Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

KIMIA DALAM DARAH

NAMA: A.NADYA FEBRYANTI NATSIR

NIM: N10120024

KELOMPOK: 2 (DUA)

BAGIAN BIOKIMIA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................3
C. Prinsip Percobaan...................................................................................3
D. Manfaat Percobaan.................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
BAB II METODE..............................................................................................9
A. Waktu dan Tempat.................................................................................9
B. Alat dan Bahan.....................................................................................9
C. Prosedur...............................................................................................10
BAB IV HASIL.................................................................................................12
BAB V PEMBAHASAN...................................................................................16
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................20
A. Kesimpulan............................................................................................20
B. Saran......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Darah merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia.
Darah juga merupakan cairan tubuh yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yang
bersirkulasi dalam jantung dan pembuluh darah. Darah membawa oksigen dan nutrisi
bagi seluruh sel dalam tubuh serta mengangkut produk-produk hasil metabolisme sel.
Darah berada di dalam suatu pembuluh darah arteri maupun vena dan merupakan
sebagian dari sistem organ tubuh manusia yang berperan penting bagi kelangsungan
hdup manusia. Di dalam darah terkandung berbagai macam komponen cairan berupa
plasma darah, maupun komponen padat berupa sel sel darah. Hematologi merupakan
salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari tentang darah dan jaringan pembentuk
darah. Darah menyusun sekitar 5 – 7% berat badan pada pria, atau sekitar 2 sampai 3
liter/m2 dari permukaan tubuh, hampir sebanding dengan permukaan tubuh dibanding
dengan berat badan. Volume relatif rendah darah diperlihatkan pada individu yang
gemuk daripada yang kurus. Volume sirkulasi darah pada orang normal diatur dalam
batas yang cukup sempit, adanya perubahan dalam volume darah, seperti pendarahan
yang tiba-tiba, mempunyai akibat yang serius dan dapat mengakibatkan kematian
(Firani, 2017).

Darah terdiri atas unsur padat, eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau atau
sel darah putih, dan keping darah (trombosit), terangkut dalam medium cair, plasma.
Unsur padat menyusun sekitar 45% volume dan lebih dari 50% berat seluruh darah.
Berat khusus seluruh darah adalah 1,054 – 1,060, plasma 1,024 – 1,026. pH darah
adalah 7,35 – 7,45; Titik bekunya adalah sekitar -0.56°C. Kekentalan seluruh darah
adalah 4,5 kali dari air. Keadaan ini dapat bervariasi sesuai dengan umur, jenis
kelamin, kondisi gizi, atau penyakit. Pada dasarnya plasma darah adalah larutan air
yang mengandung: Albumin, Bahan pembeku darah, Hormon, Berbagai jenis protein,
Berbagai jenis garam. Darah manusia berwarna merah terang ketika terikat pada
oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan

1
(respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul – molekul oksigen. Dan ketika oksigen dilepas maka warna
eritrosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru – biruan
pada pembuluh darah dan kulit. Dengan adanya perubahan warna darah ini bisa
dimanfaatkan untuk mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial Plasma
berwarna kuning sampai jernih disebabkan oleh pigmen bilirubin dan karoten, dimana
warna plasmaini berbeda pada setiap hewa. Pada kucing, anjing, dan domba, plasma
darahnya jernih sampai kekuningan, sedang pada sapi dan kuda plasmanya berwarna
lebih kuning kecoklatan. Konsentrasi bilirubin pada kuda rata-rata 1,57 mg per 100 cc
plasma dan pada kondisi dipuasakan akan meningkatkan kadar bilirubin. Plasma dapat
diperoleh dengan cara menambahkan antibeku kemudian mengendapkan sel-sel
darahnya. Dalam hal ini plasma diperoleh sebelum darah menggumpal, sedangkan
serum merupakan bagian cai darah yang diperoleh dari darah yang mengalami
koagulasi (Siswanto, 2017).

Darah sangat penting untuk menjaga kondisi fisiologis dalam tubuh manusia.
Fungsi utama darah yaitu membawa substansi-substansi yang dibutuhkan oleh sel-sel
dalam tubuh, antara lain oksigen, produk metabolisme, nutrisi (glukosa, protein,
lemak, vitamin), dan elektrolit. Darah juga berperean penting dalam penerusan
transmisi sinyal yang membawa berbagai hormon ke organ target. Proses
pembentukan sel-sel darah membutuhkan faktor-faktor perangsang. Beberapa faktor
perumbuhan yang diperlukan trombopitin, interleukin (IL)-1,3,dan 5, granulocyte
colony stimulating factor (G-CSF), macrophage colony-stimulating factor (M-CSF).
Sel-sel stroma merupakan sumber utama faktor-faktor perangsang hematopitik. Ciri
penting dari aksi faktor-faktor pertutmbuhan adalah bahwa dua atau lebih faktor
pertumbuhan dapat bersinergi dalam menstimulasi sel-sel tertentu untuk berploriferasi
atau berdiferensiasi ( Firani,2017).

Darah manusia terdiri dari bagian plasma dan korpuskuli yaitu sel darah putih
(leukosit), sel darah merah (eritrosit) dan pembeku darah (trombosit). Darah
berwarna merah karena mengandung hemoglobin merupakan protein pernafasan yang
mengandung besi di dalam sel darah merah. Sel darah putih terdiri lima jenis, yaitu
Eosinofil, Basofil, Neutrofil, Limfosit dan Monosit. Sel darah putih memiliki bentuk
dan dan ciri yang berbeda-beda (Siswanto, 2020).

2
1.2 Tujuan

1. Untuk mengidentifikasi adanya efek kalsium dan fibrin pada koagulasi darah

2. Untuk mengidentifikasi adanya pengendapan globulin

3. Untuk mengidentifikasi adanya pengendapan albumin

4. Untuk mengidentifikasi penyiapan serum tanpa protein

5. Untuk mengidentifikasi deteksi klorida dalam serum

6. Untuk mengidentifikasi deteksi fosfat dalam serum

7. Untuk mengidentifikasi deteksi kalsium dalam serum

8. Untuk mengidentifikasi deteksi glukosa dalam serum

1.3 Prinsip Percobaan

1. Koagulasi Darah
Darah oksalat dan darah defibrinasi ditambahkan kalsiumklorida dan melihat
terjadinya koagulum
2. Pengendapan Globulin
Serum dan larutan ammonium sulfat jenuh kemudian disaring dengan pengujian filtrate
dengan sulfat ammonium di presipitat
3. Pengendapan Albumin
Menguji filtrate pada percobaan globulin dengan sulfat ammonium di presipitat dan
menyaring albumin tersebut
4. Penyiapan Serum tanpa Albumin
Mendidihkan serum dan air dengan menambahkan 2% asam asetat lalu dipanaskan
sampai menjadi suspense kasar protein. Endapan khlorophenol larutan merah disaring
sebagai indicator dan larutan 2% sodium karbohidrat ditetes demi tetes ke filtrate sampai

3
warna merah muda muncul. Filtrate tersebut digunakan untuk penentuan nitrogen non-
protein, urea, asam urat, keratin dan kreatinin, gula, asam amino, klorida, fosfat, dan
kalsium
5. Deteksi Klorida dalam Serum
Filtrate, HNO3 dan AgNO3 ditambah kedalam tabung reaksi. Endapan putih perak klorida
yang terbentuk menunjukkan adanya klorida di dalam serum
6. Deteksi Fosfat dalam Serum
Filtrate dan larutan perak nitrat pekat dan larutan ammonium molibdat dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang memul=nculkan endapan berwarna kuning jeruk yang
menunjukkan keberadaan fosfat dalam serum
7. Deteksi Kalsium dalam Serum
Filtrate dan larutan kalium oksalat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang akan
menimbulkan kekeruhan yang menunjukkan adanya kalsium di dalam serum
8. Deteksi Glukosa dalam Serum
Filtar, gliserol, sedikit natrium karbonat dan 2,5% larutan kuprisulfat dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian dipanaskan campuran tersebut diatas api Bunsen selama
1 menit akan menimbulkan tampilan kuning keruh (kuprioksida, Cu2O) menunjukkan
adanya penurunan gula dalam serum.

1.4 Manfaat percobaan

1. Dapat mengetahui adanya efek kalsium dan fibrin pada koagulasi darah
2. Dapat mengetahui adanya pengendapan globulin
3. Dapat mengetahui adanya pengendapan albumin
4. Dapat mengetahui penyiapan serum tanpa protein
5. Dapat mengetahui deteksi klorida dalam serum
6. Dapat mengetahui deteksi fosfat dalam serum
7. Dapat mengetahui deteksi kalsium dalam serum
8. Dapat mengetahui deteksi glukosa dalam serum

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DARAH
Darah adalah jaringan ikat cair yang terdiri dari kuning pucat, plasma, yang
mengandung suspensi sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan
trombosit darah. Darah pada manusia bisaanya berwarna merah, hal ini disebabkan di
dalamnya terdapat hemoglobin yang mengikat oksigen dan karbondioksida.Darah yang
mengikat oksigen dan karbodioksida menjadi sangat penting dalam sistem kehidupan
makhluk hidup, khususnya manusia. Apabila manusia kekurangan darah maka manusia
akan lemas karena cairan yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh tidak
terpenuhi(Fauzi,2019). Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam
tubuh untuk berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu
sendiri. Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen selular diantaranya
eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit (sel darah merah) pada hakikatnya adalah
kantung hemogoblin terbungkus membran plasma yang mengangkut O2 dalam darah.
Leukosit (sel darah putih) satuan pertahanan sistem imun, diangkut dalam darah tempat
cedera atau tempat invasi mikro organisme penyebab penyakit. Trombosit penting
dalam homeostasis, penghentian pendarahan dari pembuluh yang cedera.Jika darah
mengalami gangguan, maka segala proses metabolisme tubuh akan terganggu pula
(Fitryadi,2016).

2.2. KOMPOSISI DARAH

Darah merupakan jaringan cair yang meliputi kira-kira delapan persen dari
seluruh berat badan. Komposisi darah terbagi atas dua yaitu plasma darah dan sel-sel
darah. Unsur-unsur padat atau sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan
trombosit (Roosita, 2020). Volume darah pada wanita rata-rata 5 liter dan pada pria
rata-rata 5.5 liter (Sherwood, 2013)

1. Eritrosit
Eritrosit atau biasa dikenal dengan sel darah merah mempunyai fungsi
mengangkut hemoglobin, yang selanjutnya mengangkut oksigen dari paru ke
jaringan. Selain mengangkut hemoglobin sel darah merah juga mempunyai fungsi

5
lain. Yaitu, sel tersebut mengandung sejumlah besar anhidrase karbonat, suatu
enzim yang mengatalisis reaksi reversibel antara karbon dioksida (CO2) dan air
untuk membentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat meningkatkan kecepatan
reaksi ini beberapa ribu kali lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah
dapat mengangkut sejumlah besar CO2 dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3-) dari
jaringan ke paru. Di paru, ion tersebut diubah kembali menjadi CO2 dan
dikeluarkan ke dalam atmosfer sebagai produk limbah tubuh. Hemoglobin yang
terdapat di dalam sel merupakan dapar asam-basa yang baik (seperti halnya pada
kebanyakan protein), sehingga sel darah merah bertanggung jawab untuk sebagian
besar daya dapar asam-basa seluruh darah (Hall, 2019)

Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana dibandingkan
kebanyakan sel pada manusia. Pada hakikatnya, sel darah merah merupakan suatu
memb ran yang membungkus larutan hemoglobin (protein ini membentuk sekitar
95% protein intrasel sel darah merah), dan tidak memiliki organel sel, misalnya
mitokondria, lisosom, atau aparatus golgi. Sel darah merah manusia, seperti
sebagian besar sel darah merah hewan, tidak berinti. Namun, sel darah merah tidak
inert secara metabolis. Melalui proses glikolisis, sel darah merah membentuk ATP
yang berperan penting dalam proses untuk mempertahankan bentuknya yang
bikonkaf dan juga dalam pengaturan transPor ion (mis. oleh Na +- K-ATPase dan
protein penukar anion) serta pengaturan air keluar-masuk sel. Bentuk bikonkaf ini
meningkatkan rasio permukaan-terhadap-volume sel darah merah sehingga
mempermudah pertukaran gas. Sel darah merah mengandung komponen
sitoskeletal yang berperan penting dalam menentukan bentuknya (Rodwell, 2016).
Sel darah merah (eritrosit) merupakan komponen darah yang jumlahnya paling
banyak. Sel darah merah normal berbentuk cakram dengan kedua permukaannya
cekung atau bikonkaf, tidak memiliki inti, dan mengandung hemoglobin (Suryani,
2015).

2. Leukosit
Leukosit tidak memiliki hemoglobin (berbeda dengan eritrosit) sehingga tidak
berwarna kecuali jika secara spesifik diwarnai agar dapat dilihat dengan
mikroskop. Tidak seperti eritrosit, yang memiliki struktur seragam, fungsi identik,
dan jumlah yang konstan, leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi, dan jumlah. Di
6
dalam darah terdapat lima jenis leukosit yang berbeda neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit, dan limfosit masing-masing dengan struktur dan fungsi khas tersendiri.
Sel-sel ini agak lebih besar daripada eritrosit (Sherwood, 2013)

a) Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis sel leukosit yang terlibat dalam berbagai
patogenesis penyakit. Sel eosinofil pada awalnya dikenal sebagai sel efektor
dari sistem imunitas alamiah. Akan tetapi, kemampuan sel eosinofil dalam
memfagositosis patogen menimbulkan dugaan bahwa sel eosinofil ikut
berperan sebagai sel penyaji antigen (Jatmiko, 2015)
b) Basofil
Jumlah sel basofil di darah tepi kurang dari 1% total leukosit. Meskipun
demikian, sel basofil diketahui mempunyai peran di dalam patogenesis
beberapa penyakit seperti alergi, autoimunitas, dan reaksi penolakan ketika
transplantasi organ (Jatmiko, 2019).
c) Monosit
Monosit muncul dari sumsum tulang selagi masih belum matang dan beredar
hanya satu atau dua hari sebelum menetap di berbagai jaringan di seluruh
tubuh. Di tempat barunya, sel-sel ini melanjutkan pematangan dan menjadi
sangat besar, berubah menjadi fagosit jaringan besar yang dikenal sebagai
makrofag. Usia makrofag dapat berkisar dari bulanan hingga tahunan kecuali
jika sel ini hancur lebih dulu selagi menjalankan tugas fagositiknya. Sebuah
sel fagositik hanya dapat menelan benda asing dalam jumlah terbatas sebelum
akhirnya mati (Sherwood,2013)
Leukosit atau biasa disebut dengan sel darah putih, memiliki fungsi sebagai
pengawal utama dan pertahanan kuat terhadap patogen yang menginvasi. Sel darah
putih yang paling banyak jumlahnya disebut dengan neutrofil menelan dan
menghancurkan fungi dan bakteri penyerang, dalam proses fagositosis. Parasit yang
besar di fagositosis oleh eosinofil. Monosit dalam darah bermigrasi dari aliran darah
ke jaringan yang sakit, tempat monosit berdiferensiasi menjadi makrofag fagositik.
Granulosit seperti basofil dan sel mast melepaskan efektor yang disimpannya untuk
menarik leukosit lain ke tempat infeksi serta memicu respons inflamasi. Limfosit B
membuat dan melepaskan antibodi pelindung dengan bantuan limfosit T. Limfosit

7
lain, seperti sel T sitotoksik dan sel pembunuh alami, mengincar sel pejamu yang ter
infeksi virus dan berubah menjadi ganas (Rodwell, 2016)

3. Trombosit
Trombosit berdiameter 2-5 µm, ketebalan 0,5 µm, dan volume rata-rata sel 6-
10 fl. Ukuran yang berbeda tidak memengaruhi fungsi trombosit. Umumnya masa
hidup trombosit sekitar 7-10 hari. Trombosit berperan penting dalam hemostasis
yaitu pembentukan dan stabilisasi sumbat trombosit. Proses pembentukan sumbat
trombosit melalui beberapa tahap seperti adhesi trombosit, agregasi trombosit, dan
reaksi pelepasan (Motulo, 2015)

Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma


megakariosit. Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti
endomitotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan
penambahan lobus menjadi kelipatan duanya. Fungsi utama trombosit adalah
membentuk sumbat mekanis yang merupakan respon hemostasis normal terhadap
cedera vaskuler. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran spontan darah melalui
pembuluh halus (Motulo, 2015)

2.3. Plasma Darah


Plasma terdiri dari air, elektrolit, metabolit, nurrien, protein, dan hormon.
Komposisi air dan elektrolit plasma pada dasarnya sama dengan semua cairan
ekstrasel lain. Pemeriksaan kadar Na+, K+, Ca2+, Cl- , HCO-, PaCO2, dan pH darah di
laboratorium penting dalam penatalaksanaan banyak pasien. Protein total dalam
plasma manusia memiliki konsentrasi sel<tar 7,0-7,5 g/dL dan membentuk bagian
terbesar dari bahan padat plasma. Protein plasma sebenarnya adalah campuran
kompleks yang mencakup tidak saja protein- protein sederhana, tetapi juga protein
terkonjugasi, misalnya glikoprotein dan berbagai tipe lipoprotein Pemakaian teknik-
teknik proteomik memungkinkan kita mengisolasi dan mengetahui karakter protein
plasma yang sebelumnya tidak diketahui yang sebagian terdapat dalam jumlah
sangat (Rodwell, 2016)

8
BAB III

HASIL DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : Senin, 23 November 2020 (10.00-11.50)

Tempat : Laboratorium Biokimia Universitas Tadulako (Daring)

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pipet mikro
5. Tip pipet mikro
6. Penjepit tabung
7. Corong
8. Kertas saring
9. Handscoon
10. Bunsen
3.2.2 Bahan

1. Larutan kalsium klorida


2. Darah oksalat
3. Darah defibrin
4. Serum darah
5. Amonium sulfat jenuh
6. Asam asetat 2%
7. Akuades
8. Air
9. Klorofenol merah
10. Natrium karbonat 2%
11. Asam nitrat

9
12. Larutan perak nitrat
13. Larutan ammonium molibdat
14. Potasium oksalat
15. Gliserol
16. Sodium karbonat
17. Larutan CuSO4

3.3 Prosedur

3.3.1. Uji KoagulasiDarah

1. Ditambahkan 2-5 tetes kalsium klorida ke dalam masing-masing tabung


reaksi yang berisi darah oksalat dan darah defibrin.
2. Larutan dicampurkan dan didiamkan dalam suhu ruang, kemudian
dicatat waktu koagulasinya.

3.3.2. Uji Protein Serum (PengendapanGlobulin)


1. Dimasukkan 5 mL serum darah ke dalam tabungreaksi
2. Ditambahkan 5 mL amonium sulfat jenuh ke dalam tabung reaksi
3. Endapan yang terbentuk disaring, kemudian filtratnya disimpan untuk
percobaan selanjutnya
4. Ditambahkan air pada endapan globulin dan dikocok agar dapat
tercampur.

3.3.3. Uji Protein Serum (PengendapanAlbumin)

1. Ditambahkan amonium sulfat berlebih pada filtrasi percobaan


pengendapan globulin sebelumnya ke dalam tabung reaksi
2. Dilakukan penyaringan pada endapan albumin yang terbentuk

3. Endapan albumin yang terbentuk dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang


baru

4. Tabung reaksi yang berisi endapan albumin kemudian ditambahkan air


dan dikocok agar tercampur
5. Endapan albumin diencerkan kembali menggunakan air

10
3.3.4. Uji Substansi Non-Protein dalam Serum (Penyiapan Serum TanpaProtein)
1. Dimasukkan 5 mL serum kedalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 10 mL akuades ke dalam tabung reaksi kemudian
dipanaskan menggunakanbunsen
3. Ditambahkan asam asetat 2% tetes demi tetes ke dalam tabung reaksi
hingga terbentuendapan
4. Endapan yang terbentukdisaring
5. Ditambahkan klorofenol merah sebagai indikator pH ke dalam tabung
reaksi
6. Ditambahkan natrium karbonat 2% tetes demi tetes hingga larutan
berubah menjadi warnapink
7. Filtrat disimpan untuk digunakan pada percobaanselanjutnya

a). Substansi Non-Protein dalam Serum (Deteksi Klorida dalam Serum)

1. Dimasukkan filtrat bebas protein ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan satu tetes asam nitrat ke dalam tabung reaksi

b). Substansi Non-Protein dalam Serum (Deteksi Fosfat dalam Serum)


1. Ditambahkan satu tetes larutan perak nitrat ke dalam fitrat
2. Ditambahkan beberapa tetes larutan amonium molibdat ke dalam fitrat

c). Substansi Non-Protein dalam Serum (Deteksi Kalsium dalam Serum)


1. Ditambahkan potasium oksalat ke dalam fitrat

d). Substansi Non-Protein dalam Serum (Deteksi Glukosa dalam Serum)


1. 3 tetes gliserol pada filtrat
2. Ditambahkan sedikit sodium karbonat pada filtrat yang telah
ditambahkan gliserol sebelumnya
3. Ditambahkan 2 tetes CuSO4 ke dalam filtrat Ditambahkan
4. Larutan dipanaskan menggunakan bunsen selama 1menit

11
BAB IV

HASIL

4.1 Pembekuan Darah

Pengaruh Kalsium dan Fibrin pada Pembekuan Darah

No Sampel Hasil Interpretasi Gambar


Pengamatan Hasil
1 2 ml darah Setelah satu jam, Darah oksalat
oksalat darah oksalat telah telah terkoagulasi
mengalami diakibatkan
koagulasi penambahan
CaCl2

2 2 ml darah Setelah satu jam, Darah defibrinasi


defibrinasi darah tetap tidak tidak terkoagulasi
mengalami dikarenakan tidak
koagulasi terdapatnya
benang benang
fibrin pada darah

4.2 Protein Serum

Pengendapan Globulin

12
n sampel Hasil Interpretasi hasil gambar
o pengamatan
1 Protein Diakhir reaksi Pengendapan globulin
globulin globulin terjadi karena globulin
tampak memiliki partikel
mengendap molekul yang besar
sehingga tidak larut di
air, yang
mengakibatkannya
mengendap

Pengendapan albumin

no sampel Hasil Interpretasi hasil gambar


pengamatan
1 Protein Diakhir reaksi Albumin larut
albumin albumin larut dengan air
dengan air dan dikarenakan ukuran
tidak terjadi partikelnya yang
pengendapan kecil sehingga
memungkin
albumin untuk larut
dengan air

4.3 zat non-protein dalam serum

Persiapan Serum Bebas Protein

no sampel Hasil Interpretasi gambar


pengamatan hasil

13
1 Serum Terbentuknya Terbentuknya
endapan protein, endapan protein
lalu protein tadi karena
disaring, ketika penambahan
ditambahkan 2% asam asetat pada
sodium larutan saat
karbonat, larutan mendidih, lalu
berubah menjadi endapan protein
pink diambil melalui
penyaringan dan
filtratnya yang
dijadikan bahan
untuk uji
berikutnya

Deteksi Klorida Dalam Serum

No sampel Hasil Interpretasi gambar


pengamatan hasil
1 Filtrat protein Terbentuknya Endapan putih
warna coklat perak klorida
kehitaman, dan (AgNO3)
ada endapan tersebut
berwarna putih menunjukan
di dasar tabung adanya klorida
di dalam serum

Deteksi Fosfat dalam Serum

no sampel Hasil Interpretasi gambar


pengamatan hasil
1 Filtrat serum+ Terbentuknya Tidak
perak nitrat warna hitam terbentuknya
pekat+ keruh di akhir warna kuning
ammonium reaksi jeruk
molibdat menandakan
bahwa di
dalam serum
tidak terdapat
fosfat

14
Deteksi kalsium dalam serum

no sampel Hasil Interpretasi gambar


pengamatan hasil
1 Filtrasi serum Timbulnya Kekeruhan
dan kalium larutan yang larutan tersebut
oksalat berubah menjadi menandakan
keruh diakhir adanya kalsium
reaksi dalam larutan
tersebut

Deteksi Glukosa Dalam Serum

n Sampel Hasil Interpretasi gambar


o pengamatan hasil

1 Filtrat serum Terbentuknya Warna kuning


dan gliserol larutan berwarna keruh tersebut
kuning keruh di menunjukkan
akhir reaksi adanya
penurunan gula
dalam serum

15
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembekuan Darah

Pada praktikum kimia dalam darah, percobaan pengaruh kalsium dan fibrin pada
pembekuan darah menggunakan dua larutan yang berbeda, yaitu darah oksalat dan
darah defibrinasi. Dimana tujuan dari percobaan ini adalah melihat pengaruh kalsium
pada darah oksalat dan darah defibrinasi, melihat larutan darah yang mana yang
mengalami koagulasi. Mekanisme pembekuan darah awalnya adalah trombosit akan
mengalami penggumpalan karena adanya jaringan yang mengalami ruptur , trombosit
yang mengalami penggumpalan disebut tromboplastin, lalu ion Ca yang terdapat dalam
darah akan menyebabkan prokonvertin menjadi konvertin. Tromboplastin lalu bereaksi
dengan konvertin dan ion Ca mengubah protrombin menjadi thrombin namun hanya
sedikit, thrombin akan berikatan dengan ion Ca lalu dengan adanya thrombin maka
accelator globulin plasma dari inaktif menjadi accelator serum aktif, protrombin
berubah menjadi thrombin lalu mengaktifkan fibrinogen. Fibrinogen akan berubah
menjadi benang-benang halus yang disebut fibrin. Yang harus kita ketahui adalah darah
oksalat adalah darah yang diberi antikoagulan , penggunaan larutan CaCl2 pada
praktikum ini digunakan dengan tujuan untuk membekukan kembali darah yang telah
diberi antikoagulan. Diakhir reaksi darah oksalat akan membeku dalam waktu satu jam,
karena meskipun darah oksalat diberikan antikoagulan, tetapi diberikan lagi CaCl2 yang
membuat darah itu bisa membeku lagi. Pada tabung yang kedua, yang isinya adalah
darah defibrinasi, darah tersebut tidak membeku. Darah fibrinasi diperoleh dengan cara
memukuli darah yang baru dikeluarkan dengan sepotong kawat atau lidi yang
menyebabkan melengketnya fibrin pada kawat/lidi, dikarenakan fibrin sudah tidak ada
didalam darah, maka mekanisme pembekuan darah tidak akan terjadi meskipun telah
ditambahkan larutan CaCl2.

5.2 Protein Serum

16
Dari praktikum kali ini, ada dua pengendapan yang diuji, yaitu pengendapan
globulin dan pengendapan albumin. Pada pengendapan globulin dimulai dengan
memasukkan 5 ml serum dan 5 ml larutan ammonium sulfat jenuh ke dalam tabung.
Ammonium sulfat jenuh yang ditambahkan ke serum membuat larutan tersebut tidak
jenuh lagi melainkan menjadi setengah jenuh, protein globulin itu sendiri dapat
diendapkan pada larutan yang setengah jenuh maka terbentuklah endapan globulin.
Larutan globulin yang telah terendap pun disaring, hasil dari saringan larutan globulin
tersebut yang akan digunakan pada percobaan pengendapan albumin. Pada percobaan
ini protein albumin tidak akan ikut mengendap dikarenakan protein albumin hanya akan
mengendap pada larutan yang bersifat jenuh sehingga saringan dari larutan globulin tadi
itu adalah protein albumin. Endapan protein globulin yang telah tersaring tadi lalu
ditambahkan akuades , tetapi larutan globulin tadi pun tidak tercampur dengan akuades
melainkan mengendap di dasar tabung, dikarenakan partikel molekul dari protein
globulin memiliki ukuran yang besar, sehingga membuat larutan tidak dapat larut
dengan air.

Percobaan kedua yaitu percobaan pengendapan albumin, sampel yang digunakan


adalah filtrat hasil saringan dari pengendapan globulin tadi, yang dimana telah diketahui
bahwa filtrat itu merupakan protein albumin yang tadi tidak terlarut di serum. Filtrat
tersebut lalu ditambahkan Kristal ammonium sulfat padat berlebih, penambahan Kristal
ammonium sulfat padat tadi bertujuan untuk mengikat air pada protein karena garam
bersifat hidroskopis sehingga protein albumin tersebut dapat mengendap. Seperti
dijelaskan tadi bahwa protein albumin hanya akan mengendap pada larutan yang jenuh.
Albumin adalah protein yang dapat larut serta dapat terkoagulasi oleh panas dan dapat
diendapkan dengan penambahan ammonium sulfat hingga jenuh. Endapan tersebut lalu
disaring dan ditambahkan akuades kedalamnya.diakhir reaksi protein albumin tadi
tercampur baik dengan air, dan tidak terdapat endapan. Dikarenakan partikel molekul
dari protein albumin tadi berukuran kecil, sehingga dapat terlarut dengan air.

5.3 Zat Non-Protein Dalam Serum

5.3.1. Persiapan serum bebas protein


Tujuan dari percobaan ini adalah agar larutan yang diuji dapat bebas dari
protein. Proses yang terjadi adalah 5 ml serum dan 10 ml akuades ke dalam tabung
reaksi ,lalu dipanaskan, pemanasan tersebut bertujuan untuk menyebabkan

17
terputusnya ikatan hidrogen dalam protein, yang membuat fungsi dari protein itu
hilang, lalu ditambahkan 2% asam asetat tetes demi tetes ke dalam larutan
mendidih tadi, ketika ditetesi, terbentuklah gumpalan-gumpalan berwarna putih di
dalam larutan, lalu gumpalan tadi disaring , didapatkanlah filtrat dari hasil
saringan. Penambahan asam asetat tadi bertujuan untuk menurunkan PH dari
larutan hingga nilainya menjadi 5,4, sehingga larutan bersifat asam. Ditambahkan
lagi khlorphenol sebagai indikator apakah larutan tersebut telah bersifat asam atau
tidak. Larutan tadi pun berubah warna menjadi merah, larutan 2% sodium
karbohidrat lalu ditambahkan kedalam filtrat tadi sampai warna merah muda
muncul. Setelah warna merah mudanya muncul, menandakan bahwa serum
tersebut telah bebas dari protein, dan siap digunakan untuk uji berikutnya.
5.3.2. Deteksi Klorida dalam serum
Untuk mendeteksi adanya klorida dalam serum, dimulai dengan memasukkan
filtrat dan satu tetes asam nitrat pekat (HNO3) dan larutan perak nitrat (AgNO3) ke
dalam tabung reaksi. Diakhir reaksi akan terbentuk endapan putih perak klorida
(AgCl) yang terbentuk menunjukkan bahwa adanya klorida di dalam serum.
Plasma darah itu sendiri salah satu penyusunnya adalah elektrolit, ada elektrolit
yang bermuatan negatif dan ada elektrolit yang bermuatan negatif, salah satu
contoh elektrolit bermuatan negatif adalah klorida. Endapan putih tadi terbentuk
karena penambahan AgNO3 dan HNO3 sehingga membentuk AgCl. HNO3 pekat
tadi akan mengubah Cl organik menjadi Cl anorganik, Cl anorganik tadi lalu diikat
oleh AgNO3, dan membentuknya menjadi AgCl yang dimana akan terendap di
dasar larutan pada akhir reaksi.
5.3.3. Deteksi fosfat dalam serum
Dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya fosfat dalam serum , prosesnya
yaitu dimasukkan sedikit filtrat dan satu tetes larutan perak nitrat pekat dan
beberapa ammonium molibdat ke dalam tabung reaksi yang lalu jika dipanaskan
akan terbentuknya endapan berwarna kuning jeruk,yang merupakan endapan
ammonium fosfomolibdat, yang menandakan bahwa adanya fosfat dalam serum.
Akan tetapi dalam percobaan praktikum kali ini, diakhir reaksi tidak terdapat
warna kuning jeruk seperti yang dituliskan tadi, melainkan warna coklat keruh,
yang berarti bahwa di dalam larutan tidak terdapat adanya fosfat.

5.3.4. Deteksi kalsium dalam Serum

18
Bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya kalsium dalam suatu serum.
Proses yang terjadi adalah larutan filtrat yang tadi didapatkan dari percobaan bebas
protein dari serum, filtrat tadi lalu ditambahkan beberapa tetes kalium oksalat. Jika
larutan berubah menjadi agak keruh, menandakan bahwa adanya kalsium di dalam
serum , kekeruhan larutan ditentukan oleh banyak atau sedikitnya kalsium di dalam
serum, endapan yang terbentuk itu merupakan endapan kalium oksalat, hasil dari
kalium oksalat yang bereaksi dengan kalsium.

5.3.5. Deteksi glukosa dalam serum


Bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya glukosa dalam serum, pada
praktikum kali ini, proses yang terjadi adalah 3 ml filtrat dan 3 tetes gliserol,
sedikit natrium karbonat dan 2 tetes larutan 2,5% kupri sulfat dalam tabung reaksi,
lalu campuran larutan tersebut dipanaskan. Jika terdapat glukosa dalam larutan,
larutan akan berwarna merah, sementara jika tidak ada, larutan akan berwarna
hijau. Fungsi dari penambahan gliserol pada larutan adalah untuk menaikkan titik
didih , disebabkan senyawa polar contohnya gliserol itu mempunyai titik didih
tinggi. Larutan lalu akan didihkan sehingga berubah warna lagi menjadi kecoklatan
dan terdapat endapan putih di dasar tabung, hal itu menunjukkan bahwa ada
glukosa di dalam serum tersebut. Sementara jika warna yang terbentuk berwarna
kuning keruh, berarti larutan menunjukkan adanya penurunan kadar gula pada
sampel yang kita gunakan.

19
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini saya mengambil kesimpulan

6.1.1. Kalsium berparan dalam proses koagulasi, yaitu dalam pengaktifkan faktor x
inaktif menjadi x aktif, serta faktor-faktor lain yang memerlukan kalsium pada
kaskade pembekuan darah atau koagulasi darah. Darah oksalat akan mencegah
pembekuan darah atau koagulasi darah, dengan mengendapkan kalsium dalam
darah.
6.1.2. Fibrin berasal dari fibrinogen karena adanya aktivitas trombin. Fibrin akan
berperan dalam pembekuan darah. Dengan adanya darah defibrinasi akan
membuang atau menghilangkan fibrin dengan pengendapan kimia.
6.1.3. Globulin adalah salah satu protein yang terdapat pada plasma, dimana globulin
akan larut karena adanya ammonium sulfat, dan akan mengendap kembali
ketika ditambahkan aquades. Hal ini dapat terjadi karena massa molekul dari
globulin yang besar
6.1.4. Albumin akan didapatkan pada saat proses penyaringan presipitad globulin
yaitu, berupa filtrat. Pada saat filtrat ditambahkan amonium sulfat padat berlebih
akan terjadi pengendapan, kemudian saat ditambahkan aquades, albumin akan
kembali larut dan tidak dapat meggumpal atau mengendap kembali. Hal ini
dikarenakan massa molekul albumin lebih kecil dibandingkan dengan globulin
6.1.5. Dalam menentukan nitrogen non-protein dibutuhkan filtrat. filtrat akan
berwarna merah muda karena penambahan sodium karbohidrat
6.1.6. Pada deteksi klorida dalam serum, terjadi pengikatan Cl yang terdapat dalam
serum darah oleh AgNO3 (perak nitrat). Raksi dari pengikatan tersebut yaitu,
endapan AgCl. Endapan berwarna putih tersebut, mengindikasikan adanya
klorida dalam serum

20
6.1.7. Pada deteksi fosfat dalam serum, terlihat di akhir reaksi terbentuk warna coklat
keruh, sehingga pada uji ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kandungan
fosfat dalam serum
6.1.8. Pada deteksi kalsium dalam serum terlihat adanya kekeruhan pada larutan yang
menunjukkan adanya kalsium pada serum. Tingkat kekeruhan pada larutan akan
menunjukkan banyak atau sedikitnya kalsium didalam serum
6.1.9. Deteksi glukosa pada serum, akan menunjukkan ada tidaknya glukosa dalam
serum. Pada uji ini dapat terlihat warna kuning keruh pada larutan diakhir
rekasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat glukosa pada serum tersebut

6.2 Saran
Saran saya kepada departemen biokimia, untuk praktikum selanjutnya, semoga
video yang digunakan untuk pratikum selan lebih jelas dan rinci diharapkan
kedepannya penjelasan mengenai praktikum dapat ditambahkan lagi, agar mahasiswa
dapat lebih memahami dan mengerti pratikum penentuan besi dalam darah yang di
ajarkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Firani,K.M.,2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah.Malang:UB PRESS.1-4

Fitryadi,K.,Sutiknol.,2016.Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan Jaringan


Syaraf Tiruan Perceptron.Jurnal Masyarakat Informatika.Vol 7(1).Viewed on 24
November 2020.From:
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jmasif/article/view/10794

Hall, J. 2019. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 13th Edition. Singapore:
Elsevier

Jatmiko, S. 2015. Eosinofil Sebagai Penyaji Antigen. Vol. 1(1). Viewed on 24 November
2020. From: journals.ums.ac.id

Jatmiko, S. 2019. Telaah Sel Basofil Sebagai Sel Penyaji Antigen Pada Manusia. Vol. 3(1).
Viewed on 24 November 2020. From: journals.ums.ac.id

Motulo, C., Mongan, A., Memah, M. 2015. Karakteristik Trombosit Pada Pasien Anak
Dengan Infeksi Virus Dengue Di Manado. Jurnal e-Biomedik. Vol. 3(2). Viewed on
24 November 2020. From: ejournal.unsrat.ac.id

Rodwell, V., Murray, R., Granner, D. 2016. Harper’s Illustrated Biochemistry. 30th Edition.
New York: McGraw-Hill

Sherwood, L. 2013. Introduction Human Physiology. 8th Edition. Amerika Serikat: Yolanda
Cossio

Siswanto. 2017. Darah dan Cairan Tubuh. Di akses pada 24 November 2020. From :

https://simdos.unud.ac.id/

Suryani, E., Wiharto., Wahyudiani, K. 2015. Identifikasi Anemia Thalasemia Betha Mayor
Berdasarkan Morfologi Sel Darah Merah. Scientific Journal of Informatics. Vol.
2(1). Viewed on 24 November 2020. From: journal.unnnes.ac.id

iii

Anda mungkin juga menyukai