Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TOKSIKOLOGI INDUSTRI

“PENGAMATAN PENGGUNAAN PESTISIDA PADA PETANI/PEKERJA”

OLEH

CICILIA ANGELIS GAGI

1707010148

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pestisida merupakan obat-obatan, campuran dari senyawa kimia yang bersifat bioaktif
dan umumnya memiliki sifat beracun. Menurut FAO dan SK Menteri Pertanian RI No.
24/Permentan/SR.140/4/2011, mengenai syarat dan tatacara pendaftaran pestisida,
pestisida digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan hewan atau
tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit
atau sering disebut dengan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penggunaan
pestisida dalam suatu lahan pertanian diharapkan mampu meningkatkan hasil pertanian
serta dapat membuat biaya pengelolaan pertanian menjadi lebih efisien dan ekonomis.
Namun dalam perkembangannya, penggunaan pestisida pada petani cenderung bukan atas
dasar untuk mengendalikan hama namun menjalankannya dengan cover blanket system
yaitu suatu sistem dimana ada ataupun tidaknya hama, tanaman akan tetap disemprot
dengan menggunakan pestisida (Prijanto, 2009). Penggunaan pestisida yang tidak sesuai
dan menyalahi aturan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan yaitu
keracunan. Dampak yang ditimbulkan dari keracunan pestisida sangat bervariasi, mulai
dari sakit kepala dan mual-mual bahkan bisa sampai menyebabkan kematian. Faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida dapat dibedakan menjadi
dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Prijanto, 2009) seperti umur, jenis kelamin,
pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, pendidikan, pemakaian alat pelindung diri, status
gizi, tekanan darah dan praktek penanganan pestisida. Salah satu parameter yang
digunakan untuk mengetahui terjadinya keracunan akibat pestisida adalah menurunnya
aktivitas enzim cholinesterase. Menurut lembaga kesehatan dunia (WHO), keracunan
yang disebabkan oleh pestisida dapat membunuh 355.000 orang di seluruh dunia setiap
tahunnya. Dimana dua pertiga dari kejadian tersebut terdapat pada negara berkembang.
Keracunan tersebut terjadi akibat adanya paparan yang kuat serta penggunaan yang
berlebihan dan tidak tepat terhadap pestisida. Di Indonesia kasus keracunan pestisida
pada tahun 1996 – 1998 terdapat 820 kasus dan menyebabkan 125 kematian sedangkan
pada tahun 1999 – 2001 terdapat 868 kasus dan menyebabkan 134 kematian (Munthe,
2011).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Kesehatan Terkait Penggunaan Pestisida pada petani/pekerja


Pada tahun 1996, data Departemen Kesehatan tentang monitoring keracunan pestisida
organofosfat dan karbamat pada petani penjamah pestisida organofosfat dan karbamat di
27 propinsi Indonesia menunjukkan 61,8% petani mempunyai aktivitas kolinesterase
normal, 1,3% keracunan berat dan 26,9% keracunan ringan. Pestisida jenis insektisida
organofosfat dan karbamat paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga.
Selain itu, pestisida jenis ini mudah dimonitor dengan mengukur kadar kolinesterase
darah. Karena itu, Departemen Kesehatan mengukur kadar kolinesterase dalam darah
untuk memonitor keracunan pestisida di tingkat petani. Berdasarkan Profil Kesehatan
Jawa Tengah tahun 2008, angka kematian ibu di Kabupaten Brebes adalah sebesar
153,79 per 100.000 kelahiran hidup, ini lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam
Indonesia sehat 2010 yaitu 150 per 100.000 kelahiran hidup. Dari hasil penelitian
Sulistomo dalam 11 kecamatan di Brebes dalam kurun waktu April – November tahun
2007, dari 612 responden terdapat 204 orang PUS yang mengalami abortus spontan pada
3 bulan terakhir. Berdasarkan catatan Puskesmas Kersana, ada 12 bayi BBLR. Dari studi
pendahuluan pada PUS di Desa Limbangan terdapat 44,4% yang menderita disfungsi
tiroid (hipotiroidisme sub-klinis). Hal ini menggambarkan adanya permasalahan
kesehatan dan gangguan reproduksi perempuan usia subur di kabupaten Brebes. Angka
kejadian keracunan pestisida dibeberapa daerah di Indonesia adalah tinggi, karena
sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani. Di Jawa Tengah dari 347 pekerja
dibidang pertanian dan pembuatan pestisida 82 orang (23,63%) pekerja keracunan
sedang dan 124 (35,73%) keracunan berat. Di Jawa Tengah di daerah Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar pada tahun 1989 telah terjadi kasus keracunan pestisida sebesar
42,2%, di Kabupaten Cianjur pada tahun 1995 keracunan pestisida 41,10%
(Anonim,2006). Di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan penduduk yang sebagian besar
bekerja di sektor pertanian juga tidak terhindar dari dampak penggunaan pestisida.
Namun demikian, baru beberapa data yang tercatat tentang keracunan akibat penggunaan
pestisida. Seperti yang dilaporkan oleh Harris (2001), di Kabupaten Lombok Barat, pada
tahun 2000, sebanyak 89,9% tenaga kerja telah keracunan pestisida. Demikian juga yang
dilaporkan oleh Hartawan (2000), pemeriksaan terhadap 20 orang petani di Kecamatan
Kopang Kabupaten Lombok tengah menunjukkan sebanyak 65% mengalami keracunan
(Hartawan,2000). Di Nusa Tenggara Barat (NTB) tingkat keracunan karena penggunaan
pestisida di Dusun Geguntur, Kota Mataram terhadap 52 orang petani didapatkan
sebanyak 33 orang (63,46%) keracunan ringan, 15 orang (28,85%) keracunan sedang dan
4 orang (7,69%) tidak mengalami keracunan (Martiawati,2003). Berdasarkan penelitian
Anam (2008) membuktikan bahwa tingkat keracunan petani oleh pestisida di dusun Batu
Mediri kelurahan Karang Pule dari 11 petani yang tidak menggunakan alat pelindung diri
10 orang (90%) mengalami keracunan ringan dan 1 orang (10%) mengalami keracunan
sedang.
2.2 Hasil Wawancara
Responden pertama
Identifikasi responden
Nama : PKW
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 57 thn
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tamat SLTA
Masa kerja : >10 thn
Frekuensi penyemprotan : 1-2kali/bln

Pengetahuan responden tentang pestisida :

No Pernyataan Benar Salah


1. Pestisida adalah Zat untuk 
binatang-binatang dan jasad renik
dalam rumah tangga
2. Pestisida digunakan untuk
memberantas rerumputan 
3. Mual dan muntah merupakan
beberapa gejalakeracunan pestisida 
4. Diare bukan merupakan gejala dan
tanda keracunan pestisida 
5. Insektisida dan fungisida
merupakan beberapa jenis pestisida 
6. Pestisida masuk kedalam tubuh
hanya melalui mulut dan luka 
8. Apabila pestisida terkena mata,
tidak perlu langsung dicuci dengan
air bersih 
9. Jika teracuni lantaran menghisap
pestisida, segera bawa ketempat 
terbuka dan segar
10. Jika pestisida tertelan, segera
dimuntahkan 
11. Jika terjadi kejang apalagi pingsan,
segera diupayakan untuk muntah 
12. Jika terjadi keracunan, tidak perlu
langsung dibawa ke Rumah
sakit/puskesmas 
13. Pestisida sebaiknya disimpan dalam
ruangan khusus dengan ventilasi
yang cukup 
14. Ruangan penyimpanan pestisida
tidak harus terkunci dan mudah
dijangkau anak-anak 
15. Ruangan penyimpanan pestisida
harus diberi tanda/peringatan
bahaya 
16. Penyemprot segera mandi dengan
air bersih menggunakan sabun 
17. Salah satu cara untuk membersihka
alat-alat dan pakaian yang
digunaka sesudah penyemprotan
yaitu dicuci dengan air mengalir 
18. Salah satu cara untuk
membersihkan alat-alat dan pakaian
yang digunakan sesudah
penyemprotan adalah dicuci dengan
sabun 
19. Saat menyemprot harus
menggunakan pelindung kepala 
20. Tidak harus menggunakan masker
saat melakukan penyemprotan 
21. Harus menggunakan sarung tangan
saat melakukan penyemprotan 
22. Tidak harus menggunakan masker
saat melakukan penyemprotan 
23. Saat menyemprot harus
menggunakan pelindung kepala 
Jumlah
Cara penyimpanan pestisida :

No Tempat penyimpanan Ya Tidak


Pestisida diletakkan dalam ruangan dengan ventilasi
1. cukup 
Disediakan pasir atau serbuk untuk menyerap
2. pestisida yang tumpah 
Ruangan penyimpanan pestisida terkunci dan tidak
3. mudah dijangkau anak-anak 
4. Pestisida diberi tanda peringatan bahaya 
Jumlah

Cara penanganan pestisida pasca penyemprotan

No Penanganan Pasca Penyemprotan Ya Tidak


Wadah bekas pestisida dirusak agar tidak
1 dimanfaatkan untuk keperluan lain 
2 Wadah bekas pestisida ditanam jauh dari sumber air 
Saat membersihkan peralatan penyemprotan dengan
3 air mengalir 
Penyemprot langsung mandi dengan bersih
4 menggunakan sabun 
Jumlah

Penggunaan APD

No APD Ya Tidak Keterangan


1. Masker 
2. Topi 
3. Pelindung badan (baju) 
4. Sarung tangan 
5. Sepatu 
Jumlah

Responden kedua
Identifikasi responden
Nama : YL
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 57 thn
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : D3/S1
Masa kerja : >10 thn
Frekuensi penyemprotan : 1-2kali/bln

Pengetahuan tentang pestisida

No Pernyataan Benar Salah


1. Pestisida adalah Zat untuk 
binatang-binatang dan jasad renik
dalam rumah tangga
2. Pestisida digunakan untuk
memberantas rerumputan 
3. Mual dan muntah merupakan
beberapa gejalakeracunan pestisida 
4. Diare bukan merupakan gejala dan
tanda keracunan pestisida 
5. Insektisida dan fungisida
merupakan beberapa jenis pestisida 
6. Pestisida masuk kedalam tubuh
hanya melalui mulut dan luka 
8. Apabila pestisida terkena mata,
tidak perlu langsung dicuci dengan
air bersih 
9. Jika teracuni lantaran menghisap
pestisida, segera bawa ketempat
terbuka dan segar 
10. Jika pestisida tertelan, segera
dimuntahkan 
11. Jika terjadi kejang apalagi pingsan,
segera diupayakan untuk muntah 
12. Jika terjadi keracunan, tidak perlu
langsung dibawa ke Rumah
sakit/puskesmas 
13. Pestisida sebaiknya disimpan dalam
ruangan khusus dengan ventilasi
yang cukup 
14. Ruangan penyimpanan pestisida
tidak harus terkunci dan mudah
dijangkau anak-anak 
15. Ruangan penyimpanan pestisida
harus diberi tanda/peringatan
bahaya 
16. Penyemprot segera mandi dengan
air bersih menggunakan sabun 
17. Salah satu cara untuk membersihka
alat-alat dan pakaian yang
digunaka sesudah penyemprotan
yaitu dicuci dengan air mengalir 
18. Salah satu cara untuk
membersihkan alat-alat dan pakaian 
yang digunakan sesudah
penyemprotan adalah dicuci dengan
sabun
19. Saat menyemprot harus
menggunakan pelindung kepala 
20. Tidak harus menggunakan masker
saat melakukan penyemprotan 
21. Harus menggunakan sarung tangan
saat melakukan penyemprotan 
22. Tidak harus menggunakan masker
saat melakukan penyemprotan 
23. Saat menyemprot harus
menggunakan pelindung kepala 
Jumlah

Cara penyimpanan pestisida

No Tempat penyimpanan Ya Tidak


Pestisida diletakkan dalam ruangan dengan ventilasi
1. cukup 
Disediakan pasir atau serbuk untuk menyerap
2. pestisida yang tumpah 
Ruangan penyimpanan pestisida terkunci dan tidak
3. mudah dijangkau anak-anak 
4. Pestisida diberi tanda peringatan bahaya 
Jumlah

Cara penanganan pestisida pasca penyemprotan

No Penanganan Pasca Penyemprotan Ya Tidak


Wadah bekas pestisida dirusak agar tidak
1 dimanfaatkan untuk keperluan lain 
2 Wadah bekas pestisida ditanam jauh dari sumber air 
Saat membersihkan peralatan penyemprotan dengan
3 air mengalir 
Penyemprot langsung mandi dengan bersih
4 menggunakan sabun 
Jumlah

Penggunaan APD

No APD Ya Tidak Keterangan


1. Masker 
2. Topi 
3. Pelindung badan (baju) 
4. Sarung tangan 
5. Sepatu 
Jumlah

Dari hasil wawancara kedua responden dapat diketahui bahwa pengetahuan pestisida
cukup baik dibuktikan dengan jawaban dari tiap responden yang benar, selain itu cara
penyimpanan pestisida yang dilakukan oleh responden juga cukup baik yaitu dengan
diletakan ditempat yang memiliki ventilasi yang cukup baik, tempat yamg terkunci, tidak
mudah dijangkau anak-anak, dan juga diberi tanda peringatan/bahaya. Selain itu cara
penangan pestisida pasca penyemprotan juga sudah baik yaitu dengan menanam wadah
bekas pestisida jauh dari sumber air, membersihkan alat semprot dengan air mengalir,
setelah menyemprot responden(penyemprot) akan langsung mandi dengan air bersih dan
sabun. Penggunaan APD oleh responden juga cukup lengkap yaitu seperti menggunakan
masker, topi, baju kerja, sarung tangan, dan sepatu saat bekerja.
2.3 Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya pestisida
a) Identifikasi resiko
Identifikasi risiko dampak kesehatan terhadap penggunaan pestisida di tempat kerja
diawali dengan melakukan identifikasi penggunaan pestisida pertanian, antara lain:
 Frekuensi dan jumlah penggunaan pestisida
 Jenis dan toksisitas pestisida berdasarkan label pada kemasan pestisida :
jenis pestisida, kegunaan, bahan aktif, tingkat bahaya, cara pakai, dan
penanganan keracunan
 Tingkat pengetahuan, pemahaman, dan perilaku pengguna pestisida.
Pemantauan petugas kesehatan untuk mengidentifikasi risiko dapat
dilakukan melalui checklist.
b) Penggunaan pestisida yang aman dan sehat
c) Membaca label produk pestisida
d) Saat mengangkut dan menyimpan pestisida, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini
 Selalu menyimpan pestisida pada kemasan asli dengan melampirkan label.
 Ikuti petunjuk penyimpanan yang terdapat pada label kemasan.
 Pestisida harus disimpan di tempat kering, dingin dan gelap. Hindari
penyimpanan di tempat dengan temperatur suhu tinggi.
 Menyimpan pestisida di rak-rak yang cukup kuat.
 Memasang tanda peringatan pada pintu untuk mengindikasikan tempat
penyimpanan pestisida.
 Tidak menaruh wadah pestisida di tempat yang terkena matahari secara
langsung.
 Menyimpan pestisida diluar jangkauan anak kecil.
 Jangan pernah menyimpan makanan dan pestisida bersamaan
 Ketika mengangkut/ memindahkan pestisida, letakkan dengan baik dan
kencang agar tidak mudah bergerak/tumpah
 Jangan mengangkut pestisida dalam keadaan bocor
 Lindungi dari cuaca ekstrim misalnya panas matahari.
 Jangan meletakkannya berdampingan dengan barang lain terutama makanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pestisida adalah salah satu kelompok bahan beracun berbahaya (B3) dan merupakan
persisten organik pollutants (Pops), yang seharusnya penggunaan dilakukan sesuai
prosedur yang sehat dan aman. Telah banyak bukti penelitian menunjukan adanya
gangguan kesehatan pada masyarakat akibat pemaparan pestisida, dari yang ringan
sampai berat hingga menimbulkan kematian. Populasi yang dapat dikategorikan
memiliki risiko terpapar pestisida adalah para pekerja sektor pertanian, orang yang
berada di lingkungan yang menggunakan pestisida, termasuk anak-anak yang bermain
dengan wadah pestisida, ternak dan produk makanan yang terkontaminasi pestisida. Pada
pekerja perempuan yang hamil dapat terpapar pestisida dari lingkungan yang pemakaian
pestisida sedang berlangsung maupun dari memakan makanan yang terkontaminasi/
mengandung residu pestisida.6,7 Pekerja perempuan hamil yang terpapar pestisida
terbukti berisiko memiliki anak yang menderita gangguan syaraf, gangguan
perkembangan hingga abortus. Sehingga dalam hal ini pengetahuan dan keterampilan
dari petani sangat diperlukan untuk menghindari keracunan ataupun kecelakaan kerja
lainnya pada petani saat bekerja.
Lampiran kuisioner hasil wawancara
Responden 1
Responden 2

Anda mungkin juga menyukai