Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIKATOR PENCEMARAN LINGKUNGAN

Oleh :

dr. Aviliana Ryasi Wenas

INDIKATOR PENCEMARAN AIR


Makhluk hidup yang ada dibumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air.
Menurut Mulyadi (2010), mengatakan air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan
dibumi ini.
Air permukaan adalah salah satu sumber air baku dari berbagai alternatif sumber air
baku yang ada di bumi ini, untuk dilakukan proses pengolahan menjadi air minum pada suatu
instalasi pengolahan air minum (AWWA, 1999).
Untuk menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah karena tergantunng pada
banyak faktor penentu. Faktor penentu tersebut antara lain adalah
a. Kegunaan air
• air untuk minum
• air untuk keperluan rumah tangga
• air untuk industri
• air untuk mengairi sawahs
b. Asal sumber air
• Air untuk mata air dipegunungan
• Air danau
• Air sungai
• Air sumur
• Air hujan

Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun ada kesepakatan
bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada
keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu berarti
air tersebut telah mengalami pencemaran.

Didalam berbagai kegiatan atau aktivitas industri dan teknologi, air yang telah
digunakan tidak boleh langsung dibuang disungai atau lau, karena dapat menyebabkan
pencemaran. Apabila semua kegiatan industri dan teknologi ini memperhatikan dan melakukan
pengelolahan air limbah industri serta masyarakat umum juga tidak membuang limbah air
secara sembarangan disungai maupun laut, maka masalah pencemaran air sebenarnya tidak
perlu kita khawatirkan. Namun pada kenyataannya, dapat kita lihat dan amati sendiri saat ini,
masih banyak industri atau pusat kegiatan kerja yang masih membuang limbahnya ke
lingkungan melalui sungai, danau, atau langsung ke laut.

Pembuangan air limbah secara langsung ke lingkungan inilah yang menjadi penyebab
terjadinya pencemaran. Limbah yang bisa berupa padatan maupun cairan ini yang masuk ke
lingkungan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari keadaan normal air dan ini berarti
sudah terjadi suatu pencemaran.

Salah satu indikator pencemaran air adalah plankton, karena plankton sangat sensitive
terhadap perubahan alam, plankton merupakan penanda terbaik untuk kualitas air dan terutama
kondisi danau. Salah satu alasan mengapa plankton dipertimbangkan didanau yaitu untuk
memantau kualitas air danau saat terjadi sentralisasi fosfor dan nitrogen yang tinggi.
Sentralisasi ini dapat ditunjukkan oleh plankton tertentu yang bereproduksi dengan kecepatan
yang meningkat. Selain menjadi indikator kualitas air, plankton juga merupakan makan pokok
bagi organisme yang lebih besar didanau. Dengan demikian, plankton merupakan kunci
penting bagi kelangsungan kehidupan organisme diair. (Thakur et al. 2013).

Fitoplankton, juga dikenal sebagai mikroalga, mirip dengan tumbuhan darat karena
mengandung klorofil dan membutuhkan cahaya matahari untuk hidup dan berkembang.
Sebagian besar fitoplankton ini ringan dan berenang di bagian atas laut, tempat cahaya
menyusup ke dalam air. Perkembangan dan fotosintesis sangat erat kaitannya, masing-masing
merupakan fungsi dari penggunaan cahaya dan suplemen makanan. Alga cukup sensitif
terhadap kontaminasi, dan ini mungkin tercermin dalam tingkat populasi dan / atau laju atau
fotosintesis. Mempengaruhi perkembangan populasi atau fotosintesis, sebagian besar, alga
sensitif terhadap kontaminasi seperti spesies lain. Selain itu adanya perubahan
keanekaragaman jenis fitoplankton dapat mengindikasikan adanya pencemaran ekosistem laut
(Walsh 1978; Hosmani 2014).

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah banyaknya perubahan
atau tanda yang dapat diamati melalui :
 Adanya perubahan suhu air
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas rekasi
atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin -mesin yang menunjang
kegiatan industri dapat berjalan dengan baik, maka panas yang terjadi harus dihilangkan
biasanya melalui proses pendinginan. Akibatnya air yang dingin akan mengambil panas
sehingga air yang panas jika dibuang ke sungai mengakibatkan sungai menjadi panas. Air
sungai yang suhunya meningkat akan mengganggu kehidupan makhluk air, karena kadar
oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu melalui proses
difusi. Makin tinggi suhu air maka makin sedikit oksigen yang terlarut didalamnya sehingga
mengganggu biota air.

 Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen


Air normal yang memenuhi syarat untuk kehidupan pHnya berkisar antar 6,5 – 7,5. Air dapat
bersifat asam dan basa tergantung dari ukuran pHnya. Air dengan pH lebih kecil dari normal
bersifat basa, dan begitu sebaliknya. Air yang terlalu asam atau terlalu basa dapat mengganggu
kehidupan organisme di alam dan tidak layak untuk dikonsumsi sebagai air bersih maupun
untuk digunakan sebagai air minum.

 Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air


Air dalam keadaaan normal dan bersih tidak akan berwarna, berbau, berasa sehingga
tampak bening dan jernih. Perubahan warna, bau dan rasa air disebabkan oleh degradasi zat
organik dan anorganik sisa buangan industri.

Tetapi warna air yang tidak berubah belum tentu bersih, masih ada beberapa faktor
penentu lainnya (kuman penyakit). Air yang berbau biasanya dapat disebabkan oleh banyak
hal, tapi salah satunya karena hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba yang ada didalam
air yang mengubah bahan buangan organik terutama gugus protein menjadi bahan yang mudah
menguap dan berbau. Air normal yang dapat digunakan untuk kehidupan biasanya bau dan
warna akan berpengaruh terhadap rasa.

 Timbulnya endapan, bahan terlarut


Bahan sisa buangan industri dapat berupa endapan dan koloid yang biasanya terbentuk
dari bahan buangan organik. Bahan buangan anorganik yang terlarut dalam air mengakibatkan
air menjadi tambahan ion-ion logam yang umumnya berbahaya karena bersifat racun seperti :
Hg, Cd, Cr, Pb.

 Adanya mikroorganisme
Jika bahan sisa buangan yang terlarut dalam jumlah banyak akan memicu pertumbuhan
berbagai macam mikroorganisme baik yang patogen maupun non patogen. Mikroba patogen
yang berkembang akan menyebabkan timbulnya penyakit.

 Meningkatnya radioaktivitas air di lingkungan


Zat radioaktif dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan
apabila terjadi proses biomagnifikasi di dalam organisme akuatik. Besar kecilnya masalah
sangat tergantung pada kadar magnifikasi, peran organisme akuatik dalam rantai makanan dan
lama waktu paruh zat radioaktif.

Efek langsung zat radioaktif dapat menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar,
berupa kematian dan perubahan komposisi genetic. Perubahan genetik dapat menimbulkan
berbagai penyakit seperti kanker dan mutase genetika. Sinar alpha sulit menembus kulit
sehingga efeknya bersifat lokal, apabila tertelan lewat minuman dapat terjasi kerusakan pada
sel-sel saluran pencernaan. Sinar beta dapat menembus kulit sehingga kerusakan dapat lebih
dalam dan luas, kerusakan tergantung intensitas sinar, frekuensi dan luasnya pemaparan.

Selain indikator pencemaran air diatas, tanda bahwa air lingkungan telah tercemar
adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat kita amati nda dapat digolongkan menjadi :
o Pengamatan secara fisik
Pengamatan secara fisik yaitu pengamatan pencemaran air, yang berdasarkan tingkat
kejernian air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau
dan rasa.
o Pengamatan secara kimiawi
Pengamatan secara kimiawi yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia
yang terlarut, perubahan pH.
o Pengamatan secara biologis
Pengamatan secara biologis yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada didalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau
konsentrasi ion Hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen
biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical
Oxygen Demand, COD).

- pH atau konsentrasi ion hydrogen.


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa air normal yang memenuhi syarat
untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa
tergantung besar kecilnya pH. Bila pH dibawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam,
sedangkan air yang mempunyai pH diatas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan
buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota
akutik.

Sebagian besar biota akutik ini sangat sensitif terhadap perubahan dari pH dan
menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH ini sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada
komunitas biologi perairan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan.


Nilai pH Pengaruh Umum
6,0 – 6,5 1. keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun.
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami
perubahan.
5,5 – 6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami
perubahan yang berarti.
3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral.
5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton
dan bentos semakin besar.
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan
bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat.
4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton
dan bentos semakin besar.
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak.
4. Proses nitrifikasi terhambat.
Sumber : modifikasi Baker et. All., 1990 dalam Efendi, 2003

Pada pH < 4, Sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap
pH rendah. Namun ada jenis algae yaitu Chlamydomonas Acidophila mampu bertahan pada
pH = 1 dan Algae Euglena pada pH 1,6.

- Oksigen terlarut (DO)


Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikrorganisme dalam air tidak dapat hidup
karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organik dalam air. Oksigen
dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesis algae. Oksigen yang dihasilkan dari
reaksi fotosintesis algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali
oleh algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air
tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.

Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kelarutan oksigen jenuh dalam
air pada 25 ° dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L . Kadar oksigen terlarut yang tinggi
tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain
membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi
antar organisme.

Keberadaan logam berat yang berlebihan diperairan akan mempengaruhi sistem


respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat
logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita.

Pada siang hari, Ketika matahari bersinar terang, terjadi pelepasan oksigen melalui
proses fotosintesis yang berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih besar daripada oksigen
yang dikonsumsi oleh proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat melebihi kadar oksigen
jenuh, sehingga perairan mengalami supersaturasi. Sedangkan pada malam hari, tidak ada
fotosintesis, tetapi respirasi terus berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen ini
mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan euforik perairan. Kadar
oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum pada pagi hari.
Pembuangan limbah cair yang banyak perairan dalam hal ini danau, sungai maupun
laut dapat menyebabkan peningkatan zat perusak ozon dan penurunan dari DO ini, Oleh karena
itu, DO merupakan bahan kimia yang penting indikator pencemaran di ekosistem perairan
(Kalenik 2014).

- Kebutuhan oksigen biokimia (BOD)


Dekomposisi bahan organik terdiri dari 2 tahap, yaitu terurainya bahan organik menjadi
anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil,
misalnya ammonia mengalami oksidasi yaitu menjadi nitrit atau nitrat ( nitrifikasi). Pada
penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama yang berperan, sedangkan oksidasi
bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu.

Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh


mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah ( mendegradasi) bahan buangan organik
yang ada didalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan
organic berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty (1978) proses penguraian
bahan buangan organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh bakteri aerobik
adalah :
CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 —> nCO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + cNH3

Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari, tetapi
penentuan BOD selama 20 hari dianggap masih cukup lama. Penentuan BOD ditetapkan
selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BODS. Selain memperpendek waktu yang
diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang
menggunakan oksigen juga. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% - 80% bahan
organik telah mencapai oksidasi.

Jumlah mikroorganisme dalam lingkungan air tergantung dari tingkat kebersihan air itu
sendiri. Air yang bersih relatif mengandung mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang
tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptik atau bersifat
racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida, insektisida, dan sebagainya, jumlah
mikroorganisme juga relatif sedikit. Sehingga makin besar kadar BODnya, maka merupakan
indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contohnya yaitu kadar maksimum
BOD5 yang diperkenalkan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme
akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP,1992. Sedangkan
berdasarkan Kep.51/ MENKLH/ 10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah cair bagi
kegiatan industri yang golongan I adalah 50 mg/L dan untuk golongan II adalah 150 mg/L.

- Kebutuhan oksigen kimia (COD)


COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun
yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium
bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas
H2O serta sejumlah ion chrom.

Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis,
misalnya tannin, fenol, polisacharida dan sebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran
COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organik dapat dioksidasi oleh oksidator
kuat seperti kalium permanganate dalam suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan
organic dapat dioksidasi.

Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan
perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari
20 mg/L, sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah
industri dapat mencapai 60.000 mg/L.

INDIKATOR PENCEMARAN UDARA


Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan komposisi udara dari keadaan normalnya.
Kehadiran bahan atau za tasing didalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara
dalam waktu yang cukup lama akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan
binatang. Bila keadaan seperti tersebut terjadi maka udara dikatakan telah tercemar.
Menurut WHO bahwa pencemaran udara merupakan risiko gangguan kesehatan
terbesar di dunia diperkirakan data tahun 2016 sekitar 6,5 juta orang meninggal tiap tahun
akibat paparan polusi udara. Pencemaran udara di Indonesia mengakibatkan 16.000 kematian
setiap tahunnya, 1 dari 10 orang menderita infeksi saluran pernapasan atas dan 1 dari 10 anak
menderita asma.

Udara yang bersih merupakan udara yang bebas tercemar. Berikut ini merupakan
indikator udara apabila udaraa tersebut tercemat oleh zat-zat yang beracaun menurut Suwarno
yaitu :
 Udara yang bersih seharusnya tidak berwarna dan tidak berbau, adanya bau dan warna
berarti menunjukkan bahwa udara itu tercemar.
 Dapat menggunakan indikator biologi untuk mengamati tingkat pencemaran udara
yaitu dengan lumut kerak (Lichenes). Lumut kerak ini dapat dijadikan indikator bagi
tingkat polusi udara dibeberapa wilayah tertentu.

Selain itu indikator pencemaran udara juga tidak mengandung beberapa bahan
berbahaya seperti :
o Sulfur dioksida
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh 2 komponen sulfur bentuk gas
yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya
disebut sulfur oksida (SOX). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak
mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.

Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat diatmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan
kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2.
Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber -sumber alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk
H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah
ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak
merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber
alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan
sumber pencemaran SOx, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu, dan sebagainya.
Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam
sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.
o Karbon monoksida
Karbon dan oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO)
sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil
pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak
berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa
CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang
kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.

Karbon monoksida dilingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber


utamanya adalah dari kegiatan manusia, karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk
dari lautan, oksidasi metal diatmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam.

o Nitrogen dioksida
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat diatmosfir yang
terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk
oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan
pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.

Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen (NOx) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang
terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi
pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata
sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang
diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat
tertentu.

Selain itu ada NO3, asupan nitrat atau nitrit yang dihasilkan oleh biota mungkin saja
keracunan, seperti ketika mencapai puluhan miligram per liter, itu menyebabkan keracunan
biota. Oleh karena itu, NO3 − N dianggap sebagai indikator kimia utama yang dapat mengukur
ekosistem polusi (Jorgensen dan Halling-Serenson 2014).

o Oksidan
Oksigen (O2) merupakan senyawa diudara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai
pengoksidasi. Oksidan adalah kompenen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu
suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen
yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar
sekunder yang diproduksi karena interaksi antar bahan pencemar primer dengan sinar.

Yang disebut dengan oksidan fotokimia meliputi ozon, nitrogen dioksida, dan
peroksiasetilnitrat (PAN) karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk ozon maka
hasil monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon. Karena pengaruh pencemaran
udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola pencemaran selama sehari dan
dari suatu tempat ke tempat lain, maka waktu dimana kadar ozon paling tinggi secara umum
ditentukan dalam pemantauan. Mencatat jumlah perjam perhari, perminggu, per musim atau
per tahun selama kadar tertentu dilampaui juga merupakan cara yang berguna untuk
melaporkan sejauh mana ozon menjadi masalah.

o Hidrokarbon
Struktur hidrokarbon (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan karbon dan sifat fisik HC
dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang Menyusun molekul HC. HC adalah bahan
pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan, maupun padatan. Semakin tinggi jumlah
karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C
antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon
diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan.

Sebagai bahan pencemar udara, hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang
diemisikan ke udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. HC merupakan
polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara langsung, sedangkan oksidan fotokimia
merupakan polutan sekunder yang dihasilkan diatmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang
melibatkan polutan primer.

o Khlorin
Senyawa chlorine yang mengandung Khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi
zat inert atau zat kurang aktif dalam air, yang termasuk senyawa khlorin adalah asam
hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL).

Khlorin merupakan bahan kimia penting dalam dunia industri yang digunakan untuk
khlorinasi pada proses produksi yang menghasilkan produk organik sintetik, seperti plastik
(khususnya polivinil khlorida), insektisida (DDT, Lindan, dan aldrin) dan herbisida (2,4
dikhloropenoksi asetat), selain itu juga digunakan sebagai pemutih ( bleaching agent) dalam
pemrosesan selulosa, industri kertas, pabrik pencucian (tekstil), dan desinfektan untuk air
minum dan kolam renang.

o Partikel debu
Partikel debu melayang ( Suspended Particulate Matter/ SPM) merupakan campuran
yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar diudara dengan
diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron.

Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa
oleh angina tau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna
dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau bercampur dengan gas -
gas organic seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik.

o Timah hitam
Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu
keperakan dengan titik leleh pada 327,5 °C dan titik didih 1.740°C pada tekanan atmosfer.
Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting
karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya
meningkatkan angka oktan secara ekonomi.

Pembakaran Pb-alkil sebagai zar aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor
merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer berdasarkan estimasi skitar 80–
90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satu tempat dengan
tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk
mereduksi kandungan pb pada bensin.

INDIKATOR PENCEMARAN TANAH


Berbagai macam limbah padat yang dikategorikan sebagai sampah yang mencemarkan
lingkungan bisa dari limbah industri yang dapat berupa limbah padat yang dikategorikan yang
berupah limbah padat yang meliputi bahan-bahan buangan seperti bekas kemasan produk,
bungkusan atau produk rusak, sisa industri kertas, plastic, kayu, metal, kaca, karet, dan sisa
makanan
 Polutan Logam Berat
Polutan logam berat lebih banyak disebabkan oleh pembuangan limbah dari industrial
yang tidak melalui proses AMDAL yang benar dan aman.

 Polutan Pestisida
Dilematika pestisida bagi umat manusia secara umum yaitu sifat pestisida adalah untuk
pelindung manusia dari ancaman, serangga, jamur, gulma, dan hewan pengganggu lain bagi
manusia. Namun disisi lain pestisida ini merupakan polutan yang berbahaya bagi kelangsungan
ekosistem lingkungan manusia itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa jenis pestisida yang
beredar dipasaran :
o Insektisida : pembunuh serangga
Jenis pestisida ini merupakan senyawa kimia dengan formula yang bertujuan untuk
membasmi serangga.

o Herbisida : pembunuh gulma/ tumbuhan pengganggu


Jenis pestisida ini jika terkontaminasi ke tanah, maka secara langsung tanah akan ikut
tercemar dan tentunya berdampak pada kehidupan mikroorganisme dalam tanah.

o Rodentisida : pembunuh hewan pengerat


jenis senyawa ini juga selain membunuuh hewan pengerat ternyata juga bisa membasmi
hewan yang mengonsumsi hewan pengerat itu ataupun senyawa ini terkonsumsi oleh
binatang lain selain hewan pengerat yang dimaksudkan.

o Fungisida : pembunuh jamur


Jenis pestisida ini berefek negatif yaitu akan mengurangi ktumbuhnya mikroorganisme
yang lain yang dibutuhkan oleh plankton dan jasad renik lainnya untuk kehidupan
ekosistem.

Tanah yang sudah tercemar akan terlihat perbedaannya dengan tanah yang tidak
tercemar. Indikator yang dapat dilihat untuk menentukan tanah yang tercemar yaitu :
▪ Struktur tanah yang tercemar akan berbeda dengan struktur tanah yang tidak tercemar.
▪ pH tanah akan berubah menjadi rendah.
▪ mikroorganisme yang ada di dalam tanah akan berkurang.
▪ Bertambahnya zat-zat kimia yang menggangu kehidupan mikroorganisme tanah.
▪ Tekstur tanah mengalami perubahan (menjadi lebih keras.
▪ Tanaman yang tumbuh di tanah yang tecemar akan sulit untuk berkembang, bahkan
tanaman tersebut bisa mati.
DAFTAR PUSTAKA

American Water Works Association. Water Quality and Treatment, A Handbook of


Community Water Supplies. fifth edition, McGraw Hill, 1999.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.

Hosmani SP. 2013. Freshwater algae as indicators of water quality. Univers J Environ Res
Technol. 3(4):473–482.

Hosmani S. 2014. Freshwater plankton ecology: a review. J Res Manage Technol. 3:1–10.
doi: 10.1016/j.jmrt.2014.02.001

Jorgensen S, Halling-Serenson B (2014) Drugs in the environment. Chemosphere 40:691–699

Kalenik M (2014) Treatment efficacy of sandy soil bed with natural clinoptilolite assist layer.
Ochr Srod 36:43–48

Mulyadi, ahmad. 2010. Evaluasi dan Karakterisasi Fauna Akuatik yang Berasosiasi dengan
Ekosistem Mangrove di Suaka Marga Satwa Muara Angke, Pusat penelitian Biologi LIPI,
Jakarta. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia.

Pradhan A, Bhaumik P, Das S, Mishra M, Khanam S, Hoque BA, Mukherjee I, Thakur AR,
Chaudhuri SR. 2008. Phytoplankton diversity as indicator of water quality for fish cultivation.
Am J Environ Sci. 4(4):406–411. doi: 10.3844/ajessp.2008.406.411

Rohmatullah, T. 6,5 Juta Orang Per Tahun Meninggal karena Polusi Udara. 2016.
http://www.pikiranrakyat.com/luar-negeri/2016/07/06/65- juta-orang-tahun-meninggal-
karenapolusi-udara.

Thakur RK, Jindal R, Singh UB, Ahluwalia AS. 2013. Plankton diversity and water quality
assessment of three freshwater lakes of Mandi (Himachal Pradesh, India) with special reference
to planktonic indicators. Environ Monit Assess. 185(10):8355–8373. doi: 10.1007/s10661-
013-3178-3
Walsh GE. 1978. Toxic effects of pollutants on plankton. In: Butler GC, editor. Principles of
ecotoxicology. New York (NY): Wiley. Chapter 12; p. 257–274.

World Health Organization (WHO). Ambient (Outdoor) Air Quality and Health. 2014

Anda mungkin juga menyukai