Anda di halaman 1dari 17

RESUME CHAPTER 1

FISIOLOGI PERILAKU HEWAN

OLEH

NAMA: DELLA LESTARI


NIM. 19177027
PPS PENDIDIKAN BIOLOGI A 2019

DOSEN PENGAMPU: Dr. Ramadhan Sumarmin, S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
MATERI 1: PERILAKU HEWAN

Perilaku merupakan aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Interaksi
hewan berdasarkan ekologi terdiri dari biotic dan abiotik. Interaksi biotik berkaitan dengan
makhluk hidup lainnya seperti predator. Interaksi abiotik berkaitan dengan interaksi yang tidak
berkaitan dengan makhluk hidup seperti temperature, cahaya, gas terlarut, dan air.
Dalam ilmu pengetahuan perilaku hewan dikenal adanya perilaku ekologi seperti
komunikasi, cara menemukan makanan dan bertahan hidup terhadap predator. Perkembangan
sifat pada hewan diakibatkan oleh genetis dan tingkah laku. Dalam mempelajari perilaku hewan
kita mengenal adanya sifat:
1. Innate
Merupakan perilaku atau suatu potensi terjadinya perilaku yang telah ada di dalam suatu
individu. Perilaku yang timbul karena bawaan lahir berkembang secara tetap/pasti. Perilaku ini
tidak memerlukan adanya pengalaman atau memerlukan proses belajar, seringkali terjadi pada
saat baru lahir, dan perilaku ini bersifat genetis (diturunkan).
Contoh : anak penyu yang mampu menuju laut tanpa ada pemandu

Gambar 1. Penyu

2. Perilaku bawaan atau naluri atau insting (instinct)


Perilaku terhadap suatu stimulus (rangsangan) tertentu pada suatu spesies, biarpun
perilaku tersebut tidak didasari pengalaman lebih dahulu, dan perilaku ini bersifat menurun. Hal
ini dapat diuji dengan menetaskan hewan ditempat terpencil, sehingga apapun yang dilakukan
hewan-hewan tersebut berlangsung tanpa mengikuti contoh dari hewan-hewan yang lain. Tetapi
hal tersebut tidak dapat terjadi pada hewan-hewan menyusui, karena pada hewan-hewan
menyusui selalu ada kesempatan pada anaknya untuk belajar dari induknya.
Contoh:
Pada pembuatan sarang laba-laba diperlukan serangkaian aksi yang kompleks, tetapi bentuk
akhir sarangnya seluruhnya bergantung pada nalurinya

Gambar 2. Sarang Laba – laba


Dasar Mekanisme Untuk Perilaku:
A. Identifikasi rangsangan yang memicu perilaku
B. Mempelajari perubahan pskologis, neuronal dan hormonal
Contoh mekanisme perilaku adalah migrasi.
Migrasi Hewan adalah sebuah gerakan periodik hewan dari tempat di mana ia telah
tinggal ke daerah yang baru dan kemudian melakukan perjalanan kembali ke habitat asli. faktor
hewan bermigrasi merupakan biasanya untuk mencari makanan yang berlimpah dan tempat yang
baik untuk berkembang biak. migrasi hewan musiman merupakan penomena yang paling
menakjubkan dari elemen alam.
Migrasi hewan umumnya menggunakan rute yang sama dari tahun ke tahun - dari
generasi ke generasi. Tanah lintas hewan bisa berupa gunung, sungai, dan padang tanahyang
luas.Ikan salmon, Burung, kelelawar, dan serangga terbang dalam jangkauan jarak yang panjang,
kadang-kadang melampaui seluruh benua atau lautan. hewan yang berenang sering kali
bermigrasi hampir meliputi jarak setengah dari seluruh dunia.
Gerakan berpindah hewan biasanya terkait dengan perubahan musim. Banyak hewan
bermigrasi ke daerah utara selama bulan-bulan dalam musim panas. karena pada hari musim
panas yang panjang di bagian paling utara dunia dapat menjamin pemberian pasokan makanan
yang baik. Seperti pada pendekatan ramalan cuaca musim gugur dan dingin, banyak hewan
bermigrasi ke selatan untuk mencari cuaca yang hangat pada musim dingin dan tersedianya
makanan.
Beberapa hewan bermigrasi setiap tahun dengan perjalanan pulang dan pergi dibuat
dalam satu tahun. ada pula beberapa hewan mempunyai 'pola migrasi yang dapat dihubungkan
pada pola cuaca' pergerakan mereka adalah bergantung pada curah hujan dan ketersediaan
tumbuhan hijau. terdapat migrasi hewan yang dapat berlangsung selama beberapa tahun hanya
untuk penyelesaian siklus berpindah dalam migrasinya.
Penyebab utama migrasi: mengatasi evolusi hal ini signifikan untuk seleksi alam
Contoh: Burung yang bermigrasi memiliki selektif.

Gambar 3. Imigrasi Burung


Perilaku Hewan Dihasilkan Dari Faktor Lingkungan Dan Gen (Perilaku Bawaan)
Perilaku Bawaan Oleh Hewan
Perilaku bawaan oleh hewan dipengaruhi oleh gen yang memiliki empat kategori yaitu:
a. Kinesis: yaitu gerak pindah yang diinduksi oleh stimulus, tetapi tidak diarahkan dalam
tujuan tertentu. Meskipun demikian, perilaku ini masih terkontrol.
b. Tropisme: yaitu orientasi dalam suatu arah yang ditentukan oleh arah datangnya rangsangan
yang mengenai organisme, pada umumnya terjadi pada tumbuhan. Meskipun tropisme
menunjukan suatu perilaku yang agak tetap, tetapi tidak mutlak. Tetapi tanggapan yang
terjadi dapat berbeda terhadap intensitas rangsang yang tidak sama. Misalnya : pada cahaya
lemah terjadi fototropisme (+), tetapi pada cahaya kuat yang terjadi fototropisme (-)
c. Taksis : yaitu gerak pindah secara otomatis oleh suatu organisme motil (mempunyai
kemampuan untuk bergerak), akibat adanya suatu rangsangan.
d. Pola Aksi Tetap ( FAP)
FAP adalah suatu perilaku steretipik yang disebabkan oleh adanya stimulus yang spesifik.
Contoh:
1) Saat anak burung baru menetas akan selalu membuka mulutnya, kemudian induknya
akan menaruh makanan di dalam mulut anak burung tersebut.
2) Anak bebek yang baru menetas akan masuk ke dalam air. Perilaku ini telah “diprogram
sebelumnya”, dengan kata lain, tidak diperlukan proses belajar.
3) Pada perilaku kawin pada burung merak (Pavo muticus), burung jantan akan
menunjukkan keindahan warna ekor bulunya.
4) Induk burung tidak perlu belajar untuk memberi makan anaknya yang baru menetas,
anak bebek tidak perlu belajar berenang.
Perilaku hewan yang dipengaru oleh faktor lingkungan disebut juga dengan perilaku
sosial. Hal ini diartikan sebagai Perilaku yang dilakukan oleh satu individu atau lebih yang
menyebabkan terjadinya interaksi antar individu dan antar kelompok.

MATERI 2: Etologi Klasik Mengemukakan Pendekatan Untuk Biologi Perilaku


Etologi berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang
berarti ilmu atau pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika dapat juga berarti karakter.
Jadi secara etimologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter.
Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan. Etologi adalah suatu
cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Etologi adalah studi ilmiah dan objektif tentang perilaku
hewan, biasanya dengan fokus pada perilaku dalam kondisi alam, dan melihat perilaku sebagai
sifat adaptif evolusioner Harianto (2013).
Teori etologi moderen terdapat beberapa orang ahli yang menelitinya antara lain:
1. Konrad Lorenz
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan manusia karena
ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989)  lebih sering bekerja dengan angsa
Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada awalnya dianggap telah terprogram dalam
gen burung. Pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan
dengan insting untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut
langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan
yang diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa.
Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam dua kelompok. Salah
satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan
di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah
ditetaskan.
Anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz ketika mereka menetas,
mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu mereka. Lorenz menandai anak angsa
tersebut dan menempatkan kedua kelompok kedalam sebuah kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz
berdiri berdampingan saat kotak tersebut diangkat. Tiap kelompokk anak angsa langsung melihat
kearah “ibunya”. Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan alami
periode kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak pertama yang
terlihat.
2. Karl von Frisch
Karl von Frisch mempelajari indra lebah, mengenali mekanisme komunikasi mereka dan
menunjukkan sensitivitas mereka pada cahaya ultraviolet dan polarisasi. Karyanya adalah studi
persepsi sensorik lebah madu dan merupakan salah satu tokoh pertama yang menerjemahkan arti
tarian lebah. Teori ini dipertentangkan oleh ilmuwan lain dan disambut dengan sikap skeptis saat
itu.
3. Niko Tinbergen
Niko Tinbergen, mengemukakan bahwa etologi selalu perlu memperhatikan 4 jenis
penjelasan tiap hal perilaku:
Fungsi: bagaimana perilaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan untuk kelangsungan
hidup dan reproduksi?.
Yang menyebabkan: apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana telah
diubah oleh pembelajaran terkini?
Pengembangan: bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah pengalaman awal yang
perlu untuk perilaku untuk diperlihatkan?
Sejarah evolusioner: bagaimana perilaku dibandingkan dengan perilaku bersama dalam spesies
terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui proses filogeni?
Contoh aplikasi menurut  Niko Tinbergen
1. Tawon penggali betina menggali sarang bwh tanah. Setiap hari membawa makanan ke
sarang. Petunjuk visual utk melacak sarang. Tinbergen menandai dg lingkaran buah pinus.
2. Lingkaran buah pinus dipindah. Tawon terbang ke bagian tengah lingkaran. Tawon
menggunakan petunjuk visual.
Gambar 4. Eksperimen Niko Tinbergen
3. Mengembalikan kumpulan buah pinus dg formasi segitiga. Lingkaran batu tidak pd sarang.
Tawon terbang ke lingkaran batu. Menggunakan petunjuk susunan Pola aksi yg tetap (fixed
action pattern, FAP)= suatu urutan tindakan perilaku yg pd dasarnya tdk dpt diubah dan
umumnya dilakukan smp selesai, jika sudah dimulai.

Gambar 5. Perilaku menggulung telur


FAP dipicu oleh stimulus sinyal (sign stimulus) Contoh: ikan stickleback jantan Menyerang
jantan lain yg memasuki wilayahnya Stimulus: warna merah pd bag. Perut.

Gambar 6. Sinyal FAP pada ikan


Teori Pembelajaran
Menurut Rakhmawati (2014 Pembelajaran (learning)= modifikasi (perubahan) perilaku sebagai
akibat dari pengalaman spesifik. Contoh:
Habituasi
-Suatu jenis pembelajaran sgt sederhana yg melibatkan hilangnya responsivitas terhadap stimulus
yg mengirimkan sedikit/tdk sama sekali nformasi -hewan belajar mengabaikan stimulus yg
berulang-ulang, tidak relevan dimana mereka tidak mendapatkan hadiah ataupun hukuman
Contoh: gajah di taman safari.
Penanaman (imprinting)
-Pembelajaran yg terbatas pada suatu waktu tertentu pd seekor hewan dan pd umumnya tdk dapat
balik (irreversibel) -Dibedakan oleh suatu periode kritis (critical period)=suatu fase terbatas dlm
perkembangan ketika pembelajaran perilaku tertentu dpt berlangsung (bbrp jam/hari setelah
kelahiran) Contoh: percobaan Konrad Lorenz
Pengkondisian klasik (classical conditioning )
Pembelajaran utk mengasosiasikan suatu stimulus apa saja dgn suatu hukuman/hadiah -asosiasi
dibentuk antara bbrp fungsi tubuh normal dan stimulus baru Contoh:Percobaan Ivan Pavlov
Pengkondisian operan (operant conditioning )
Pembelajaran sistem coba-coba (trial & error learning) -Belajar mengasosiasikan salah satu dari
perilakunya dgn suatu hadiah atau hukuman dan kemudian cenderung mengulangi atau
menghindari perilaku tsb. -Contoh: perilaku anak pelican.
Insight
-Kemampuan menyelesaikan suatu masalah -kemampuan menggunakan pengalaman lampau yg
mungkin melibatkan stimulus berbeda utk menyelesaikan problem baru.
MATERI 3: PERILAKU SOSIAL VERTEBRATA
Perilaku Sosial adalah Perilaku yang dilakukan oleh satu individu atau lebih yang
menyebabkan terjadinya interaksi antar individu dan antar kelompok. Perilaku ini bisa dibagi
menjadi :
a. Perilaku Affiliative; adalah perilaku yang dilakukan bertujuan untuk mempererat ikatan
social, koordinasi antar individu dan kebersamaan antar atau di dalam kelompok
b. Perilaku Agonistic
 Perilaku aggressive: Perilaku yang bersifat mengancam atau menyerang.
 Perilaku submissive: Perilaku yang menunjukkan ketakutan atau kalah.
c. Vokalisasi; Adalah suara yang dikeluarkan oleh satu atau lebih individu untuk
berkomunikasi dan koordinasi diantara anggota kelompoknya.
d. Perilaku maternal / mothering; Perilaku induk yang bertujuan melindungi dan memelihara
anaknya.
Perilaku Vertebrata Menghindari Predator
1. Mimikri
 Mimikri merupakan proses evolusi yang terjadi pada spesies untuk menjadi sama dengan
spesies lainnyaAda beberapa contoh mimikri yang dipelajari dengan baik pada vertebrata.  Istilah
ini tidak sama dengan kamuflase, di mana spesies bertindak terhadap bahaya dari spesies hewan
lain yang mencari mangsa di lingkungan sekitarnya.
Mimikri Bartesian jenis mimikri yang terjadi ketika suatu spesies yang tidak
membahayakan telah berevolusi hingga mampu menyerupai sinyal spesies yang berbahaya untuk
menakuti pemangsanya. Konsep ini dinamai dari Henry Walter Bates sebagai penghargaan atas
karya-karyanya mengenai kupu-kupu di hutan hujan Brasil. Dengan meniru penampilan spesies
yang berbahaya, predator kecil kemungkinannya untuk menyerang spesies karena kesadarannya
akan sinyal pola warna peringatan. Mimikri Batesian terjadi pada banyak vertebrata, tetapi
kurang lazim pada mamalia karena kelangkaan relatif dari model berbahaya yang ditandai
dengan baik. Namun, bentuk mimikri ini lazim pada ular dan katak, di mana pertahanan bahan
kimia telah berdampingan dengan warna yang berbeda. Namun, mamalia telah mengembangkan
sistem mimikri Batesian di mana ada model yang kuat atau berbahaya.
Mimikri Muller dinamai dari ahli alam Jerman, Fritz Muller, yang pertama kali
mencetuskan gagasan ini pada tahun 1878. Ia mencoba memperkuat teorinya dengan model
matematika pertama seleksi yang bergantung pada frekuensi. 
Semua ular beludak mampu memberikan gigitan berbisa yang mengancam jiwa. Di Asia,
berbagai spesies yang ditemukan di seluruh Asia telah berevolusi secara terpisah untuk memiliki
penampilan yang sangat mirip. Setiap spesies ditemukan di tempat berbeda di Asia, tetapi
memiliki warna hijau yang sama dengan ujung ekor kemerahan. Pewarnaan bersama ini adalah
sinyal peringatan untuk predator. Karena pemangsa mengetahui sinyal peringatan ini, ia akan
menghindari semua spesies dengan pola warna ini. Spesies yang mendapat manfaat dari sistem
ini termasuk Trimeresurus macrops , T. purpureomaculatus , Trimeresurus septentrionalis , T.
flavomaculatus dan T. hageni . Mimikri mullerian juga ditemukan di cincin spesies katak
beracun di Peru. Katak racun mimik (Dendrobates imitator ) meniru 3 katak beracun serupa
dari genus yang sama yang hidup di daerah yang berbeda. Ini adalah  D. variabilis  , D.
fantasticus  , dan D. ventrimaculatus . D. imitator dapat mereplikasi penampilan yang berbeda
dari ketiga spesies dengan pola warna mulai dari bercak hitam dengan punggung kuning dan
tungkai hijau kebiruan, bercak hitam lebih besar dengan garis kuning, dan bintik-bintik hitam
dengan garis kuning dan hijau kebiruan.
Kukang lambat adalah satu-satunya mamalia berbisa yang diketahui, dan tampaknya
menggunakan mimikri Mullerian untuk perlindungan. Dihipotesiskan bahwa racun ini mungkin
memungkinkannya mengembangkan sistem mimikri Mullerian dengan kobra India . Kukang
tampaknya tampak mirip dengan kobra dengan "tanda-tanda wajah yang tak dapat disangkal
mirip dengan titik mata dan garis-garis yang menyertai kobra berkacamata". Garis-garis
punggung yang kontras gelap juga tampak jelas pada kedua spesies, membantu membingungkan
predator dari atas. Ketika dalam pertemuan agresif, kukang akan mengeluarkan suara
mendengkur yang menyerupai desisan kobra. Contoh mimikri Mullerian ini sepertinya unik
untuk vertebrata karena beragam modalnya: biokimia, perilaku, visual, dan pendengaran.Karena
kobra tidak diragukan lagi lebih berbahaya bagi pemangsa (dan mangsa, karena kukang makan
terutama buah-buahan, gusi, dan serangga), tidak jelas apakah manfaat dari sistem ini saling
menguntungkan; Meski demikian, kedua spesies ini berbahaya dalam haknya sendiri, dan
karenanya dapat paling akurat diklasifikasikan sebagai Müllerian.
Mimikri agresif adalah bentuk mimikri, yang secara prinsip berlawanan dengan mimikri
defensif, yang terjadi pada predator , parasit , atauparasitoid tertentu . Organisme ini mendapat
manfaat dengan membagikan beberapa karakteristik spesies yang tidak berbahaya untuk menipu
mangsa atau inangnya .  Metafor "serigala berbulu domba" juga dapat dipakai sebagai analogi,
tetapi pelaku mimikri agresif tidak memiliki niatan untuk menipu mangsanya. Predator yang
menggunakan mimikri agresif sering kali menggunakan sinyal yang memancing mangsanya.
Makanan dan seks sering kali digunakan sebagai umpan. Namun, insentif tidak harus selalu
diberikan; mereka masih bisa mendapat mangsa asalkan jati diri mereka yang sesungguhnya
tetap tersembunyi.
Perilaku Reproduksi Vertebrata
Teritori
Beberapa spesies mempunyai tempat yang khas dan selalu dipertahankan dengan aktif,
misalnya tempat tidur (primata), tempat istirahat (binatang pengerat), tempat bersarang (burung),
tempat bercumbu (courtship territories).

Gambar 7. Hewan berada di daerah teritorial


Batas-batas teritori ini dikenali dengan jelas oleh pemiliknya, biasanya ditandai dengan
urine, feses dan sekresi lainnya. Pertahanan teritori ini dilakukan dengan perilaku yang agresif,
misalnya dengan mengeluarkan suara ataupun dengan perlakuan fisik. Pada umumnya lokasi
teritori lebih sempit daripada wilayah jelajah.
Batas wilayah jelajah dan teritori kadang-kadang tidak jelas, misalnya terjadi pada
beberapa primata, seperti Trachypithecus, Gorilla, Pan dan berbagai jenis karnivora seperti
anjing (Canis lupus). Pada burung batas wilayah jelajah tidak jelas, Elliot Howard menemukan
pada burung pipit hanya dipertahankan beberapa jam. Tetapi ada juga yang jelas batas-batasnya,
terutama bagi satwa liar yang mempunyai wilayah jelajah yang tidak tumpang tindih di antara
individu atau kelompok individu, seperti dijumpai pada wau-wau (Hylobates), teritori kawin
beberapa kelompok Artiodaktila dan pada anjing liar. Kesimpulannya adalah jika individu tidak
mempunyai teritori, maka wilayah jelajahnya dapat tumpang tindih. Misalnya terjadi pada
kelompok famili rusa merah (Cervus elaphus), Gajah Afrika (Loxodonta), dan kera barbari
(Macaca sylvanus).
Untuk mempertahankan teritorinya satwa liar menunjukan perilaku conflict behaviour.
Aktivitasnya dengan menunjukkan aggressive display dan triumph ceremony (pada angsa).
Luas wilayah jelajah semakin luas sesuai dengan ukuran tubuh satwa liar baik dari golongan
herbivora maupun karnivora. Wilayah jelajah juga bervariasi sesuai dengan keadaan sumber
daya lingkungannya, semakin baik kondisi lingkungannya semakin sempit ukuran wilayah
jelajahnya. Selain itu wilayah jelajah juga dapat ditentukan oleh aktivitas hubungan kelamin,
biasanya wilayah jelajah semakin luas pada musim reproduksi.
Perilaku Sosial Vertebrata: Parental Behavior
Pola Perilaku Rerproduksi Vertebrata
Sistem perkawinan berbeda di antara spesies.
a. Promiscuous: dimana tidak ada pasangan ikatan yang kuat antara jantan dan betina.
b. Monogami: dimana satu laki-laki kawin dengan satu perempuan. Monogami: satu laki-laki
kawin dengan satu perempuan. Dalam penelitian Breed et al. (2013) dilaporkan, bahwa hewan
dengan testis dan kelenjar asesoris yang kecil menunjukkan, bahwa sistem perkawinan
mereka monogami. Hal tersebut, terlihat pada genus Notomys. Namun, pada genus tersebut,
terdapat satu spesies yang memiliki testis dan kelenjar asesoris berukuran besar, yaitu N.
cervinus.
Monogami pada mamalia agak jarang, hanya terjadi pada 3-9% dari spesies ini. 
Persentase lebih besar dari spesies unggas diketahui memiliki hubungan monogami (sekitar
90%),  tetapi sebagian besar spesies unggas mempraktikkan sosial tetapi bukan monogami
genetik, berbeda dengan apa yang sebelumnya diasumsikan oleh para peneliti. Monogami
cukup langka pada ikan dan amfibi, tetapi tidak pernah terdengar, muncul dalam beberapa
spesies tertentu.
c. Poligami: dimana seorang individu dari satu jenis kelamin kawin Poligami: seorang individu
dari satu jenis kelamin kawin dengan beberapa jenis kelamin lainnya.
1) Poliginy di mana pasangan jantan tunggal dengan banyak betina. Permaduan di mana
pasangan jantan tunggal dengan banyak betina.
Gambar 8. Gorila jantan dan betina, gorila memiliki sistem perkawinan poligin
2) Poliandri satu teman betina dengan beberapa jantan

Gambar 9. Contoh Poliandri pada Vertebrata


Perilaku Sosial Vertebrata: Komunikasi
Kajian mengenai komunikasi hewan- terkadang disebut Zoosemiotik (didefinisikan
sebagai ilmu komunikasi sinyal atau semiosis) telah memainkan peranan penting dalam
metodologi dari etologi, sosiobiologi, dan ilmu kognisi hewan. Hewan berkomunikasi dengan
mengandalkan insting, serta bahasa isyarat seperti menggonggong, menggeram, menyerang dan
lain-lain. Komunikasi hewan cenderung dilandasi penggunaan tanda alamiah. Semakin tinggi
intelegensi pada hewan semakin rendah nalurinya. Yang membedakan komunikasi antara
manusia dengan hewan adalah makna. Komunikasi manusia sarat dengan makna, komunikasi
hewan tidak.
Komunikasi hewan sendiri berhubungan dengan berbagai faktor seperti emosi dan
perilaku. Ciri-ciri khusus tersebut telah dikembangkan oleh beberapa spesies untuk membangun
cara mereka melakukan komunikasi diantara kelompoknya untuk memberikan informasi,
merespon sesuatu yang datang kepadanya bahkan menarik perhatian lawan jenis.
Berikut contoh komunikasi hewan:
1. Sonar dan Suara Peluit Lumba-Lumba 
Lumba-lumba mengembangkan cara komunikasi dan penerimaan rangsang yang canggih,
melalui sistem sonar. Sistem inipun menghindarkan lumba-lumba dari benturan benda-benda
yang ada di depannya.
Menurut Stephanie King, dari unit penelitian mamalia laut University of St. Andrew, lumba-
lumba mampu berkomunikasi kepada teman-temannya saat mereka merasa kesepian. Demikian
pula mereka mampu mengidentifikan dirinya dengan sebutan tertentu untu menginformasikan
jenis kelamin, usia, status kawin dan kesehatan mereka. Lumba-lumba juga mampu menirukan
bunyi seperti peluit saat mereka ingin bergabung dengan kawanannya.
2. Bahasa Isyarat dari Gorilla
Gorilla di alam liar memiliki cara berkomunikasi yang rinci baik melalui panggilan,
gerak tubuh, tepuk tangan, dan masih banyak lagi. Sedang gorilla yang hidup di penangkaran
dapat dilatih untuk berinteraksi dengan manusia dengan menggunakan bahasa isyarat.
Seekor individu gorilla bernama Koko, menurut The Gorilla Foundation dilaporkan
memiliki kemampuan menguasai lebih dari 1.000 kosa kata bahasa isyarat, yang ia gunakan
untuk menyatakan sesuatu yang kadang kompleks atau mengajukan pertanyaan.
Sebagian besar tanda-isyarat ini adalah standar dalam American Sign Language (ASL)
yang diajarkan kepadanya, namun ada juga yang gerakan alami (intrinsik gorilla), ada pula yang
diciptakan sendiri (tanpa diajari) dan beberapa tanda-tanda ASL yang sedikit dimodifikasi oleh
Koko untuk membentuk apa yang kemudian di sebut Gorilla Sign Language (GSL) .
3. Gajah yang Mampu Menirukan Suara Manusia
Dalam sebuah penelitian observasi yang dilakukan oleh Tecumseh Fitch dari University
of Vienna dan rekan-rekannya, seekor gajah jantan asia bernama Koshik diketahui mampu
meniru ucapan manusia.  Fitch mengatakan bahwa kosakata Koshik sejauh terdiri dari lima
kata: Annyong (halo), Anja (duduk), Aniya (tidakada), Nuo (berbaring),dan Choah (baik).
Gajah sendiri dikenal dapat berkomunikasi diantara anggota kelompoknya melalui suara
seperti terompet. Dalam komunikasi gerak gajah juga berkomunikasi diantara anggota kelompok
dengan saling melilitkan dan menyentuhkan belalainya. Para peneliti percaya, bahwa gajah pun
mengeluarkan suara berfrekuensi rendah mirip geraman untuk memberitahukan anggota
kelompok junior jika terdapat bahaya pemangsa.
Perilaku Sosial Vertebrata: Cooperative Behavior
Perilaku kooperatif adalah respons evolusioner untuk mengurangi persaingan antara
anggota spesies yang sama (pada akhirnya menjadikan mereka lebih kompetitif terhadap spesies
lain).
Contoh Perilaku Kooperatif:
Safety in Numbers: Kerbau dan kelompok binatang lain bersama-sama (kawanan). Ini
membuatnya lebih sulit bagi predator untuk menyerang seekor kerbau (taktik kebingungan).
Hewan sering membentuk lingkaran pertahanan, semua menghadap ke luar sehingga mereka
tidak terpapar dan anak-anak mereka (di tengah) dilindungi.

Gambar 10. Perilaku Koperatif pada Kerbau

Pack Hunting: Hewan sering berburu bersama sehingga mereka dapat membunuh hewan yang
lebih besar. Mereka kemudian berbagi hasil yang diburuh (hewan jantan akan makan dulu tetapi
selalu menyisakan sebagian untuk yang paling tidak dominan). Berburu bersama juga
memungkinkan kelompok untuk melingkari hewan yang lebih besar dan menyerang dari
belakang atau untuk memisahkan individu yang lebih muda, lebih tua atau lebih lemah dari
kawanan. Ini mengurangi kemungkinan cedera dan memungkinkan untuk membunuh hewan
yang lebih besar yang tidak dapat dilakukan oleh satu individu. Gambar (kiri) menunjukkan
sekelompok serigala berburu kerbau muda.
Gambar 11. Perilaku Koperatif pada Serigala

Clumping: Kutu kayu sering mengumpul untuk menghemat air. Penguin membentuk koloni
padat untuk menghemat panas. Individu akan bergantian berada di luar di tempat yang paling
dingin.

Gambar 12. Perilaku Koperatif pada Kutu Kayu


Protection: Lumba-lumba akan melindungi ibu-ibu selama proses persalinan. Mereka juga
membantu yang baru lahir ke permukaan (belajar bernapas). Ini membantu memastikan
kelangsungan hidup semua lumba-lumba muda dan dengan demikian spesies secara keseluruhan

Gambar 13. Perilaku Koperatif pada Lumba-lumba


Daftar Pustaka

Anna. 2014. Perilaku Makhluk Hidup. UNY: Yogyakarta.


Crain, William. 2007. Teori Perkembangan : Konsep dan Aplikasi. Pustaka Pelajar
Harianto (2013). Perilaku Satwa Liar. Aura:Lampung
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development. Dallas. University of Texas.
Rakhmawati.
Phadmacanty, N, L. 2013. Organ Reproduksi Jantan Sulawesi Giant Rat (Paruromys dominator).
Pusat Penelitian Biologi LIPI. Jurnal Sain Veteriner. ISSN : 0126 - 0421
Rabin, L.A., B. McCowa., S.L Hooper, and D. H Owings. 2003. Anthropogenic Noise and its
Effect on Animal Communication: An Interface Between Comparative Psychology and
Conservation Biology. International Journal of Comparative Psychology (16) : 172 – 192.

Anda mungkin juga menyukai