M. Jainuri
Abstrak
PENDAHULUAN
tidak boleh terhenti dan terus berjalan seiring dengan usia manusia. Pendidikan yang
mengingat bahwa pendidikan merupakan masalah yang sangat kompleks dan teramat
Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang
harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal
material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan
sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali.
Menengah Kejuruan sampai saat ini masih jauh dari apa yang di harapkan. Betapa kita
masih ingat akan standarisasi Ujian Nasional dengan standar nilai masing – masing
mata pelajaran yang harus dicapai, dikeluhkan oleh para pendidik bahkan oleh orang –
orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus.
Di sisi lain pendidikan juga merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki multi
peran, tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge,
jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru tidak
hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki seperangkat
pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, namun guru juga dituntut untuk
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan
pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi
belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan
proses belajar.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang
diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Dimyati (2006 : 10) belajar merupakan
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian.
Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan
selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar
seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah
tentang sikap secara umum, maka sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan
siswa untuk bereaksi terhadap pelajaran di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat
sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang baik, yaitu siswa merasa
senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelola oleh guru di kelas.
Sebaliknya jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi negatif kepada siswa,
maka sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang tidak baik yaitu
siswa merasa tidak senang dalam mengikuti pembelajaran yang dikelola guru di kelas.
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi
dalam belajar, selain harus mempunyai sikap positif seseorang harus juga memiliki
Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial
yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik. Menurut Anastasi dan Urbina (2007 : 331) hakikat
untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai
mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka.
Namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit orang dengan
intelegensi tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan intelegensi
sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan intelegensi tinggi.
Manfaat secara umum yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
memberi informasi faktual tentang pengaruh sikap dan intelegensi terhadap prestasi
belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun pelajaran
2009/2010. Bagi peneliti : (1) Sebagai referensi dan masukan dalam penelitian
berikutnya khususnya yang berkaitan dengan sikap dan intelegensi terhadap prestasi
belajar siswa dan (2) Menambah pengetahuan bagi peneliti lain tentang sikap dan
intelegensi terhadap prestasi belajar matematika siswa. Bagi pihak terkait, guru : (1)
sebagai bahan masukan agar selektif dalam memilih metode, pendekatan dan strategi
pembelajaran terutama menyangkut masalah sikap dan tingkat intelegensi siswa, (2)
matematika dan (3) sebagai masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan
mengenai sikap dan intelegensi siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
matematika. Bagi siswa : (1) berguna untuk membantu merubah sikap negatif ke arah
sikap yang lebih baik, (2) berguna untuk merangsang siswa meningkatkan tingkat
kecerdasan intelektual atau intelegensinya dan (3) sebagai motivasi dalam mencapai
sekolah : (1) sebagai bahan pertimbangan menyusun strategi dan manajemen sekolah
dalam peningkatan kualitas belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika dan (2)
sebagai acuan dalam proses membantu siswa yang lemah tingkat intelegensinya
intelegensi dan prestasi belajar matematika di SMK Tri Bhakti Bangko. Keluaran
penelitian yang berupa identifikasi sikap siswa, tingkat intelegensi siswa memberikan
Sehingga dpada muaranya dapat meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.
KAJIAN TEORITIK
Sikap Belajar
Sikap atau attitude merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang
(stimuli). Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu
perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena
dirinya.
Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti
dan juga situasi lingkungan. Demikian pula sikap pada diri seseorang terhadap sesuatu
seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek atau rangsangan tertentu". Sedangkan
menurut Bruno (dalam Syah, 2007 : 120) berpandangan bahwa sikap (attitude) adalah
kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk
Senada dengan hal tersebut Anastasi dan Urbina (2007 : 445) menyatakan
bahwa sikap merupakan tendensi untuk bereaksi secara menyenangkan ataupun tidak
bahwa sikap merupakan organisasi dari unsur-unsur kognitif, emosional dan momen-
momen kemauan yang khusus dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau, sehingga
sifatnya sangat dinamis dan memberikan pengarahan pada setiap tingkah laku.
“tendensi untuk bereaksi terhadap faktor-faktor lingkungan, dan bisa bersifat positif,
sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal
kecenderungan baru yang telah berimbas (lebih maju dan lugas) terhadap suatu obyek,
Dalam kaitan sikap dalam belajar Dimyati (2006 : 239) menyatakan bahwa
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, merasa senang dan tidak senang
Dengan mengacu kepada pengertian tentang sikap secara umum, maka sikap
belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan siswa untuk bereaksi terhadap pelajaran
di sekolah. Reaksi positif atau senang dan reaksi negatif atau tidak senang yang
ditunjukan oleh siswa di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa ialah kemampuan dan gaya mengajar guru di kelas, metode,
pembelajaran, sikap dan perilaku guru, suara guru, lingkungan kelas, manajemen kelas
Jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi positif kepada siswa, maka
sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang baik, yaitu siswa merasa
senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelola oleh guru di kelas.
Sebaliknya jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi negatif kepada siswa,
maka sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang tidak baik yaitu
siswa merasa tidak senang dalam mengikuti pembelajaran yang dikelola guru di kelas.
Perilaku yang diperlihatkan siswa yang bersifat negatif atau tidak senang
terhadap proses pembelajaran berupa sikap acuh tak acuh ( apatis ), siswa tidak aktif
Tingkah laku yang positif atau senang terhadap proses pembelajaran yang
ditunjukkan siswa ialah siswa aktif, tekun, ulet, menyelesaikan tugas-tugas belajar
dengan baik, disiplin dalam belajar, tidak keluar masuk kelas, menghormati guru dan
teman sekelasnya, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru, menunjukkan kerja
sama yang baik dengan teman kelas dan melakukan tugas-tugas belajar secara
berkelompok dan sebagainya. Sedangkan sikap belajar siswa terhadap mata pelajaran
matematika dapat dilihat dari bagaimana siswa memahami tujuan dan isi mata
Menurut Sudjana (2008 : 82) Sikap siswa dalam memahami tujuan dan isi
mata pelajaran matematika dapat dilihat dari (1) paham dan yakin akan pentingnya
tujuan dan isi matematika, (2) kemauan untuk mempelajari materi matematika, (3)
kemauan untuk menerapkan atau menggunakn konsep matematika dan (4) senang
Cara siswa dalam mempelajari mata pelajaran matematika dapat ditinjau dari
(1) kesulitan mempelajari matematika, (2) konsep matematika perlu dipelajari
dengan menggunakan alat peraga, (3) perlu banyak latihan, (4) konsep
matematika diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dan (5) pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari – hari menggunakan matematika. Dan untuk
sikap siswa terhadap guru yang mengajarkan indikatornya adalah pemberian
pekarjaan rumah.
Lebih jauh Sudjana (2008 : 84) menyatakan bahwa upaya memperdalam mata
pelajaran matematika dapat ditinjau dari (1) kesulitan mempelajari matematika, (2)
Perkataan intelegensi atau intelektual berasal dari kata Latin intelligere yang
organize, to relate, to bind together). Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
berpikir merupakan hal mutlak dalam intelegensi. Intelegensi secara umum dipahami
pada dua tingkat, yaitu : kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami
Daya membuat atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik
maupun mental terhadap pengalaman – pengalaman baru, membuat
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila
dihadapkan pada fakta – fakta atau kondisi baru, kecerdasan.
Menurut Stern (dalam Djaali, 2008 : 63) intelegensi ialah daya menyesuaikan
diri pada keadaan baru dengan mempergunakan alat – alat berpikir menurut tujuannya.
intelegensinya tinggi (cerdas) akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan masalah
baru yang dihadapi, bila dibandingkan dengan orang yang tidak cerdas.
tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu
berpengaruh kepada intelegensi seseorang. Dari batasan yang dikemukakan, dapat kita
ketahui bahwa: (1) intelegensi itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat
mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensi
hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui “kelakuan
intelegensinya”, (3) bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemampuan yang
dibawa sejak lahir saja, yang penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun
memegang peranan.
tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan
dan mencapai tujuan itu Sedangkan Purwanto (1996 : 52) berpendapat bahwa
intelegensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang
berbuat sesuai dengan cara – cara tertentu. Sementara Mulyasa (2005 : 122)
seseorang.
Dari pendapat – pendapat di atas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara
rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung melainkan
harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari
berbeda – beda. Hal ini didasarkan pada pandangan yang menekankan bawaan
(kualitatif ) dan penekanan pada proses belajar ( kuantitatif ), sehingga dengan adanya
faktor. Menurut Syah (2007 : 132) dan Slameto (2003 : 131) faktor – faktor yang
mempengaruhi intelegensi adalah : (1) faktor bawaan, (2) faktor lingkungan, (3)
stabilitas intelegensi dan IQ, (4) faktor kematangan, (5) faktor pembentukan, (6)
faktor minat dan pembawaan yang khas dan (7) faktor kebebasan.
Prestasi belajar
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Proses belajar
pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya
perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar
informasi verbal, sikap dan keterampilan. Sedangkan Bloom (dalam Arikunto, 2009 :
117) menyatakan prestasi belajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif,
Menurut Purwanto (2008 : 22) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil
yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi
belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan
dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang
dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan yang disebut rapor.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami
kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi
dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang
diperhatikan. Menurut Suryabrata (2007 : 233) dan Slameto (2003 : 54), secara garis
besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal : (1) .
Faktor fisiologis atau jasmaniah dan (2) faktor psikologis: intelligensi, sikap,
motivasi. Faktor eksternal meliputi : (1) faktor lingkungan keluarga ; sosial ekonomi
keluarga, pendidikan orang tua, perhatian orang tua dan suasana hubungan antara
anggota keluarga, (2) faktor lingkungan sekolah ; sarana dan prasarana, kompetensi
guru dan siswa, kurikulum dan metode mengajar, (3) faktor lingkungan masyarakat ;
mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat
bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan
ilmu pengetahuan
METODE PENELITIAN
pendekatan kuantitatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap belajar (X1)
dan intelegensi (X2) sedangkan prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat
(Y). Responden penelitian adalah siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun
data menggunakan metode angket dengan skala likert untuk sikap belajar, tes
Sebelum diadakan analisis, data perlu diuji persyaratan analisisnya. Hal ini
menggunakan rumus Anova (anlisis of varians). Menurut Sudjana (2001 : 78) statistik
yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian tergantung kepada isi rumusan
assosiatif maka untuk menguji dan menganalisis data-data yang terkumpul digunakan
Rumus Korelasi Product-Moment, Rumus Korelasi Ganda, Rumus Uji – t, Rumus Uji
– F, Rumus Regresi Linier Sederhana dan Rumus Regresi Linier Ganda. Dan cara
PEMBAHASAN
pretasi belajar (Y) yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,491 atau (rx1y =
0,491). Hal ini menunjukkan hubungan yang sedang antara sikap belajar (X1) terhadap
pretasi belajar (Y), sedangkan tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output diukur
dari nilai probablilitas menghasilkan angka 0,008. Karena probabilitas jauh lebih kecil
dari 5% atau 0,008 < 0,005 maka hubungan antara sikap belajar ( X1 ) terhadap
prestasi belajar ( Y ) signifikan, sedangkan kontribusi variabel sikap belajar terhadap
Dari uji anova atau Ftes ternyata diperoleh Fhitung sebesar 8,446 dengan tingkat
signifikansi 0,003 karena tingkat probabilitas 0,003 jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar. Dari tabel 6
Konstanta sebesar 64,146 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai
variabel sikap belajar (X1), maka nilai prestasi belajar (Y) adalah 64,146. Koefisien
sebesar 0,277 menyatakan bahwa setiap penambahan ( karena tanda + ) satu skor atau
nilai sikap belajar akan mengalami peningkatan skor sebesar 0,277. Dari analisis data
diperoleh rhitung untuk variabel sikap belajar ( X1 ) sebesar 0,491 dan nilai rtabel dengan
signifikansi ( α ) 5% dan n = 18 sebesar 0,468. Karena nilai rhitung > rtabel atau 0,491 >
0,468 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara sikap belajar dengan prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri
Besarnya hubungan intelegensi (X2) terhadap pretasi belajar (Y) yang dihitung
dengan koefisien korelasi adalah 0,683 atau (rx2y = 0,683). Hal ini menunjukkan
hubungan yang kuat antara intelegensi (X2) terhadap pretasi belajar (Y), sedangkan
tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output diukur dari nilai probablilitas
menghasilkan angka 0,002. Karena probabilitas jauh di bawah dari 5% atau 0,002 <
0,05 maka hubungan antara intelegensi ( X2 ) terhadap pretasi belajar ( Y ) signifikan,
Dari uji anova atau Ftes ternyata diperoleh Fhitung sebesar 8,446 dengan tingkat
signifikansi 0,003 karena tingkat probabilitas 0,003 jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar. Dari tabel 6
Konstanta sebesar 64,146 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai
sebesar 0,801 menyatakan bahwa setiap penambahan ( karena tanda + ) satu skor atau
nilai intelegensi akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,801. Dari analisis
diperoleh rhitung untuk variabel intelegensi ( X2 ) sebesar 0,683 dan nilai rtabel dengan
signifikansi ( α ) 5% dan n = 18 sebesar 0,468. Karena nilai rhitung > rtabel atau 0,683
> 0,468 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara intelegensi dengan prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti
Besarnya hubungan antara sikap belajar (X1) dengan intelegensi (X2) yang
dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,423 atau (rx1x2 = 0,423). Tingkat
signifikansi koefisien korelasi dari output diukur dari nilai probablilitas menghasilkan
angka 0,081. Karena probabilitas jauh di atas dari 5 % atau 0,081 > 0,05 maka
hubungan antara sikap belajar (X1) dengan intelegensi (X2) tidak signifikan,
sedangkan kontribusi variabel sikap belajar terhadap intelegensi sebesar 17,89%. Dari
hasil analisis diperoleh rhitung untuk variabel intelegensi ( X2 ) sebesar 0,423 dan nilai
rtabel dengan signifikansi ( α ) 5 % dan n = 18 sebesar 0,468. Karena nilai rhitung <
rtabel atau 0,423 < 0,468 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap belajar dengan intelegensi siswa Kelas II SMK
Pengaruh antara Sikap Belajar (X1) dan Intelegensi (X2) Secara Bersama – Sama
terhadap Prestasi Belajar (Y).
Dari analisis data diperoleh nilai korleasi ganda (R) sebesar 0,728 dan
koefisien determinasinya (R Square) sebesar 0,530 (R2 = 0,7282). Dalam hal ini
berarti 53% kontribusi variabel sikap belajar (X1) dan intelegensi (X2) terhadap
prestasi belajar (Y) sedangkan sisanya 100% - 53% = 47 % dapat dijelaskan atau
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Jadi sikap belajar dan intelegensi secara bersama-
Dari uji anova atau Ftes ternyata diperoleh Fhitung sebesar 8,466 dengan tingkat
signifikansi 0,003 karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat
dipergunakan untuk memprediksi prestasi belajar. Dari output SPSS diperoleh Fhitung
diperoleh sebesar 3,68. Ternyata Fhitung > Ftabel atau 8,466 > 3,68 maka signifikan
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan intelegensi secara
bersama – sama terhadap prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti
pengaruh secara bersama – sama (simultan) antara variabel sikap belajar (X1) dan
intelegensi (X2) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas II SMK Tri Bhakti
53% dan sisanya 47% ditentukan oleh variabel lain. Kemudian mengenai naik –
turunnya atau besar kecilnya prestasi belajar dapat diprediksi melalui persamaan
regresi Y = 64,146 + 0,277X1 + 0,801X2 sehingga dari hasil penelitian ini dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) besarnya pengaruh variabel sikap
terhadap Y sebesar 24,11% kemudian sisanya 75,89% ditentukan oleh variabel lain.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap belajar berpengaruh yang sedang terhadap prestasi
belajar. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa sikap belajar siswa terhadap
mata pelajaran matematika di sekolah masih begitu rendah dan siswa. (2) besarnya
ditentukan oleh variabel lain. Hal ini memberikan keterangan bahwa variabel
17, 89% sedangkan sisa 82,1 % ditentukan oleh variabel lain. Dari hasil penelitian ini
terlihat bahwa sikap belajar tidak mempunyai hubungan secara lansung dengan
intelegensi. Dengan demikian sikap belajar perlu mendapat perhatian yang lebih
konkrit dalam kegiatan pembelajaran di sekolah terutama pada mata pelajaran
matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, Anne dan Urbina, Susana, 2007. Tes Psikologi. Jakarta : PT. Indeks
Daniel, Moehar, 2005. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara
Dimyati, Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Dzunaidi, http://statistikpendidikanii.blogspot.com/2009_01_01_archive.html
Kartono, Kartini, 1985. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri.
Jakarta : CV. Rajawali
Syah, Muhibbin, 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Riduwan, 2006. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung : Alfabeta
Suryabrata, Sumadi, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Umar, Husein, 2001. Meode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT.
Raja Grapindo Perkasa
Zaman, Saefull dan Dyan R. Helmi, 2007. Soal – Soal Tes Potensi Akademik (TPA).
Jakarta : Kawan Pustaka
Biodata Penulis
Alamat E-Mail :
jen_kelana42@yahoo.co.id
jenkelana@gmail.com