajaran tari kreasi, dan
dasar dalam gerak irama meliputi locomotor skill, baseline 2 (A’) yaitu kondisi setelah diintervensi.
manipulatif skill, dan nonmanipulatif skill. Dalam penelitian ini variabel yang mempengaruhi
Pembelajaran tari sebagai penerapan pola atau variable bebas berupa pembelajaran tari kreasi,
gerak irama dalam pendekatan pembelajaran di sedangkan variabel terikat adalah kemampuan
sekolah berkepentingan untuk mengembangkan motorik kasar. Kemampuan motorik diukur
potensi kognitif dan sosial secara utuh. Tujuan pada kondisi sebelum intervensi (baseline), pada
utama gerak irama dalam kehidupan seseorang saat intervensi, dan setelah intervensi (baseline
karena adanya azas stimulasi dalam fungsi akhir).
kehidupan seseorang, yakni kemampuan persepsi Subyek adalah penyandang tunagrahita
gerak (perceptual motor skill), sosial, emosional, sedang jenis kelamin perempuan berusia 13 tahun
dan intelektual. dan duduk di kelas 1 SD tahun ajaran 2014-
Suatu latihan pola gerak yang bervariasi 2015. Subyek bernama FPNS lahir di Malang
dapat meningkatkan potensi kemampuan fisik, tanggal 11 Februari 2002. Subyek mengalami
emosi, sosialisasi, dan kognitif. Latihan pola gerak gangguan perkembangan pada tahap motorik kasar
sangat berpengaruh pada potensi gerak seseorang yang cukup signifikan, namun tidak mengalami
dalam ketrampilan olah tubuh. Oleh karena itu gangguan penglihatan, pendengaran atau cacat
diperlukan pengetahuan olah tubuh melalui fisik. Subyek berada pada rentang usia pendidikan
pengalaman-pengalaman gerak. Melalui kesadaran dasar dan memiliki minat tinggi terhadap kegiatan
terhadap pola gerak tubuh, seseorang akan menari.
mampu mencapai ketrampilan gerak tubuh secara Pada penelitian ini instrumen yang digunakan
mandiri. Bagi sebagian besar anak dengan hendaya berupa tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli)
perkembangan (seperti autis, tunagrahita, ADHD, yang diberikan kepada seseorang dengan maksud
ADD, LD, dan gangguan perilaku) penerapan untuk mendapatkan respon yang dapat diukur dan
terapi/latihan gerak irama sangat bermanfaat untuk dijadikan dasar bagi penetapan data kuantitatif
meningkatkan kemampuan gerak. Oleh karena itu (Ary, Jacobs & Rezavieh: 2011). Dalam penelitian
dalam penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut tentang ini seperangkat rangsangan yang dimaksud
pengaruh penerapan pembelajaran tari kreasi adalah instruksi lisan dan respon yang diukur
terhadap kemampuan motorik kasar tunagrahita. adalah berupa perbuatan yang menggambarkan
kemampuan motorik kasar.
Validitas dilakukan dengan cara menyusun
METODE
butir soal mengenai kemampuan motorik kasar
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan spesifikasi gerak dasar. Data yang diperoleh
eksperimen kuantitatif deskriptif dengan rancangan melalui Expert Judgement dihitung dengan
penelitian dilakukan terhadap kasus tunggal (Single ketentuan skala likert. Pada skala ini kategori
240 JURNAL ORTOPEDAGOGIA, VOLUME 1, NOMOR 3, DESEMBER 2014: 238-244

yang digunakan adalah sangat relevan, relevan, subjek sebelum diberikan intervensi, tes pada tahap
kurang relevan tidak relevan. Menurut Sugiyono intervensi bertujuan untuk mengetahui pengaruh
(2012:131) internal consistency dilakukan dengan intervensi terhadap hasil belajar, sedangkan
cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian tes pada tahap baseline akhir bertujuan untuk
data yang diperoleh dianalisis dengan teknik mengetahui pengaruh intervensi pada kemampuan
tertentu untuk diketahui tingkat keajegannya motorik manakala intervensi sudah tidak diterapkan
(realibilitas). Instrumen diuji cobakan kepada dua kembali (menetap tidaknya perubahan perilaku
siswa tunagrahita dengan usia mental yang hampir target). Sebelum memasuki fase intervensi maka
setara. Rumus yang digunakan adalah KR-20 yang dilakukan penerapan RPP pembelajaran tari
digunakan untuk mengetahui reliabilitas semua kreasi. Uji kemampuan motorik kasar setiap
item soal. harinya dikerjakan setelah melakukan sebanyak 3
Analisis data dalam penelitian yang memakai rangkaian tari kreasi. Pada kondisi baseline akhir
desain single subject reseach bertujuan untuk aktivitas menari dihentikan, namun uji motorik
mengetahui pengaruh atau efek intervensi terhadap kasar tetap dilakukan.
target behavior. Masing-masing data yang Data kuantitatif dalam penelitian ini didapat
diperoleh dari tahap baseline (A) dan intervensi dengan cara megukur kemampuan motorik kasar.
(B) dibuat analisis deskriptifnya. Menurut Sunanto Data hasil penelitian tersebut disajikan dalam grafik
( 2005:93) menyatakan bahwa SSR menggunakan 1 berikut:
statistik deskriptif yang sederhana. Dalam
penelitian ini menggunakan analisis visual dalam Grafik 1. Data Hasil Uji Kemampuan Motorik
kondisi dan antar kondisi. Data tersebut dianalisis Kasar Siswa Tunagrahita kelas I SDLB Putra
berdasarkan komponen-komponen pada setiap Jaya
kondisi (A-B-A’).

HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
Dalam penelitian ini gerakan tari kreasi
adalah sekumpulan gerak dasar yang dirancang
sedemikian rupa agar dapat dilakukan dengan siswa
tunagrahita berat, dan dengan tempo yang selaras
dengan lagu pengiring “Zunea zunea”. Untuk
menentukan macam gerakan dasar tersebut maka
terlebih dahulu dilakukan asessment awal.
Kemampuan motorik yang diuji dalam
penelitian ini adalah kemampuan anak untuk
melaksanakan instruksi lisan. Dimana instruksi Grafik 1 menunjukan bahwa nilai kemampuan
tersebut terdiri dari perintah melakukan gerak motorik kasar anak tunagrahita SDLB Putra Jaya
lokomotor, non lokomotor dan manipulatif. Skor kelas 1 pada kondisi baseline 1 adalah 39,29%
yang diambil adalah respon terbaik dari setiap ; 21,43% ; 53,57% ; 53,57% ; 57,14% sehingga
pelaksanaan perintah oleh subyek. Adapun rubrik didapat skor rata rata 45,00%. Pada kondisi
skor yang digunakan mengacu pada skala likert intervensi 60,71% ; 67,86% ; 71,43% ; 78,57%
dengan rentang 0-4. Skor 0 bila tidak merespon ; 67,86% ; 82,14% ; 82,14% ; 78,57% sehingga
sama sekali, skor 1 bila mau menirukan gerak tapi didapat skor rata-rata 73,66%. Pada kondisi baseline
salah, skor 2 bila menirukan gerak hampir benar, akhir didapat nilai skor kemampuan motorik kasar
skor 3 bila menirukan gerakan dengan benar, skor 60,71% ; 64,29% ; 60,71% ; 60,71% sehingga
4 bila melakukan instruksi dengan benar tanpa didapat rata-rata skor kemampuan motorik kasar
contoh. adalah 62,85%.
Terdapat 3 tahapan tes yang diberikan yakni
tes pada tahap baseline awal, tes tahap intervensi
dan baseline akhir. Tes pada tahap baseline
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
Rahajeng R, Usep K, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tari . . . . . 241

Analisa Data Kondisi yang dibanding- B ke A A’ ke B


kan
Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Visual
Dalam Kondisi 1. Jumlah variabel yang 1 1
diubah
Kondisi A B A’
2. Perubahan kecend- (+) (+)
Panjang kondisi 5 8 5 erungan arah dan efeknya
Estimasi kecend.
Variable ke Variabel ke
Arah dan Jejak data 3. Perubahan Stabilitas
variabel stabil
Stabilitas Variabel Variabel Stabil
4. Perubahan Level +3,57% -17,86%
Stabilitas &
rentang 5. Persentase Overlap 0% -
Level perubahan 57,14%- 78,57%- 64,29%-
39,29% 60,71% 60,71% Tabel 2 diatas merupakan rangkuman hasil
(+17,85%) (+17,86%) (+3,58%) analisis antar kondisi dengan penjelasan sebagai
Tabel 1 diatas menjelaskan tentang rangkuman berikut : (1) Jumlah variabel yang akan diubah
hasil analisis data dalam kondisi sebagai berikut : adalah satu, yaitu kondisi baseline ke kondisi
(1) Panjang kondisi yang dilakukan pada fase intervensi; (2) Perolehan kecenderungan arah
baseline (A) adalah 5 sesi, pada fase intervensi antara kondisi baseline (A) ke intervensi (B) dan
(B)adalah 8 sesi, sedangkan baseline (A’) adalah 5 intervensi (B) ke baseline (A’) adalah meningkat.
sesi; (2) Berdasarkan garis estimasi kecenderungan Hal ini berarti target behaviour meningkat setelah
arah, diketahui bahwa kondisi baseline (A) diberikan intervensi; (3) Perubahan kecenderungan
estimasi kecenderungan arahnya naik karena stabilitas antara baseline (A) ke intervensi adalah
median skor yang didapat pada belahan kanan variable ke variable. Sedangkan kecenderungan
lebih tinggi daripada median skor pada belahan stabilitas antara intervensi (B) ke baseline (A’)
kiri pada masing-masing kondisi, hal ini berarti adalah variable ke stabil; (4) Kemampuan
subjek penelitian mengalami peningkatan dalam motorik kasar kondisi baseline ke intervensi
kemampuan motorik kasar; (3) Hasil kecenderungan mengalami peningkatan sebesar 3,57% sedangkan
stabilitas pada kondisi baseline (A) yaitu 0% yang kemampuan motorik kasar kondisi intervensi
berarti data tidak stabil. Pada kondisi intervensi ke baseline(A’) menurun sebesar 17,86%; (5)
(B) yaitu 62,5% yang artinya tidak stabil. Pada Persentase overlap atau tumpang tindih data dari
kondisi baseline(A’) kecenderungan stabilitasnya intervensi (B) terhadap baseline (A) adalah 0%.
mencapai 100% artinya stabil; (4) Berdasarkan Berdasarkan hasil persentase overlap data sebesar
garis jejak data, diketahui bahwa kondisi baseline 0% ini menunjukkan bahwa pemberian intervensi
(A), kondisi intervensi (B) dan kondisi baseline berupa pembelajaran tari kreasi berpengaruh nyata
(A’) jejak datanya meningkat karena median skor terhadap target behavior yaitu kemampuan motorik
yang didapat pada belahan kanan lebih tinggi dari kasar dengan spesifikasi gerak dasar pada siswa
belahan kiri; (5) Data pada kondisi baseline (A), tunagrahita di SDLB Putra Jaya Malang.
skor cenderung meningkat namun tidak stabil
dengan rentang . Pada kondisi intervensi (B) skor Uji Hipotesa
data yang dihasilkan cenderung meningkat dan
data tidak stabil dengan rentang . Pada kondisi Menurut Wendt (2009) persentase data non
baseline (A’) skor data cenderung meningkat overlap < 50% menunjukan bahwa intervensi
namun stabil dengan rentang; (6) Pada kondisi tidak berpengaruh nyata, persentase data non
baseline (A) menunjukkan tanda (+) yang berarti overlap 50%-70% menunjukan bahwa efektivitas
data mengalami peningkatan, pada kondisi intervensi masih perlu dipertanyakan, persentase
intervensi (B) mengalami peningkatan sehingga data non overlap 70%-90% menunjukan bahwa
data menunjukkan tanda (+), sedangkan pada intervensi cukup efektif, dan persentase data non
kondisi baseline (A’) mengalami peningkatan overlap >90% menunjukan bahwa intervensi
sehingga data menunjukkan tanda (+). sangat efektif. Berdasarkan hasil penelitian didapat
bahwa overlapping data adalah 0%, dengan kata
Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar lain persentase data non overlap adalah 100%. Hal
Kondisi ini membuktikan bahwa intervensi sangat efektif
terhadap peningkatan target perilaku.
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat
242 JURNAL ORTOPEDAGOGIA, VOLUME 1, NOMOR 3, DESEMBER 2014: 238-244

disimpulkan bahwa hipotesa (Ha) diterima bahwa mengalami peningkatan lebih baik dibanding pada
adanya pengaruh penerapan pembelajaran tari fase sebelum baseline awal (A). Skor total rata-rata
kreasi terhadap kemampuan motorik kasar siswa yang didapat pada kondisi ini adalah 62,86%.
tunagrahita SDLB Putra Jaya Malang. Menurut Delphie (2006:3) melodi dalam musik
dapat memperkuat dan mempertahankan irama,
PEMBAHASAN karena irama diwujudkan dalam bentuk auditif.
Dalam konteks terapi kondisi ini memberi pengaruh
Pada fase baseline dilakukan uji kemampuan sugestif terhadap kontrol gerak. Esensi dari pola
motorik kasar pada subyek dan mendapat hasil gerak mampu meningkatkan potensi diri anak
cukup rendah dengan rata-rata keseluruhan berkebutuhan khusus dalam hal kreativitas. Oleh
yaitu 45%. Dalam hal kemampuan gerak subyek karena itu hal ini dapat merangsang kemampuan
mengalami kematangan motorik yang sangat kognitif dan sosial. Perkembangan kognitif dan
lambat, koordinasi gerak kurang baik, sukar sosial melalui kreativitas gerak dapat menimbulkan
memusatkan perhatian, kesehatan fisik sangat kepercayaan diri pada diri setiap anak berkebutuhan
rendah dan sering tidak masuk karena sakit. Hal ini khusus, dalam hal ini tunagrahita. Melalui
sependapat dengan Kaplan dan Sadock (2010:43) pembelajaran pola gerak memungkinkan otot-otot
menyatakan anak tunagrahita memiliki kekurangan tubuh dapat dilatih, ditegangkan, dikendurkan. Otot
didalam melakukan koordinasi gerak dan sensori, lebih kuat dan lentur, hal ini memberi kemampuan
rendahnya rasa toleransi, memusatkan perhatian, lebih pada fungsi persendian. Fungsi optimal
kesulitan dalam memahami bahasa, dan melakukan dari persendian itulah yang dapat meningkatkan
pekerjaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan gerak suatu individu.
tingkat kesegaran jasmani anak tunagrahita dalam Lwin, dkk (2008) berpendapat bahwa music
kategori kurang sekali. juga memberi kontribusi untuk subyek dapat
Pada fase intervensi dimana sesi pembelajaran mengingat gerak, konsentrasi, dan suasana hati
tari menggunakan music yang disukai anak-anak, bahagia. Oleh karena itu dengan tidak digunakannya
kemampuan gerak siswa mengalami peningkatan. kembali sesi pembelajaran tari (intervensi) maka
Hal ini menjawab pendapat Kurniati (2013) bahwa akan menurunkan potensi kemampuan gerak dasar.
salah satu tujuan pembelajaran bagi penyandang Namun hasil latihan gerak dari kondisi intervensi
tunagrahita berat adalah mampu bergaul, beradaptasi memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap
dan beraktivitas yang menggembirakan. Skor total perilaku sasaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan
rata-rata yang didapat pada kondisi ini adalah 73%. data hasil penelitian dimana tidak ada ovelapping
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sousa (2012:258) data antar kondisi satu dengan lainnya.
musik dapat mempengaruhi tubuh dengan cara Bagi anak tunagrahita berat penerapan
mengubah kecepatan detak jantung, kecepatan pembelajaran tari kreasi ini dapat mengurangi
bernapas, tekanan darah, ambang batas rasa sakit, dampak ketertinggalannya dalam hal kemampuan
dan kemampuan gerakan otot. Berbagai respon motorik kasar. Kemampuan motorik kasar pada
tersebut dihasilkan dari aktivitasi jaringan- jaringan anak tunagrahita ringan (pada level ini) merupakan
saraf yang terlibat dalam motivasi dan rasa senang. kemampuan prasyarat untuk mencapai tahap
Menurut Lwin, dkk (2008) music merupakan perkembangan selanjutnya. Dengan meningkatnya
aspek pertama yang harus dikembangkan dari kemampuan motorik kasar, maka anak tunagrahita
sudut neurologis. Dari semua kecerdasan yang berat memiliki kesiapan lebih baik untuk mengikuti
ada dalam diri seseorang, musik memberikan proses belajar. Sebagaimana diutarakan di atas
pengaruh terbesar untuk diri manusia dan bisa bahwa strategi belajar yang digunakan anak
mengembangkan kecerdasan lainnya. Dalam hal ini tunagrahita berat umumnya adalah strategi
musik juga memberi kontribusi untuk subyek dapat demonstrasi, permodelan dan simulasi maka
mengingat gerak, konsentrasi, dan suasana hati ketrampilan untuk mengamati, menirukan, dan
bahagia. Musik juga meningkatkan kemampuan mensimulasikan sangat diperlukan. Kemampuan
planning motor atau perencanaan gerak, dan untuk mengamati, menirukan, dan mensimulasikan
mengoptimalkan performa kognitif individu. akan cukup baik bila kemampuan motorik kasar
Perubahan kondisi dari kondisi intervensi (B) juga baik. Dengan demikian akan meningkatkan
ke kondisi baseline akhir (A’) menurunkan daya efektifitas kegiatan belajar bagi individu penyandang
adaptasi siswa tunagrahita. Namun pada kondisi tungrahita berat.
baseline akhir (A’) skor kemampuan motorik kasar Belajar menari merupakan salah satu
Rahajeng R, Usep K, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tari . . . . . 243

alternative kegiatan fisik yang sangat bermanfaat. berkembangnya kemampuan fungsi eksekutif pada
Saat individu melakukan aktivitas gerak kanan kiri, otak nampak dengan meningkatnya daya ingat.
aliran darah di semua bagian otak meningkat dan Adanya stimulus berupa perpaduan gerak dengan
aktivitas tersebut akan menyatukan daerah motorik harmonisasi musik menghasilkan pertumbuhan
dan kognitif di otak, yaitu cerebellum, ganglia neuron dalam otak. Berdasarkan hasil uji MRI,
basalis, dan corpus callosum yang selanjutnya terjadi peningkatan jumlah neuron dalam otak pada
dapat menstimulasi produksi neurotropin yang individu yang mengalami hendaya kognitif setelah
dapat menambah jumlah koneksi sinapsis. Gerakan menerapkan terapi gerak tari. Namun keberadaan
mata yang mengikuti gerakan tangan akan neuron tersebut masih perlu dikaji lama tidaknya
melatih hubungan antara pusat penglihatan dan bertahan dalam otak. Fungsi neuron adalah
pusat gerakan. Latihan keseimbangan akan sebagai penyampai pesan untuk diolah dalam
merangsang beberapa bagian otak yang mengatur otak. Semakin tinggi jumlah neuron dalam otak,
keseimbangan, seperti otak kecil, pusat gerakan semakin cepat pula pemrosesan stimulus dalam
di area dahi (lobus frontalis) di otak besar yang otak, sehingga respon yang muncul makin cepat
berguna untuk konsentrasi mental, perencanaan dan akurat. Dengan demikian proses belajar pada
dan pengambilan keputusan, pusat rasa sikap dan individu semakin efektif.
rasa gerakan di area ubun – ubun (lobus parentalis).
Disamping itu, latihan fungsi keseimbangan PENUTUP
berpengaruh baik terhadap pengendalian emosi,
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
yang pada anak tunagrahita juga mengalami
yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan
gangguan. Aktivitas fisik dapat mengubah fungsi
bahwa kemampuan motorik kasar sebelum
sistem neurotransmiter di otak. Aktivitas fisik
penerapan pembelajaran tari kreasi relatif lebih
mengaktivasi sistem monoamine dan mempunyai
rendah dibandingkan pada saat penerapan
efek antidepresan (Sumaryanti, dkk., 2010).
pembelajaran tari kreasi. Kemampuan motorik
Tari kreasi dalam penelitian ini melibatkan
kasar setelah penerapan pembelajaran tari kreasi
unsur musik, gerak, visual, dan perpaduan antara
relatif lebih rendah dibandingkan saat penerapan
musik dan gerak. Unsur musik memberi stimulasi
pembelajaran tari kreasi, namun hasilnya lebih
terhadap aspek kecerdasan musikal. Menurut Yaumi
tinggi dan stabil dibandingkan dengan kondisi
(2012:19), musik merangsang aktivitas kognitif
sebelum intervensi. Pengaruh pembelajaran tari
dalam otak dan merangsang kecerdasan. Unsur gerak
kreasi memberi manfaat yang cukup baik terhadap
mendorong perkembangan kecerdasan kinestetik.
perbaikan fungsi otak, karena latihan gerak yang
Kecerdasan kinestetik memungkinkan individu
terstruktur dan terprogram bermanfaat merangsang
membangun hubungan yang penting antara pikiran
berbagai pusat belajar di otak. Peningkatan
dan tubuh, sehingga tubuh dapat memanipulasi
kemampuan motorik kasar pada siswa tunagrahita
obyek dan menciptakan gerakan (Yaumi,2012:18).
berat memiliki dampak yang baik terhadap
Proses memperhatikan contoh gerakan dari
efektifitas belajar di sekolah karena anak lebih
guru secara bertahap dapat menstimulasi aspek
siap untuk menjalani proses belajar pada tahap
kecerdasan visual spasial. Aspek kecerdasan ini
selanjutnya.
bertumpu pada ketajaman melihat dan mengamati.
Berdasarkan temuan penelitian dan kondisi di
Dalam hal ini aspek kecerdasan dibangun dengan
lapangan tempat penelitian, peneliti mengemukakan
membayangkan, mempresentasikan ide visual-
saran-saran pada perangkat sekolah bahwa
spasial, dan mengorientasikannya secara tepat.
perlunya diadakan jam khusus setiap harinya
Perpaduan antara musik dan gerak memiliki
untuk menerapkan kegiatan terapi gerak dengan
dampak yang lebih kompleks. Menurut Theresa
iringan music (contohnya jam pelajaran menari).
(2015) perpaduan harmonis antara gerak dan
Saran bagi peneliti yang selanjutnya agar dapat
lagu pada suatu rangkaian tari bermanfaat secara
mengembangkan penelitian dengan variabel serupa
terapetik untuk mengurangi dampak hendaya
untuk anak dengan hendaya perkembangan lainnya,
kognitif pada individu. Kemampuan individu
misalnya ADHD, Autis, dan sebagainya. Saran
memadukan gerakan tari dan musik menunjukan
bagi orang tua siswa tunagrahita yaitu perlunya
adanya kemampuan fungsi otak yang baik. Latihan
dukungan dari orang tua dalam bentuk penyediaan
untuk memadukan musik dan gerakan pada tari
asupan gizi bagi optimasi perkembangan siswa
kreasi akan merangsang kemampuan kognitif,
tunagrahita.
lebih tepatnya fungsi eksekutif. Manifestasi
244 JURNAL ORTOPEDAGOGIA, VOLUME 1, NOMOR 3, DESEMBER 2014: 238-244

DAFTAR RUJUKAN

Amin, Moh. 1995. Orthopedagogik Anak Nasir, Moh. 2013. Metode Penelitian, cetakan k- 8.
Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud Dirjen Bogor. Ghalia Indonesia.
Dikti. Sousa, David A. (2012). Bagaimana Otak Belajar.
Ary, D., Jacobs, L.C., & Razavieh, A. 2011. Jakarta : PT. Indeks.
Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Sukamti, Endang Rini. 2007.Diktat Pengembangan
Terjemahan Arief Furchan.. Yogyakarta: Motorik. Yogjakarta:Fik-UNY.
Pustaka Pelajar. Sumaryanti, dkk. 2010. Pengembangan Model
Astati, dkk. (2007). Pengantar Pendidikan Luar Pembelajaran Jasmani Adaptif Untuk
Biasa . Jakarta : Universitas Terbuka. Optimalisasi Otak Anak Tunagrahita. Jurnal
Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak kependidikan, vol. 40, nomor 1.
Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama. Sunanto, Juang. 2005. Pengantar Penelitian dengan
Hallahan, Daniel P and Kauffman, James M. 2006. Subjek Tunggal. Otsuka: University of
Exceptional Learner Introduction to Special Tsukuba. Japan.
Education, 10th ed. Pearson Education,Inc. Wendt, Oliver. 2009. Calculating Effect Sizes for
Virginia University.USA. Single Subject Experimental Design: An
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Overview and Comaprison. Oslo. Purdue
Semarang: IKIP Semarang Press. University. Norwey.
Kaplan dan Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid Theresa, Ria Maria. 2015. Manfaat Tari Poco-Poco
1. Jakarta; Fk-UI. Untuk Mencegah Kepikunan Penderita
Kurniati,Yana; Amsyaruddin; Fatmawati. 2013. Diabetes. Jawa Pos (Sabtu, 16 Mei 2015
Efektifitas Tarian Untuk Meningkatkan halaman 1).
Konsep Orientasi Ruang Bagi Anak Yaumi, M.2012. Pembelajaran Berbasis Multiple
Tunagrahita Ringan. Padang: Jurusan Intelligences. PT. Dian Rakyat.. Jakarta
Pendidikan Luar Biasa FIP UNP.
Lwin, May, dkk . (2008) . How to Multiply Your
Child’s Intelligence. Jakarta: PT. Indeks.

Anda mungkin juga menyukai