OLEH :
NAMA :
NO BP :
SHIFT /KELOMPOK :C
HARI/TANGGAL : SENIN/ 2 NOVEMBER 2020
REKAN KERJA : WILNANDO MARIZA 1811011005
WILDATUL LATIFAH 1811011031
RIZKYA ALIFA A.G 1811012050
ANESTIA DHEVITA H. 1811013028
SUCI 1811019003
I. TUJUAN PERCOBAAN
II. TEORI
2.Kesalahan acak
Hitung kesalahan acak (random analytical error) untuk tiap besaran kadar
Simpangan baku
Kesalahan Acak = x 100 %
Harga ratarata
y = 0,4864x – 0,969
y = 0,4864x – 0,969
0,394+0,969
x=
0,4864
= 2,802 ppm
y = 0,4864x – 0,969
0,232+0,969
x=
0,4864
= 2,469 ppm
Adapun Xrata-rata untuk mencari SD:
2,802+2,469
x= = 2,6355 ppm
2
Setelah didapat kosentrasi yang terukur, maka dapat dicari persen perolehan
kembali:
Untuk 5 ppm
Kadar terukur
% perolehan kembali = x 100%
Kadar diketahui
2,802
= x 100%
5
= 56,04%
Untuk 10 ppm
Kadar terukur
% perolehan kembali = x 100%
Kadar diketahui
2,469
= x 100%
10
= 24,69%
4. Kesalahan sistematik
Untuk 5 ppm
Kesalahan sistematik = 100% - %perolehan kembali
= 100% - 56%
= 44%
Untuk 10 ppm
Kesalahan sistematik = 100% - %perolehan kembali
= 100% - 24,69%
= 75,31%
5. Kesalahan acak
Simpangan baku
Kesalahan acak =
Harga rata-rata
Simpangan baku =
√ Total Xi-Xrata-rata
n-1
=
√ 0,055445
2-1
=
√ 0,055445
1
= 0,235
0,235
Kesalahan acak = x 100%
2,635
= 8,918%
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum minggu kedua ini kami membahas objek 2 tentang analisis
obat dalam matriks biologi. Analisis obat dalam cairan biologi ini ditujukan untuk
banyak hal, seperti memonitor mutu sediaan obat yang ada dalam perdagangan
dengan studi ketersediaan hayati, konfirmasi respon biologic dengan penelitian
korelasi kadar obat dalam plasma dengan respon farmakologik yang ditimbulkan,
dan membuktikan adanya racun pada kasus keracunan atau monitoring kadar obat
pada kasus overdosis.
Tujuan dilakukannya praktikum objek ini adalah untuk dapat memahami
prinsip dan prosedur analisis obat dalam matriks biologi. Pelaksanaan praktikum
dilakukan secara daring dimana data-data yang ada diberikan oleh asisten labor
dan praktikan akan mengolah data tersebut untuk dianalisis. Hal ini disebabkan
pandemic corona yang mengharuskan kita semua untuk belajar dari rumah.
Dalam percobaan ini difokuskan pada penetapan kadar teofilin dalam
plasma secara in-vitro. Agar hasil analisis dapat dipercayai, maka metode
penetapan kadar harus memenuhi kriteria antara lain nilai perolehan kembali yang
tinggi (75-90% atau lebih), kesalahan acak dan sistematis kecil dari 10%.
Disamping itu perlu juga diperhatikan sensitivitas dan selektivitas yang nilainya
tergantung pada alat yang digunakan dalam percobaan.
Langkah pertama sebelum melakukan percobaan, teofilin ditentukan
panjang gelombang maksimumnya dengan menggunakan spektrofotometer.
Larutan teofilin dibuat dengan kosentrasi 3,5 ppm dalam NaOH 0,1 N. Dengan
mengatur absorban antara 235 sampai 335 nm pada alat, maka didapatkan panjang
gelombang maksimum teofilin yaitu 270 nm. Panjang gelombang maksimum ini
selanjutnya akan digunakan dalam penentuan kurva baku teofilin dan penentuan
kadar larutan teofilin sampel.
Sebelum melakukan penetapan kadar teofilin, persiapkan terlebih dahulu
plasma yang akan dijadikan media pelarutan teofilin. Penggunaan plasma ini
merupakan model farmakokinetika dalam menentukan kadar suatu obat.
Pemodelan ini bertujuan untuk menyederhanakan penelitian dari bentuk tubuh
yang kompleks. Pembuatan plasma dilakukan dengan cara menambahkan
antikoagulan ke dalam darah. Penambahan antikoagulan bertujuan untuk
mencegah terjadinya pembekuan sehingga plasma masih mengandung fibrinogen
dengan kandungan serotonin yang tinggi. Selanjutnya darah di vortex dalam
waktu tertentu dengan kecepatan tertentu untuk memisahkan antara serum dengan
plasma. Cairan yang berwarna kuning muda hasil vortex itulah yang dinamakan
plasma.
Setelah pembuatan plasma selesai, langkah selanjutnya yaitu pembuatan
kurva baku teofilin untuk mendapatkan persamaan regresi. Kosentrasi larutan
baku teofilin dibuat bertingkat yang masing-masing kosentrasi 2,5; 3; 3,5; 4; dan
4,5 ppm dilarutkan dalam NaOH 0,1 N. Tiap-tiap kosentrasi tersebut didapatkan
absorban menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang maksimum.
Perolehan absorban sesuai dengan kosentrasinya berturut-turut adalah 0,309;
0,450; 0,643; 1,03; dan 1,235. Dengan adanya data kosentrasi sebagai sumbu x
dan absorban sebagai sumbu y, maka didapatkan persamaan regresi untuk larutan
baku teofilin adalah y = 0,4864x – 0,969.
Penetapan kadar larutan sampel teofilin dilakukan dengan penyiapan
ekstrak teofilin terlebih dahulu. Larutan induk teofilin dibuat pengenceran
bertingkat dengan kosentrasi yang telah ditetapkan. Selanjutnya masing-masing
larutan dengan kosentrasi yang ada dilarutkan 2 ml ke dalam plasma. Setelah itu,
larutan sampel tersebut diekstraksi menggunakan pelarut organic. Sebelumnya,
masing-masing larutan ditambahkan HCl. Hal ini dikarenakan teofilin bersifat
asam maka teofilin dilarutkan didalam HCl 0,1 N yang juga bersifat asam
sehingga kelarutan teofilin menurun di dalam plasma. Kemudian, larutan sampel
diekstraksi menggunakan kloroform – isopropyl alcohol (20:10). Campuran
dikocok selama 1 menit agar teofilin terpisah dari formulanya sehingga terbentuk
2 lapisan. Teofilin berpindah ke pelarut kloroform di lapisan bawah tabung
sementara zat-zat yang tidak diinginkan berada di lapisan atas. Ambil lapisan
pelarut kloroform untuk ditambahkan dengan NaOH. Penambahan ini bertujuan
agar teofilin kelarutannya meningkat sehingga teofilin mudah berpindah ke
NaOH. Kocok campuran tersebut selama 1 menit kemudian disentrifugasi selama
10 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Lapisan NaOH dipisahkan lalu dihitung
absorbannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum.
Untuk mengetahui apakah metode yang kita kembangkan dalam
mengekstraksi teofilin di dalam plasma ini sudah efisien atau tidak, maka perlu
data persen perolehan kembali, kesalahan sistematis, dan kesalahan acak. Data
yang diberikan oleh asisten labor adalah 5 ppm dengan absorban 0,394 dan 10
ppm dengan absorban 0,232. Dari data tersebut, kita dapat menentukan kadar dari
masing-masing larutan sampel menggunakan persamaan regresi y = 0,4864x –
0,969. Dengan y sebagai absorban, maka kadar yang terukur adalah 2,802 dan
2,469 ppm.
Setelah didapat kadar yang terukur, maka dapat dicari persen perolehan
kembali. Larutan dengan kadar 5 ppm diperoleh persen perolehan kembali sebesar
56,04% sedangkan larutan dengan kadar 10 ppm diperoleh persen perolehan
kembali sebesar 24,69%. Dari kedua hasil tersebut, parameter persen perolehan
kembali didapatkan nilai yang tidak masuk rentang 75-90%. Kedua larutan sampel
belum memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Untuk parameter kesalahan sistematis, data dapat diperoleh dengan cara
mengurangi 100% dengan persen perolehan kembali yang telah didapatkan
sebelumnya. Larutan dengan kadar 5 ppm mempunyai kesalahan sistematis
sebesar 44% dan larutan dengan kadar 10 ppm mempunyai kesalahan sistematis
sebesar 75,31%. Dari kedua hasil menunjukkan bahwa nilai kesalahan sistematis
besar dari 10%. Parameter ini juga tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Sedangkan untuk parameter kesalahan acak, kedua larutan sampel mempunyai
kesalahan acak sebesar 8,92%. Pada parameter kesalahan acak juga tidak
memenuhi kriteria karena nilai yang didapatkan lebih besar dari 10%.
Dari ketiga perhitungan ini, data-data yang diperoleh tidak valid. Apabila
percobaan ini dilakukan di laboratorium, ketidakvalidan ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor, antara lain: kesalahan pada waktu pembuatan larutan,
kesalahan pada alat/instrument yang dgunakan, dan kesalahan pada praktikan
sendiri. Dimana kurang teliti dalam menganalisis data yang diperoleh. Oleh sebab
itu, diperlukan ketelitian dalam menggunakan alat dan mengamati data yang
diperoleh selama percobaan berlangsung.
Untuk penetapan jangka waktu respon tetap tidak dapat dibahas. Hal ini
dikarenakan data yang belum lengkap. Data yang diperlukan untuk parameter ini
yaitu serapan dan waktu tiap 5 menit selama 1 jam. Penetapan jangka waktu
respon tetap ini berguna untuk mengukur kehandalan metode ekstraksi dari
matriks.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi
teofilin dalam plasma darah tidak efisien, tidak tepat dan tidak teliti. Hal ini
dikarenakan nilai persen perolehan kembali rendah dimana nilainya kurang dari
75-90%, kesalahan acak dan sistematisnya besar dari 10%. Apabila persen
perolehan kembali yang didapatkan rendah, ini menandakan bahwa banyak analit
terbuang pada proses pengekstraksian teofilin. Oleh karena itu, agar parameter
obat dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi berbagai kriteria
yaitu nilai perolehan kembali tinggi (75-90% atau lebih), kesalahan sistematik dan
kesalahan acak kecil dari 10%.
V.2 Saran
Sebaiknya asisten labor mempunyai data yang lengkap untuk bisa diolah
oleh praktikan
Sebaiknya praktikan memperbanyak membaca literature yang valid agar
terhindar dari kesalahan penerjemahan data
Kerjasama tim sangat diperlukan untuk keberlangsungan praktikum yang
dilakukan secara daring ini
DAFTAR PUSTAKA