1. Seragga (Insecta). Serangga dijadikan sebagai bioindikator untuk mengevaluiasi kualitas
perairan maupun kualitas suatu habitat. Umumnya serangga dijadikan sebagai bioindikator dalam kualitas air sungai, karena serangga sendiri memiliki toleransi yang berbeda pada berbagai factor biotik dan abiotic dalam lingkungan. Toleransi ini kemudian dapat digunakan untuk monitoring perairan sungai yang tercemar polutan organic, serta memiliki kebutuhan terhadap kondisi fisika dan kimia yang spesifik. Kehadiran serangga yang tinggi toleransi biasanya mengidentifikasikan kualitas air yang buruk dan sebaliknya. Jika serangga yang rendah toleransi mengidentifikasikan kualitas air yang baik. 2. Semut rang-rang (Oecophylla smaragdina). Semut rang-rang merupakan salah satu kelompok hewan yang dikatakan sebagai indikator hayati, sebagai alat monitoring perubahan kualitas lingkungan dan penentuan kawasan konservasi. Hal ini didukung oleh beberapa sifat yang dimiliki semut, yaitu hidup diberbagai habitat, mempunyai toleransi yang sempit terhadap perubahan lingungan, biomassa dominan, mempunyai sifat penting dalam ekosistem.Cara penggunaannya yaitu dengan menggunakan Oecophylla sebagai musuh alami dalam pengendalian hama di pohon/Kawasan pertanian. 3. Lintah (Hirudo medicinalis). Lintah dapat ditemukan pada habitat eutrofik, poly- saprobic, dan lingkungan yang mengalami tekanan menengah maupun tekanan yang tinggi. Salah satu cara yang digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi di dalam suatu ekosistem adalah pemanfaatan bioindikato. Lintah ini sering digunakan sebagai bioindikator diperairan tawar. Lintah juga termasuk dalam organisme eksproitor, yaitu termasuk suatu spesies organisme yang kehadirannya menunjukkan adanya suatu goncangan atau polusi di suatu tempat, bahkan jumlah individunya berlimpah di tempat terjadinya polusi ( Karena kurangnya kompetisi dengan spesies lain yang tidak mampu hidup di tempat terjadinya polusi). Salah satu biota yang dapat di gunakan sebagai parameter biologi (Bioindikator) dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah Makrozoobentos (Lintah/ Hirudo Medicinalis) sebagai organisme yang hidup diperairan. Hewan Lintah (Hirudo Medicinalis) sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh terhadap kompisisi dam kelimpahannya. Hal ini tergantung pada toleransinya terhadap perubahan lingkungan, sehingga organisme ini sering dipakai sebagai indikator pencemaran suatu perairan. 4. Berang-berang. Merupakan hewan bioindikator pada ekosistem lahan basah yang belum terganggu pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan berang-berang hanya hidup di lahan yang basah dan belum tercemar oleh polutan, apabila ada sedikit saja polutan yang muncul di lingkungannya, akan mengakibatkan fauna ini menjadi sakit bahkan mati karena tubuhnya yang sensitif terhadap kuman penyakit, oleh sebab itu langkah pertama yang fauna ini ambil apabila ada polutan adalah dengan mencari wilayah atau tempat baru. 5. Achatina fullica. Merupakan kelas molusca yang dapa dijadikan sebagai bioindikator dalam perairan sungai. Penurunan kualitas perairan air sungai dapat dideteksi dengan berbabagi analisis salah satunya yaitu dnegan analisis biologi. Achatina fullica yang tersebar banyak diperairan menunjukkan adanya perubahan yang mempengaruhi keberadaan essensial dalam perairan sehingga mengganggu lingkungan perairan dan biota pencemaran. Achatina fullica memiliki sifat yang rentan terhadap pencemaran, hal ini pun kemudian menunjukkan bahwan Achatina fullica menjadi salah satu tanda tercemarnya air.