Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KASUS MENGENAI

PENETAPAN HARGA TERHADAP


PUTUSAN PERKARA INISIATIF
NO.02/KPPU-I/2003

NAMA KELOMPOK:
NADIA MARGARETHA LIMBONG (010001800365)
NADYA ANGELINA (010001800368)
NYOMAN LANANG ARDA PRIMANANDA (010001800398)
PASKAH APRILIA S 010001800402
STELLA TRIXIE JANE 010001800480
2.1.1 Penetapan Harga
PEMBAHASAN: Penetapan harga menurut Pasal 5 ayat 1 UU
No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
adalah pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menetapkan harga atas suatu barang
dan atau jasa yang harus dibayar oleh
2.1 Analisis Kasus Penetapan konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama.
harga berdasarkan Putusan
Unsur-Unsur dari Penetapan Harga:
Perkara Inisiatif No.02/KPPU-
I/2003 Adanya Unsur Pelaku Usaha :
Dalam putusan ini, pelaku usahanya adalah :
PT Perusahaan Pelayaran Nusantara
Panurjwan sebagai Terlapor I, PT Pelayaran
Tempuran Emas sebagai Terlapor II, PT Tanto
Intim Line sebagai Terlapor III, PT Perusahaan
Pelayaran Wahana Barunakhatulistiwa
sebagai Terlapor IV.
Adanya Perbutan Menetapkah Harga: Adanya Konsumen atau Pelanggan:
Terdapat kesepakatan penetapan tarif Pengertian Konsumen terdapatdidalam Pasal 1
angka 15 UU No. 5 tahun 1999, Pada kasus ini,
uang tambang Jakarta Pontianak-
konsumenny adalah
Jakarta yang ditandatangani oleh para
para pemilik barang yang hendak
pelaku usaha pelayaran angkutan mengirimkan barangnya dengan petikemas
petikemas yang beroperasi di trayek melalui laut dengan menggunakan kapal dari
bersangkutan, yaitu Terlapor I, Terlapor Jakarta ke Pontianak dan atau dari Pontianak ke
II, Terlapor III dan Terlapor IV. Jakarta.

Adanya Pasar Bersangkutan :


Adanya Barang dan Jasa :
Pasar Bersangkutan dapat menjelaskan posisi
Adanya Barang dan atau Jasa Para antara pelak usaha dan pesaingnya. Pasar
pelaku usaha menyelenggarakan bersangkutan dibagi menjadi 2, yaitu pasar produk
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi dan
berupa menyediakan jasa kepada para pasar geografis. Pasar produk pada kasus ini
pemilik barang yang hendak adalah penyediaan jasa kepada para pemilik
barang yang hendak mengirimkan barangnya
mengirimkan barangnya dengan
dengan petikemas melalui laut dengan
petikemas melalui laut dengan menggunakan kapal. Sedangkan pasar
menggunakan kapal dari Jakarta ke geografisnya adalah pelayanan jasa
Pontianak dan ataudari Pontianak ke yang terbatas hanya pada trayek Jakarta-
Jakarta. Pontianak-Jakarta
2.1.2 PERJANJIAN
Kasus dalam putusan perkara ini, termasuk kedalam Perjanjian
Penetapan Harga atau price fixing. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk memaksimalisasi joint profit dari perusahaan-perusahaan
yang tergabung dalam kesepakatan harga. Pembuktian atas price
fixing dapat diketahui melalui adanya kemiripan harga dalam waktu
tertentu atau harga yang parallel. Sehingga, harga yang dibayar oleh
konsumen bukan lagi harga akibat persaingan melalui proses antara
permintaan dan penawaran, melainkan ditetapkan oleh pelaku usaha
yang membuat perjanjian.

Pada kasus ini, jenis perjanjiannya adalah Perjanjian Horizontal,


karena
para pelaku usaha yang terlibat dalam perjanjian ini sama- sama
merupakan pemberi jasa dalam
bidang pelayanan angkutan petikemas
melalui laut.
2.1.3 Proses Terbentuknya
Penetapan Harga
Obyek yang diperjanjikan : Kesepakatan bersama tarif uang
Objek yang diperjanjikan tambang sebagaimana dimaksud juga
dalam perjanjian sebagaimana yang telah merupakan upaya guna mencegah
disepakati dan ditandatangani oleh para pelaku terjadinya penurunan pangsa pasar
usaha, yaitu Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan yang lebih signifikan dari terlapor I dan
Terlapor IV adalah penetapan tarif uang tambang Terlapor II akibat pemberlakuan tarif
Jakarta-Pontianak-Jakarta dalam pelayaran Terlapor III yang lebih rendah daripada
angkutan petikemas yang beroperasi di trayek tarif Terlapor I dan Terlapor II.
bersangkutan. Keterlibatan Terlapor IV dan Terlapor III
Tujuan dan Manfaat: dalam menandatangani kesepakatan
Kesepakatan bersama tarif uang tambang tariff uang tambang sebagaimana
sebagaimana dimaksud merupakan upaya dari dimaksud lebih dikarenakan adanya
Terlapor I dan Terlapor II untuk mempertahankan ketakutan akan mendapatkan
tariff padatingkat dimana Terlapor I dan Terlapor II perlakuan-perlakuan diskriminatif dari
dapat menikmati margin keuntungan seperti ketika Pemerintah dalam hal ini adalah
struktur pasarnya masih duopolistik atau keadaan Direktur Lalu-Lintas Angkata Laut
pasar yang ditandai dengan adanya penawaran DIrektorar Jendral Perhubungan Laut
oleh hanya dua produsen. Departemen Perhubungan dan DPP INSA.
2.2 PENGATURAN MENGENAI
PERJANJIAN PENETAPAN HARGA
2.2.1 Pendekatan Hukum
Apabila ditinjau dari definisi Penetapan Harga
pada Pasal 5 ayat 1 UU No. 5 tahun 1999 ini,
maka ketentuan dalam pasal ini dapat
ditafsirkan secara per se illegal.

Pembuktian Per se illegal :


-Dugaan pelanggaran pasal uu
-Keterangan saksi
-Keterangan ahli
-Suratdan/atau dokumen
-Keterangan pelaku usaha
2.2.2 Proses Pembuktian
Melaksanakan Pemeriksa Pendahuluan,
Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan dari Terlapor I , Terlapor II, Terlapor III,
Terlapor IV.
Rekomendasi Tim Pemeriksa setelah Terhadap rekomendasi Tim Pemeriksa, maka
Komisi berdasarkan Surat Penetapan Nomor 09/PEN/KPPU/VII/2003 tanggal 3 Juli
2003 yang menetapkan untuk melanjutkan pemeriksaan perkara inisiatif Nomor
02/KPPU-I/2003 dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kerja.
Komisi berdasarkan Surat Keputusan Nomor 50/KEP/KPPU/VII/2003 tanggal 3 Juli
2003 membentuk Majelis Komisi.
Direktur Eksekutif dengan Surat Tugas Nomor 09/SET/DE/ST/VII/2003 tanggal 3 Juli
2003 menugaskan Investigator dan Panitera untuk membantu tugas Majelis Komisi.
Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi telah mendengar
keterangan dari para Terlapor dan Saksi.Pemeriksaan Lanjutan, Majelis telah
menerima surat secara tertulis dari DPP INSA tertanggal 7 Juli 2003.
Pemeriksaan Lanjutan, Majelis telah menerima surat secara tertulis dari Terlapor II
tertanggal 10 Oktober 2003Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan
telah didapatkan, diteliti dan atau dinilai sejumlah 149 surat dan atau dokumen.
Majelis Komisi mempunyai bukti yang cukup untuk memutuskan perkara ini.
2.2.3 Pasar Bersangkutan

Menurut Pasal 1 angka 10 UU No. 1 tahun 1999, Pasar bersangkutan adalah


pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu
oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau
substitusi dari barang dan atau jasa tersebut.

Pasar Bersangkutan dapat menjelaskan posisi antara pelaku usaha dan


pesaingnya. Pasar bersangkutan dibagi menjadi 2, yaitu pasar produk dan
pasar geografis. Pasar produk pada kasus ini adalah penyediaan jasa kepada
para pemilik barang yang hendak mengirimkan barangnya dengan petikemas
melalui laut dengan menggunakan kapal. Sedangkan pasar geografisnya
adalah pelayanan jasa yang terbatas hanya pada trayek Jakarta-Pontianak-
Jakarta.
2.3 PELANGGARAN DAN SANKSI TERHADAP KASUS PENETAPAN
HARGA BERDASARKAN PUTUSAN PERKARA INISIATIF NO.
02/KPPU-I/2003

2.3.1 Pelanggaran Pasal dan


cara menentukan dampaknya
Bentuk pelanggaran adalah terhadap Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.
Hal ini dibuktikan dengan adanya penetapan tarif yang pada pokoknya adalah :
Tarif minimal uang tambang (floor price) Tarif minimal uang tambang yang telah
peti kemas untuk jenis petikemas 20 feet ditetapkan dan disepakati tersebut
antar pulau yang ditetapkan dan diberlakukan mulai tanggal 6 Juli 2002 dan
disepakati bersama untuk trayek berlaku untuk periode 3 (tiga) bulan dan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum
Jakarta-Pontianak dengan term of
berakhir masa berlakunya kesepakatan para
shipment CY-FO adalah Rp 1.600.000,00
pihak bersama-sama pihak pengawas dan
(satu juta enam ratus ribu rupiah) dan
pihak fasilitator/regulator akan melakukan
Pontianak-Jakarta dengan term of
evaluasi terhadap pelaksanaan kesepakatan
shipment CY-CY adalah Rp 1.500.000,00 ini serta menetapkan kesepakatan minimal
(satu juta lima ratus ribu rupiah. uang tambang untuk periode berikutnya
2.3.2 Penetapan Sanksi
Cara menentukan
dampak atas Penetapan KPPU:
pelanggaran Pasal 5 UU 1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II,
No. 5 tahun 1999, Terlapor III dan Terlapor IV secara sah dan
sebagai berikut : meyakinkan terbukti melanggar Pasal 5
Melakukan analisis ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999
rasionalitas 2. Menetapkan pembatalan perjanjian yang
penetapan harga dituangkan dalam bentuk Kesepakatan
Analisis struktur Bersama Tarif Uang Tambang Peti Kemas
pasar Jakarta – Pontianak – Jakarta Nomor
Analisis data kerja 01/SKB/PNP-TEWBK-TIL/06/2002 yang
Analisis Penggunaan ditandatangani pada tanggal 26 Juni 2002
Fasilitas Kolusi oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan
Terlapor IV sebagai para pihak.
Sudah sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1999, Dengan Demikian, KPPU
berwenang untuk menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku
usaha yang terbukti telah melanggar ketentuan Pasal 5 UU No. 5 tahun
1999, sebagaimana diatur dalam Pasal 47 ayat (2) UU no. 5 tahun 1999.
Selain itu pelanggaran terhadap Pasal 5 juga dapat dijatuhi sanksi
pidana pokok dan pidana tambahan sebagaimana diatur dalam Pasal 48
ayat (2) dan Pasal 49 UU No. 5 tahun 1999

Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 48 ayat (2) UU No. 5 tahun


1999, Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8,
Pasal 15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-
undang ini diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp
5.000.000.000,00 ( lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan. Dan terdapat
juga pidana tambahan yang diatur dalam Pasal 49 UU No. 5 tahun 1999.
KESIMPULAN

Penetapan KPPU Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III


dan Terlapor IV secara sah dan meyakinkan terbukti melanggar
Pasal 5 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999 dan Menetapkan pembatalan
perjanjian yang dituangkan dalam bentuk Kesepakatan Bersama
Tarif Uang Tambang Peti Kemas Jakarta – Pontianak – Jakarta
Nomor 01/SKB/PNP-TEWBK-TIL/06/2002 yang ditandatangani
pada tanggal 26 Juni 2002 oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III,
dan Terlapor IV sebagai para pihak sudah sesuai dengan Pasal 47
ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999.
THANKYOU!

Anda mungkin juga menyukai