Kehakiman
Muchammad Rijki Ramandan
Jl. Laksda Adisucipto Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
rizky18121999@gmail.com
Abstrak
pendahuluan
1 Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Hukum Lembaga Kepresidenan 3Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia
Indonesia, (Bandung: Alumni, 2010), h. 73. Pasca Reformasi, Cetakan kedua, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer,
2 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga 2008), h. 311
Negara Pasca Reformasi, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006), h. 127
selalu dibatasi oleh konstitusi.4 Diakui bahwa melalui penetapan landasan hukum bagi
pelaksanaan kekuasaan pemerintahan oleh kekuasaan melalui aturan-aturan hukum positif.
presiden berdasarkan tafsir UUD 1945 pra Negara hukum adalah negara yang meletakkan
amandemen, presiden dibekali hak prerogatif. norma-norma dasar dan norma turunan dalam
Misalnya, dalam hal menyatakan keadaan bernegara untuk kepentingan hidup bersama
bahaya (Pasal 12); mengangkat duta dan konsul segenap elemen dan komponen bangsa secara
(Pasal 13); memberikan grasi dan rehabilitasi totalitas. Bukan hanya kepentingan sektarian
dengan memperhatikan pertimbangan MA dan sektoral. Indonesia adalah negara yang
(Pasal 14 ayat (1); amnesti dan abolisi dengan sejak semula diproklamirkannya oleh The
memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14 Founthing Father, dicitakan sebagai negara
ayat (2); membentuk Dewan Pertimbangan hukum, sehingga dalam berbagai Konstitusi
Presiden (Pasal 16); mengangkat dan yang pernah berlaku di Indonesia, semuanya
memberhentikan menteri (Bab V Pasal 17 ayat menyatakan secara tegas (formal) Indonesia
(2). Sebenarnya, UUD 1945 tidak menyebutkan adalah Negara Hukum (Rechtsstaat) bukan
secara eksplisit mengenai hak prerogatif. Akan negara kekuasaan (Machtstaat).
tetapi, dalam praktiknya hal ini dikenal luas dan
Di Indonesia kekuasaan kehakiman
bahkan menjadi argumentasi utama dalam
dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung
membenarkan penggunaan hak-hak tertentu
dan badan peradilan yang berada di bawahnya
oleh presiden secara mandiri (tanpa adanya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
mekanisme pengawasan dari lembaga lainnya).
peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
Dalam sejarah ketatanegaraan suatu negara, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
umumnya konstitusi digunakan untuk mengatur oleh sebuah Mahkamah Konstitusi (Pasal 24
dan sekaligus untuk membatasi kekuasaan ayat (2) UUD 1945 setelah perubahan).
negara, termasuk di dalamnya adalah Sebelumnya Undang-Undang yang secara
penyelenggaraan kekuasaan Presiden. khusus mengatur tentang Kekuasaan
Kekuasaan Presiden dalam suatu negara sangat Kehakiman adalah UndangUndang No. 14
penting, sehingga kekuasaan Presiden harus Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok
diatur secara jelas di dalam konstitusi dan Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang No.
peraturan perundang-undangan dibawahnya, 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas UU No.
Ide ataupun konsep negara hukum pada 14 Tahun 1970. Undang-Undang No. 14 Tahun
umumnya dimaksudkan dalam rangka 1970 merupakan induk dan kerangka umum
menghindari negara atau pemerintah dari yang meletakkan dasar, asas dan pedoman bagi
perbuatan sewenangwenang. Hukum ada lingkungan peradilan di Indonesia.
karena kekuasaan yang sah. Sehinga pada Perkembangan berikutnya sekarang ini telah
dasarnya ketentuan-ketentuan yang tidak dikeluarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004
berdasarkan pada kekuasaan yang sah adalah tentang kekuasaan kehakiman. Undang-Undang
bukan hukum. Hukum mempunyai arti penting ini disahkan dan diundangkan di Jakarta pada
bagi kekuasaan karena hukum berperan sebagai tanggal 15 Januari 2004 dan mulai berlaku pada
sarana legislasi bagi kekuasaan formal bagi saat diundangkan.
lembaga-lembaga Negara, pejabat negara dan
Dengan berlakunya UndangUndang kekuasaan
pemerintahan. Legislasi kekuasaan dilakukan
kehakiman yang baru, maka UU No. 14 Tahun
5
bid, hal. 378
sulit dilaksanakan. Penjelasan Pasal 1 UU No. 4 Yudisial, penetapan hakim agung dan pengajuan
Tahun 2004 disebutkan bahwa kebebasan serta penetapan hakim konstitusi. Kedua
dalam melaksanakan wewenang judicial bersifat perspektif ini penting dalam mendudukkan dan
tidak mutlak karena tugas hakim adalah untuk menjawab apakah hak-hak konstitusional
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan presiden di bidang yudikatif ini dapat atau tidak
Pancasila, sehingga putusannya mencerminkan mereduksi atau bahkan dapat dikatakan
rasa keadilan rakyat Indonesia. Kemandirian potensial mengamputasi kemerdekaan
kekuasaan kehakiman atau kebebasan hakim kekuasaan kehakiman. Terkait dengan
merupakan asas yang sifatnya universal, yang penggunaan hak konstitusional presiden dalam
terdapat dimana saja dan kapan saja.6 bentuk pemberian grasi dan rehabilitasi,
khususnya dalam konteks pemberian grasi,
Hak-hak presiden yang kemudian
harus diakui bahwa pada akhir-akhir ini telah
diterjemahkan sebagai hak konstitusional
menjadi diskursus menarik yang hampir
presiden di bidang yudikatif secara normatif
menyita segenap pikiran anak bangsa. Polemik
telah diatur dalam Pasal 14 ayat (1) UUD 1945,
ini tidak hanya sekedar bahan kajian bagi
yang menegaskan bahwa presiden memberi
kalangan akademisi di kampus-kampus, tetapi
grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
juga menjadi bahan diskusi ala rakyat di
pertimbangan Mahkamah Agung. Artinya,
warung-warung kopi, terutama yang terkait
Mahkamah Agung berhak memberikan
kasus pemberian grasi kepada Schapelle Leigh
pertimbangan hukum kepada presiden dalam
Corby dan Peter Achim Frans Grobmann, yang
memberi grasi dan rehabilitasi kepada
akhirnya menimbulkan kontroversi. Kedua
narapidana. Selain itu, juga dapat dilihat
narapidana ini telah terbukti di persidangan
prosedur pengangkatan dan pemberhentian
pengadilan bersalah melakukan tindak pidana
anggota Komisi Yudisial sebagaimana
narkotika dan telah divonis hakim yang telah
ditegaskan dalam pasal 24B ayat (3) UUD 1945,
mempunyai kekuatan hukum tetap. Namun
penetapan hakim agung oleh presiden
demikian, sebagai narapidana mereka pun
sebagaimana ditegaskan dalam pasal 24A ayat
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU No.
(2) UUD 1945, dan proses pengisian jabatan
5 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas UU No.
hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi di
22 Tahun 2002 tentang Grasi diberikan hak
mana presiden berhak mengajukan 3 hakim
untuk mengajukan permohonan grasi kepada
konstitusi dari 9 hakim serta berwenang
presiden. Pertanyaan mengemuka mengenai
menetapkannya. Hak konstitusional presiden di
pemberian grasi oleh presiden kepada
bidang yudikatif ini sesungguhnya memiliki
narapidana ini adalah, apakah hal ini dapat
relevansi dengan eksistensi lembaga yudikatif
dikategorikan sebagai bentuk reduksi dari
yang oleh UUD 1945 dijamin kemerdekaan
kekuasaan kehakiman yang merdeka. Logika
kekuasaannya. Paling tidak relevansi tersebut
hukum yang telah terbentuk bahwa suatu
dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama,
proses peradilan telah dicampuri dengan
perspektif tentang pemberian grasi dan
adanya grasi dari presiden. Untuk menjawab hal
rehabilitasi oleh Presiden sebagai manifestasi
tersebut, perlu ditegaskan bahwa antara
pelaksanaan hak konstitusional presiden.
kekuasaan peradilan memutus suatu kasus
Kedua, perspektif campur tangan presiden
konkrit dengan pemberian grasi oleh presiden
dalam proses pengisian jabatan anggota Komisi
6
Periksa tulisan Sudikno Mertokusumo, Relevansi Peneguhan
Etika Profesi Bagi Kemandirian Kekuasaan Kehakiman, pada
seminar 50 tahun Kemandirian Kekuasaan Kehakiman di Indonesia
merupakan dua entitas yang berbeda. Grasi kerajaan Inggris. Hak ini memberikan
pada dasarnya merupakan hak konstitusional keistimewaan bagi penguasa politik untuk
presiden dalam kapasitasnya sebagai kepala memutuskan sesuatu berdasarkan
negara, dalam bentuk pengampunan yang pertimbangan sendiri, uniknya putusan itu bisa
berupa perubahan, peringanan, pengurangan, dilakukan tanpa alasan apapun, kecuali
atau penghapusan pelaksanaan putusan kepada kehendak pribadi dari sang pemimpin itu
terpidana, sehingga pemberian grasi bukan sendiri.9
merupakan persoalan teknis yuridis peradilan
Secara teoritis, hak prerogatif dalam berbagai
dan tidak terkait dengan penilaian terhadap
literatur umumnya diterjemahkan sebagai hak
putusan hakim. Pemberian grasi bukan
istimewa yang dimiliki oleh lembaga-lembaga
merupakan campur tangan presiden dalam
tertentu yang bersifat mandiri dan mutlak,
bidang yudikatif, melainkan hak konstitusional
dalam arti tidak dapat digugat oleh lembaga
presiden untuk memberikan ampunan. Dengan
negara yang lain. Menurut Oksep Adhayanto,
demikian, penggunaan hak konstitusional
hak prerogatif adalah hak yang dimiliki oleh
presiden dalam bentuk pemberian grasi kepada
seorang kepala pemerintahan atau kepala
terpidana sesungguhnya tidak mereduksi
negara tanpa ada intervensi dari pihak
kekuasaan kehakiman, karena memang
manapun dalam menggunakan hak tersebut.
kekuasaan kehakiman itu sendiri merupakan
Oleh karenanya, hak prerogatif itu dikatakan
kekuasaan yang merdeka, tidak bisa diintervensi
sebagai hak privillege atau hak istimewa
oleh pihak manapun sekalipun oleh presiden
seorang kepala negara dalam menjalankan
atas nama pelaksanaan hak presiden sebagai
tugas kenegaraannya.10
hak konstitusional presiden. Bagi Jimly,
kekuasaan kehakiman merupakan ciri pokok Dalam sistem pemerintahan negara-negara
negara hukum, karena salah satu prinsip modern hak prerogatif dimiliki oleh kepala
penting negara hukum adalah adanya jaminan negara (raja maupun presiden) maupun kepala
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang pemerintahan dalam bidangbidang tertentu
merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan yang dinyatakan dalam konstitusi. Contoh dari
lainnya untuk menyelenggarakan peradilan pelaksanaan hak ini yaitu Perancis yang
guna menegakkan hukum dan keadilan.7 memberikan hak prerogatif kepada Presiden
Apapun sistem hukum yang dipakai dan sistem untuk untuk memecat kepala pemerintahan dan
pemerintahan yang dianut, pelaksanaan “the membubarkan National Assembly setelah
principles of independence and impartiality of berkonsultasi terlebih dahulu dengan Perdana
the judiciary” harus benar-benar dijamin di Menteri dan Ketua-ketua National Assembly.
setiap negara demokrasi konstitusional.8 Contoh lainnya adalah hak Presiden Amerika
Serikat yang dapat memveto undang-undang
Hak hakikat pereogratif
yang disetujui oleh Kongres Amerika Serikat.
Secara historis, hak prerogatif merupakan hak Hak ini juga dipadankan dengan kewenangan
istimewa seorang raja, yang pertama kali penuh yang diberikan oleh konstitusi kepada
diterapkan dalam konteks ketatanegaraan di lembaga eksekutif dalam ruang lingkup
7 9
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Atur Hak Prerogatif Presiden”, Majalah Figur, Edisi IX/TH. 2007,
Pasca Reformasi., h. 511. h. 16.
8 10
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Oksep Adhayanto, “Eksistensi Hak Prerogatif Presiden Pasca
Pasca Reformasi., h. 525 Amandemen UUD 1945”, Jurnal Fisip Umrah Vol. 2, No. 2, (2011),
h. 163
kekuasaan pemerintahannya (terutama bagi secara nyata dipraktikkan, misalnya dalam hal
sistem yang menganut pemisahan kekuasaan pengangkatan menteri-menteri departemen.
secara tegas, misalnya Amerika Serikat), seperti Hak ini juga dipadankan terutama dalam istilah
membuat kebijakan-kebijakan politik dan presiden sebagai kepala negara yang sering
ekonomi. dinyatakan dalam hal-hal pengangkatan pejabat
negara. Hal tersebut dapat dilihat dari
Terdapat pula pendapat yang mengatakan
Penjelasan Pasal 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 UUD
bahwa setelah dihapusnya penjelasan dan
1945 pra amandemen yang menyebutkan
dipertegasnya ketentuan Pasal 4 ayat (1) UUD
bahwa kekuasaan presiden di dalam pasal-pasal
1945 pasca amandemen, maka Presiden
tersebut adalah konsekuensi dari kedudukan
hanyalah dapat dikatakan sebagai pemegang
Presiden sebagai Kepala Negara. Hal ini
kekuasaan pemerintahan, dalam arti presiden
berangkat dari pemikiran sebagaimana yang
bertindak selaku kepala pemerintahan, yang
dikemukakan M. Laica Marzuki bahwa meskipun
harus dibedakan sebagai kepala negara yang
UUD 1945 menganut sistem pemerintahan
hanya berfungsi sebagai simbol negara. Karena
presidensial namun memberikan kedudukan
pasal 4 ayat (1) UUD 1945 hanya menegaskan
dikotomis kepada Presiden selaku kepala
presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan (diatur dalam Pasal 4 ayat (1)
pemerintahan, maka Presiden tidak dapat lagi
UUD 1945) dan selaku kepala negara (diatur
dikatakan memiliki hak prerogatif, melainkan
dalam Penjelasan UUD 1945).23 Oleh beberapa
presiden diposisikan sebagai pemimpin tertinggi
ahli tata negara di Indonesia penegasan dalam
administrasi negara. Dengan demikian, bagi
Penjelasan UUD 1945 inilah yang dijadikan
mereka pasca amandemen tidak ada lagi
rujukan dikenalnya istilah hak prerogatif
kekuasaan Presiden sebagai kepala negara,
presiden. Para ahli menterjemahkan kekuasaan
karena dasar konstitusional presiden sebagai
presiden dalam Pasal 10, 11, 12, 13, 14 dan 15
kepala negara yang diatur dalam penjelasan
UUD 1945 pra amandemen sebagai hak
UUD 1945 telah ditiadakan, sehingga tidak tepat
prerogatif yang melekat pada diri seorang
jika presiden dikatakan memiliki hak prerogatif.
presiden dalam kapasitasnya sebagai kepala
Dalam konteks sistem ketatanegaraan negara.11
Indonesia, istilah hak prerogatif presiden
Selain itu, sebagai negara yang menganut
merupakan istilah yang masih diperdebatkan.
sistem presidensial, sesungguhnya tidak ada
Istilah hak prerogatif sama sekali tidak pernah
pembedaan antara presiden sebagai kepala
dinyatakan dalam UUD 1945 atau peraturan
negara dan presiden sebagai kepala
perundang-undangan di Indonesia yang
pemerintahan, justru kedua fungsinya itu
mengatur tentang ketatanegaraan Indonesia.
melebur pada diri seorang presiden. Dalam
Namun dalam praktik politik dan
kedudukan sebagai pemegang kekuasaan
ketatanegaraan selama masa orde baru, hak ini
pemerintahan negara sebagaimana disebutkan
18
Bagir Manan & Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum
Tata Negara Indonesia., h. 159., h. 160- 161
Daftar pustaka
Lev, Daniel S., Politik dan Hukum Di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan, LP3ES, Jakarta, 1990
Arinanto, Satya dan Triyanti, Ninuk (ed.), Memahami Hukum: Dari Konstruksi Sampai Implementasi,
Rajawali Press, Jakarta, 2009.
Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
-------------------------, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Serpihan Pemikiran Hukum, Media
dan HAM, KonstitusiPress, Jakarta, 2005.
-------------------------, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, FH UII
Press, Yogyakarta, 2005.
-------------------------, Konstitusi dan Ketatanegaraan, The Biografy Institute, Jakarta, 2007. Bachtiar Baital.
Atmadja, I Dewa Gede, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi Indonesia Sesudah Perubahan UUD
1945, Setara Press, Malang, 2012.
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.
Chaidir, Ellydar dan Fahmi, Sudi, Hukum Perbandingan Konstitusi, Total Media, Yogyakarta, 2010.
Firdaus, Pertanggungjawaban Presiden Dalam Negara Hukum Demokrasi, Yrama Widya, Bandung, 2007.
Hamidi, Jazim dan Lutfi , Mustafa, Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia, Alumni, Bandung, 2010.
Harjono, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, Pemikiran Hukum Dr. Harjono, S.H., M.C.L Wakil Ketua
Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2008.
Kelsen, Hans, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul Muttaqien, Nuansa dan Nusa
Media, Bandung, 2006.
Manan, Bagir dan Magnar, Kuntana, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Bandung,
1993.
Marzuki , M. Laica, Berjalan-jalan di Ranah Hukum: Pikiran-Pikiran Lepas Prof.Dr.H.M. Laica Marzuki, S.H.,
Konstitusi Press, Jakarta, 2005.
MD, Moh. Mahfud., Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, LP3ES, Jakarta, 2007.
---------------------------, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Rajawali Pers, Jakarta, 2010.
Mahendra, Yusril Ihza, Dinamika Tata Negara Indonesia: Kompilasi Aktual Masalah Konstitusi Dewan
Perwakilan dan Sistem Kepartaian, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.
Strong, C.F., Konstitusi-Konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan tentang Sejarah dan Bentuk-Bentuk
Konstitusi Dunia, terjemahan SPA Teamwork, Nuansa dan Nusamedia, Bandung, 2004.
Subekti, Valina Singka, Menyusun Konstitusi Transisi: Pergulatan Kepentingan dan Pemikiran Dalam
Proses Perubahan UUD 1945, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Yudho, Winarno, Mekanisme Impeachment dan Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Pusat Penelitian dan
Pengkajian Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, Jakarta, 2005.