Anda di halaman 1dari 10

KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PEMANFAATAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING OLEH IBU RUMAH


TANGGA TERINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS

Yeni Tasa1, Ina Debora Ratu Ludji2, Rafael Paun3

1,2,3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Nusa Cendana

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Ibu rumah tangga merupakan penderita HIV/AIDS terbanyak di Kabupaten Belu. Pe-
Diterima 4 September 2015 manfaatan Voluntary Counseling and Testing (VCT) yang rendah oleh orang dengan
Disetujui 28 Desember 2015 HIV/AIDS (odha) termasuk ibu rumah tangga terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan pe-
Dipublikasikan Januari 2016
nyebaran HIV/AIDS sulit dikendalikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengana-
Keywords: lisis hubungan umur, tingkat pendidikan, persepsi tentang penyakit, persepsi tentang
Utilization; VCT; HIV/AIDS pelayanan kesehatan, pekerjaan suami, pendapatan keluarga, keterjangkauan, persepsi
keparahan penyakit, dan persepsi stigma diri sendiri dengan pemanfaatan VCT oleh
DOI ibu rumah tangga terinfeksi HIV di Kabupaten Belu. Penelitian kuantitatif pada tahun
http://dx.doi.org/10.15294/ 2015, disain cross sectional. Jumlah sampel 90 orang yang merupakan total populasi.
kemas.v11i1.3521 Analisis data secara deskriptif dan bivariat. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square
menunjukkan adanya hubungan pendidikan (p=0,040), persepsi tentang penyakit
(p=0,0001), persepsi tentang pelayanan kesehatan (p=0,0001), pendapatan keluarga
(p=0,016), pekerjaan suami (0,037), keterjangkauan (p=0,038), persepsi keparahan pen-
yakit (p=0,0001), dan persepsi stigma diri sendiri (p=0,0001) dengan pemanfaatan VCT.

THE UTILIZATION OF VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING BY HOUSE-


WIVES INFECTED WITH HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS

Abstract
Housewives are the highest HIV/AIDS patients in Belu District. Low utilization of VCT by
housewives infected with HIV / AIDS led to the spread of HIV / AIDS is difficult to control.
The purpose of this study was to analyze the correlation of age, level of education, perception
of illness, perceptions of health services, husband job, family income, affordability, perception
of disease severity, perception of self-stigma on utilization of VCT by housewives infected
with HIV / AIDS in Belu District. The quantitative research in 2015 with cross-sectional
design. The number of samples is 90 people. Data analysis using descriptive and bivariat.
The results of bivariat analysis showed the correlation of the level of education (p=0,040),
perception of the disease (p=0.0001), perception of health services (p=0.0001), husband
job (p=0,016), family income (p=0,037 ), affordability (p=0.038), the perception of disease
severity (p=0.0001), the perception of self-stigma (p=0.0001) on the utilization of VCT.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jl. Adisucipto – Kupang 85001
Email : yenitasa@yahoo.co.id
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Pendahuluan (heteroseksual) sebesar 99%. Ibu rumah tangga


Human Immunodeficiency Virus - dengan HIV/AIDS yang ditemukan 90 orang
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV- berdomisili di Kabupaten Belu, 27 orang di
AIDS) merupakan masalah penyakit menular Kabupaten Malaka, 10 orang di Kabupaten
yang hingga saat ini jumlah penderitanya Timor Tengah Utara (TTU), 54 orang
semakin bertambah. Bukan hanya di kota- meninggal dunia, 1 orang pindah domisili dan
kota besar, kini penderita penyakit tersebut 53 orang tidak ada data.
sudah sampai ke pelosok desa-desa terpencil. Pemerintah Kabupaten Belu telah
Kita ketahui target Millenium Development mengeluarkan berbagai kebijakan dalam
Goals (MDGs) pada tahun 2015 adalah menangani kasus HIV/AIDS, yaitu
mengendalikan penyebaran HIV/AIDS. Jumlah pembentukan Komisi Penanggulangan
kasus HIV kumulatif sampai dengan Juni 2014 AIDS Kabupaten (KPAK) Belu, antara lain
di Indonesia sebesar 142.950 kasus, sementara Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan
jumlah kasus AIDS kumulatif sampai Juni Penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten
2014 sebanyak 55.623 kasus, dengan jumlah Belu, serta pembentukan klinik Voluntary
kematian 9.760 kasus (Spiritia, 2014). Counseling and Testing (VCT) di RS dan
Faktor risiko penularan HIV/AIDS puskesmas. Pelatihan bagi tenaga kesehatan
di Indonesia adalah heteroseksual (86,4%), telah dilakukan namun terbatas pada tenaga
homoseksual (4,8%), pengguna narkoba dokter dan petugas pengelola VCT.
suntik (2,6%), dan transmisi perinatal (3,6%). Kebijakan tentang HIV-AIDS selama
Presentase kumulatif kasus AIDS tertinggi pada ini telah dilaksanakan, namun kualitas
kelompok umur 20-29 tahun (34,5%), diikuti implementasi kebijakan tersebut masih
kelompok umur 30-39 tahun (28,7%), 40-49 rendah, sehingga kasus HIV/AIDS masih terus
tahun (10,6%). Jumlah kumulatif AIDS pada meningkat. Tingginya prosentase penderita
golongan umur kurang dari 1 tahun sebesar 238 HIV/AIDS pada ibu rumah tangga akan
kasus (0,45 % dari total kasus) (Spiritia, 2014). meningkatkan risiko penularan perinatal dari
Jumlah kumulatif kasus HIV di Provinsi ibu ke anak saat persalinan. Umur penderita
Nusa Tenggara Timur (NTT) sampai dengan HIV/AIDS yang sebagian besar pada usia
Juni 2014 sebanyak 1.715 kasus dan AIDS seksual aktif akan meningkatkan risiko
sebanyak 496 kasus. Kasus HIV/AIDS di penularan tersebut. Apabila kondisi ini tidak
Kabupaten Belu pertama kali ditemukan pada ditangani secara optimal, maka peningkatan
tahun 2004 dan terus meningkat hingga tahun kasus HIV/AIDS semakin sulit ditekan.
2011 menjadi 442 kasus, tahun 2012 menjadi Klinik VCT adalah sarana pelayanan
585 kasus dan tahun 2013 meningkat menjadi kesehatan yang digunakan dalam upaya
703 kasus. Kasus baru HIV di Kabupaten Belu penanggulangan kasus HIV/AIDS. Klinik VCT
tahun 2013 sebanyak 49 kasus, sedangkan kasus melakukan pencarian kasus sedini mungkin,
baru AIDS sebanyak 69 kasus. memberi pengobatan dan dukungan bagi odha
Berdasarkan data dari Komisi dengan tujuan agar tidak menularkan kepada
Penanggulangan AIDS Kabupaten Belu tentang orang lain dan dapat meningkatkan kualitas
distribusi kelompok umur, memperlihatkan hidup odha. VCT merupakan komponen
bahwa prosentase terbesar kasus HIV/AIDS kunci dalam program penanggulangan HIV/
di Kabupaten Belu berada pada usia produktif AIDS. RSUD Mgr.Gabriel Manek Atambua di
dan aktif secara seksual yaitu usia 20-29 tahun Kabupaten Belu memiliki fasilitas pelayanan
(35%) dan umur 30-39 tahun (33%), walupun VCT dan Care, Support and Treatment (CST)
demikian juga dijumpai kasus HIV/AIDS dan memenuhi syarat untuk memberikan
pada kelompok usia balita sebesar 4 %. Hal ini pelayanan Anti Retroviral (ARV) kepada odha.
memperlihatkan bahwa HIV telah menyerang Penderita HIV yang memanfaatkan
anggota keluarga. Berdasarkan latar belakang layanan VCT tahun 2013 sebanyak 129 orang
pekerjaan, prosentase tertinggi dijumpai dan sebesar 65,1 % (84 orang) telah memasuki
pada ibu rumah tangga (235 kasus/ 33 %). fase AIDS. Wawancara dengan konselor VCT
Penularan terbesar melalui hubungan seksual Kasih memperlihatkan bahwa dari 90 orang

97
Yeni Tasa, dkk / Pemanfaatan Voluntary Counseling and Testing oleh Ibu Rumah Tangga

ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS di tangga yang berdomisili di luar Kabupaten Belu,
Kabupaten Belu, sebanyak 30 orang (33,3%) (2) ibu rumah tangga yang belum terdiagnosis
tidak kembali lagi ke klinik VCT. Jumlah HIV/AIDS secara medis di klinik VCT. Sampel
pemanfaatan VCT oleh odha berdasarkan data berjumlah 90 orang atau total populasi.
di atas belum mencakup keseluruhan odha Variabel dependen adalah pemanfaatan
yang sebenarnya membutuhkan pengobatan VCT, sedangkan variabel independen
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. adalah umur, tingkat pendidikan, persepsi
Rendahnya pemanfaatan VCT oleh odha tentang penyakit, persepsi tentang pelayanan
termasuk ibu rumah tangga terinfeksi HIV/ kesehatan, pekerjaan suami, pendapatan
AIDS menyebabkan penyebaran HIV/AIDS keluarga, keterjangkauan, persepsi keparahan
sulit dikendalikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh penyakit, dan persepsi stigma diri sendiri.
berbagai faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor Instrumen pengumpulan data menggunakan
pemungkin dan faktor kebutuhan dan stigma kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan
diri sendiri. Teen Anderson mengemukakan reliabilitas.
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang Pengukuran pendapatan keluarga
untuk menggunakan pelayanan kesehatan berdasarkan Upah Minimum Propinsi
antara lain : (1) faktor predisposisi mencakup (UMP) NTT tahun 2014 yaitu Rp 1.150.000.
demografik (seperti umur, jenis kelamin dan Pengukuran persepsi tentang penyakit
status perkawinan), struktur sosial (seperti dan persepsi tentang pelayanan kesehatan
pendidikan, ras, dan pekerjaan), dan keyakinan berdasarkan median, yaitu di bawah atau
(seperti penilaian terhadap status sehat dan sama dengan median dikategorikan kurang
sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan, sedangkan di atas median dikategorikan baik.
dan pengetahuan tentang penyakit), (2) faktor Demikian juga dengan pengukuran persepsi
enabling (pendukung), yaitu aspek logistik stigma diri sendiri berdasarkan median,
untuk memperoleh perawatan (seperti cara yaitu dibawah atau sama dengan median
mengakses pelayanan kesehatan, penghasilan, dikategorikan stigma kuat, sedangkan di atas
dan asuransi kesehatan) dan (3) faktor median dikategorikan stigma rendah. Persepsi
kebutuhan seperti gejala penyakit dan penilaian keparahan penyakit dikategorikan ringan
klinis. Berdasarkan latar belakang di atas, bila tanpa gejala dan berat bila dengan gejala.
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Pemanfaatan VCT dibedakan dalam kategori
dengan tujuan menganalisis hubungan baik dan buruk berdasarkan kunjungan ke
faktor umur, tingkat pendidikan, persepsi klinik VCT dalam 3 bulan terakhir. Analisis
terhadap penyakit, persepsi tentang pelayanan data secara deskriptif dan uji chi square.
kesehatan, pekerjaan suami, pendapatan
keluarga, keterjangkauan, persepsi keparahan Hasil dan Pembahasan
penyakit, dan persepsi stigma diri sendiri pada Hasil penelitian mengenai distribusi
ibu rumah tangga terinfeksi HIV/AIDS dengan responden berdasarkan umur, tingkat
pemanfaatan VCT. pendidikan, pekerjaan suami, pendapatan
keluarga, persepsi tentang penyakit, persepsi
Metode tentang pelayanan kesehatan, persepsi
Jenis penelitian kuantitatif dengan keparahan penyakit, persepsi stigma diri
disain cross sectional. Penelitian dilakukan di sendiri, keterjangkauan dan pemanfaatan VCT
Kabupaten Belu pada bulan Januari sampai dapat dilihat pada Tabel 1.
Juli 2015. Populasi adalah ibu rumah tangga Responden dalam penelitian ini
terinfeksi HIV/AIDS berjumlah 90 orang. terbanyak berusia 18-35 tahun (61,1 %),
Kriteria inklusi populasi dalam penelitian ini pendidikan rendah (53,3%), bekerja tidak
adalah : (1) ibu rumah tangga yang berdomisili tetap (81,1 %), dan memiliki pendapatan
di Kabupaten Belu, (2) ibu rumah tangga yang keluarga rendah (78,9%). Persepsi responden
telah didiagnosis menderita HIV/AIDS secara tentang penyakit sebagian besar kurang
medis di klinik VCT. Kriteria eksklusi populasi (53,3%). Persepsi responden tentang pelayanan
dalam penelitian ini adalah : (1) ibu rumah kesehatan sebagian besar juga kurang (51,1%).

98
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Tabel 1. Distribusi Responden


Variabel Frekuensi %
Umur
18-35 tahun 55 61,1
>35 tahun 35 38,9
Tingkat pendidikan
Rendah (tidak bersekolah, tamat SD atau SLTP) 67 74,4
Tinggi (tamat SLTA atau Perguruan Tinggi) 23 25,6
Pekerjaan suami
Bekerja tidak tetap 73 81,1
Bekerja tetap 17 18,9
Pendapatan keluarga
Rendah ( ≤ 1.150.000) 71 78,9
Tinggi (>1.150.000) 19 21,1
Persepsi tentang penyakit
Kurang 48 53,3
Baik 42 46,7
Persepsi tentang pelayanan kesehatan
Kurang 46 51,1
Baik 44 48,9
Persepsi keparahan penyakit
Ringan 36 40,0
Berat 54 60,0
Persepsi stigma diri sendiri
Stigma kuat 47 52,2
Stigma rendah 43 47,8
Keterjangkauan
Sulit dijangkau 45 50,0
Mudah dijangkau 55 50,0
Pemanfaatan VCT
Buruk 27 30,0
Baik 63 70,0
Sumber : Data Primer
Persepsi keparahan penyakit yang dirasakan tentang penyakit, persepsi tentang pelayanan
oleh responden terbanyak merupakan kategori kesehatan, pekerjaan suami, pendapatan
berat (60,0%). Stigma diri sendiri pada keluarga, keterjangkauan, persepsi keparahan
sebagian besar responden termasuk kategori penyakit, dan persepsi stigma diri sendiri
kuat (52,2%). dengan pemanfaatan VCT.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah Responden dalam penelitian ini
sama banyak antara responden sulit dijangkau terbanyak berumur 18-35 tahun. Hal ini
dan mudah dijangkau yaitu biaya transportasi menunjukkan bahwa responden sebagian besar
kurang dari Rp.17.500. Pemanfaatan VCT merupakan wanita dalam usia subur dan seksual
oleh responden sebagian besar kategori baik aktif. Kenyataan ini sesuai laporan UNAIDS
(70,0%) yang menyebutkan 90 % perempuan yang hidup
Hubungan umur, tingkat pendidikan, dengan HIV positif di Asia tertular dari suami
persepsi tentang penyakit, persepsi tentang atau pasangan seksual. Data juga menunjukkan
pelayanan kesehatan, pekerjaan suami, bahwa transmisi dari pria pengidap HIV/AIDS
pendapatan keluarga, keterjangkauan, persepsi kepada wanita pasangannya lebih sering terjadi
keparahan penyakit dan persepsi stigma diri dibandingkan dari wanita pengidap HIV
sendiri dengan pemanfaatan VCT dapat dilihat kepada pria pasangannya (Irianto,2014).
pada Tabel 2. Ibu rumah tangga terinfeksi HIV sebagai
Tabel 2 menunjukkan terdapat delapan wanita usia subur dan seksual aktif masih
variabel dengan p value < 0,05 yaitu tingkat dapat memperoleh keturunan, walaupun bagi
pendidikan, persepsi tentang penyakit, persepsi sebagian perempuan terinfeksi HIV, kehamilan
tentang pelayanan kesehatan, pekerjaan suami, merupakan masalah baru. Informasi yang
pendapatan keluarga, keterjangkauan, persepsi baik sangat diperlukan untuk mempersiapkan
keparahan penyakit, dan persepsi stigma kehamilan dan persalinan yang aman, sehingga
diri sendiri. Hal ini menunjukkan terdapat mencegah penularan dari ibu ke anak. Salah
hubungan antara tingkat pendidikan, persepsi satu layanan dalam VCT adalah pencegahan

99
Yeni Tasa, dkk / Pemanfaatan Voluntary Counseling and Testing oleh Ibu Rumah Tangga

Tabel 2. Analisis Bivariat


Pemanfaatan VCT
Variabel Buruk Baik p value
N % N %
Umur
18-35 tahun 17 30,9 38 69,1 0,813
>35 tahun 10 28,6 25 71,4
Tingkat pendidikan
Rendah 24 35,8 43 64,2 0,040*
Tinggi 3 13,0 20 87,0
Persepsi tentang penyakit
Kurang 24 50,0 24 50,0 0,0001*
Baik 3 7,1 39 92,9
Persepsi tentang pelayanan kesehatan
Kurang 22 47,8 24 52,2 0,0001*
Baik 5 11,4 39 88,6
Pekerjaan suami
Bekerja tidak tetap 26 35,6 47 64,6 0,016*
Bekerja tetap 1 5,9 16 94,1
Pendapatan keluarga
Rendah ( ≤ 1.150.000) 25 35,2 46 64,8 0,037*
Tinggi (>1.150.000) 2 10,5 17 89,5
Keterjangkauan
Sulit dijangkau 18 40,0 27 60,0 0,038*
Mudah dijangkau 9 20,0 36 80,0
Persepsi keparahan penyakit
Ringan 22 61,1 14 38,9 0,0001*
Berat 5 9,3 49 90,7
Persepsi stigma diri sendiri
Stigma kuat 23 48,9 24 51,1 0,0001*
Stigma rendah 4 9,3 39 90,7

Sumber : Data Primer


penularan dari ibu ke anak dengan pemberian AIDS dan pelayanan kesehatan yang menjadi
ARV pada ibu sejak kehamilannya dan pada hak mereka (Dalimoenthe, 2011)
bayi yang baru dilahirkan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan dengan pemanfaatan
umur tidak berhubungan dengan pemanfaatan VCT. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
VCT. Hal ini sesuai dengan penelitian yang Khairurrhami (2009), yang mengemukakan
dilakukan oleh Khairurrahmi (2009) yang bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh
menyatakan bahwa umur tidak mempengaruhi terhadap pemanfaatan VCT pada odha. Hasil
odha dalam memanfaatkan VCT, namun penelitian ini sesuai dengan penelitian dari
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Burhan (2013), yang menyatakan bahwa
oleh Olusola et al (2015) yang menyatakan pendidikan pada perempuan terinfeksi
bahwa umur berpengaruh pada penggunaan HIV/AIDS berpengaruh pada pemanfaatan
VCT pada masyarakat Metropolis Sagamu VCT. Teori Anderson menyatakan bahwa
Nigeria. Teori Anderson menyatakan bahwa tingkat pendidikan termasuk faktor yang
umur termasuk faktor yang mempengaruhi mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. kesehatan. Teori Green mengemukakan bahwa
Tingkat pendidikan adalah pendidikan pengetahuan termasuk faktor predisposisi yang
formal terakhir pada responden. Sebagian besar mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini
responden termasuk berpendidikan rendah sesuai dengan penelitian Octavianty (2015),
yaitu tidak tamat SD, tamat SD atau SLTP. yang menyatakan bahwa pengetahuan pada
Salah satu faktor penyebab ibu rumah tangga ibu rumah tangga berhubungan dengan upaya
rentan terhadap infeksi HIV/AIDS adalah pencegahan HIV/AIDS.
rendahnya pendidikan. Pendidikan perempuan Responden berpendidikan tinggi tidak
lebih rendah sehingga mereka tidak memiliki semua memanfaatkan VCT dengan baik
pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan sebaliknya beberapa responden berpendidikan
reproduksi, termasuk persoalan seputar HIV/ rendah telah memanfaatkan VCT dengan baik.

100
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Hal ini sesuai dengan penelitian Ahmed (2009), yang berulang-ulang juga dapat mempengaruhi
yang menyatakan walaupun ibu rumah tangga perilaku pemanfaatan VCT. Pendidikan
setuju bahwa VCT penting, namun hanya kesehatan dapat dilakukan melalui diskusi
sebagian (45%) yang bersedia melakukan tes kelompok, seminar, diskusi interaktif melalui
HIV. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan media elektronik baik televisi maupun radio.
hal ini adalah stigma dan diskriminasi. Stigma Penggunaan media informasi seperti leaflet
terhadap HIV menyebabkan hilangnya dan buku pedoman dapat mempermudah
keyakinan odha terhadap lembaga yang mereka penyampaian dan penerimaan informasi yang
butuhkan untuk mengakses pengobatan dan dibutuhkan.
partisipasi pada program. Stigma menyebabkan Persepsi tentang pelayanan kesehatan
sebagian besar odha keberatan membuka adalah penilaian atau tanggapan responden
status HIV positif mereka kepada orang lain. tentang pelayanan di klinik VCT. Hasil
Pengurangan stigma dapat dilakukan dengan penelitian menunjukkan bahwa persepsi
meningkatkan pendidikan kesehatan yaitu tentang pelayanan kesehatan sebagian besar
promosi kesehatan. responden dalam kategori kurang. Persepsi
Persepsi tentang penyakit adalah tentang pelayanan kesehatan di VCT meliputi
penilaian atau tanggapan responden tentang kebersihan dan kenyamanan klinik VCT,
penyakit HIV/AIDS yang diderita. Hasil prosedur pelayanan, pelayanan oleh dokter
penelitian didapatkan sebagian besar dan petugas, dan pelayanan oleh konselor.
responden memiliki persepsi yang kurang Rata-rata responden menyatakan persepsi
tentang penyakit HIV/AIDS. Ibu rumah tangga yang baik tentang pelayanan kesehatan di
dengan persepsi yang baik tentang penyakit VCT kecuali prosedur pelayanan yang oleh
HIV/AIDS lebih banyak memanfaatkan VCT beberapa responden dirasakan cukup rumit,
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat seperti pengurusan kartu kepesertaan Badan
Notoatmodjo (2014), bahwa perilaku yang Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
terbentuk di dalam diri seseorang dipengaruhi Hasil penelitian menunjukkan adanya
dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. hubungan persepsi tentang pelayanan
Persepsi merupakan salah satu faktor internal kesehatan dengan pemanfaatan VCT. Hal ini
yang mempengaruhi terbentuknya perilaku. sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasil penelitian menunjukkan Sulistyorini (2011), yang menyatakan bahwa
hubungan persepsi tentang penyakit dengan faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
pemanfaatan VCT. Hasil penelitian ini sesuai fasilitas pelayanan kesehatan adalah kualitas
dengan penelitian Burhan (2013), bahwa pelayanan kesehatan. Keyakinan tentang VCT
persepsi tentang penyakit berhubungan dengan merupakan variabel yang paling signifikan
pemanfaatan VCT pada perempuan terinfeksi dibanding variabel lainnya. Hasil penelitian
HIV/AIDS, demikian juga penelitian oleh ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Mujiati
Kurniawati (2014), yang menyatakan bahwa (2013), yang menyatakan bahwa tidak ada
ada hubungan signifikan antara pengetahuan hubungan antara persepsi responden tentang
dengan pemanfaatan VCT. Hasil penelitian klinik VCT dengan pemanfaatan klinik VCT
Mahato (2013), menyatakan bahwa rendahnya pada kelompok berisiko HIV/AIDS di Kota
pengetahuan dan kesadaran merupakan faktor Bandung.
yang membatasi penggunaan VCT. Teori Green Peningkatan kualitas pelayanan
mengemukakan bahwa sikap, nilai-nilai dan kesehatan termasuk kemudahan prosedur
keyakinan merupakan faktor predisposisi yang perlu dikoordinasikan antara pemerintah
mempengaruhi perilaku manusia. daerah, Dinas Kesehatan Kabupaten dan pihak
Hasil penelitian ini menunjukkan RSUD. Semua odha diharapkan dapat menjadi
pentingnya peningkatan persepsi tentang peserta BPJS untuk menjamin kesinambungan
penyakit HIV/AIDS. Peningkatan persepsi pengobatan. Pelatihan untuk tenaga konselor
tentang penyakit HIV/AIDS dapat dilakukan dan dokter CST perlu dilakukan secara rutin
melalui kelompok dukungan sebaya dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
pelatihan bagi odha. Pendidikan kesehatan VCT. Penyebaran informasi tentang VCT

101
Yeni Tasa, dkk / Pemanfaatan Voluntary Counseling and Testing oleh Ibu Rumah Tangga

dapat dilakukan dengan melibatkan tenaga sebagian besar responden memiliki pendapatan
puskesmas. keluarga rendah. Pendapatan keluarga yang
Pekerjaan suami adalah jenis pekerjaan rendah menyebabkan rendahnya tingkat
yang dimiliki suami responden walaupun pendidikan dan kesulitan mengakses informasi
suami telah meninggal dunia. Hasil penelitian seputar HIV/AIDS.
menujukkan sebagian besar pekerjaan suami Hasil penelitian menunjukkan
responden adalah pekerjaan tidak tetap. adanya hubungan pendapatan keluarga
Pekerjaan tidak tetap ini menyebabkan tidak dengan pemanfaatan VCT. Teori Anderson
tetapnya penghasilan yang diterima dan menyatakan bahwa faktor keluarga
menyebabkan kesulitan responden untuk mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan. kesehatan. Teori Green mengemukakan bahwa
Sebagian besar suami dengan pekerjaan tidak faktor pemungkin merupakan salah satu
tetap memiliki mobilitas yang tinggi dan gaya faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
hidup seksual bebas. Penelitian Rokhmah Pendapatan keluarga merupakan faktor yang
(2013) menyatakan mobilitas penduduk dan penting sebagai faktor pemungkin untuk
gaya hidup seksual berimplikasi terhadap memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
penyebaran HIV/AIDS. Hal ini sejalan dengan penelitian Elisa (2012),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimana dukungan finansial keluarga pada ibu
pekerjaan suami berhubungan dengan yang terdeteksi HIV/AIDS selama persalinan
pemanfaatan VCT. Hampir semua responden menimbulkan perasaan positif.
yang memiliki suami dengan pekerjaan Semakin tinggi pendapatan keluarga
tetap memanfaatkan VCT dengan baik, reponden, pemanfaatan VCT menjadi semakin
sedangkan responden yang memiliki suami baik. Sebaliknya reponden dengan pendapatan
dengan pekerjaan tidak tetap lebih banyak keluarga rendah lebih sedikit memanfaatkan
memanfaatkan VCT dalam kategori buruk. VCT dibandingkan responden dengan
Hal ini disebabkan responden dengan pendapatan keluarga tinggi.
pekerjaan suami tetap memiliki jaminan Keterjangkauan adalah kemudahan
kesehatan, sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menjangkau VCT dari rumah responden
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan. berdasarkan waktu tempuh dan biaya
Jaminan kesehatan yang dimaksud adalah transportasi. Hasil penelitian menunjukkan
kepersertaan BPJS. Responden dengan sebagian besar responden termasuk mudah
pekerjaan suami tidak tetap sebagian besar dijangkau. Penyebaran penyakit HIV/AIDS
tidak menjadi peserta BPJS disebabkan sebenarnya telah mencapai daerah pelosok
kesulitan membayar premi setiap bulannya. yang sulit dijangkau, namun keterbatasan akses
Pemerintah kabupaten belum menganggarkan menyebabkan rendahnya jumlah penderita
dana yang cukup untuk menanggung biaya HIV/AIDS yang telah mengetahui status
kesehatan masyarakat miskin melalui BPJS, penyakitnya.
sehingga masih banyak warga miskin yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
belum menjadi peserta jaminan kesehatan keterjangkauan berhubungan dengan
termasuk odha yang harus mendapatkan ARV pemanfaatan VCT. Ibu rumah tangga
di VCT setiap bulan.. terinfeksi HIV/AIDS yang mudah dijangkau
Hasil penelitian ini sesuai dengan akan memanfaatkan VCT dengan baik lebih
penelitian Khairrurahmi (2009), yang banyak dibandingkan dengan ibu rumah
menyatakan bahwa dukungan keluarga tangga terinfeksi HIV/AIDS yang sulit
berpengaruh terhadap pemanfaatan VCT. Teori dijangkau. Hasil penelitian ini tidak sesuai
Anderson menyatakan bahwa faktor keluarga dengan penelitian yang dilakukan oleh Burhan
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan (2013), yang mengemukakan bahwa jarak
kesehatan. ke pelayanan kesehatan tidak berhubungan
Pendapatan keluarga adalah rata-rata dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada
penerimaan yang diperoleh rumah tangga perempuan terinfeksi HIV/AIDS.
dalam satu bulan. Hasil penelitian menunjukkan Persepsi keparahan penyakit adalah

102
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

persepsi tentang keparahan penyakit HIV/ dengan penyakit HIV/AIDS yang diderita.
AIDS yang dirasakan responden. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
penelitian menunjukkan bahwa persepsi sebagian besar responden memiliki stigma diri
keparahan penyakit pada responden sebagian sendiri yang rendah tentang penyakit HIV/
besar adalah berat. Penyakit HIV/AIDS pada ADS. Dalimoenthe (2011), mengemukakan
tahap awal tidak menunjukkan gejala atau hanya perempuan mengalami stigma ganda, yaitu
terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Hal sebagai perempuan yang cenderung disalahkan
ini menyebabkan sesorang tidak merasa sakit atas apa yang terjadi terhadap dirinya
pada tahap awal infeksi HIV/AIDS. Beberapa sendiri. Masyarakat menganggap semestinya
odha dapat mempersepsikan keparahan perempuan dapat menjaga diri, suami, dan
penyakit yang dideritanya secara berbeda- keluarganya sehingga tidak terinfeksi HIV/
beda. Seseorang akan bereaksi terhadap sakit AIDS. Demikian juga dengan penelitian Mugo,
salah satunya bila terdapat banyak gejala yang Kibachio (2010), yaitu sebagian besar responden
dianggap serius. menyatakan bahwa hidup dengan HIV/AIDS
Responden dengan persepsi keparah- di masyarakat masih mengalami stigma.
an penyakit ringan lebih sedikit yang Stigma kedua adalah sebagai odha, yaitu orang
memanfaatkan VCT dengan baik dibandingkan yang dianggap berperilaku tidak baik dan tidak
persepsi keparahan penyakit sedang atau berat. bermoral ,sehingga bisa terinfeksi penyakit
Penderita HIV/AIDS sering tidak memahami menular dan harus dijauhi. Odha percaya
keseriusan penyakit yang dideritanya karena bahwa stigma berkaitan dengan pandangan
tidak ada gejala yang muncul. Status HIV bahwa infeksi HIV/AIDS merupakan penyakit
positif pada sebagian besar ibu rumah tangga yang fatal, mengakibatkan kematian, perbuatan
diketahui setelah dilakukan konseling pada yang tidak wajar dan sebagai kutukan Tuhan.
pasangan yang menderita HIV/AIDS. Keadaan Responden dengan persepsi stigma
ini menyebabkan sebagian besar penderita diri sendiri yang rendah lebih banyak
dengan gejala ringan atau tanpa gejala enggan memanfaatkan VCT dengan baik dibandingkan
memanfaatkan VCT untuk mendapatkan responden dengan persepsi stigma diri
pelayanan selanjutnya. Layanan VCT pada sendiri yang kuat. Penelitian oleh Hirut
penderita tanpa gejala atau dengan gejala ringan (2014),menyatakan ketakutan terhadap stigma
tetap penting untuk memberikan dukungan dan diskriminasi merupakan faktor persepsi
psikologis, mencegah penularan baru kepada yang menghambat penggunaan VCT. Stigma
orang lain dan memberikan informasi seputar dapat juga mempengaruhi penggunaan ARV,
reproduksi. dimana sebagian besar odha enggan untuk
Hasil penelitian menunjukkan adanya mengambil obat di depan umum. Keterbatasan
hubungan persepsi keparahan penyakit dengan akses informasi pada odha wanita menambah
pemanfaatan VCT. Hal ini sesuai dengan Teori stigma pada diri sendiri, dimana banyak odha
Health Belief Model yang menyatakan bahwa wanita mengisolasi diri dan keluarga mereka
persepsi tentang keseriusan penyakit akan agar tidak menular pada orang lain.
menyebabkan sesorang mengambil tindakan Hasil penelitian menunjukkan
untuk mengatasi penyakitnya. Penelitian oleh adanya hubungan stigma diri sendiri dengan
Purwaningsih (2011), menyatakan bahwa pemanfaatan VCT. Hal ini sesuai dengan
perceived seriousness merupakan kriteria yang penelitian yang dilakukan oleh Burhan (2013)
kuat pada pemanfaatan VCT pada orang dan Leta (2012), yang menyatakan bahwa
berisiko tinggi HIV/AIDS. Hasil penelitian ini stigma berpengaruh terhadap pemanfaatan
tidak sesuai dengan penelitian Khairurrahmi VCT. Penelitian oleh Kurniawati (2014),
(2009) yang menyatakan persepsi keparahan menyatakan bahwa ada hubungan antara
penyakit tidak berpengaruh pada pemanfaatan stigma dengan pemanfaatan VCT. Odigmewu
VCT oleh odha. (2013), menyatakan dalam penelitiannya
Persepsi stigma diri sendiri adalah bahwa stigma berpengaruh negatif terhadap
penilaian atau tanggapan responden tentang pemanfaatan VCT.
stigma terhadap diri sendiri berhubungan Kelompok dukungan sebaya berperan

103
Yeni Tasa, dkk / Pemanfaatan Voluntary Counseling and Testing oleh Ibu Rumah Tangga

mengurangi stigma dan diskriminasi melalui Ucapan Terima Kasih


hubungan pertemanan dan pendekatan dengan Terima kasih kami sampaikan kepada
pelaku stigma dan diskriminasi. Kelompok Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, KPAK Belu,
dukungan sebaya juga melakukan advokasi ke dan Rumah Sakit Umum Daerah Mgr. Gabriel
RS dan masyarakat, dan mengajak keluarga Manek Atambua atas segala bantuan yang telah
dalam pertemuan kelompok dukungan sebaya diberikan sehingga peneliti dapat melakukan
(Spiritia, 2011). penelitian dengan baik serta seluruh pihak yang
Kelompok ini membantu komunikasi telah memberikan bantuan dalam penelitian
dengan keluarga dan masyarakat. Penyediaan ini.
informasi tentang penularan HIV dan
ketersediaan ARV dapat mengurangi stigma. Daftar Pustaka
Kelompok dukungan sebaya juga berperan Ahmed, N.A. 2009. Household Survey of Knowledge,
membantu odha yang sering mengalami depresi Attitudes and Practice of Housewives
dimana sesuai dengan penelitian Yaumin regarding HIV/AIDS Khartoum North,
(2013), penderita HIV/AIDS yang mengunjugi Sudan February 2009. Sudanese Journal of
Public Health, 4 (3): 368-373
poli VCT sebanyak 55,8% mengalami depresi.
Burhan, R. 2013. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Kelompok dukungan sebaya selain oleh Perempuan Terinfeksi HIV/AIDS.
berperan mengurangi stigma dan diskriminasi Jurnal Kesmas Nasional, 8 (1): 33-38.
juga berperan dalam kepatuhan ARV. Hal ini Dalimoenthe. 2011. Perempuan dalam
sejalan dengan penelitian Kamila (2010), yang Cengkeraman HIV/AIDS : Kajian Sosiologi
menyatakan bahwa KDS memiliki peran bagi Feminis Perempuan Ibu Rumah Tangga.
odha untuk patuh melaksanakan terapi ARV Jurnal Komunitas, 5 (1): 41-48.
selain keyakinan diri dan kerentanan atas Elisa, Parwati, D.M., Sriningsih. 2012. Pengalaman
penyakit. Ibu yang Terdeteksi HIV tentang Dukungan
Keluarga Selama Persalinan. Jurnal Kemas 8
(1): 35-41.
Penutup
Hirut B.M. 2014. Factors Influencing HIV Voluntary
Responden penelitian ini terbanyak Counseling and Testing (VCT) Service
berusia 18-35 tahun, memiliki pendidikan Utilization among Youth of Hawassa Town :
rendah, bekerja tidak tetap dan berpendapatan A Health Belief Model Approach, Southern
keluarga rendah. Persepsi responden tentang Ethiopia. Journal of Science & Development,
penyakit sebagian besar kurang, demikian 2(1): 49-58.
juga dengan persepsi responden tentang Kamila, N., Siwiedrayanti, A. 2010. Persepsi Orang
pelayanan kesehatan sebagian besar kurang. dengan HIV dan AIDS terhadap Peran
Persepsi keparahan penyakit yang dirasakan Kelompok Dukungan Sebaya. Jurnal Kemas
oleh responden terbanyak merupakan kategori 6 (1): 36-43.
Khairurrahmi. 2009. Pengaruh Faktor Predisposisi,
berat. Stigma diri sendiri pada sebagian besar
Dukungan Keluarga dan Level Penyakit
responden termasuk kategori kuat. Hasil terhadap Pemanfaatan VCT. Tesis. Medan:
penelitian menunjukkan jumlah sama banyak Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
antara responden sulit dijangkau dan mudah Utara.
dijangkau. Pemanfaatan VCT oleh responden Kurniawati, L., Kumalasari, M.L., Wulandari, R.
sebagian besar kategori baik. 2014. Analisis Hambatan Pemanfaatan
Pemanfaatan VCT oleh ibu rumah Voluntary Counseling and Testing (VCT)
tangga terinfeksi HIV/AIDS di Kabupaten pada Pekerja Seks Komersial di Surakarta
Belu berhubungan dengan tingkat pendidikan, dalam Rangka Mewujudkan MDG’s 2015.
persepsi tentang penyakit, persepsi tentang Jurnal Kesmadaska, 5(1): 35-41.
Leta, T.H., Sandoy, I.F., Fylkesnes, K. 2012. Factors
pelayanan kesehatan, pekerjaan suami,
Affecting Voluntary HIV Counseling and
pendapatan keluarga, keterjangkauan, persepsi Testing among Men in Ethiopia ; A Cross-
keparahan penyakit, dan persepsi stigma diri Sectional Survey. BMC Public Health, 12:
sendiri. 1-12.

104
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Mahato P.K., Bi P., Burgess T. 2013. Voluntary International Journal of Prevention and
Counseling and Testing (VCT) Service Treatment Sientific & Academic Publishing,
and Its Role in HIV/AIDS Prevention and 4(1): 8-13.
Management in Nepal. South East Asia Purwaningsih, Mitsutarno, Imamah, S.I. 2011.
Journal of Public Health, 3(1):10-16. Analisis Faktor Pemanfaatan VCT pada
Mugo,M.,Kibachio,C., dan Johnjuguna. 2010. Orang Risiko Tinggi HIV/AIDS. Jurnal Ners,
Utilization of Voluntary and Counselling 6 (1): 58-67.
testing Services by women in A Kenyan Rokhmah, D. 2013. Implikasi Mobilitas Penduduk
Village. Journal of Rural and Tropical Public dan Gaya Hidup Seksual terhadap Penularan
Health, 9: 36-39 HIV/AIDS. Jurnal Kemas 9(2): 183-190.
Mujiati, Pradono, J. 2014. Faktor Persepsi dan Sikap Spiritia. 2011. Laporan Akhir Penelitian Peran
dalam Pemanfaatan Layanan Voluntary Dukungan Sebaya terhadap Peningkatan
Counseling and Testing (VCT) oleh Mutu Hidup ODHA di Indonesia Tahun
Kelompok Berisiko HIV/AIDS di Kota 2011: 120-127.
Bandung Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Spiritia. 2014. Statistik Kasus AIDS di Indonesia.
Reproduksi, 5(1): 49-57. spiritia.or.id/Stats/ StatCurr.pdf. Diakses 20
Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Agustus 2014.
Jakarta : Rineka Cipta. Sulistyorini A., Purwanta. 2011. Pemanfaatan
Odimegwu C., Adedini S.A., Ononokpono D.N. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
2013. HIV/AIDS Stigma and Utilization of dan Swasta di Kabupaten Sleman. Jurnal
Voluntary Counseling and Testing in Nigeria. Kesehatan Masyarakat Nasional, 5(4): 178-
BMC Public Health, 13 (465): 1-14. 184.
Octavianty, L., et al. 2015. Pengetahuan, Sikap dan Yaumin,Y., Afriant, R., dan Hidayat, N.M. 2014.
Pencegahan HIV/AIDS pada Ibu Rumah Kejadian Gangguan Depresi pada Penderita
Tangga. Jurnal Kemas 11 (1): 53-58. HIV/AIDS yang Mengunjungi Poli VCT
Olusola, I.A. , et al. 2015. Sexual Behaviour, HIV/ RSUP Dr.M.Djamil Padng Periode Januari-
STI Prevention Knowledge, and Utilization September 2013. Jurnal Kesehatan Andalas,
of VCT among The Residents in Sagamu 3 (2): 244-247
Metropolis of Ogun State, Nigeria.

105

Anda mungkin juga menyukai