; ZULHADI IHSAN
DAFTAR ISI.......................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................2
PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Pengertian Thaharah................................................................................2
D. Hukum Thaharah.....................................................................................5
F. Urgensi Thaharah.....................................................................................6
PENUTUP....................................................................................................................7
A. Kesimpulan..............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................7
PENDAHULUAN
Kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah s.w.t. Ibadah terbagi dua
yaitu; ibadah mahdlah dan gairu mahdlah. Ibadah mahdlah adalah ibadah yang
tatacaranya telah ditentukan oleh syariat. Shalat, wudlu’, puasa,dan tayammum
adalah sebagian bentuk dari ibadah mahdlah. Sebaliknya, ibadah gairu mahdlah
adalah ibadah yang cara melaksanakannya tidak ditentukan oleh syariat, kita dapat
memodofikasi cara pelaksanaannya sesuai keinginan kita.
Thaharah adalah salah satu bentuk dari ibadah mahdlah. Thaharah tidak
tertuju ke wudlu’ saja, melainkan juga membahas berbagai penyucian dari
penyucian tempat, pakaian, badan, serta jiwa. Kebanyakan orang apabila berbicara
masalah thaharah pasti fikirannya akan tertuju pada wudlu’. Thaharah adalah
ibadah yang paling dasar dan mendasari sebagian ibadah yang lain. Oleh karena
itu pelaksanaan thaharah harus sesempurna mungkin agar tidak berdampak pada
yang ibadah lainnya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah
1
Abu Malik Kamal Sayyid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, (Pustaka Azzam,Jakarta Selatan:2008), h.
102
2
Qosim al-Ghazi; pekerjaan yang dikerjakan sebelum shalat seperti wudlu’,
mandi, dan izalatun najasah2.
Tidak semua thaharah diterima atau sah, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh orang yang berthaharah. Setidaknya enam atau tujuh
syarat3;
Kedua tamyiz. orang gila ,anak kecil, dan orang yang pikirannya
tidak sempurna tharahnya tidak diterima
2
Ibnu Qosim al-Ghazi, Fathu al- Qorib, al-Hidayah, h. 3,
3
Muhammad Nawawi, Sulllam at-Taufiq,( Pustaka Ulum Semarang), h.24-25
3
Keenam tidak berubah karena benda najis baik sedikit ataupun
banyak. Yang ketujuh tidak memperlama dalam niat.
Dalam artiantidak ragu-ragu dalam niat
C. Alat-alat thaharah
1. Air
Air suci tapi tidak dapat mensicikan. Adalah air yang berasal dari
buah-buahan seperti air kelapa dan semangka.
Air mutanajis atau air yang terkena najis. Adalah air yang berubah
salah satu dari tiga sifatnya (Bau, warna, dan rasa) karena
bercampur dengan benda najis,apabila air tersebut lebih dari dua
kulah. Namun bila sedikit, berubah atu tidak tetap dihukumi
mutanajis.
2. Tanah
Tanah atau lebih tepatnya debu adalah salah satu alat yang dapat
digunakan dalam thaharah yaitu ketika bertayammum. Debu yang
4
digunkan ketika tayammum harus mempunyai dua syarat. Yang
pertama suci dalam artian tidak terkena najis dan tidak terpakai
sebelumnya. Dan yang kedua dapat diterbangkan oleh angin. Debu
atau tanah ini tidak termasuk kapur dan pasir.
3. Batu
Pemakaian batu dalam konteks thaharah adalah salah satu alat yang
digunakan ketika thaharah dalam bab istinjak.. Batu di sini bersifat
sekunder, yang digunakan apabila air tidak ditemukan. Namun ada
hadits nabi yang mengungkapkan bahwa penggunaan batu plus air
ketika istinjak adalah lebih sempurna. Penggunaan batu harus dapat
menghilangkan benda najis walaupun tidak sempurna, jumlah batu
tersebut tiga atau lebih, dan tidak termasuk benda-benda yang
dihormati seperti emas dan perak. Tidak pula berbentuk benda najis
seperti kotoran hewan dan tulang-benulang.
D. Hukum Thaharah
Nabi SAW bersabda;
4
Shahih Muslim h.224
5
kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu”. (QS. Al-
Maidah 5:6)
1) Thaharah hakikiah
2) Thaharah Hukmiyah
A. Urgensi thaharah:
6
”Sesungguhnya Allah menyuka orang-orang yang bertaubat dan
menyukai oarang-orang yang bersih.” (Qs. Al-Baqarah 2:222).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Abu Malik Kamal Sayyid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, (Pustaka Azzam,Jakarta
Selatan:2008).
Shahih Muslim.