UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON – BANTEN 2018 1. Pendahuluan Aluminium, merupakan unsur logam yang paling banyak kedua di bumi, menjadi kompetitor ekonomi dalam aplikasinya pada akhir abad ke-19. Terdapat tiga perkembangan industri yang penting yaitu, permintaan pasar, karakteristik material yang konsisten dengan kualitas yang unik dari aluminium dan paduannya serta dapat meningkatakan pertumbuhan produksi dan penggunaan logam baru. Pertumbuhan industri aluminium tidak terbatas pada perkembangan ini. Aplikasi komersial pertama dari aluminium adalah bingkai cermin, nomor rumah, dan nampan penyajian. Peralatan memasak, merupakan pasar awal yang besar. Seiring waktu, aluminium tumbuh dalam keragaman aplikasi sejauh bahwa hampir setiap aspek kehidupan modern akan secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh penggunaannya.[5] Aluminium memiliki karakteristik yang serbaguna. Kisaran sifat fisik dan mekanik yang dapat dikembangkan dari aluminium dengan kemurnian yang tinggi sampai paduan yang paling kompleks. Sifat-sifat aluminium membuat aluminium dan paduannya menjadi ekonomis dan menarik untuk berbagai kegunaan adalah penampilan, ringan, mudah dibuat, sifat fisik, sifat mekanik, dan ketahanan korosi. Komposisi untuk paduan aluminium tempa (wrought) dan aluminium cor (cast). [5] Aluminium memiliki densitas hanya 2,7 g / cm3, sekitar sepertiga dari baja (7,83 g / cm3), tembaga (8,93 g / cm3), atau kuningan (8,53 g / cm3). Aluminium memiliki ketahanan korosi yang sangat baik di sebagian besar lingkungan, termasuk atmosfer, air (termasuk salt water), petrokimia, dan penyimpanan larutan kimia.[5] Permukaan aluminium dapat memantulkan cahaya. Energi radiasi, cahaya tampak, panas radiasi, dan gelombang elektromagnetik secara efisien direfleksikan, sementara anodized dan permukaan gelap anodized dapat menjadi reflektif atau penyerap. Reflektansi dari aluminium yang dipoles, pada rentang panjang gelombang yang luas, mengarah pada pemilihannya untuk berbagai penggunaan dekoratif dan fungsional. [5] Aluminium biasanya memiliki konduktivitas listrik dan termal yang sangat baik, tetapi beberapa paduan khusus telah dikembangkan dengan meningkatan tingkat resistivitas listrik menjadi tinggi. Aluminium sering digunakan karena konduktivitas listriknya, yang hampir dua kali lipat dari tembaga pada densitas yang sama. Konduktivitas dan kekuatan mekanis yang tinggi dapat dipenuhi dengan menggunakan kabel transmisi tegangan tinggi yang diperkuat dengan tulangan kawat baja. Konduktivitas termal dari paduan aluminium, sekitar 50- 60% dari tembaga, berguna pada heat exchager, evaporators, peralatan yang dipanaskan secara elektrik, dan kepala silinder dan radiator. [5] Aluminium bersifat non-ferromagnetik, sifat penting dalam industri listrik dan elektronik. Ini non-pyrophoric, yang penting dalam aplikasi yang melibatkan penanganan dari paparan bahan yang mudah terbakar atau mudah meledak. Aluminium juga tidak beracun dan secara rutin digunakan untuk wadah makanan dan minuman. Aluminium memiliki penampilan yang menarik dengan sentuhan alami, yang bisa lembut dan berkilau atau cerah. Beberapa paduan aluminium melebihi kekuatan struktural baja. Namun, aluminium murni dan paduan aluminium tertentu dicatat untuk kekuatan dan kekerasan yang sangat rendah. [5]
2. Proses Produksi Alumunium
Orang pertama yang berhasil memisahkan aluminium dari senyawanya adalah Orsted pada tahun 1825 dengan cara mereduksi aluminium klorida, tetapi belum dalam keadaan murni. Aluminium murni ditemukan oleh Wohler dalam bentuk serbuk berwarna abu-abu pada tahun 1827 dengan memodifikasi proses Orsted. Kini proses yang digunakan untuk memperoleh aluminum secara besar-besaran digunakan proses Hall-Heroult. Cara ini ditemukan oleh dua orang yang umurnya sama (23 tahun) namun ditempat yang berbeda yakni Charles Martin Hall di Amerika dan Heroult di Paris pada tahun 1886. Proses ini menjadikan kedua orang ini kaya dalam waktu singkat dan meninggal dunia pada tahun yang sama pula (1914). Setelah ditemukan cara ini harga aluminium yang awalnya sangat mahal turun secara drastis. [8] Pemurnian aluminium dilakukan dalam dua tahap: 1.Proses Bayer merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh aluminium oksida (alumina), dan 2.Proses Hall-Heroult merupakan proses peleburan aluminium oksida untuk menghasilkan aluminium murni. 2.1 Proses Bayer Proses Bayer ditemukan dan dipatenkan pada tahun 1887 oleh ilmuwan Austria Karl Josef Bayer. Bayer menemukan bahwa ketika bauksit dicampur dengan NaOH, kandungan alumina dalam bauksit akan larut dan memisahkan diri dari komponen lain, seperti besi dan silika, yang akan tetap dalam keadaan padat. Dua sampai tiga ton bauksit diperlukan untuk menghasilkan satu ton alumina. 90% dari pasokan alumina dunia sekitar 90 juta ton digunakan dalam produksi aluminium. Pemurnian alumina cenderung berlokasi dekat dengan tambang dan / atau pelabuhan bauksit untuk mengangkut bahan mentah dan produk akhir secara efisien. [7] Proses Bayer adalah cara paling ekonomis untuk mendapatkan alumina dari bauksit. Proses lain untuk memperoleh alumina dari bijih logam juga digunakan di beberapa pemurnian, terutama di Cina dan Rusia, meskipun ini merupakan persentase yang relatif kecil dari produksi global. Tahapan prosesnya adalah: [7] a. Milling Bijih bauksit dicuci dan dihancurkan, untuk mengurangi ukuran partikel dan meningkatkan luas permukaan untuk tahap digestion. Kapur dan " spent liquor " (NaOH kembali dari tahap precipitation) ditambahkan ke milling untuk membuat slurry yang dapat dipompa. b. Desilication Bijih bauksit yang memiliki tingkat silika tinggi (SiO 2) melalui proses ini untuk menghilangkan pengotor. Silika dapat menyebabkan masalah dengan pembentukan skala dan kualitas produk akhir. c. Digestion Larutan NaOH panas digunakan untuk melarutkan mineral yang mengandung aluminium (gibbsite, böhmite dan diaspore) di bauksit untuk membentuk larutan natrium aluminat jenuh. Gibbsite: Al(OH)3 + NaOH → NaAlO2 + 2 H2O Böhmite and Diaspore: AlO(OH) + NaOH → NaAlO2 + H2O Kondisi dalam digester (konsentrasi, suhu dan tekanan) diatur sesuai dengan sifat bijih bauksit. Bijih dengan kandungan Gibbsite yang tinggi dapat diproses pada 140 °C, sementara bauksit böhmitic membutuhkan suhu antara 200 dan 280 °C. Tekanan tidak penting untuk proses ini, tetapi ditentukan oleh tekanan saturasi uap dari proses. Pada 240 °C tekanannya kurang lebih 3,5 MPa. Slurry tersebut kemudian didinginkan dalam serangkaian tangki hingga sekitar 106 °C pada tekanan atmosfir dan dengan memadamkan uap. Uap ini digunakan untuk memanaskan liquor. Dalam beberapa suhu tinggi digestion refineries, bauksit kualitas tinggi (trihidrat) disuntikkan ke dalam flash train untuk meningkatkan produksi. Proses " sweetening " ini juga dapat mengurangi penggunaan energi per ton produksi. Meskipun suhu yang lebih tinggi sering menguntungkan secara teoritis, tetapi ada beberapa potensi kerugian, termasuk kemungkinan oksida selain melarutkan alumina ke dalam liquor. d. Clarification/Settling Tahap pertama klarifikasi adalah memisahkan padatan (residu bauksit) dari pregnant liquor (natrium aluminat yang berada dalam larutan) melalui proses sedimentasi. Zat aditif kimia (flokulan) ditambahkan untuk membantu proses sedimentasi. Residu bauksit tenggelam ke dasar tangki pengendapan, kemudian dipindahkan ke tangki pencuci, di mana ia mengalami serangkaian tahap pencucian untuk mengembalikan NaOH (yang akan digunakan kembali dalam proses disgestion). Pemisahan lebih lanjut dari pregnant liquor yang mengandung dari residu bauksit dilakukan dengan menggunakan serangkaian penyaringan. Tujuan dari filter keamanan adalah untuk memastikan bahwa produk akhir tidak terkontaminasi dengan kotoran yang ada di residu. Tergantung pada persyaratan fasilitas penyimpanan residu, tahap penebalan lebih lanjut, filtrasi dan / atau netralisasi digunakan sebelum dipompa ke area pembuangan residu bauksit. e. Precipitation Pada tahap ini, alumina diperoleh kembali dengan kristalisasi dari pregnant liquor, yang jenuh dalam natrium aluminat. Proses kristalisasi didorong oleh pendinginan progresif dari pregnant liquor, menghasilkan pembentukan kristal kecil dari aluminium trihidroksida (Al(OH)3, umumnya dikenal sebagai "hidrat"), yang kemudian tumbuh dan beraglomerat untuk membentuk kristal yang lebih besar. Reaksi pengendapan adalah kebalikan dari reaksi pelarutan gibsit di tahap digestion: 2Na[Al(OH)4] + CO2 → 2Al(OH)3 + Na2CO3 + H2O f. Evaporation Liquor dipanaskan melalui serangkaian heat exchangers dan kemudian didinginkan dalam serangkaian flash tanks. Uap yang terbentuk dalam pemanas digunakan kembali dalam proses, misalnya sebagai umpan boiler atau untuk mencuci residu bauksit. NaOH yang tersisa dicuci dan didaur ulang kembali ke proses disgestion. g. Classification Kristal gibbsite yang terbentuk dalam presipitasi diklasifikasikan ke dalam rentang ukuran. Ini biasanya dilakukan dengan menggunakan siklon atau tangki klasifikasi gravitasi. Kristal ukuran kasar diperuntukkan untuk kalsinasi setelah dipisahkan dari liquor menggunakan penyaringan vakum, dimana padatan dicuci dengan air panas. Kristal halus, setelah dicuci untuk menghilangkan kotoran organik, dikembalikan ke tahap pengendapan sebagai benih yang baik untuk diaglomerasi. h. Calcination Saringan cake diumpankan calciner di mana mereka dipanggang pada suhu hingga 1100 °C untuk menghilankan kelembaban dan air yang terikat secara kimia, menghasilkan padatan alumina. Ada berbagai teknologi kalsinasi yang digunakan, termasuk gas suspension calciners, fluidised bed calciners dan rotary kilns. Persamaan berikut menjelaskan reaksi kalsinasi: 2Al(OH)3 → Al2O3 + 3H2O Alumina, serbuk putih, adalah produk akhir dari Proses Bayer, siap untuk dikirim ke smelter aluminium atau industri kimia.
Gambar 2.1 Skema Umum Proses Bayer[7]
Proses Bayer merupakan proses yang paling akhir ditemukan. Setelah ditemukan proses Bayer, proses – proses yang lain tidak digunakan lagi. Hal ini disebabkan : [7] A. Proses Bayer merupakan proses yang paling ekonomis. Pada proses Bayer, tidak diperlukan temperatur yang tinggi dalam proses digestion. B. Proses Bayer tidak memerlukan banyak energi sehingga biaya produksi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. 2.2 Hall-Heroult Process Setelah diperoleh Al2O3murni, maka proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3. Pada elektrolisis ini Al2O3dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) yang berfungsi untuk menurunkan titik lebur Al 2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000 0C), campuran tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 0C. Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang disebut pot reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang bertindak sebagai suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada proses ini, leburan alumina dielektrolisis, dimana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam pot dimana pada pot tersebut terikat serangkaian batang karbon dibagian atas pot sebagai katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah pot sebagai lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai keperluan, seperti dalam keperluan industri. Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan aluminium akan menuju kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung menuju cetakan berbentuk silinder atau lempengan. Masing – masing pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton aluminium per tahun. Secara umum, 4 ton bauksit akan menghasilkan 2 ton alumina, yang nantinya akan menghasilkan 1 ton alumunium. [6]
A B
Gambar 2.2 a) Hall-Heroult Cell with Pre-baked Anodes[6] b) Aluminum
Elecrolysis with Soderberg Anode[6] Seluruh produksi alumunium sekarang menggunakan hall-heroult cell. Terdapat 2 tipe sel yaitu : pre-baked carbon anodes dan self-baking soderberg anodes. [6] Tahapan umum proses Hall-Heroult adalah sebagai berikut: 1) Di dalam pot reduksi (sel elektrolisis), kristal alumina dilarutkan dalam pelarut lelehan kriolit (Na3AlF6) cair dan CaF2 pada suhu 1.760-1.780 °F (960-970 °C) untuk membentuk suatu larutan elektrolit yang akan menghantarkan listrik dari batang karbon (Katoda) menuju Lapisan-Karbon (Anoda). Reaksi yang terjadi sebagai berikut: Al2O3 (l) → 2Al3+ (l) + 3O2- (l) Anode (+): 3O2- (l) → 3/2 O2 (g) + 6e− Katode (-): 2Al3+ (l) + 6e- → 2Al (l) Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) → 2Al (l) + 3/2 O2 (g) 2) Sebuah arus searah (5-10 volt dan 100.000-230.000 ampere) dilewatkan melalui larutan. Reaksi yang dihasilkan akan memecah ikatan antara aluminium dan atom oksigen dalam molekul alumina. Oksigen yang dilepaskan tertarik ke batang karbon, di mana ia membentuk karbon dioksida. Atom-atom aluminium dibebaskan dan mengendap di bagian bawah pot sebagai logam cair. 3) Proses peleburan dilanjutkan, dengan penambahan alumina pada larutan kriolit untuk menggantikan senyawa yang terdekomposisi. Arus listrik konstan tetap dialirkan. Panas yang berasal dari aliran listrik menjaga agar isi pot tetap berada pada keadaan cair. 4) Lelehan aluminium murni terkumpul dibawah pot. 5) Lelehan yang sudah terkumpul ini dipindahkan ke tungku penyimpanan dan kemudian dituangkan ke dalam cetakan sebagai batangan atau lempengan. 6) Ketika logam diisi ke dalam cetakan, bagian luar cetakan didinginkan dengan air, yang menyebabkan aliminium menjadi padat. 7) Logam murni yang padat dapat dibentuk dengan penggergajian sesuai dengan kebutuhan.
3. Klasifikasi Alumunium & Paduannya
Kombinasi unik dari sifat-sifat yang disediakan oleh aluminium dan paduannya membuat aluminium menjadi salah satu bahan logam yang paling serbaguna, ekonomis, dan menarik untuk berbagai penggunaan dari foil yang lunak yang sangat elastis sampai ke aplikasi rekayasa yang paling rumiy. Paduan aluminium adalah paduan yang sering digunakan kedua setelah baja sebagai logam struktural. [2] Paduan aluminium dapat dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu: komposisi tempa (wrought) dan komposisi cor (cast). Diferensiasi lebih lanjut untuk setiap kategori didasarkan pada mekanisme utama pengembangan properti. Banyak paduan yang merespon perlakuan panas berdasarkan kelarutan fase. Perlakuan ini termasuk solusi heat treatment, quenching, dan pengendapan, atau age, pengerasan. Untuk pengecoran atau tempa, paduan semacam ini dideskripsikan sebagai heat treatable. Sebagian besar komposisi tempa lainnya bergantung pada work hardening melalui penurunan mekanis, biasanya dalam kombinasi dengan berbagai prosedur annealing untuk pengembangan sifatnya. Paduan ini disebut sebagai work hardening. Beberapa pengecoran paduan pada dasarnya tidak dapat diolah panas dan hanya digunakan dalam kondisi cetakan atau dalam kondisi termodifikasi yang tidak terkait dengan larutan atau efek presipitasi. [2] a. Wrought Aluminum Penamaan paduan cor dan tempa telah dikembangkan. Aluminum Association system paling diakui di Amerika Serikat. Sistem identifikasi paduan mereka menggunakan nomenklatur yang berbeda untuk paduan tempa dan cor, tetapi membagi paduan ke dalam keluarga yang lebih sederhana. Untuk paduan tempa, sistem empat-digit digunakan untuk menghasilkan daftar keluarga komposisi tempa sebagai berikut: [2] a) 1xxx: tidak memiliki paduan (murni), biasa digunakan dalam industri listrik dan kimia b) 2xxx: Paduan dimana tembaga merupakan unsur paduan utama, meskipun terdapat unsur-unsur lain, seperto magnesium, dalam jumlah yang sangat sedikit. c) 3xxx: Paduan dimana mangan merupakan unsur paduan utama. Paduan yang biasanya digunakan untuk arsitektur dan berbagai produk. d) 4xxx: Paduan dimana silikon merupakan unsur paduan utama. Biasa digunakan pada welding rods dan brazing sheet. e) 5xxx: Paduan dimana magnesium merupakan unsur paduan utama. Biasa digunakan dalam lambung kapal, papan dan produk lainnya yang berada pada laut lingkungan f) 6xxx: Paduan dimana magnesium dan silikon merupakan paduan utama. Biasanya digunakan untuk ekstrusi arsitektur dan otomotif komponen. g) 7xxx: Paduan dimana seng merupakan unsur paduan utama (meskipun terdapat unsur lain, seperti tembaga, magnesium, kromium, dan zirkonium, dalam jumlah yang sedikit), digunakan dalam komponen struktural pesawat dan aplikasi berkekuatan tinggi. h) 8xxx: Paduan karakterisasi berbagai komposisi. Seri 8xxx dapat mengandung jumlah timah, litium, dan / atau besi yang cukup besar. i) 9xxx: - Tabel 3.1 Classification of wrought aluminum alloys according to their strengthening mechanism[2] Alloy system Aluminum series Work-hardenable alloys Pure Al 1xxx Al-Mn 3xxx Al-Si 4xxx Al-Mg 5xxx Al-Fe 8xxx Al-Fe-Ni 8xxx Precipitation-hardenable alloys Al-Cu 2xxx Al-Cu-Mg 2xxx Al-Cu-Li 2xxx Al-Mg-Si 6xxx Al-Zn 7xxx Al-Zn-Mg 7xxx Al-Zn-Mg-Cu 7xxx Al-Li-Cu-Mg 8xxx
Penentuan temper selalu ditampilkan segera setelah penetapan paduan
dengan tanda hubung antara desain dan temper Karakter pertama dalam penunjukan temper adalah huruf kapital yang menunjukkan klasifikasi umum perlakuan. Penentuan didefinisikan dan dijelaskan sebagai berikut: [2] a) F, as fabricated: Berlaku untuk tempa atau produk cor yang dibuat dengan membentuk proses tanpa ada kontrol khusus atas kondisi termal atau proses strain-hardening yang digunakan untuk mencapai sifat tertentu. Untuk paduan tempa tidak ada batas sifat mekanik yang terkait dengan jenis ini, meskipun untuk cast alloy umumnya ada. b) O, as annealed: Berlaku untuk produk tempa yang dianil untuk mendapatkan kekuatan temper yang lebih rendah, biasanya untuk meningkatkan kemampuan kerja. O berlaku untuk menghasilkan produk yang dianil untuk meningkatkan keuletan dan stabilitas dimensi dan dapat diikuti dengan digit selain nol. c) H, as strain-hardened: Berlaku untuk produk yang memiliki kekuatan yang meningkat dengan strain-hardened. strain-hardened mungkin atau mungkin tidak memiliki perawatan termal tambahan untuk mengurangi kekuatan. H selalu diikuti oleh dua atau lebih digit. d) W, solution heat treatment: Hanya berlaku untuk paduan yang di aging secara tiba-tiba (spontan) setelah solution heat treatment. Penentuan ini khusus hanya ketika digit digunakan dalam kombinasi dengan W untuk menunjukkan periode natural aging, misalnya, W 1/2 jam. e) T, perlakuan termal untuk menghasilkan temper stabil selain F, O, atau H: Berlaku untuk produk yang mengalami secara perlakuan termal, dengan atau tanpa pengerasan regangan tambahan, untuk menghasilkan temper yang stabil. T selalu diikuti dengan satu atau lebih digit. Subdivisi dari .dasar H Tempers. Nomor pertama (s) setelah penunjukan huruf menunjukkan kombinasi spesifik dari operasi dasar: [2] a) H1, strain hardened only: Berlaku untuk produk yang telah dikeraskan untuk mendapatkan tingkat kekuatan yang diinginkan tanpa perlakuan termal tambahan. Angka berikut H1 menunjukkan tingkat pengerasan regangan. b) H2, strain hardened dan partially annealed: Berlaku untuk produk yang telah dikeraskan lebih keras dari kekerasan yang diinginkan, dan kekuatannya dikurangi ke tingkat yang diinginkan dengan anil sebagian. angka yang ditambahkan ke H2 menunjukkan tingkat strain hardening yang tersisa setelah anil sebagian. c) H3, strain hardened dan stabilized: Berlaku untuk produk yang telah dikeraskan dan kemudian distabilkan baik oleh perlakuan panas dengan suhu rendah, atau sebagai hasil dari panas yang diperkenalkan selama pembuatan produk. Stabilisasi biasanya meningkatkan keuletan. Temperatur H3 hanya digunakan untuk paduan yang secara bertahap akan melunak pada suhu kamar jika tidak distabilkan. Jumlah yang ditambahkan ke H3 menunjukkan tingkat pengerasan regangan yang tersisa setelah stabilisasi. d) H4, strain hardened dan lacquered atau painted: Berlaku untuk produk yang dikeraskan dan yang telah mengalami panas selama pengecatan berikutnya atau operasi lacquering. Jumlah yang ditambahkan ke H4 menunjukkan angka strain hardened yang tersisa setelah pengecatan atau lacquering Penambahan digit tambahan: H Temper. Digit berikut H1, H2, H3, atau H4 menunjukkan tingkat pengerasan regangan seperti yang diidentifikasi atau ditunjukkan oleh nilai minimum untuk kekuatan tarik: [2] a) Temper yang paling keras yang biasanya dihasilkan ditunjukkan dengan menambahkan angka 8 (yaitu, HX8). b) Tingkat pengerjaan dingin sama dengan sekitar setengahnya untuk temper HX8 ditunjukkan oleh temper HX4, dan seterusnya. c) Untuk pengerjaan dingin di antara temper O dan temper HX4, sifat HX2 digunakan. d) Untuk pengerjaan dingin diantara HX4 dan HX8, sifat HX6 digunakan. e) Angka-angka 1, 3, 5, dan 7, sama, menunjuk temper menengah antara yang baru saja terdaftar. f) Angka 9 digunakan untuk menunjukkan temper yang melebihi HX8 oleh 14 MPa (2 ksi) atau lebih. g) HX11: Berlaku untuk produk yang mengalami strain hardening yang cukup setelah anil berakhir sehingga gagal memenuhi syarat sebagai annealed, tetapi tidak begitu banyak atau lebih konsisten jumlah strain yang mereka memenuhi syarat sebagai HX1. h) H112: Berlaku untuk produk yang dapat memperoleh temper dari pengerjaan pada suhu tinggi dan yang ada batas properti mekanis. Subdivisi Temper Dasar. Nomor pertama (s) setelah penunjukan huruf T menunjukkan kombinasi spesifik dari operasi dasar: [2] a) T1, didinginkan dari proses pembentukan suhu yang ditinggikan dan natural aging hingga kondisi stabil secara substansial: Berlaku untuk produk (a) yang tidak mengalami pengerjaan dingin setelah pendinginan dari proses pembentukan pada suhu yang tinggi atau (b) yang mana efek kerja dingin yang mungkin tidak diakui dalam batas sifat mekanis b) T2, cooled from an elevated temperature shaping process, pengerjaan dingin, dan natural aging ke kondisi stabil secara substansial: Berlaku untuk produk (a) yang pengerjaan dingin untuk meningkatkan kekuatan setelah pendinginan dari proses pembentukan suhu tinggi atau (b) untuk efek pengerjaan dingin dalam perataan atau pelurusan dikenali dalam batas properti mekanis c) T3, solution heat treated, pengerjaan dingin, dan natural aging ke kondisi stabil secara substansial: Berlaku untuk produk (a) yang dingin bekerja untuk meningkatkan kekuatan setelah perlakuan panas solusi atau (b) yang efek kerja dingin dalam meratakan atau meluruskan diakui dalam batas properti mekanis d) T4, solution heat treated dan natural aging hingga kondisi stabil secara substansial: Berlaku untuk produk (a) yang tidak dingin bekerja setelah solution heat treated atau (b)efek pengerjaan dingin dalam perataan atau pelurusan mungkin tidak dikenali dalam mekanik. batas properti e) T5, cooled from an elevated temperature shaping process, kemudian artificially aged: Berlaku untuk produk (a) bukan pengerjaan dingin setelah pendinginan dari proses pembentukan suhu tinggi atau (b) efek pengerjaan dingin dalam meratakan atau meluruskan mungkin tidak diakui dalam batas properti mekanis f) T6, solution treated, kemudian artificially aged: Berlaku untuk produk (a) bukan pengerjaan dingin setelah solution treatment atau (b) efek pengerjaan dingin dalam perataan atau pelurusan mungkin tidak dikenali dalam batas sifat mekanis. g) T7, solution heat treated dan overaged/stabilized: Berlaku untuk (a) produk tempa yang secara artifisial berusia setelah solusi perlakuan panas untuk meningkatkan kekuatannya melampaui nilai maksimum yang dapat dicapai untuk memberikan kontrol terhadap beberapa properti atau karakteristik yang signifikan atau (b) produk cor yang secara artifisial berusia setelah perawatan solusi untuk memberikan stabilitas dalam dimensi dan kekuatan. h) T8, solution heat treated, cold worked, kemudian artificially aged: Berlaku untuk produk (a) pengerjaan dingin untuk meningkatkan kekuatan atau (b) efek pengerjaan dingin di perataan dan pelurusan diakui dalam batas properti mekanis. i) T9, solution heat treated, artificially aged, kemudian cold worked: Berlaku untuk produk pengerjaan dingin untuk meningkatkan kekuatan j) T10, cooled from an elevated temperature shaping process, cold worked, kemudian artificially aged: Berlaku untuk produk (a) yang dingin bekerja untuk meningkatkan kekuatan atau (b) yang efek kerja dingin di perataan atau pelurusan diakui dalam sifat mekanik batas. Dalam semua definisi temperamen tipe-T yang baru saja dijelaskan, solution heat treatment dapat dicapai dengan: [2] a) Produk heating cast atau wrought shaped untuk suhu yang sesuai. b) Penahan pada suhu yang cukup lama untuk memungkinkan konstituen masuk ke dalam larutan padat. c) Mendinginkan dengan cukup cepat untuk menahan konstituen dalam larutan untuk mengambil keuntungan dari pengendapan berikutnya dan penguatan terkait (yaitu, pengendapan presipitasi). Penetapan temper berikut telah ditetapkan untuk produk tempa yang suhu tinggi untuk meningkatan respons ultrasonik dan memberikan stabilitas dimensi: [2] a) O1, thermally treated at approximately the same time and temperature required for solution heat treatment and slow cooled to room temperature: Berlaku untuk produk yang akan dikerjakan sebelum solusi perlakuan panas oleh pengguna. Batas properti mekanis tidak berlaku. Digit Pertama. Penetapan digit pertama penunjukan paduan baru cukup mudah; beberapa keputusan diperlukan kecuali ada jumlah yang sama dari dua atau lebih paduan. Dalam kasus terakhir, panduan khusus telah disediakan oleh pengembang sistem penentuan paduan bahwa pilihan seri paduan yang diberikan harus dalam urutan Cu, Mn, Si, Mg, Mg2Si, dan Zn. Jadi, jika paduan baru memiliki jumlah mangan dan seng yang sama, maka akan ditetapkan ke seri 3xxx. Dalam kasus seperti itu, seri 6xxx membutuhkan penilaian yang paling diperhatikan karena paduan yang memiliki lebih banyak silikon daripada magnesium, tetapi kuantitas yang signifikan dari keduanya, kemungkinan akan ditempatkan dalam seri 6xxx daripada seri 4xxx dalam membangun properti dan karakteristik karena dominasi kombinasi magnesium dan silikon. Jadi, misalnya, paduan seperti 6005, 6066, dan 6351, semuanya memiliki silikon yang jauh lebih besar daripada magnesium atau elemen lain. [2] Digit Kedua. Penetapan digit kedua dari penunjukan paduan terkait dengan variasi dalam paduan tertentu, dalam beberapa kasus, pengetatan kontrol pada satu atau lebih pengotor untuk mencapai sifat tertentu. Jika digit kedua adalah 0, umumnya menunjukkan bahwa aluminium yang menyusun sebagian besar paduan adalah aluminium murni komersial yang memiliki tingkat pengotor alami. Ketika digit kedua adalah bilangan bulat 1 hingga 9, ini menunjukkan bahwa beberapa kontrol khusus telah ditempatkan pada tingkat pengotor variasi tersebut, atau bahwa rentang untuk salah satu elemen paduan utama telah berbayang salah satu cara atau yang lain untuk mencapai tertentu kinerja. Namun, urutannya tidak memiliki arti penting dalam variasi komposisi; digit ditugaskan secara berurutan sebagai situasi terjadi, dan urutan menunjukkan kronologi lebih dari tingkat kontrol. [2] Digit Ketiga dan Keempat. Seperti disebutkan sebelumnya, dua digit terakhir dalam seri 1xxx menunjukkan tingkat kemurnian dalam dua digit pertama setelah kemurnian 99.XX% dari aluminium yang digunakan dalam penyusunan komposisi tersebut. Jadi, misalnya, penunjukan 1060 menunjukkan aluminium minimum 99,60% dalam komposisi itu. Dalam seri 2xxx hingga 8xxx, dua digit terakhir tidak memiliki arti khusus. Mereka hanya berfungsi untuk mengidentifikasi paduan individu tertentu dan tidak berarti apa-apa dalam hal urutan di mana paduan dikembangkan atau didaftarkan. [2] b. Cast Aluminum Komposisi casting dijelaskan oleh sistem tiga digit diikuti oleh nilai desimal. Desimal .0 dalam semua kasus berkenaan dengan batas pada pengecoran paduan. Desimal .1, dan .2 menyangkut komposisi ingot, yang setelah pelelehan dan pengolahan harus menghasilkan kimia yang sesuai dengan persyaratan spesifikasi pengecoran. Paduan keluarga untuk komposisi casting termasuk yang berikut: [1] a) 1xx.x: tidak memiliki paduan (murni), biasa digunakan dalam pembuatan rotor b) 2xx.x: Paduan dimana tembaga merupakan unsur paduan utama. Unsur paduan lainnya dapat ditentukan. c) 3xx.x: Paduan dimana silikon adalah unsur paduan utama. Terdapat unsur-unsur paduan lainnya seperti tembaga dan magnesium dalam jumlah yang sedikit. d) 4xx.x: Paduan dimana silikon merupakan unsur paduan utama. e) 5xx.x: Paduan dimana magnesium merupakan unsur paduan utama. f) 6xx.x: - g) 7xx.x: Paduan dimana seng merupakan unsur paduan utama. Terdapat unsur paduan seperti tembaga dan magnesium dalam jumlah sedikit. h) 8xx.x: Paduan dimana timah merupakan unsur paduan utama. i) 9xx.x: - Digit pertama mengidentifikasi paduan utamanya. Sebagai contoh, penandaan 3xx.x mewakili kelompok paduan silikon aluminium yang mengandung magnesium atau tembaga. Seperti dengan penunjukan paduan tempa, ketika ada dua elemen utama dalam persentase yang sama dalam paduan, paduan tersebut ditunjuk sesuai dengan urutan. [1] Digit kedua dan ketiga mengidentifikasi paduan lainya. Untuk semua kecuali seri 1xx.x, tidak ada arti khusus untuk angka-angka itu; mereka tidak menunjukkan urutan jenis apa pun atau mewakili karakteristik apapun dari paduan tersebut. Dalam beberapa, meskipun tidak semua, contoh, angka dapat merujuk kembali ke sistem penunjukan sebelumnya. misalnya, 160,0 mewakili pengecoran aluminium minimum 99,60%.[1] Digit terakhir yang mengikuti desimal menunjukkan bentuk produk casting atau ingot. Jika penunjukan berlaku untuk pengecoran jadi, nol selalu digunakan (xxx.0); jika itu berlaku untuk ingot dari mana casting itu atau akan diproduksi, 1 atau 2 digunakan (xxx.1 atau xxx.2). Dalam kasus terakhir, penunjukan xxx.1 adalah yang paling umum dan mengacu pada komposisi komersial umum. Penunjukan xxx.2 biasanya terbatas pada kasus-kasus di mana rentang komposisi yang lebih sempit dari satu atau lebih elemen-semua dalam batas komposisi untuk versi xxx.1 digunakan untuk mencapai properti khusus. [1] Huruf awalan seperti A atau B menunjukkan variasi komposisi casting, tetapi kesamaan keseluruhan. Misalnya, paduan A356.0 menunjukkan variasi paduan 356.0, tetapi dengan kontrol yang lebih ketat pada besi dan pengotor lainnya. Ingot dari mana A356.0 dibuat dapat ditunjuk A356.1 atau 356.2. [1]
4. Aplikasi dari Alumunium %paduannya
a. Application of Wrought Aluminum a) Alumunium Murni Alumunium murni memiliki sifat konduktor listrik, ketahanan korosi yang kuat, mampu bentuk serta memiliki kemampuan mampu las. 1xxx mewakili aluminum murni dari 1100 (99,00%) samapai 1050/1350 (99,50%) dan (99,75%). 1xxx biasa digunakan pada elektronik karena sedikitnya pengotor dapat meningkatkan konduktivitas listrik. Selain itu bisa juga untuk pembungkus makanan (aluminum foil) b) Paduan Al-Cu Paduan Al-Cu memiliki karakteristik mampu las, heat treatable dan kekutan yang tinggi. 2xxx mewakili paduan Al-Cu. Paduan ini biasa digunakan untuk pesawat terbang (2024) dan badan truk (2014). Untuk beberapa seri seperti 2219 dan 2048 bisa menjadi sambungan untuk GMAW dan GTAW. c) Paduan Al-Mn Paduan Al-Mg memiliki karakteristik mampu bentuk, ketahanan korosi yang tinggi dengan kekuatan yang sedang. 3xxx mewakili paduan Al- Mn. Paduan ini biasa digunakan untuk alat masak (3003) dan rangka atap (3105). d) Paduan Al-Si Paduan Al-Si memiliki karakteristik heat treatable dan kekuatan sedang. 4xxx mewakili paduan Al-Si. Paduan ini biasa digunakan untuk penyambungan kawat (4043). e) Paduan Al-Mg Paduan Al-Mg memiliki karakteristik strain hardenable, ketahanan korosi yang tinggi, tangguh, mampu las dan kekuatan sedang. 5xxx mewakili paduan Al-Mg. paduan ini biasa digunakan untuk kontruksi bangunan (5052, 5086, dan 5084) dan badan otomotif (5754). f) Paduan Al-Mg-Si Paduan Al-Mg-Si memiliki karakteristik heat treatable, ketahan korosi yang tinggi, estrudability dan kekuatan sedang. 6xxx mewakili paduan Al-Mg-Si. Paduan ini biasa digunakan untuk struktur bangunan dan jembatan (6063). g) Paduan Al-Zn Paduan Al-Zn memiliki karakteristik heat treatable, kekuatan tinggi dan sangat tangguh. 7xxx mewakili Paduan Al-Zn. Paduan ini biasa digunakan untuk industri kapal terbang (7150, 7175 dan 7475) h) Paduan Al dan unsur Paduan ini mewakili kode 8xxx. Paduan ini memiliki karakteristik heat treatable, sangat kuat, keras, dan konduktivitas tinggi. unsur yang dimaksud adalah besi, nikel dan litium. Paduan ini biasa digunakan untuk pembuatan pesawat luar angkasa (8090) b. Application of Cast Aluminum a) Paduan Al-Cu Paduan Al-Cu memiliki karakteristik heat treatable dan permanen mold casting. 2xx.x mewakili paduan Al-Cu. Paduan ini biasa digunakan pada industri pesawat luar angkasa (201.0) b) Paduan Al-Si (dengan tambahan Cu atau Mg) Paduan Al-Si memilki karakteristik heat treatable, permanent mold dan die casting. Selain itu memiliki fluiditas yang baik, sangat kuat, dan sangat tangguh. 3xx.x mewakili Paduan Al-Si dengan tambahan Cu-Mg. Paduan ini biasa digunakan untuk sand casting dan permanent moldd casting (360.0 , 380.0/1380.0) dan die casting (390.0). c) Paduan Al-Si Paduan Al-Si memiliki karakteristik non-heat-treatable sand, permanent mold, dan die casting. Selain itu memilki fluiditas yang baik dan baik untuk pengecoran yang rumit. 4xx.x mewakili Paduan Al-Si. Paduan ini biasa digunakan pengecoran yang rumit dan peralatan dokter gigi. d) Paduan Al-Mg Paduan Al-Mg memilki karakteristik non-heat-treatable sand, permanent mold, dan die casting. Selain itu tangguh untuk dicor dan memiliki finishing yang baik. 5xx.x mewakili paduan Al-Mg. paduan ini biasa digunakan untuk komponen yang terpapar lingkungan laut atau lingkungan korosif lainya (512.0 dan 514.0). e) Paduan Al-Zn Paduan Al-Zn memiliki karakteristik non-heat-treatable sand dan permanent mold. Selain itu memiliki sifat mampu mesin yang baik. 7xx.x mewakili paduan Al-Zn. paduan ini biasa digunakan untuk perabot rumah, alat berkebun dan peralatan tambang. f) Paduan Al-Sn Paduan Al-Sn memiliki karakteristik non-heat-treatable sand dan permanent mold. Selain itu memiliki sifat mampu mesin yang baik. 8xx.x mewakili paduan Al-Sn. paduan ini biasa digunakan untuk bushing dan bearing. Daftar Pustaka
[1] Kaufman, J. Gilbert dan Elwin L. Rooy.2004.Aluminum Alloy Castings
Properties, Processes, and Applications.United States of America : ASM International. [2] Kaufman, J. Gilbert.2000.Introduction to Aluminum Alloys and Tempers. United States of America : ASM International. [3] Davis, J.R.2001. Alloying : understanding the basics. United States of America : ASM International. [4] Hatch, John E.1984. Aluminum Properties and Physical Metallurgy. United States of America : ASM International. [5] _______.1990. Properties and Selection: Nonferrous Alloys and Special- Purpose Materials. United States of America : ASM International. [6] Habashi, Fathi.1997.Handbook Extraction of Metallurgy.German : Weinheim [7] http://bauxite.world-aluminium.org/refining/process/ Diakses pada 31 maret 2018 pukul 20.31 [8] Vignes, Alain.2011. Extractive Metallurgy 2. Great Britain: CPI Antony Rowe