Anda di halaman 1dari 7

POTENSI METABOLISME SEKUNDER ACTINOMYCETES YANG DIISOLASI

TANAH MANGROVE WONOREJO SURABAYA


TERHADAP Malassezia Furfur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang - Undang RI No. 23 tahun 1992, tentang kesehatan, yang


dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sehat dan sakit
adalah suatu kejadian yang merupakan rangkaian proses yang berjalan terus menerus dalam
kehidupan masyarakat (Hayati dan Handayani, 2014).

Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis, dengan kondisi iklim ini
merupakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Penduduk Indonesia
sangat rentan terkena infeksi jamur (mikosis) pada kulit karena suhu yang hangat dan
kelembapannya yang tinggi (Amiruddin, 2010). Penyakit kulit tersebut salah satunya
disebabkan oleh jamur Pytiriasis versicolor. Lebih dari 50% warga Indonesia memiliki
penyakit yang disebabkan oleh jamur ini. Jamur Pytiriasis versicolor ini termasuk dalam
golongan mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur (Hayati dkk,
2014).

Malassezia furfur adalah spesies tunggal yang menyebabkan penyakit Pityriasis


versicolor (Panu). Jamur ini menyerang stratum korneum dari epidermis kulit, biasanya
diderita oleh seseorang yang sudah mulai banyak beraktifitas dan mengeluarkan keringat.
Malassezia merupakan jamur dimorfik lipofilik yang tergolong flora normal dan dapat
diisolasi dari kerokan kulit yang berasal dari hampir seluruh area tubuh terutama di area yang
kaya kelenjar sebasea seperti dada, punggung dan area kepala (Pfaller et al., 2009). Jamur
Malassezia furfur sangat mudah menginfeksi kulit orang yang selalu terkontaminasi dengan
air dalam waktu yang lama dan disertai dengan kurangnya kesadaran akan kebersihan diri
dan lingkungan disekitar. Pityriasis versicolor merupakan infeksi jamur di permukaan kulit
(Partogi, D, 2008). Hal ini membuat penderita mudah berkeringat. Keringat yang dibiarkan
menempel pada kulit akan menjadi tempat tumbuhnya panu (Pratama, 2016).

Salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya masalah infeksi jamur adalah dengan
penggunaan obat antimikroba. Obat antimikroba terdiri dari antivirus, antiparasit, antibiotika
dan antijamur. Adellina pada tahun 2017 mengatakan bahwa pengobatan pada penyakit
infeksi jamur yang menggunakan antijamur sulit dijangkau oleh masyarakat dan kualitasnya
kurang maksimal untuk menyembuhkan penyakit infeksi jamur.

Bakteri Actinomycetes mampu menghasilkan senyawa-senyawa aktif yang dapat


digunakan sebagai antibakteri, antifungi, antikanker dan antitumor. Actinomycetes memiliki
potensi besar untuk mensintesis metabolit sekunder bioaktif. Sekitar 70% antibiotik yang
telah ditemukan dihasilkan oleh Actinomycetes (Alcamo, 1996). Golongan – golongan utama
yang menyusun populasi mikroba tanah terdiri atas prokariotik (bakteri dari Actinomycetes),
Fungi, Algae, (semut, cacing tanah dan lainnya) Micobiota, Mycoplasma, Virus, Viroid, dan
Pirion. Actinomycetes bersifat aerobic, karena itu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan
dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang basah. Actinomycetes terdiri dari 10 –
15 % total populasi microba dalam tanah. Organisme ini ditemukan dalam tanah (hampir
semua), kompos, dan sedimen. Kelimpahan populasi Actinomycetes di dalam tanah adalah
terbesar kedua setelah bakteri, yakni rentang dari 500.000 – 100.000.000 propagul per gram
tanah. Propagul adalah bagian dari suatu mikroorganisme yang dapat tumbuh dan
berkembang biak (Waluyo, 2018). Actinomycetes merupakan bakteri yang dapat hidup di
perairan maupun tanah. Bakteri Actinomycetes dapat tumbuh pada media tanah dengan
kondisi pH asam sampai pH basa dan bahan organik rendah.

Tambak merupakan ekosistem buatan yang digunakan sebagai media budidaya air
payau atau air asin yang berlokasi di daerah pesisir pantai (Kusuma, 2016). Kondisi tambak
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan secara fisik maupun kimiawi terutama suhu, pH
dan salinitas. Sedimen tanah tambak mengandung total nitrogen dan total fosfat yang
bersumber dari sisa pakan, feses, dan jasad renik yang mati (Suwoyo dkk., 2014). Salah satu
mikroorganisme yang dapat tubuh di sedimen tambak adalah Actinomycetes.

Keberadaaan Actinomycetes dapat ditemukan di salah satu kawasan hutan mangrove.


Kandungan unsur hara dalam tanah mangrove dapat digunakan sebagai isolate untuk
mengembangkan Actinomycetes. Penelitian ini menggunakan tanah dari Kawasan Ekowisata
Hutan Mangrove Wonorejo. Hutan mangrove atau hutan bakau merupakan ekosistem pantai
dibawah kondisi lingkungan yang ekstrem dengan kondisi salinitas tinggi, pasang surut yang
ekstrim, tekanan angin yang kuat, suhu tinggi dan berlumpur serta tanah yang anaerobik.
Untuk merespon kondisi tersebut, maka organisme penyusun ekosistem bakau mampu
mengembangkan kemampuan beradaptasi secara morfologi, biologis, ekologis, dan fisiologis
(Retnowati dkk., 2017). Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo merupakan salah
satu hutan konservasi mangrove yang terletak di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut,
Kota Surabaya yang di sekitarnya terdapat pula ekosistem tambak dan sungai. Penemuan
Actinomycetes di 5 lokasi baru yang sebelumnya belum pernah dieksplorasi perlu dilakukan
untuk mendapatkan senyawa metabolit sekunder baru.

Berdasarkan uraian di atas dan belum adanya penelitian yang dilakukan tentang
Actinomycetes yang diisolasi dari sedimen tanah tambak di Kawasan Ekowisata Hutan
Mangrove Wonorejo Surabaya terhadap Malassezia furfur sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian identifikasi potensi metabolisme sekunder Actinomycetes yang diisolasi
dari sedimen tanah tambak di Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo Surabaya
terhadap Malassezia furfur.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :

Apakah terdapat potensi metabolisme sekunder Actinomycetes yang diisolasi dari tanah
Mangrove Wonorejo Surabaya terhadap Malasssezia Furfur ?

1.3 BATASAN MASALAH

1. Mikroorganisme uji yang digunakan pada penelitian ini adalah biakan murni jamur
Malasssezia Furfur.

2. Bahan yang digunakan adalah isolat bakteri Gram-positif Actinomycetes lingkungan


payau yang diisolasi dari hutan Mangrove Wonorejo Surabaya.
1.4 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya potensi metabolisme sekunder Actinomycetes yang


diisolasi dari tanah hutan mangrove Wonorejo Surabaya terhadap jamur Malassezia
furfur.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi adanya potensi metabolisme sekunder Actinomycetes yang dapat


diisolasi dari tanah hutan Mangrove Wonorejo Surabaya.

2. Mengukur diameter zona hambat yang terbentuk setelah dilakukan uji aktivitas
antagonis metabolisme Actinomycetes yang diisolasi dari tanah hutan Mangrove
Wonorejo Surabaya terhadap jamur Malassezia furfur.

3. Menguji isolat Actinomycetes yang diisolasi dari tanah hutan Mangrove Wonorejo
Surabaya yang berpotensi sebagai sumber antimikroba terhadap mikroorganisme uji
jamur Malassezia furfur.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti, sebagai masukan atau tambahan informasi dalam dunia kesehatan
bahwa Actinomycetes yang diisolasi dari lingkungan hutan Mangrove Wonorejo
Surabaya dapat menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur.

2. Bagi ATLM (Ahli Tenaga Laboratorium Medik) khususnya di laboratorium


Mikrobiologi, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai adanya bakteri
Gram positif Actinomycetes dari lingkungan hutan Mangrove Wonorejo Surabaya
yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur.

3. Bagi Pembaca, dapat memberikan informasi tentang sumber antimikroba baru


untuk jamur Malassezia furfur dari isolat Actinomycetes yang diisolasi dari
lingkungan hutan Mangrove Wonorejo.
TINJAUAN PUSTAKA

1. BAKTERI ACTINOMYCETES

2. KARAKTERISTIK TANAH MANGROVE

3. MALAYSEZIA FURFUR (JAMUR PANU)

METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA

Hayati dan Handayani, 2014.

Amiruddin, D. M. 2010. Ilmu Penyakit Kulit. Lkis: Jogjakarta

Hayati, Inayah dan Zivenzi Putri Handayani. 2013. Identifikasi Jamur Malassezia Furfur
Pada Nelayan Penderita Penyakit Kulit di RT 09 Kelurahan Malabro Kota Bengkulu.
Bengkulu : Akademi Analis Kesehatan Harapan Bangsa Bengkulu. Vol. 10 No. 1
Januari 2014 : 972-975. Diakses pada 24 November 2020

Partogi, D. 2008. Ptyriasis versikolor dan diagnosis


bandingnya.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3417/1/08E00851.pdf.
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU. Medan. Diakses pada 24
November 2020

Pratama, Ferdiansyah Septianto. 2016. Pengaruh Pemberian Infusa Jintan Hitam (Nigella
Sativa L.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Malassezia Furfur. Surabaya : Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya Jurusan Analis Kesehatan.

Pfaller, M., Diekema, D. & Merz, W. (2009) Infection caused by non-Candida,


nonCryptococcus yeasts. In Anaissie, E., Mcginnis, M. & Pfaller, M. (Eds.) Clinical
mycology. 2nd ed. Churchill Livingstone, Elsevier.

Alcamo, IE, 1996, Laboratory fundamentals of microbiology, Farmingdale: Addison Wesley


publishing company, Ontario, Sidney.
Adellina, Pratista. 2017. Uji Antifungi Fraksi n-Heksan Bunga Impatiens balsamina L.
Terhadap Candida albicans dengan Metode Difusi Cakram. Bachelors Degree (S1)
thesis, University of Muhammadiyah Malang.

Retnowati, Y., Sembiring, L., Moeljopawiro, S., Djohan, T. S., dan Soetart, E.S. 2017. Isolasi
dan Uji Aktivitas Antibakteri Aktinomisetes dari Rhizosfer Bakau di Hutan Bakau
Torosiaje Gorontalo. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II : 292-301.

Kusuma, Rasyid Hadi Wijaya. (2016). Sikap Masyarakat Desa Karangsewu Terhadap
Tambak Udang Di Sepanjang Pantai Trisik. Fakultas Agrikultur. Departemen
Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Suwoyo, H. S., Undu, M.C., Makmur. (2014). Laju Sedimentasi Dan Karakterisasi Sedimen
Tambak Super Intensif Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Prosiding Forum
Inovasi Tenologi Akuakultur

Anda mungkin juga menyukai