Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS……………..
JLN…………………………………

PENATALAKSANAAN PAJANAN DARAH DAN CAIRAN TUBUH


AKIBAT KERJA PADA PETUGAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS/KLINIK….. TAHUN 2020

A. Pengertian
1. Pajanan adalah suatu peristiwa yang memungkinkan tenaga kesehatan
tertular / terinfeksi VHB (Virus Hepatitis B), VHC (Virus Hepatitis C) atau HIV
(Human Immunodeficiency Virus) sebagai akibat dari cidera perkutaneus
(seperti luka akibat jarum suntik atau tersayat benda tajam) kontak dengan
selaput lendir atau kulit yang tidak utuh (seperti kontak dengan kulit yang
merekah, luka, lecet atau dermatitis) dengan darah, jaringan atau cairan
tubuh yang berpotensi infeksius.
2. Jenis jenis pajanan adalah :
a. Perlukaan yang menembus kulit : tertusuk jarum, tersayat benda tajam.
b. Pajanan pada selaput mukosa/selaput lendir mata, hidung atau mulut
c. Pajanan melalui kulit yang luka/ kulit yang tidak utuh ( pecah-pecah, lecet
dermatitis atau eksematosa )
3. Bahan Pajanan adalah :
a. Darah
b. Cairan dan jaringan tubuh adalah bahan-bahan yang mungkin
mengandung patogen infeksius dan harus dikelola dengan kewaspadaan
yang sama dengan darah, mencakup: cairan otak, rongga perut, selaput
paru, selaput jantung, cairan sendi dan ketuban; cairan mani dan air susu,
setiap cairan lain yang mengandung darah termasuk air liur yang terkait
dengan kedokteran gigi, dan jaringan atau organ yang terluka.
4. Petugas kesehatan UPTD Puskesmas/Klinik adalah Seseorang (seperti
perawat, dokter, karyawan teknisi, dan lain lain) yang dalam menjalankan
tugasnya menyebabkan kontak dengan pasien atau cairan tubuh lain dari
pasien.
5. Alat Pelindung Diri (APD) : Peralatan yang dirancang untuk melindungi
Petugas kesehatan dari kecelakaan atau penyakit yang serius di tempat kerja,
akibat kontak dengan darah dan cairan tubuh di tempat kerja. Terdiri dari topi
(penutup kepala), masker, sarung tangan, pelindung wajah, pelindung mata
(kacamata), gaun pelindung, apron, dan pelindung kaki/sepatu tertutup.
6. Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) adalah Pemberian segera pengobatan
setelah terjadi pajanan terhadap darah atau cairan tubuh lainnya yang
terinfeksi, dalam rangka meminimalkan risiko mendapat infeksi. Terapi
pencegahan atau “profilaksis primer” diberikan kepada individu yang berisiko
untuk mencegah infeksi pertama, “profilaksis sekunder” diberikan untuk
mencegah infeksi ulangan.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kebijakan penatalaksanaan pajanan darah dan cairan tubuh
akibat kerja meliputi :
1. Prinsip – prinsip penatalaksanaan kejadian pajanan darah dan cairan tubuh
akibat kerja.
2. Langkah – langkah yang harus dilakukan setelah terjadi pajanan (pasca
pajanan).
3. Alur penatalaksanaan pajanan dari pasien
4. Formulir Laporan Pajanan

C. PRINSIP – PRINSIP PENATALAKSANAAN KEJADIAN PAJANAN


Petugas kesehatan UPTD Puskesmas/Klinik dalam menjalankan tugasnya
memberikan pelayanan kepada pasien sangat beresiko terpajan patogen melalui
darah dan cairan tubuh. Strategi utama untuk mencegah terjadinya pajanan di
tempat kerja adalah dengan mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO)
yang berlaku dan menggunakan APD yang sesuai. Bila terjadi kecelakaan kerja
pada petugas kesehatan berupa pajanan darah atau cairan tubuh memerlukan
penatalaksanaan yang sifatnya segera dan mengharuskan adanya koordinasi
antar unit di UPTD Puskesmas/Klinik. Adapun prinsip - prinsip penatalaksanaan
kejadian pajanan adalah sebagai berikut :
1. Segera lakukan pertolongan pertama pada petugas yang mengalami pajanan
di tempat kejadian atau di UGD/ Poli, gunakan APD saat memberikan
pertolongan.
2. Setiap pajanan harus dicatat dan dilaporkan kepada Tim PPI dan Tim K3 &
Patient Safety (segera setelah pajanan).
3. Profilaksis Pasca Pajanan termasuk obat-obat Anti-retroviral, vaksin hepatitis
B dan immunoglobulin hepatitis B (IGHB) harus tersedia di apotik UPTD
Puskesmas/Klinik untuk pemberian yang tepat.
4. PPP ( Profilaksis Pasca Pajanan ) harus telah diberikan dalam waktu 4 jam
pasca pajanan.
5. Tim K3 & Patient Safety melakukan investigasi dan mengidentifikasi tindakan
yang potensial untuk mencegah pajanan yang sama pada masa yang akan
datang.
6. Tim PPI memastikan bahwa laporan lengkap tentang kecelakaan dan
pengobatan segera yang diberikan dilengkapi dalam waktu yang tepat,
termasuk merujuk individu yang terpajan untuk konseling dan testing serta
tindak lanjut lainnya.
Langkah – Langkah Yang Harus Dilakukan Setelah Terjadi Pajanan (Pasca
Pajanan) :
1. Lakukan penanganan / pertolongan pertama segera di lokasi pajanan dengan
cara sebagai berikut :
a. Luka tusuk jarum atau luka iris segera dicuci dengan sabun antiseptik dan
air mengalir selama 5 menit, tidak diperkenankan menghisap dengan
mulut karena beresiko darah yang terkontaminasi tertelan.
b. Percikan pada mukosa hidung, mulut atau kulit segera dibilas dengan
guyuran air selama 3-5 menit.
c. Percikan pada mata segera diirigasi dengan air bersih, larutan garam
fisiologis atau air steril selama 15 menit.
d. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat memberi pertolongan pertama
pasca pajanan.
2. Tentukan risiko yang berhubungan dengan pajanan dengan:
a. Bahan pajanan (misal darah, cairan dengan darah yang terlihat, cairan
atau jaringan berpotensi infeksius yang lain dan virus yang
terkonsentrasi).
b. Jenis pajanan (misal cedera percutaneous, pajanan selaput lendir atau
kulit yang tidak utuh dan gigitan yang mengakibatkan pajanan darah).
3. Lakukan evaluasi sumber pajanan :
a. Nilai risiko infeksi menggunakan informasi yang tersedia seperti riwayat
penyakit / rekam medis pasien maupun klinis.
b. Tes sumber yang diketahui untuk HBsAG, Anti HBs, anti-VHC dan
antibodi HIV (pertimbangkan penggunaan tes yang cepat).
c. Untuk sumber yang tidak diketahui, nilai risiko pajanan terhadap infeksi
VHB, VHC atau HIV.
d. Jangan menguji jarum suntik atau spuite yang di buang untuk kontaminasi
virus.
e. Biaya pemeriksaan laboratorium pada sumber pajanan maupun karyawan
yang terpajan ditanggung oleh RS Haji Jakarta.
4. Lakukan evaluasi pada petugas yang terpajan :
Nilai status kekebalan untuk infeksi VHB (yaitu berdasarkan sejarah dari
vaksinasi hepatitis B dan tanggapan vaksin).
5. Berikan Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) untuk pajanan yang mempunyai
risiko penularan infeksi:
6. Laksanakan tes lanjutan

D. DOKUMENTASI
Dalam melaksanakan kegiatan penatalaksanaan pajanan , maka dokumentasi
yang dilakukan antara lain :
1. Ditulis dalam form pelaporan pajanan
2. Ditulis dalam buku rekap pajanan di tim PPI
3. Ditulis dan dilaporkan dalam laporan akhir tim PPI

Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas .............. Ketua Tim PPI
Kabupaten Tegal

................................ ………………………..
NIP. ......................... NIP. ..............................

Anda mungkin juga menyukai