3912 12525 1 PB
3912 12525 1 PB
1,2,3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Nusa Cendana
Abstract
Housewives are the highest HIV/AIDS patients in Belu District. Low utilization of VCT by
housewives infected with HIV / AIDS led to the spread of HIV / AIDS is difficult to control.
The purpose of this study was to analyze the correlation of age, level of education, perception
of illness, perceptions of health services, husband job, family income, affordability, perception
of disease severity, perception of self-stigma on utilization of VCT by housewives infected
with HIV / AIDS in Belu District. The quantitative research in 2015 with cross-sectional
design. The number of samples is 90 people. Data analysis using descriptive and bivariat.
The results of bivariat analysis showed the correlation of the level of education (p=0,040),
perception of the disease (p=0.0001), perception of health services (p=0.0001), husband
job (p=0,016), family income (p=0,037 ), affordability (p=0.038), the perception of disease
severity (p=0.0001), the perception of self-stigma (p=0.0001) on the utilization of VCT.
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jl. Adisucipto – Kupang 85001
Email : yenitasa@yahoo.co.id
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
97
Yeni Tasa, dkk / Pemanfaatan Voluntary Counseling and Testing oleh Ibu Rumah Tangga
ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS di tangga yang berdomisili di luar Kabupaten Belu,
Kabupaten Belu, sebanyak 30 orang (33,3%) (2) ibu rumah tangga yang belum terdiagnosis
tidak kembali lagi ke klinik VCT. Jumlah HIV/AIDS secara medis di klinik VCT. Sampel
pemanfaatan VCT oleh odha berdasarkan data berjumlah 90 orang atau total populasi.
di atas belum mencakup keseluruhan odha Variabel dependen adalah pemanfaatan
yang sebenarnya membutuhkan pengobatan VCT, sedangkan variabel independen
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. adalah umur, tingkat pendidikan, persepsi
Rendahnya pemanfaatan VCT oleh odha tentang penyakit, persepsi tentang pelayanan
termasuk ibu rumah tangga terinfeksi HIV/ kesehatan, pekerjaan suami, pendapatan
AIDS menyebabkan penyebaran HIV/AIDS keluarga, keterjangkauan, persepsi keparahan
sulit dikendalikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh penyakit, dan persepsi stigma diri sendiri.
berbagai faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor Instrumen pengumpulan data menggunakan
pemungkin dan faktor kebutuhan dan stigma kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan
diri sendiri. Teen Anderson mengemukakan reliabilitas.
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang Pengukuran pendapatan keluarga
untuk menggunakan pelayanan kesehatan berdasarkan Upah Minimum Propinsi
antara lain : (1) faktor predisposisi mencakup (UMP) NTT tahun 2014 yaitu Rp 1.150.000.
demografik (seperti umur, jenis kelamin dan Pengukuran persepsi tentang penyakit
status perkawinan), struktur sosial (seperti dan persepsi tentang pelayanan kesehatan
pendidikan, ras, dan pekerjaan), dan keyakinan berdasarkan median, yaitu di bawah atau
(seperti penilaian terhadap status sehat dan sama dengan median dikategorikan kurang
sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan, sedangkan di atas median dikategorikan baik.
dan pengetahuan tentang penyakit), (2) faktor Demikian juga dengan pengukuran persepsi
enabling (pendukung), yaitu aspek logistik stigma diri sendiri berdasarkan median,
untuk memperoleh perawatan (seperti cara yaitu dibawah atau sama dengan median
mengakses pelayanan kesehatan, penghasilan, dikategorikan stigma kuat, sedangkan di atas
dan asuransi kesehatan) dan (3) faktor median dikategorikan stigma rendah. Persepsi
kebutuhan seperti gejala penyakit dan penilaian keparahan penyakit dikategorikan ringan
klinis. Berdasarkan latar belakang di atas, bila tanpa gejala dan berat bila dengan gejala.
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Pemanfaatan VCT dibedakan dalam kategori
dengan tujuan menganalisis hubungan baik dan buruk berdasarkan kunjungan ke
faktor umur, tingkat pendidikan, persepsi klinik VCT dalam 3 bulan terakhir. Analisis
terhadap penyakit, persepsi tentang pelayanan data secara deskriptif dan uji chi square.
kesehatan, pekerjaan suami, pendapatan
keluarga, keterjangkauan, persepsi keparahan Hasil dan Pembahasan
penyakit, dan persepsi stigma diri sendiri pada Hasil penelitian mengenai distribusi
ibu rumah tangga terinfeksi HIV/AIDS dengan responden berdasarkan umur, tingkat
pemanfaatan VCT. pendidikan, pekerjaan suami, pendapatan
keluarga, persepsi tentang penyakit, persepsi
Metode tentang pelayanan kesehatan, persepsi
Jenis penelitian kuantitatif dengan keparahan penyakit, persepsi stigma diri
disain cross sectional. Penelitian dilakukan di sendiri, keterjangkauan dan pemanfaatan VCT
Kabupaten Belu pada bulan Januari sampai dapat dilihat pada Tabel 1.
Juli 2015. Populasi adalah ibu rumah tangga Responden dalam penelitian ini
terinfeksi HIV/AIDS berjumlah 90 orang. terbanyak berusia 18-35 tahun (61,1 %),
Kriteria inklusi populasi dalam penelitian ini pendidikan rendah (53,3%), bekerja tidak
adalah : (1) ibu rumah tangga yang berdomisili tetap (81,1 %), dan memiliki pendapatan
di Kabupaten Belu, (2) ibu rumah tangga yang keluarga rendah (78,9%). Persepsi responden
telah didiagnosis menderita HIV/AIDS secara tentang penyakit sebagian besar kurang
medis di klinik VCT. Kriteria eksklusi populasi (53,3%). Persepsi responden tentang pelayanan
dalam penelitian ini adalah : (1) ibu rumah kesehatan sebagian besar juga kurang (51,1%).
98
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
99
Yeni Tasa, dkk / Pemanfaatan Voluntary Counseling and Testing oleh Ibu Rumah Tangga
100
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
Hal ini sesuai dengan penelitian Ahmed (2009), yang berulang-ulang juga dapat mempengaruhi
yang menyatakan walaupun ibu rumah tangga perilaku pemanfaatan VCT. Pendidikan
setuju bahwa VCT penting, namun hanya kesehatan dapat dilakukan melalui diskusi
sebagian (45%) yang bersedia melakukan tes kelompok, seminar, diskusi interaktif melalui
HIV. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan media elektronik baik televisi maupun radio.
hal ini adalah stigma dan diskriminasi. Stigma Penggunaan media informasi seperti leaflet
terhadap HIV menyebabkan hilangnya dan buku pedoman dapat mempermudah
keyakinan odha terhadap lembaga yang mereka penyampaian dan penerimaan informasi yang
butuhkan untuk mengakses pengobatan dan dibutuhkan.
partisipasi pada program. Stigma menyebabkan Persepsi tentang pelayanan kesehatan
sebagian besar odha keberatan membuka adalah penilaian atau tanggapan responden
status HIV positif mereka kepada orang lain. tentang pelayanan di klinik VCT. Hasil
Pengurangan stigma dapat dilakukan dengan penelitian menunjukkan bahwa persepsi
meningkatkan pendidikan kesehatan yaitu tentang pelayanan kesehatan sebagian besar
promosi kesehatan. responden dalam kategori kurang. Persepsi
Persepsi tentang penyakit adalah tentang pelayanan kesehatan di VCT meliputi
penilaian atau tanggapan responden tentang kebersihan dan kenyamanan klinik VCT,
penyakit HIV/AIDS yang diderita. Hasil prosedur pelayanan, pelayanan oleh dokter
penelitian didapatkan sebagian besar dan petugas, dan pelayanan oleh konselor.
responden memiliki persepsi yang kurang Rata-rata responden menyatakan persepsi
tentang penyakit HIV/AIDS. Ibu rumah tangga yang baik tentang pelayanan kesehatan di
dengan persepsi yang baik tentang penyakit VCT kecuali prosedur pelayanan yang oleh
HIV/AIDS lebih banyak memanfaatkan VCT beberapa responden dirasakan cukup rumit,
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat seperti pengurusan kartu kepesertaan Badan
Notoatmodjo (2014), bahwa perilaku yang Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
terbentuk di dalam diri seseorang dipengaruhi Hasil penelitian menunjukkan adanya
dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. hubungan persepsi tentang pelayanan
Persepsi merupakan salah satu faktor internal kesehatan dengan pemanfaatan VCT. Hal ini
yang mempengaruhi terbentuknya perilaku. sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasil penelitian menunjukkan Sulistyorini (2011), yang menyatakan bahwa
hubungan persepsi tentang penyakit dengan faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
pemanfaatan VCT. Hasil penelitian ini sesuai fasilitas pelayanan kesehatan adalah kualitas
dengan penelitian Burhan (2013), bahwa pelayanan kesehatan. Keyakinan tentang VCT
persepsi tentang penyakit berhubungan dengan merupakan variabel yang paling signifikan
pemanfaatan VCT pada perempuan terinfeksi dibanding variabel lainnya. Hasil penelitian
HIV/AIDS, demikian juga penelitian oleh ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Mujiati
Kurniawati (2014), yang menyatakan bahwa (2013), yang menyatakan bahwa tidak ada
ada hubungan signifikan antara pengetahuan hubungan antara persepsi responden tentang
dengan pemanfaatan VCT. Hasil penelitian klinik VCT dengan pemanfaatan klinik VCT
Mahato (2013), menyatakan bahwa rendahnya pada kelompok berisiko HIV/AIDS di Kota
pengetahuan dan kesadaran merupakan faktor Bandung.
yang membatasi penggunaan VCT. Teori Green Peningkatan kualitas pelayanan
mengemukakan bahwa sikap, nilai-nilai dan kesehatan termasuk kemudahan prosedur
keyakinan merupakan faktor predisposisi yang perlu dikoordinasikan antara pemerintah
mempengaruhi perilaku manusia. daerah, Dinas Kesehatan Kabupaten dan pihak
Hasil penelitian ini menunjukkan RSUD. Semua odha diharapkan dapat menjadi
pentingnya peningkatan persepsi tentang peserta BPJS untuk menjamin kesinambungan
penyakit HIV/AIDS. Peningkatan persepsi pengobatan. Pelatihan untuk tenaga konselor
tentang penyakit HIV/AIDS dapat dilakukan dan dokter CST perlu dilakukan secara rutin
melalui kelompok dukungan sebaya dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
pelatihan bagi odha. Pendidikan kesehatan VCT. Penyebaran informasi tentang VCT
101
Yeni Tasa, dkk / Pemanfaatan Voluntary Counseling and Testing oleh Ibu Rumah Tangga
dapat dilakukan dengan melibatkan tenaga sebagian besar responden memiliki pendapatan
puskesmas. keluarga rendah. Pendapatan keluarga yang
Pekerjaan suami adalah jenis pekerjaan rendah menyebabkan rendahnya tingkat
yang dimiliki suami responden walaupun pendidikan dan kesulitan mengakses informasi
suami telah meninggal dunia. Hasil penelitian seputar HIV/AIDS.
menujukkan sebagian besar pekerjaan suami Hasil penelitian menunjukkan
responden adalah pekerjaan tidak tetap. adanya hubungan pendapatan keluarga
Pekerjaan tidak tetap ini menyebabkan tidak dengan pemanfaatan VCT. Teori Anderson
tetapnya penghasilan yang diterima dan menyatakan bahwa faktor keluarga
menyebabkan kesulitan responden untuk mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan. kesehatan. Teori Green mengemukakan bahwa
Sebagian besar suami dengan pekerjaan tidak faktor pemungkin merupakan salah satu
tetap memiliki mobilitas yang tinggi dan gaya faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
hidup seksual bebas. Penelitian Rokhmah Pendapatan keluarga merupakan faktor yang
(2013) menyatakan mobilitas penduduk dan penting sebagai faktor pemungkin untuk
gaya hidup seksual berimplikasi terhadap memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
penyebaran HIV/AIDS. Hal ini sejalan dengan penelitian Elisa (2012),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimana dukungan finansial keluarga pada ibu
pekerjaan suami berhubungan dengan yang terdeteksi HIV/AIDS selama persalinan
pemanfaatan VCT. Hampir semua responden menimbulkan perasaan positif.
yang memiliki suami dengan pekerjaan Semakin tinggi pendapatan keluarga
tetap memanfaatkan VCT dengan baik, reponden, pemanfaatan VCT menjadi semakin
sedangkan responden yang memiliki suami baik. Sebaliknya reponden dengan pendapatan
dengan pekerjaan tidak tetap lebih banyak keluarga rendah lebih sedikit memanfaatkan
memanfaatkan VCT dalam kategori buruk. VCT dibandingkan responden dengan
Hal ini disebabkan responden dengan pendapatan keluarga tinggi.
pekerjaan suami tetap memiliki jaminan Keterjangkauan adalah kemudahan
kesehatan, sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menjangkau VCT dari rumah responden
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan. berdasarkan waktu tempuh dan biaya
Jaminan kesehatan yang dimaksud adalah transportasi. Hasil penelitian menunjukkan
kepersertaan BPJS. Responden dengan sebagian besar responden termasuk mudah
pekerjaan suami tidak tetap sebagian besar dijangkau. Penyebaran penyakit HIV/AIDS
tidak menjadi peserta BPJS disebabkan sebenarnya telah mencapai daerah pelosok
kesulitan membayar premi setiap bulannya. yang sulit dijangkau, namun keterbatasan akses
Pemerintah kabupaten belum menganggarkan menyebabkan rendahnya jumlah penderita
dana yang cukup untuk menanggung biaya HIV/AIDS yang telah mengetahui status
kesehatan masyarakat miskin melalui BPJS, penyakitnya.
sehingga masih banyak warga miskin yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
belum menjadi peserta jaminan kesehatan keterjangkauan berhubungan dengan
termasuk odha yang harus mendapatkan ARV pemanfaatan VCT. Ibu rumah tangga
di VCT setiap bulan.. terinfeksi HIV/AIDS yang mudah dijangkau
Hasil penelitian ini sesuai dengan akan memanfaatkan VCT dengan baik lebih
penelitian Khairrurahmi (2009), yang banyak dibandingkan dengan ibu rumah
menyatakan bahwa dukungan keluarga tangga terinfeksi HIV/AIDS yang sulit
berpengaruh terhadap pemanfaatan VCT. Teori dijangkau. Hasil penelitian ini tidak sesuai
Anderson menyatakan bahwa faktor keluarga dengan penelitian yang dilakukan oleh Burhan
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan (2013), yang mengemukakan bahwa jarak
kesehatan. ke pelayanan kesehatan tidak berhubungan
Pendapatan keluarga adalah rata-rata dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada
penerimaan yang diperoleh rumah tangga perempuan terinfeksi HIV/AIDS.
dalam satu bulan. Hasil penelitian menunjukkan Persepsi keparahan penyakit adalah
102
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
persepsi tentang keparahan penyakit HIV/ dengan penyakit HIV/AIDS yang diderita.
AIDS yang dirasakan responden. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
penelitian menunjukkan bahwa persepsi sebagian besar responden memiliki stigma diri
keparahan penyakit pada responden sebagian sendiri yang rendah tentang penyakit HIV/
besar adalah berat. Penyakit HIV/AIDS pada ADS. Dalimoenthe (2011), mengemukakan
tahap awal tidak menunjukkan gejala atau hanya perempuan mengalami stigma ganda, yaitu
terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Hal sebagai perempuan yang cenderung disalahkan
ini menyebabkan sesorang tidak merasa sakit atas apa yang terjadi terhadap dirinya
pada tahap awal infeksi HIV/AIDS. Beberapa sendiri. Masyarakat menganggap semestinya
odha dapat mempersepsikan keparahan perempuan dapat menjaga diri, suami, dan
penyakit yang dideritanya secara berbeda- keluarganya sehingga tidak terinfeksi HIV/
beda. Seseorang akan bereaksi terhadap sakit AIDS. Demikian juga dengan penelitian Mugo,
salah satunya bila terdapat banyak gejala yang Kibachio (2010), yaitu sebagian besar responden
dianggap serius. menyatakan bahwa hidup dengan HIV/AIDS
Responden dengan persepsi keparah- di masyarakat masih mengalami stigma.
an penyakit ringan lebih sedikit yang Stigma kedua adalah sebagai odha, yaitu orang
memanfaatkan VCT dengan baik dibandingkan yang dianggap berperilaku tidak baik dan tidak
persepsi keparahan penyakit sedang atau berat. bermoral ,sehingga bisa terinfeksi penyakit
Penderita HIV/AIDS sering tidak memahami menular dan harus dijauhi. Odha percaya
keseriusan penyakit yang dideritanya karena bahwa stigma berkaitan dengan pandangan
tidak ada gejala yang muncul. Status HIV bahwa infeksi HIV/AIDS merupakan penyakit
positif pada sebagian besar ibu rumah tangga yang fatal, mengakibatkan kematian, perbuatan
diketahui setelah dilakukan konseling pada yang tidak wajar dan sebagai kutukan Tuhan.
pasangan yang menderita HIV/AIDS. Keadaan Responden dengan persepsi stigma
ini menyebabkan sebagian besar penderita diri sendiri yang rendah lebih banyak
dengan gejala ringan atau tanpa gejala enggan memanfaatkan VCT dengan baik dibandingkan
memanfaatkan VCT untuk mendapatkan responden dengan persepsi stigma diri
pelayanan selanjutnya. Layanan VCT pada sendiri yang kuat. Penelitian oleh Hirut
penderita tanpa gejala atau dengan gejala ringan (2014),menyatakan ketakutan terhadap stigma
tetap penting untuk memberikan dukungan dan diskriminasi merupakan faktor persepsi
psikologis, mencegah penularan baru kepada yang menghambat penggunaan VCT. Stigma
orang lain dan memberikan informasi seputar dapat juga mempengaruhi penggunaan ARV,
reproduksi. dimana sebagian besar odha enggan untuk
Hasil penelitian menunjukkan adanya mengambil obat di depan umum. Keterbatasan
hubungan persepsi keparahan penyakit dengan akses informasi pada odha wanita menambah
pemanfaatan VCT. Hal ini sesuai dengan Teori stigma pada diri sendiri, dimana banyak odha
Health Belief Model yang menyatakan bahwa wanita mengisolasi diri dan keluarga mereka
persepsi tentang keseriusan penyakit akan agar tidak menular pada orang lain.
menyebabkan sesorang mengambil tindakan Hasil penelitian menunjukkan
untuk mengatasi penyakitnya. Penelitian oleh adanya hubungan stigma diri sendiri dengan
Purwaningsih (2011), menyatakan bahwa pemanfaatan VCT. Hal ini sesuai dengan
perceived seriousness merupakan kriteria yang penelitian yang dilakukan oleh Burhan (2013)
kuat pada pemanfaatan VCT pada orang dan Leta (2012), yang menyatakan bahwa
berisiko tinggi HIV/AIDS. Hasil penelitian ini stigma berpengaruh terhadap pemanfaatan
tidak sesuai dengan penelitian Khairurrahmi VCT. Penelitian oleh Kurniawati (2014),
(2009) yang menyatakan persepsi keparahan menyatakan bahwa ada hubungan antara
penyakit tidak berpengaruh pada pemanfaatan stigma dengan pemanfaatan VCT. Odigmewu
VCT oleh odha. (2013), menyatakan dalam penelitiannya
Persepsi stigma diri sendiri adalah bahwa stigma berpengaruh negatif terhadap
penilaian atau tanggapan responden tentang pemanfaatan VCT.
stigma terhadap diri sendiri berhubungan Kelompok dukungan sebaya berperan
103
Yeni Tasa, dkk / Pemanfaatan Voluntary Counseling and Testing oleh Ibu Rumah Tangga
104
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx
Mahato P.K., Bi P., Burgess T. 2013. Voluntary International Journal of Prevention and
Counseling and Testing (VCT) Service Treatment Sientific & Academic Publishing,
and Its Role in HIV/AIDS Prevention and 4(1): 8-13.
Management in Nepal. South East Asia Purwaningsih, Mitsutarno, Imamah, S.I. 2011.
Journal of Public Health, 3(1):10-16. Analisis Faktor Pemanfaatan VCT pada
Mugo,M.,Kibachio,C., dan Johnjuguna. 2010. Orang Risiko Tinggi HIV/AIDS. Jurnal Ners,
Utilization of Voluntary and Counselling 6 (1): 58-67.
testing Services by women in A Kenyan Rokhmah, D. 2013. Implikasi Mobilitas Penduduk
Village. Journal of Rural and Tropical Public dan Gaya Hidup Seksual terhadap Penularan
Health, 9: 36-39 HIV/AIDS. Jurnal Kemas 9(2): 183-190.
Mujiati, Pradono, J. 2014. Faktor Persepsi dan Sikap Spiritia. 2011. Laporan Akhir Penelitian Peran
dalam Pemanfaatan Layanan Voluntary Dukungan Sebaya terhadap Peningkatan
Counseling and Testing (VCT) oleh Mutu Hidup ODHA di Indonesia Tahun
Kelompok Berisiko HIV/AIDS di Kota 2011: 120-127.
Bandung Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Spiritia. 2014. Statistik Kasus AIDS di Indonesia.
Reproduksi, 5(1): 49-57. spiritia.or.id/Stats/ StatCurr.pdf. Diakses 20
Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Agustus 2014.
Jakarta : Rineka Cipta. Sulistyorini A., Purwanta. 2011. Pemanfaatan
Odimegwu C., Adedini S.A., Ononokpono D.N. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
2013. HIV/AIDS Stigma and Utilization of dan Swasta di Kabupaten Sleman. Jurnal
Voluntary Counseling and Testing in Nigeria. Kesehatan Masyarakat Nasional, 5(4): 178-
BMC Public Health, 13 (465): 1-14. 184.
Octavianty, L., et al. 2015. Pengetahuan, Sikap dan Yaumin,Y., Afriant, R., dan Hidayat, N.M. 2014.
Pencegahan HIV/AIDS pada Ibu Rumah Kejadian Gangguan Depresi pada Penderita
Tangga. Jurnal Kemas 11 (1): 53-58. HIV/AIDS yang Mengunjungi Poli VCT
Olusola, I.A. , et al. 2015. Sexual Behaviour, HIV/ RSUP Dr.M.Djamil Padng Periode Januari-
STI Prevention Knowledge, and Utilization September 2013. Jurnal Kesehatan Andalas,
of VCT among The Residents in Sagamu 3 (2): 244-247
Metropolis of Ogun State, Nigeria.
105