Anda di halaman 1dari 3

lingkungan di Indonesia merupakan lingkungan yang asri.

Indonesia termasuk
negara agraris dan negara maritim yang memiliki lahan hijau dan perairan yang
luas. Namun, sangat disayangkan kondisi lingkungan di Indonesia saat ini sangat
mengkhawatirkan.

 dijelaskan bahwa lingkungan di Indonesia telah mengalami kerusakan. Sekitar 133


hutan di Indonesia telah hilang serta mengancam kelestarian flora dan fauna,
pencemaran air laut, air sungai, dan pencemaran tanah. Semua disebabkan oleh
sampah serta perubahan iklim yang tidak menentu, juga disebabkan oleh polusi
udara dan lain sebagainya.

Selain itu, permasalahan lingkungan yang sangat penting di Indonesia adalah


sampah. Indonesia merupakan negara nomer 2 dengan sampah plastik terbanyak,
tidak heran jika ikan yang ada di Indonesia memakan plastik. Meskipun begitu
sampah yang dihasilkan Indonesia banyak yang terdiri dari sampah organik yakni
60% dari total sampah yang ada di Indonesia.

Kondisi lingkungan di Indonesia memiliki beragam permasalahan. Ketika satu


permasalahan belum kelar muncul satu permasalahan lagi, begitu seterusnya.
Seolah menjadi rutinitas dan berkelanjutan.

Wabah Covid-19 Pengaruhi Lingkungan


bencana wabah Covid-19 atau disebut juga sebagai corona virus yang berasal dari
Wuhan, China. Hal tersebut telah berdampak terhadap segala aspek yang ada di
dunia. Persebarannya yang begitu cepat menyebabkan negara-negara di dunia
mengalami masalah yang sama.

Beberapa negara lebih memilih lockdown untuk memutuskan rantai penyebaran


Covid-19 demi keberlanjutan kehidupan. Sementara, Pemerintah Indonesia lebih
memilih menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk
meminimalisir penyebaran Covid-19. Pemerintah juga menyemprotkan disinfektan
dijalanan perkotaan hingga pedesaan, peningkatan jumlah APD, dan alat
kesehatan.

Berbagai bentuk penanganan pasti ada dampak yang ditimbulkan, di antaranya


terdapat dampak negatif maupun positif yang ditimbulkan bagi lingkungan.
Dampak negatif yang muncul antara lain, bertambahnya jumlah sampah rumah
tangga dan sampah medis, pencemaran lingkungan dari penyemprotan disinfektan.
Indonesia pada tahun 2019 menghasilkan sampah 67 ton, meningkat sekitar 3 ton
dari tahun sebelumnya. Di tahun 2020 sampah di Indonesia mengalami
peningkatan di jenis sampah medis dan rumah tangga.

, menurut KLHK (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) memprediksi


akan terjadi peningkatan 30% sampah medis atau limbah infeksius yang
disebabkan oleh penyebaran Covid-19. Peningkatan sampah medis yang
disebabkan oleh Covid-19 juga berpotensi menularkan penyakit.
Hal tersebut dapat berbahaya karena sampah medis yang dihasilkan akan lebih
banyak pula. Seperti plastik medis, sarung tangan, masker yang sekali pakai, jarum
suntik, sampah radioaktif, utamanya sampah infeksius yang dapat menularkan
penyakit berbahaya.

Mengenai sampah ini dapat ditangani dengan pengelolaan yang baik dan benar
sesuai prosedur yang ditetapkan oleh KLKH. Di mana KLKH telah mengeluarkan
surat edaran tentang Pengelolaan Limbah Infeksius dan sampah rumah tangga dari
penanganan Covid-19. Meskipun begitu hal tersebut masih menjadi kendala
terhadap lingkungan dan kesehatan.

Meskipun terdapat dampak negatif, ada pula dampak positif yang ditimbulkan oleh
penanganan pemerintah terhadap virus Corona di Indonesia. Polusi udara mulai
berkurang karena PSBB yang memaksa kegiatan sebagian industri masyarakat,
kendaraan bermotor dan kendaraan umum menjadi tidak beroperasi dan
mengurangi jumlah karbon monoksida yang dihasilkan. Berkurangnya jumlah
emisi karbon monoksida dan nitrogen dioksida menyebabkan lapisan ozon pulih
kembali dan menghasilkan udara yang sehat.

Wabah Covid-19 mengakibatkan perubahan iklim yang terjadi di Indonesia kurang


diperhatikan, padahal perbaikan kualitas udara tersebut hanya bertahan sementara.
PBB mengingatkan pada seluruh negara di tengah pandemi Covid-19 untuk tetap
memperhatikan perubahan iklim yang terjadi.

Selalu Menjaga Lingkungan


Sebelum penyebaran Covid-19 perubahan iklim sudah menjadi masalah di
berbagai belahan bumi. Sementara di Indonesia, perubaahan iklim berdampak pada
ekosistem, penyebab bencana alam, dan mengurangi produksi pertanian dan
produksi pangan. Meskipun sedikit terbantu dengan adanya peningkatan udara di
tengah pandemi Covid-19, kita juga harus memikirkan bagaimana kita mengelola
lingkungan kita setelah pandemi ini berakhir.

Mungkin Covid-19 merupakan stimulus atau uji coba untuk manusia di seluruh
dunia. Bagaimana pentingnya tetap menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan.
Karena meskipun adanya Covid-19 bumi sedikit membaik, alangkah baiknya jika
manusia pun memikirkan apa yang harus ia perbuat untuk kehidupan selanjutnya

Pandemi Covid-19 belum usai, sementara kehidupan harus berlanjut. Kita semakin
terbiasa dengan lingkungan dan kebiasaan-kebiasaan "baru". Walaupun sebagian di
antaranya bukan hal baru. Kebiasaan mencuci tangan, misalnya merupakan hal
wajib sebelum makan. Menggunakan masker dianjurkan saat keluar rumah apalagi
bepergian di daerah yang berpolusi. Di Jepang menggunakan masker sudah
menjadi budaya. Masker digunakan dalam perjalanan, saat kerja dan bahkan saat
berlibur. Orang Jepang menyadari menutup hidung adalah bagian menjaga imunitas
dan kesehatan tubuh. Di negara-negara Arab dan mayoritas Islam, cadar yang
dipakai wanita muslim sekaligus berfungsi menjadi "masker" untuk menjaga
kesehatan. Semasa pandemi, kebiasaan-kebiasaan ini makin meluas, mengikuti
protokol Covid-19. Saat ini, hampir semua warga saat berada di luar rumah pasti
menggunakan pelindung hidung dan mulut ini.

Di depan pintu-pintu masuk toko, rumah dan perkantoran pasti tersedia sabun cuci
tangan atau hand sanitizer. Modelnya pun beragam. Sebagian di antaranya hasil
kreasi sendiri. Misalnya, campuran alkohol dengan air. Pada awal outbreak, stok
masker dan alkohol sempat hilang dari peredaran, baik karena permintaan maupun
karena penimbunan. Keduanya kembali normal di pasar karena "inovasi". Masker
dibuat dari berbagai bahan dengan berbagai corak. Dan dapat dibuat sendiri. Di
Sulawesi Utara, kelangkaan alkohol diantisipasi dengan penyulingan cap tikus,
minuman lokal yang terbuat dari nira. Minuman ini disulap menjadi hand sanitizer.

Belanja online juga menjadi salah satu kegiatan yang terus berubah mengalami


penyempurnaan bentuk. Sejak himbauan WFH, aktivitas belanja online ikut
melonjak. ADA Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang data
dan artificial intelligence (AI) menganalisis perubahan konsumen akibat Covid-19.
Berdasarkan perilaku konsumen, the adaptive shopper melonjak hingga 300 persen.
Jenis transaksi umumnya adalah jual belikebutuhan sehari-hari.

Secara tidak sadar kebiasaan-kebiasaan ini berdampak pada perubahan perilaku


individu. Kita semakin terbiasa dengan kondisi "normal baru" yang hadir selama
pandemi.

Anda mungkin juga menyukai