Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

“MENGUKUR POTENSIAL OSMOTIK (PO) SEL DENGAN CARA PLASMOLISIS”

DISUSUN OLEH :

NAMA : IIN ANGGRIANI

NIM : ACD 116 035

KELAS : B

DOSEN PENGAMPU :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2018
I. TOPIK
Mengukur potensial osmotik (PO) sel dengan cara plasmolisis

II. TUJUAN
Menghitung potensial osmotik cairan sel dengan cara plasmolisis

III. DASAR TEORI


Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).
Plasmolisis menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat
artinya suatu zat / materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui
membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam,
tetapi dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia
harus mengambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar
terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan
oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam sel. Jika
potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang
lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang
terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu
cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian
besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh
dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan membran dan sitoplasma akan
terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam
larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan
maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo, 1987).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan
sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan
tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan berarti ruang bening
diantara dinding dengan protoplas diisi udara. Jika isinya air murni maka sel
tidak akan mengalami plasmolisis
IV. ALAT DAN BAHAN

4.1 Alat

N Alat Jumlah
O
1. Cutter 1 buah
2. Tabung reaksi 6 buah
3. Mikroskop 1 buah
4. Kaca preparat 2 buah
5. Kaca penutup 2 buah
6. Pipet tetes 1 buah

4.2 Bahan

NO Bahan Jumlah
1. Larutan sukrosa 0,14 M Secukupnya
2. Larutan sukrosa 0,16 M Secukupnya
3. Larutan sukrosa 0,18 M Secukupnya
4. Larutan sukrosa 0,20 M Secukupnya
5. Larutan sukrosa 0,22 M Secukupnya
6. Larutan sukrosa 0,24 M Secukupnya
7. Rhoeo discolor Secukupnya

V. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan 6 buah tabung reaksi, lalu mengisi masing-masing tabung

dengan laruktan glukosan hingga 1/3 tabung, sesuai kadar larutan yang

telah disiapkan.

2. Menyayat lapisan epidermis bawah daun rhoeo discolor yang berwarna

ungu (paling sedikit mengandung 25 sel)

3. Memasukan 2-3 sayatan pada masing-masing tabung yang telah berisi

larutan sukrosa

4. Merendam sayatan tersebut selama 30 menit

5. Setelah 30 menit, memeriksa sayatan epidermis di bawah mikroskop

dengan perbesaran 40x

6. Mencari konsentrasi sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidermis

mengalami plasmolysis dianggap mempunyai potensial osmotic sama

dengan cairan sel

7. Menghitung potensial osmotic larutan

VI. HASIL PENGAMATAN


N KONSENTRASI JUMLAH SEL JUMLAH SEL PRESENTASE
O SUKROSA NORMAL TERPLASMOLISI SEL
S TERPLASMOLIS
IS
1 0,14 M 12 6 50%
2 0,16 M 12 5 41,6%
3 0,18 M 15 10 66%
4 0,20 M 19 7 36,8%
5 0,22 M 15 6 40%
6 0,24 M 20 11 55%

SEL NORMAL SEL TERPLASMOLISIS


VII. PEMBAHASAN
plasmolisis adalah proses pengkerutan protoplasma dan diikuti dengan
penarikan sitoplasma dari dinding sel karena gerakan air keluar sel yang
disebabkan oleh osmosis.
Dalam percobaan plasmolisis digunakan epidermis bawah daun Rhoe
discolor memiliki pigmen berwarna ungu (antosiatun), hal ini dimasukkan untuk
mempermudah proses pengamatan. Selain itu, juga digunakan larutan glukosa
berbagai konsentrasi yang berperan sebagai larutan hipertenis terhadap sel.
Sebelum direndam pada larutan glukosa , sel – sel yang berwarna ungu
terlihat lebih banyak dan jelas dibandingkan kloroplas yang pada saat normal,
pigmen antosianin berada pada vakuola tumbuhan yang cukup besar, sedangkan
kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma.
Setelah direndam selama 30 menit terjadilah keadaan yang sangat bertolak
dengan keadaan yang sebelumnya. Sel – sel berwarna ungu terlihat lebih sedikit
dan kloroplas jelas terlihat. Hal ini terjadi Karen apada saat sel dan rhoeo
discolor ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar
dari vakuela sehingga membrane sitoplasma akan mengkerut. Sebagaimana teori
yang merupakan pengertian dari plasmolisis, sehingga pigmen antosianium di
dalam vakuola tidak terlalu jelas dilihat. Saat sitoplasma mengkerut, kloroplas
yang tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga bisa terlihat lebih
jelas.
Pada percobaan yang kami lakukan, dengan konsentrasi larutan glukosa
0,14 M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; dan 0,24 M, presentase sel yang
terplasmolisis adalah 50%, 41%, 66%, 36,6%, 40% dan 55%.
Pada pengamatan hasil menurut literature, “semakin rendah konsentrasi
suatu bahan dari lingkungan lainnya, semakin mudah sel itu berplasmolisis,
dalam percobaan didapatkan pembuktian bahwa sel daun rhoea discolor
sebelum direndam ungu dan air dalam sel itu bergabung dengan larutan glukosa,
sehingga air di dalam sel itu habis sehingga menyebabkan sel berkerut dan
terlihat pada mikroskop kerutan sel yang tidak berwarna lagi. Jika dibandingkan
dengan literature yang ada, didapatkan hasil tidak sesuai dengan literature.
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa perendaman epidermis


bawah daun Rhoeo discolor paling banyak mengalami plasmolisis adalah pada larutan
glukosa 0,18 M dengan presentase sel yang terplasmolisis adalah 66%.

IX. SARAN

Ada pun saran yang dapat diberikan untuk sesame praktikan adalah agar
dapat memanfaatkan waktu dengan baik, selalu menjaga kebersihan
laboratorium, menghindari kecelakaan di laboraorium.
DAFTAR PUSTAKA

Buana, eqi, dkk.2011. Struktur dan inti sel Rhoeo discolor saat normal dan

Plasmolisis.Regina:Bogor.

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Depkes RI : Jakarta.

Juwono dan Zulfa, Ahmad.2000. BIOLOGI SEL. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta.

Salisbury Frank B & Ress Cleen W, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Institut

Teknologi Bandung: Bandung


Tjitosoepomo,Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.Gadjah Mada

University Press: Yogyakarta.

Anonim. 2009. Praktikum III Plasmolisis. FKIP UHLAM: Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai