Anda di halaman 1dari 1

Salah satu faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit neurodegeneratif

adalah peningkatan stres oksidatif. Akumulasi stres oksidatif memungkinkan terjadinya


degenerasi sel-sel neuron, menurunnya kemampuan sistem perbaikan DNA dan disfungsi
mitokondria (Song, 2014). Stres oksidatif ditandai dengan pembentukan radikal bebas.
Peningkatan radikal bebas dapat dipicu oleh banyak faktor seperti paparan asap rokok, asap
kendaraan dan konsumsi makanan instan. Menurut penelitian El-Atrash et al. (2014)
konsumsi berlebihan terhadap makanan yang mengandung penyedap rasa Monosodium
Glutamat (MSG) terbukti dapat menginduksi stres oksidatif dan hepatotoksik pada tikus
sebagai hewan uji. Penelitian Nadege et al., (2017) juga menunjukkan pemberian MSG
intraperitoneal menimbulkan efek neurotoksik sehubungan dengan meningkatnya kadar
malondialdehid (MDA: indikator radikal bebas) dan menurunnya kadar glutathione (GSH:
antioksidan alami dalam tubuh).
Salah satu upaya untuk menurunkan kadar radikal bebas adalah dengan pemberian
senyawa antioksidan. Sifat antioksidan dapat ditemukan pada berbagai senyawa fenol, salah
satunya kurkumin yang bersumber dari tanaman kunyit (famili jahe-jahean atau
Zingiberaceae). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kurkumin dari tanaman genus
Curcuma mampu mencegah hiperaktivitas enzim asetilkolinesterase (AChE) yang diinduksi
MSG yang jika tidak dihambat maka akan memicu degenerasi neuron di otak. Artinya
kurkumin mampu berperan sebagai neuroprotektor (mencegah kerusakan struktural dan
fungsional otak). Selain itu kurkumin juga mampu menurunkan level tumor necrosis factor
alpha (TNF-α): indikator neuroinflanmasi yang dapat memicu neurodegenerasi secara
progresif (Khalil and Naglaa, 2016). Penelitian Vucic et al. (2018) menunjukkan kurkumin
dapat menekan apoptosis sel dan menurunkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS)
sebagai indikator radikal bebas.
Sejauh ini, kajian potensi medis dari famili jahe-jahean lebih terfokus kepada kelompok
tanaman budidaya. Sedangkan di alam terdapat banyak sekali spesies jahe-jahean liar yang
diduga berpotensi sama besar atau bahkan lebih tinggi daripada jahe-jahean budidaya.. Salah
satu spesies yang menarik adalah kunyit liar endemik Sumatera Barat yaitu Curcuma
sumatrana. Sejauh ini kajian tentang spesies kunyit liar masih sebatas telaah taksonomi dan
ekologi (Ardiyani, Anggara and Leong-Korničková, 2011). Masyarakat lokal Sumatera Barat
biasanya menggunakan air rebusan daun C.sumatrana sebagai obat gatal. Selain dari itu,
khasiat medis dari tumbuhan ini untuk mencegah dan mengatasi penyakit-penyakit lainnya
belum dikaji sama sekali. Karenanya, dengan mempertimbangkan bahwa tumbuhan dalam
genus Curcuma terutama bagian rimpangnya merupakan

Anda mungkin juga menyukai