Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU. Haji Medan
Pembimbing :
Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusuran Referat
referat ini dengan judul “Imunisasi ”. Penyelesaian referat ini banyak bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu adanya kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang
sangat tulus kepada Dr. Nurdiani Sp.A selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
ilmu, petunjuk, nasehat dan kesempatan kepada kammi untuk menyelesaikan Referat ini.
Penulis menyadari baha Referat ini tentu tentu tidak lepas dari kekurangan
karena kebatasan waktu, tenaga dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan
masukan dan saran yang membangun. Semoga Referat ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Tujuan............................................................................................
C. Manfaat..........................................................................................
A. Definisi ..........................................................................................
B. Epidemiologi..................................................................................
C. Etiologi ..........................................................................................
D. Klasifikasi......................................................................................
E. .........................................................................................
F. .......................................................................................................
G. .......................................................................................................
H. .......................................................................................................
I. .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUUAN
A. Latar Belakang
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang hal imunisasi dasar pada bayi
2. Menambah informasi kapan seharusnya imunisasi dilakukan dan seberapa
pentingnya imunisas harus didadapatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak
menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan
pasif maupun aktif.
Dalam dunia kesehatan dikenal tiga pilar utama dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat, yaitu preventif atau pencegahan, kuratif atau pengobatan, dan rehabilitatif.
Dua puluh tahun terakhir, upaya pencegahan telah membuahkan hasil yang dapat
mengurangi kebutuhan kuratif dan rehabilitatif. Imunisasi sendiri merupakan suatu upaya
pencegahan primer guna menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang dapat
mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera dan cacat.
Di Indonesia, program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan Program
Imunisasi (PPI) yang dilaksanakan sejak tahun 1977. Imunisasi yang termasuk dalam PPI
adalah Hep.B, BCG, polio, DTP, Hib, dan campak.
C. Tujuan
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi)
atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar. Keadaan
yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat di tularkan
manusia.
Sasaran dari pemberian imunisasi tidak hanya pada anak-anak, tetapi juga
mencakup wanita hamil (awal kehamilan – 8 bulan), wanita usia subur (calon mempelai).
Pada anak-anak, imunisasi diberikan dimulai sejak bayi dibawah umur 1 tahun (0 – 11
bulan) sampai anak sekolah dasar (kelas 1 – kelas 6).
D. Manfaat
Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan
oleh pemerintah dengan menurunya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang
dapat di cegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh :
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang di sebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikolog pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang
terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara.
E. Jenis-jenis Imunisasi
Imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
a. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan untuk
memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan
untuk upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi
bakteri maupun virus .Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil
memberikan antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir
trimester pertama kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui
plasenta adalah immunoglobulin G (LgG). Transfer imunitas alami dapat
terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah
immunoglobulin A (LgA). Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat
terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung antibodi
tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya.Kekebalan yang diperoleh
dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama, sebab kadar zat-zat anti yang
meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil produksi tubuh sendiri,
melainkan secara pasif diperoleh karena pemberian dari luar tubuh. Salah satu
contoh imunisasi pasif adalah Inmunoglobulin yang dapat mencegah anak dari
penyakit campak (measles).
b. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan
selama bertahun-tahun.Adapun tipe vaksin yang dibuat “hidup dan mati”.
Vaksin yang hidup mengandung bakteri atau virus (germ) yang dilemahkan,
tetapi dapat menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin
yang mati dibuat dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang
dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan disebut toxoid. Contohnya
adalah imunisasi polio atau campak
Saat ini menurut WHO terdapat 25 vaksin yang telah ditemukan dan dipergunakan
di seluruh dunia (available vaccine) serta masih ada 24 vaksin yang sedang dalam proses
penelitian dan pengembangan (Pipeline vaccines). Berikut adalah tabel available vaccine
dan pipeline vaccine:
4. Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah
penyakit poliomielitis. Vaksin polio telah dikenalkan sejak tahun
1950, Inactivated (Salk) Poliovirus Vaccine (IPV) mendapat lisensi
pada tahun 1955 dan langsung digunakan secara luas. Pada tahun
1963, mulai digunakan trivalen virus polio secara oral (OPV) secara
luas. Enhanced potency IPV yang menggunakan molekul yang lebih
besar dan menimbulkan kadar antibodi lebih tinggi mulai digunakan
tahun 1988. Perbedaan kedua vaksin ini adalah IPV merupakan virus
yang sudah mati dengan formaldehid, sedangkan OPV adalah virus
yang masih hidup dan mempunyai kemampuan enterovirulen, tetapi
tidak bersifat patogen karena sifat neurovirulensinya sudah hilang
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, IV) dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan
diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat
masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut
anak. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes
(dropper) yang baru. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk
menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan
keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai
pada tingkat yang tertinggi.
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak. pemberian vaksin campak diberikan 1 kali pada
umur 9 bulan secara subkutan walaupun demikian dapat diberikan secara
intramuskuler dengan dosis sebanyak 0,5 ml. Selanjutnya imunisasi
campak dosis kedua diberikan pada program school based catch-up
campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1 dalam program
BIAS (Ranuh, 2014).
Vaccine Vial Monitor: VVM untuk menilai apakah vaksin sudah pernah terpapar suhu
diatas 8 C dalam waktu lama atau belum. VVM dicek dengan membandingkan warna
kotak segi empat dengan warna lingkaran disekitarnya.
Uji kocok: dilakukan apabila vaksin dicurigai pernah membeku. Vaksin dikocok
kemudian diamati mulai 15 hingga 60 menit bila masih terdapat endapan atau
gumpalan berarti vaksin pernh membeku dan vaksin tersebut tidak boleh digunakan
Pelarut: bila vaksin perlu dilarutkan gunakan pelarut yang telah disediakan untuk
vaksin tersebut. Vaksin perlu diberi label yang memuat keterangan, tanggal dan jam
dilarutkan, tanggal dan jam kadalwarsa, nama dan tanda tangan yang melarutkan
vaksin.
4. Benar Dosis
Dosis vaksin untuk anak umumnya adalah 0,5 mL untuk vaksin DTP-HB-Hib, DT,
Td, campak, dan Hepatitis B. Dosis vaksin OPV adalah 2 tetes. Dosis vaksin BCG anak
< 1th adalah 0,05 mL sedangkan untuk anak lebih dari 1 tahun adalah 0,1 mL. Dosis
vaksin influenza untuk anak 6 bulan sampai kurang dari 3 tahun adalah 0,25 mL
sedangkan anak lebih dari 3 th adalah 0,5 mL.
5. Benar Rute, Panjang Jarum, dan Teknik penyuntikan
Rute : Vaksin DTP, Hepatitis B, disuntikkan secara intramuskuler (IM). Vaksin
campak secara subkutan (SK). Vaksin polio inaktif bisa secara intramuskuler (IM)
atau subkutan (SK). Vaksin BCG disuntikkan secara intrakutan (IK).
Panjang jarum: untuk penyuntikan intramuskuler jarum yang digunakan ukuran
22-25 G. Untuk penyuntikan subkutan digunakan 23-25 G
Rute Teknik
Intramuskuler Menggunakan jarum sesuai umur anak dan cukup
panjang untuk mencapai otot
Tekan kulit sekitar dengan ibu jari dan telunjuk saat
jarum ditusukkan
Suntikkan dengan arah 90 terhadap kulit
Penyuntikan pada anterolateral paha atau deltoid.
Pada daerah tersebut tidak ada pembuluh darah besar
sehingga tidak perlu aspirsi. Namun, bila saat
penyuntikan terdapat darah maka vaksin tidak boleh
dipakai
Untuk vaksin dengn lebih dari satu suntikan dapat
diberikan pada ekstremitas berbeda
Subkutan Melakukan cubit tebal pada tempat suntikan
Suntikkan dengan arah 45 terhadap kulit
Untuk suntikan multipel diberikan pada ekstremitas
berbeda
Intrakutan Menggunakan semprit tuberkulin jarum pendek dan
kecil
Arah 10-15 terhahap kulit
Vaksin disuntikkan sampai terbentuk indurasi
Polio oral Membuka tutup botol vaksin
Meneteskan 2 tetes vaksin dengan memijat bagian
tengah dropper secara perlahan.
6. Benar Lokasi
Penyuntikan intramuskuler dilakukan di otot paha anterolateral yaitu vastus lateralis
quadriceps femoris untuk bayi sampai anak berumur 2 tahun. Untuk anak umur 3 tahun
ke atas penyuntukan dapat dilakukan pada otot deltoid.
Penyuntikan subkutan dapat dilakukan diotot paha anterolateral untuk bayi berusia
kurang dari 12 bulan dan pada otot tricep bagian atas dan luar untuk anak berusia
diatas 12 bulan.
Gambar. Penyuntikan subkutan dengan cara cubit tebal
Vaksin BCG dilakukan secara intradermal dengan cara meletakkan jarum hampir
sejajar lengan kanan anak dengan lubang jarum menghadap ke atas.
imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan.
Kejadian KIPI imunisasi campak teleh menurun dengan digunakkanya vaksin campak yang
dilemahkan.Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39.5˚c yang terjadi pada 5-15 %
kasus,demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlansung selama 2
suhu tubuh tersebut dapat meransang terjadinya kejang. Ruam dapat timbul pada resipien
pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlansung selama 2-4 hari.
Neuritis brakialis
Tetanus(DTP, 2-18 hari
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan
DT, TT) Tidak tercatat
kematian
Syok anafilaksis
Pertusis 4 jam
Ensefalopati
Whole cell 72 jam
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan
(DTPw) Tidak tercatat
kematian
7-30 hari
6 bulan
1. Anafilaksis
2. Syok
1. Ensefalopati
2. Kejang
3. Meningitis aseptik
4. Trombositopenia
KESIMPULAN
Imunisasi bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh untuk membentuk antibodi
spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit. Walaupun cakupan imunisasi
tidak sama dengan 100% tetapi sudah mencapai 70% maka anal-anak yang tidak mendapatkan
imunisasi pun akan terlindungi oleh adanya suatu “herd immunity”.
Upaya pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya adalah
dengan meningkatkan kekebalan atau imunitas tubuh dengan pemberian imunisasi.
Imunisasi merupakan bagian yang penting dalam tahap kehidupan seorang anak karena
berfungsi sebagai pencegahan primer terhadap penyakit infeksi. Dalam imunisasi aktif atau
vaksinasi, sistem imunitas tubuh dirangsang untuk mengenali dan memproduksi antibodi terhadap
suatu bakteri atau virus penyebab penyakit tertentu sehingga tubuh memiliki pertahanan yang lebih
baik jika sewaktu-waktu terinfeksi.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua dan petugas kesehatan untuk memastikan
seorang anak mendapatkan imunisasi sesuai jadwalnya khususnya imunisasi yang diwajibkan. Jika
imunitas pada masyarakat tinggi, maka risiko terjadinya penularan dan wabah juga akan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, jenson: Nelson Textbook of Pediatrics, 17th edition, Saunders. Hal 620-
623
http://eprints.umm.ac.id/41481/3/BAB%20II.pdf
Meadow R, Newell S.. Lectures notes pediatdrika. Edisi ke tujuh. Penerbit Erlangga.
Jakarta.2005.
Ranuh, IG.N.G., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R.S., et al. 2014. Pedoman Imunisasi di Indonesia
Edisi Kelima. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Satgas Imunisasi PP IDAI. 2014. Panduan Imunisasi Anak. Edisi 1. Jakarta: Kompas
Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius : 2010
WHO. 2008. Module 1: Cold Chain, vaccine and Safe-Injection Equipment Management.
http://www.paho.org/immunization/toolkit/resources/paho-publication/mid-level-
management-training/Module-1-Cold-chain-vaccines-and-safe-injection-equipment-
management.pdf?ua=1. [diakses tanggal 6 Agutus 2020]