Anda di halaman 1dari 12

“EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN”

OLEH :

CICILIA A. GAGI

1707010148

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2020
REVIEW LANJUTAN MATERI BIOLOGICAL MONITORING DAN
ENVIRONMENTAL MONITORING

Pada umumnya penilaian paparan bahan kimia terhadap manusia adalah dengan cara
pemantauan lingkungan. Telah diketahui bahwa untuk mengevaluasi suatu paparan bahan
kimia terhadap manusia, tergantung dari faktor sifat fisikokimia suatu bahan, higiene manusia
itu sendiri serta beberapa faktor biologi antara lain umur dan jenis kelamin. Untuk
mempelajari kandungan bahan kimia di dalam tubuh manusia dan efek biologi dari bahan
kimia tersebut dipakai metode pemantauan biologi (biological monitoring). Keuntungan dari
pemakaian metode ini adalah terkaitnya bahan kimia secara sistematik yang dapat dipakai
untuk memperkirakan risiko yang terjadi. Secara umum tujuan dari kegiatan pemantauan
biologi adalah sama dengan pemantauan ambien yaitu mencegah terjadinya paparan bahan
kimia yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik secara akut maupun kronis.
Biomonitoring adalah pengujian sampel dari manusia, seperti darah dan air kemih, untuk
mengetahui metabolisme kimiawi. Kapasitas ini adalah kunci dari fungsi inti untuk
efektivitas sebuah laboratorium kesehatan masyarakat. Tanpa biomonitoring, diagnosis dan
pengobatan terhadap paparan bahan kimia dapat tertunda.

Biomonitoring adalah alat yang penting untuk pencegahan penyakit. Ketika hal ini
dikombinasikan dengan usaha penelusuran penyakit, biomonitoring memungkinkan petugas
kesehatan masyarakat untuk mengerti dengan lebih baik apa, dimana dan kapan keterpaparan
terjadi, hal inilah yang dikaitkan dengan faktor-faktor lingkungan.

Dalam hubungannya dengan risiko terhadap kesehatan, pendekatan pemantauan


biologi dan pemantauan ambien terhadap risiko kesehatan dapat dinilai dengan beberapa cara.
Cara tersebut antara lain membandingkan hasil perhitungan parameter dengan nilai perkiraan
maksimum yang diperkenankan yaitu Treshold Limit Value (TLV) atau Biological Limit
Value (BLV). Seperti halnya pemantauan ambien maka pemantauan biologi suatu paparan
merupakan aktifitas pencegahan yang sangat penting dan mendeteksi efek akibat bahan
kimia. Hal ini disebut sebagai aktifitas survailen kesehatan (Health Surveillance). Khusus
untuk petanda biologi yang peka (sensitive biological marker), suatu pemantauan biologi
bertujuan untuk mendeteksi tanda keracunan secara dini sebagai aktifitas pencegahan.
Pemantauan ambien dipraktekkan untuk memperkirakan paparan eksternal dari suatu bahan
kimia, sedangkan pemantauan biologi secara langsung dapat untuk menilai jumlah bahan
kimia yang diserap organisme (dosis internal). Dosis internal mempunyai arti yang berbeda
tergantung dari sifat parameter biologi dan keadaan waktu dilakukan penghitungan. Dosis
aktif biologi merupakan jumlah total atau sebagian dari bahan kimia yang diserap, bahan
kimia yang disimpan di dalam tubuh dan bahan kimia yang berada di dalam target sasaran
(dosis target). Dengan demikian pemantauan biologi berguna pula untuk memperkirakan
dosis internal. Pemantauan biologi dipakai untuk mengidentifikasi suatu paparan bahan kimia
yang bekerja secara sistemik pada organisme. Untuk menilai risiko kesehatan dari suatu
bahan kimia yang masuk tubuh lebih efektif memakai cara pemantauan biologi. Bahan kimia
yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan pernapasan yang
bersumber dari tempat kerja dan lingkungan lainnya dapat dilakukan dengan pemantauan
biologi.

Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indikator biologis perlu diketahui
dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini merupakan petunjuk ada-tidaknya kenaikan
keadaan lingkungan dari garis dasar, melalui analisis kandungan logam atau kandungan
senyawa kimia tertentu yang terdapat di dalam hewan maupun tanaman, atau suatu hasil dari
hewan (susu, keju) atau tanaman (buah, umbi). Indikator biologis dapat ditentukan dari
hewan atau tanaman yang terletak pada daur pencemaran lingkungan sebelum sampai kepada
manusia.

TES BIOLOGI SUATU PAPARAN

Untuk mengukur bahan kimia atau metabolik umumnya digunakan media biologi.
Media biologi yang sering dipakai adalah urine, darah, udara alveolus. Sedangkan media
biologi yang jarang dipakai untuk pengukuran bahan kimia atau metabolik adalah ASI,
lemak, air liur, rambut, kuku, gigi dan plasenta. Pada umumnya urine dipakai sebagai media
untuk mengukur bahan kimia anorganik dan organik yang mudah larut dalam air. Darah
dipakai sebagai media untuk sebagian besar bahan kimia anorganik dan organik yang sukar
dilakukan biotransformasi, sedangkan udara alveolus dipakai untuk bahan yang mudah
menguap.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengukuran suatu parameter dan waktu
pengambilan sampel adalah:

a) Sifat fisiko-kimia dari bahan

b) Kondisi paparan
c) Parameter toksokinetik: distribusi, biotransformasi dan eliminasi

d) Sensitivitas dari metode analisis

e) Gangguan kesehatan

f) Dosis organ (besar dosis pada organ)

g) Dosis target (besar dosis pada sasaran)

Sebagai contoh adalah Cadmium dalam darah merupakan logam berat yang secara umum
dapat mengganggu kesehatan. Tetapi cadmium dalam urine merupakan indikator yang baik
terakumulasinya logam berat tersebut di dalam ginjal. Berdasarkan selektifitas dari
pemeriksaan bahan kimia atau metabolitnya, maka pemeriksaan dapat bersifat selektif dan
non selektif. Pemeriksaan yang selektif untuk bahan-bahan kimia tunggal sedangkan
pemeriksaan non selektif untuk gabungan bahan kimia. Pemantauan biologi dapat pula berisi
gas invasife dan non invasife. Pemeriksaan invasife memerlukan misalnya sampel darah dan
sampel jaringan, sedangkan yang non invasife hanya memerlukan sampel urine, udara
alveolus dan kuku.

Selain uji pengukuran bahan kimia atau metabolit di dalam media biologi ada tes lain yang
termasuk uji biologi yaitu:

a) Uji yang didasarkan pada tidak adanya kelainan biologi, contoh: pengukuran aktifitas
eritrosit cholinesterase

b) Uji pengukuran bahan kimia yang terikat pada molekul sasaran, contoh: uji karboksi
haemoglobin pada masyarakat sekitar industri

MACAM BIOMONITORING

1. Biomonitoring Logam

Biomonitoring logam dapat dilakukan dengan pemeriksaan suatu media untuk


menentukan bahan logam. Media yang dipakai antara darah/urine, jaringan tubuh,
ikan, binatang invertebrata, dan tanaman perairan.

a) Logam yang dapat ditemukan pada darah/urine: Cadmium, Zat besi,


Manganese, Tembaga, Merkuri, Zink
b) Logam berat di atmosfer yang ditemukan pada jaringan burung: partikel
timbal, Cadmium, Arsen, Merkuri. Logam berat tersebut berasal dari pabrik
pengelasan logam dan secara tidak langsung burung memakan serangga
dengan yang terkontaminasi oleh logam berat. Tempat akumulasi logam berat
di dalam tubuh burung terletak pada jaringan dan bulu burung.
c) Logam berat di perairan yang ditemukan pada ikan: Chromium, Tembaga,
Timbal, Zink. Logam tersebut akan meningkat kadarnya, apabila ada
peningkatan BOD di perairan.
d) Logam berat di perairan yang ditemukan pada binatang invertebrata:
Chromium, Cadmium, tembaga, timbal, cobalt, nikel. Adanya logam berat
tersebut pada tubuh invertebrata merupakan indikator tercemarnya lingkungan.
e) Tanaman perairan dan tanaman darat dapat dipakai sebagai bio indikator
lingkungan yang terkontaminasi oleh logam berat. Pabrik pengecoran besi
yang mengeluarkan bahan pencemar udara logam berat dapat dideteksi pada
tanaman dengan analisis Neutron Activation Analysis.
2. Biomonitoring Zat Organik

Akumulasi zat organik pada beberapa spesies mamalia merupakan bio indikator yang
potensial untuk mendeteksi pencemaran lingkungan. Beberapa zat organik yang
dipakai indikator antara lain:

a) Perubahan non protein sulfhidril pada sel liver dari tikus sebagai indikator
terpapar oleh pestisida.
b) Meningkatnya bilirubin pada tikus, menunjukkan adanya paparan oleh Tri
Nitro Toluen (TNT).
c) Terdapatnya hubungan antara pencemaran lingkungan dengan Poly
Chlorinated Bifenil (PCB), dioxin, dan furan pada manusia.
d) Terdapatnya dioxin, furan, PCB, DDE, dan lindane pada telur burung sebagai
indikator tercemarnya lingkungan oleh zat organik
e) Terakumulasinya PCB, pestisida, dan bahan antropogenik pada tubuh ikan
sebagai indikator tercemarnya ekosistem perairan
f) Meningkatnya aktifitas Mixed Function Oxidase (MFO) pada ikan di sungai
yang tercemar oleh bahan organik, PAH, Dioxin, dan PCB.
g) Aktivitas Xenobiotik – DNA adduct, Cytochrome P 450 induksi dan oryl
hidrokarbon hidroksilase pada ikan dipakai sebagai biomarker pencemaran
pantai oleh PCB dan DDT.
h) Mengurangnya komunitas phytoplankton dapat dipakai sebagai biomonitoring
pencemaran pestisida dalam perairan.
3. Biomonitoring Limbah Cair

Ada beberapa studi toksisitas yang dipakai untuk menilai buangan limbah cair antara
lain pemakaian bakteri dan pemakaian invertebrata. Limbah pabrik kertas yang
mengandung bahan kimia pemutih dilakukan studi memakai biota air misalnya ikan.

Cara baru untuk menilai kualitas air laut yang terkontaminasi oleh bahan kimia
pemutih adalah dengan cara bio assay antara lain: uji inhibisi pertumbuhan algae dan
uji larva biota air.

4. Biomonitoring Pencemar Udara

Perubahan ambien atmosfer oleh adanya bahan pencemar udara akan dapat
mempengaruhi kehidupan tanaman. Daun pinus jarum dapat dipakai sebagai indikator
pencemaran alifatik hidrokarbon. Dengan pemeriksaan gas kromatografi ditemukan
bahwa kadar hidrokarbon lebih tinggi pada daun pohon pinus yang berumur tua.
Tanaman tingkat rendah antara lain lichen parmalia sulcata dapat sebagai indikator
pencemaran udara. Dengan demikian maka lichen dapat dipakai sebagai biomonitor
untuk pencemar udara.

5. Biomonitoring Asidifikasi

Perairan yang mempunyai pH rendah akan bersifat asam. Keasaman perairan dapat
dideteksi dengan memakai biomarker biota yang hidup dalam perairan tersebut.
Dalam keadaan pH rendah (pH=3), maka logam besi dan manganese akan terdeteksi
dalam perairan. Efek perairan dengan pH rendah, logam yang toksis dan Dissolve
Organic Carbon (DOC) terhadap hewan amfibi akan menyebabkan terlambatnya
metamorfosa, menurunnya daya tahan dan menurunnya berat badan hewan amfibi.

6. Biomonitoring Kesehatan Manusia


Biomonitoring Pb dan Cd pada wanita yang melahirkan, dilakukan dengan
pemeriksaan ASI dan darah. Karyawan industri petrokimia yang terpapar dengan
PAH pada pemeriksaan urine ditemukan biomarker hidroksipyrene.

PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Pemantauan dampak lingkungan adalah pengulangan pengukuran pada komponan


atau parameter lingkungan untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan karena adanya
pengaruh dari aktivitas proyek (Suratmo, 1990). Pelaksanaan pemantauan lingkungan
dibedakan menjadi 4 kelompok komponen lingkungan yaitu (1) pemantauan di bidang fisik
dan kimia, (2) pemantauan di bidang biologis, (3) pemantauan di bidang sosial-ekonomi, dan
(4) pemantauan di bidang sosial-budaya.

Manfaat dari pemantauan lingkungan lingkungan yaitu (1) menguji pendugaan


dampak sehingga dampaknya lebih diketahui dan mengingkatkan proses pendugaan di masa
yang akan datang, (2) menguji efektivitas dari aktivitas atau teknologi yang digunakan untuk
mengendalikan dampak negatif, (3) mendapatkan peringatan sedini mungkin menganai
perubahan lingkungan yang tidak dikehandaki sehingga perbaikan suatu tindakan dapat
disempurnakan, dan (4) mengumpulkan bukti untuk menunjang tuntutan ganti rugi.

Tujuan dari pemantauan lingkungan yaitu (1) mengetahui efektivitas usaha


perindungan lingkungan termasuk usaha penekanan dampak negatif, (2) mengembangkan
kemampuan dalam pendugaan perubahan lingkungan untuk proyek yang akan datang, dan (3)
meningkatkan pengelolaan dari proyek dan program lain yang ada hubungannya agar
perlindungan lingkungan dapat lebih baik.

TIPE PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Pemantauan lingkungan dibagi menjadi 8 tipe (Carley, 1984 dalam Suratmo 2004), yaitu:

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan bentuk pemantauan yang sangat sederhana dan merupakan


pengawasan teratur pada tingkat aktivitas proyek yang diusulkan. Contohnya, inspeksi
mengenai prosedur yang telah dilaksanakan, atau inspeksi perubahan lingkungan yang
terkait dengan mutu tidak terjadi, dll.
2) Pemantauan perizinan

Pemantauan perizinan dilakukan secara periodik berdasarkan fase pembangunan.


Misalnya perizinan eksplorasi, perizinan pembangunan, izin pengendalian
pencemaran, izin membuang bahan pencemar kesuatu area (sungai, laut, sumur), dll.

3) Pemantauan percobaan lingkungan

Pemantauan dilakukan pada suatu percobaan dengan menggunakan hipotesis dari


pendugaan suatu perubahan lingkungan dengan memberikan perlakuan. Tujuannya
untuk meningkatkan pengetahuan agar pendugaan dapat lebih baik dan dapat
melakukan evaluasi suatu proyek dengan tepat.

4) Pemantauan kualitas ambien lingkungan

Pemantauan ini ditujukan kepada perubahan dari ambien lingkungan yang


pengukurannya dilakukan pada fenomena ekologi khusus yang terkena dampak
langsung maupun tidak langsung baik yang disebabkan oleh aktivitas manusia atau
proyek maupun adanya perubahan dari alam. Pemantauan ini berguna dalam menguji
pendugaan dampak dan menguji usaha penekanan dari dampak negatif.

5) Pemantauan evaluasi program

Pemantauan ini biasanya dilakukan oleh pemerintah atau suatu tim untuk menilai atau
mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari suatu kebijaksanaan atau program.
Pemantauan ini melihat ratio masukan dan keluaran atau kepuasan dalam mencapai
sasaran dan tujuan.

6) Pemantauan evaluasi proyek

Pemantauan evaluasi proyek uga dilakukan oleh pemerintah atau suatu tim terhadap
proyek yang biasanya dibiayai dana bantuan internasional. Penilaian keberhasilan atau
kegagalan dari proyek bantuan ini tidak hanya dilihat dari untung dan rugi proyej
tetapi juga menyangkut analisis sosial dan lingkungan.

7) Pemantauan perjanjian atau kontrak dalam bidang sosial-ekonomi

Perjanjian dan kontrak disini merupakan perjanjian yang diadakan antara pemerintah
dengan suatu industri. Pemantauan ini lebih memfokuskan pada penampilan dari
industri dalam manfaat dari adanya industri tersebut, perburuhan, manfaat kursus,
keluaran dalam bidang sosial dan budaya serta konsultasi dengan masyarakat.

8) Pemantauan pengelolaan dampak dari proyek

Pemantauan yang menyangkut perkembangan dari proyek dan dampak yang


ditimbulkan pada semua aspek yang meliputi, aspek fisik-kimia, biologis, sosial-
ekonomi, dan sosial-budaya. Pemantauan ini sangat berguna dalam menilai ketepatan
pendugaan dampak yang telah dilakukan dan hasil pemantauan juga digunakan untuk
kepentingan pengelolaan dampak.

9) Pemantauan dampak kumulatif

Pemantauan ini tidak mempermasalahkan dampak proyek atau dampak langsung/tidak


langsung, dan ada tidaknya hubungan dengan pemerinyah. Pemantauan dampak
kumulatif ini menyangkut suatu daerah yang cukup luas dimana pembangunan
industri atau pertanian dan/atau perubahan sosial-budaya berubah dengan cepat.
Dalam daerah yang luas tersebut, terjadi penampalan dampak dari berbagai hal mulai
dari kebijaksanaan tertentu, program, proyek pembangunan dan lain sebagainya.
Pemantauan ini biasanya dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui gambaran
keseluruhan daerah, menyemputnakan koordinasi dan organisasi untuk keperluan
strategi perencanaan dan mengendalikan akibat adanya kebijaksanaan yang berbeda
dari berbagai instansi. Jadi, pemantauan kumulatif dikhususkan pada masalah yang
kritis yang menyangkut masyarakat setempat.

PROSEDUR PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN

Prosedur pendekatan ilmiah merupakan hal yang sangat penting dan harus diikuti dalam
melaksanakan pemantauan dampak lingkungan dari suatu proyek atau suatu aktivitas
manusia. Dasar dari pemantauan adalah mengukur dampak yang telah diduga atau perubahan
lingkungan yang telah diduga dalam Andal. Hasil pemantauan pendugaan dampak
lingkungan harus menjawab:

a. Apakah dampak yang diduga dalam Andal betul terjadi?

b. Kalau benar terjadi apakah besarnya dampak sesuai dengan pendugaan?


Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, maka harus mengikuti prosedur (urutan-urutan)
ilmiah berikut ini:

a. Dengan sudah adanya pendugaan dampak pada suatu komponen lingkungan, maka
dapat disusun suatu rumusan masalahnya.

b. Berdasarkan rumusan masalah kemudian disusun hipotesis-hipotesis.

c. Pahami keadaan variasi-variasi yang ada di alam untuk menetapkan waktu dan tempat
pengukuran indikator ekologi yang akan menunjukkan adanya perubahan lingkungan.

d. Susun desain pengambilan contoh sehingga dapat memenuhi syarat untuk analisis
statistik dan dapat digunakan untuk uji hipotesis.

Tidak semua komponen lingkungan dapat dipantau dengan prosedur tersebut karena
tidak semua dampak lingkungan dapat diuji dengan prosedur tersebut, sehingga prosedur lain
banyak diperkenalkan saat ini, khususnya untuk aspek sosial, misalnya kuisioner (menyusun
suatu daftar pertanyaan yang kemudian akan dijawab oleh responden, metode ini termasuk
studi langsung. Tidak semua komponen harus dipantau secara intensif dan komprehensif
seperti prosedur tersebut. Pada umumnya komponen yang dikenai pemantauan yang intensif
adalah komponen yang:

a. Tipe dan besar dampaknya dianggap sangat penting.

b. dampak yang tidak diketahui secara jelas sejauh mana dampaknya akan terjadi.

c. Perubahan lingkungan atau dampak dari suatu aktivitas masih merupakan suatu
percobaan (Suratmo, 2004).

Prioritas komponen atau dampak yang harus dipantau biasanya diletakkan pada dampak yang
dianggap paling penting bagi pengambilan Keputusan atau instansi yang bertanggung jawab.
oleh karena itu dianjurkan menggunakan biomonitoring system untuk mengukur kualitas
lingkungan alam dan untuk digunakan dalam rangka program pengendalian kualitas
lingkungan oleh industri yaitu dengan meletakkan alat pengukur (sensor) di tempat-tempat
yang kritis dalam sistem alam yang bersangkutan (Suratmo, 2004).
RUANG LINGKUP DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

A. Ruang Lingkup RPL

Ruang lingkup RPL meliputi beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a. Jenis Dampak Penting

Uraian tentang jenis dampak penting dan dampak lainnya yang akan dipantau,
misalnya berupa pencemaran udara oleh SO4 dan NO3 akibat penggunaan bahan
bakar minyak berkadar sulfur tinggi.

b. Faktor Lingkungan yang dipantau

Uraian tentang faktor lingkungan yang dipantau, yang dapat dilakukan terhadap
sumber dampak lingkungan akibat yang akan ditimbulkan oleh dampak tersebut
terhadap lingkungan. Misalnya, pencemaran oleh SO4 dan NO3 , pemantauan sumber
dampaknya dapat dilakukan terhadap kandungan sulfur dan nitrogen dalam bahan
bakar, sedangkan pemantauan akibat dapat dilakukan dengan cara mengukur kadar
keasaman air dalam badan perairan sebagai akibat pencemaran gas tersebut.

c. Tolok Ukur Dampak

Uraian tentang tolok ukur yang akan dipantau, dapat meliputi aspek biogeofisik aspek
sosial-ekonomi dan sosial-budaya.

d. Lokasi

Uraian tentang lokasi yang tepat untuk memantau dampak dengan melampirkan peta
berskala memadai yang memuat lokasi dan tapak pemantauan.

e. Periode Pemantauan

Uraian tentang kekerapan waktu pemantauan yang menyangkut saat pemantauan


dilaksanakan dan beberapa lama waktu yang diperlukan untuk memantau suatu jenis
dampak (Suratmo, 2004).
B. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan

a. Uraian tentang kelembagaan yang akan mengurus dan berkepentingan dalam


pelaksanaan pemantauan lingkungan. Pihak yang melakukan pemantauan lingkungan
harus sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab.

b. Uraian tentang kelembagaan yang mengurus dan berkepentingan dalam


mendayagunakan hasil pemantauan lingkungan yang secara implisit melakukan juga
pengawasan terhadap pelaksanaan pemantauan lingkungan. Pendayagunaan hasil
pemantauan dapat diartikan memanfaat umpan balik untuk melakukan tindakan
pengendalian terhadap dampak negatif dan pengembangan dampak positif untuk
RKL, sedangkan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan berarti memanfaatkan
umpan balik untuk menyempurnakan sistem pemantauan lingkungan (Suratmo, 2004).

Anda mungkin juga menyukai