Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nia Anggraeni

Nim : S832002010

Prodi : Magister Pendidikan Sains

EKOLOGI , EKONOMI DAN POLITIK

Ranah ekologi politik, sejak permulaannya selama kurun waktu 1970an dan 1980an, telah
berkembang dengan stabil sehingga mengisi tempat terkemuka dalam studi lingkungan. Secara
sederhana, dua kontribusi utama dari ekologi politik dapat diringkas pertama: sebagai
perhatiannya kepada ‘skala’, yang memungkinkan para ilmuwan untuk mengidentifikasi dan
menganalisa rantai yang menghubungkan dinamika lingkungan dengan kekuatan-kekuatan
sosial, politik, budaya dan ekonomi pada berbagai situs konseptual dan fisik, dan kedua:
fokusnya yang konsekuen pada ‘kuasa’ dalam berbagai perwujudannya sebagai kunci pusat
untuk memahami bagaimana gagasan tentang kesinambungan diciptakan dan disebarkan
(Neumann 2005; Robbins 2003).

Konsep-konsep ekonomi politik yang berasal dari kepedulian strukturalis dan materialis.
Pendekatan yang dihasilkan membantu mengungkapkan kaitan-kaitan antara dinamika
lingkungan setempat dengan proses politik dan ekonomi yang lebih luas (Peet and Watts, 1996;
2004). Terobosan analitis ini memungkinkan para ahli ekologi politik untuk menelusuri dengan
teliti, misalnya, kaitan-kaitan antara masalah degradasi tanah setempat dan masalah-masalah
lebih luas seperti kemiskinan, ketunakismaan (landlessness), keterbelakangan, hubungan neo-
kolonial, dan marjinalisasi politik dan ekonomi (Blaikie and Brookfield, 1987).

Berangkat dari ranah studi pembangunan kritis (critical development studies), studi
ekologi politik menilai bahwa keputusan pengelolaan sumber daya alam tidak bisa dipahami
hanya dari sudut pandang teknis yang memprioritaskan efisiensi. Sebaliknya, seperti pendapat
Adams, “‘kehijauan’ dari perencanaan pembangunan akan ditemukan bukan dalam
kepeduliannya dengan ekologi atau lingkungan di dalam dirinya, tetapi dalam keprihatinannya
dengan masalah kekendalian, kekuasaan, dan kedaulatan“ (1990: 253). Penemuan-penemuan
utama teori ekologi politik mengutarakan bahwa pola-pola pengembangan sumber daya muncul
dari interaksi antara sistem alam (misalnya kualitas, kuantitas, dan lokasi air) dan sistem sosial
(misalnya penyebaran kekuasaan ekonomi, sosial, dan politik didalam suatu masyarakat).

Beberapa pengamat berpendapat bahwa ekologi politik telah tersesat terlalu jauh ke arah analisis
kekuasaan dengan mengorbankan pemahaman ekologi yang jelas dan rinci (Vayda and Walters,
1999; Zimmerer, 2000). Sebagai contoh, Walker (2005) menantang kemampuan ‘ekologis’ dari
ekologi politik, dengan mengeluh bahwa para pendukungnya terlalu asyik berpikir tentang
pemahaman struktur sosial dan tidak memberikan perhatian seperlunya untuk memahami dan
mendokumentasikan perubahan lingkungan, yang tidak selalu merupakan akibat dari sumber
sumber ekonomi dan politik. Di sisi lain, para ilmuwan terutama yang berasal dari geografi
mengkritisi teks-teks klasik tertentu dalam ekologi politik sebagai kurang dipolitisasi, dengan
kata lain karena tidak memberikan perhatian eksplisit pada ‘politik’, dalam arti Marxisnya yaitu
kritik terhadap kapitalisme.

Pada dasarnya persoalan ekologi memang terinspirasi dari perilaku industri besar. Tetapi
industri besar merupakan respon terhadap persoalan masyarakat itu sendiri. Seperti halnya
masyarakat akan enggan meninggalkan diterjen, sebelum ada bahan cuci penggantinya. Karena
itu konsumen juga merupakan sumber pencemaran setidak-tidaknya sebagai faktor penghambat
program penyelamatan lingkungan. Aliran teori ekonomi tidak mengira akan terjadi masalah
perusakan lingkungan dan semakin langkanya sumber alami. Kenyataan ini menyadarkan ahli
ekonomi terhadap fakta, bahwa produksi, alokasi, dan pilhan terhadap input-input dan lokasi
sedang terjadi tidak dalam sistem yang tertutup atau setengah tertutup, yang biasanya
dipergunakan oleh ilmu ekonomi tradisional sebagai model teoritis untuk menegaskan proses
ekonomi.

Timbulnya ketidakselarasan antara sistem ekonomi dengan ekologi adalah akibat


teknologi dan mekanisme yang berperan, mengharuskan pertanian sebagai suatu industri". Yang
menjadi sasaran dalam pembangunan ekonomi adalah mewujudkan sistem ekonomi yang selaras
dengan ekologi. Para ahli ekonomi institusional selalu mengeritik ruang lingkup teori ekonomi
konvensional. Ahli ekonomi institusional tetap bersikeras bahwa sitem ekonomi adalah bagian
dari suatu sistem politik. Akibat munculnya pergolakan tentang pemeliharaan lingkungan dari
limbah industri, maka para ahli ekonomi kontemporer memperhitungkan masalah ekonomi dan
ekologi. Kemorosotan Iingkungan fisik serta sosial, pengakuan terhadap sistem ekonomi sebagai
sistem terbuka, perlu merumuskan tujuan-tujuan atau normanorma maka ekonomis dalam
perekonomian secara sosial rneliputi; sejumlah sasaran umum, misalmya kesamaan dan keadilan
distribusi, kemantapan ekonomis, kesempatan kerja penuh, efesiensi pemanfaatan sumber alam
yang langka, keikutsertaan dalam pengambilan keputusan.

Pembangunan pada aspek politik, ekonomi dan lingkungan yang banyak mengandung
sumber daya alam dan berjalan sendiri-sendiri maka dapat mengganggu keseimbangan
lingkungan. Oleh karena itu pembangunan pada aspek politik, ekonomi dan ekologi harus
sejalan, harmonis dan seimbang, sehingga tidak memiliki dampak yang mengganggu lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai