Anda di halaman 1dari 250

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSAMAAN MAXWELL DAN EFEK NONLINEAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Fisika

Oleh:

Agatha Manggar Sari


NIM : 033214005

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008

i
MAXWELL EQUATIONS AND NONLINEAR EFFECTS

SKRIPSI

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to obtain


the Sarjana Sains Degree In Physics

By:

Agatha Manggar Sari

NIM : 033214005

PHYSICS STUDY PROGRAM


PHYSICS DEPARTEMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Hidup itu seperti sebuah sepeda.

Kau tidak akan terjatuh kecuali bila berhenti mengayuh.

(Claude Pepper)

Semakin banyak pengetahuan yang kita peroleh,

bukannya semakin nyata, tetapi menjadi semakin

misterius.

(Albert Schweitzer)

PERSEMBAHAN :

“Skripsi ini kupersembahkan untuk Bapak dan Ibu serta

Mb Merry, Uri dan Ria yang senantiasa memberikan doa,

semangat, dukungan, kasih sayang dan pengaruh yang

besar dalam setiap keberhasilanku.”

iv
PERSAMAAN MAXWELL DAN EFEK NONLINEAR

ABSTRAK

Telah dilakukan penjabaran persamaan-persamaan Maxwell dan


persamaan gerak elektron dalam medium yang dikenai potensial bergantung
waktu dan posisi. Persamaan Maxwell dalam ruang hampa menghasilkan
penyelesaian medan elektromagnetik yang bersifat linear. Jika ada medium,
persamaan Maxwell akan menghasilkan penyelesaian medan elektromagnetik
yang bersifat nonlinear.

v
MAXWELL EQUATIONS AND NONLINEAR EFFECTS

ABSTRACT

Derivation of the Maxwell equations and the electron equation of motion


in the medium subject to potential energy which depend on both time and position
have been performed. The Maxwell equations in vacuum give the solution to the
electromagnetic fields which are linear in properties. When there is a medium, the
Maxwell equations will give a solution to the electromagnetic fields which are
nonlinear in properties.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena atas segala

limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul “PERSAMAAN MAXWELL DAN EFEK NONLINEAR’’

yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Program Studi Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis baik dalam bentuk doa, waktu, tenaga, dukungan, bimbingan,

kritik serta saran yang sangat penulis butuhkan untuk dapat menyelesaikan skripsi

ini. Dengan segala penghormatan dan kerendahan hati, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Drs. Vet. Asan Damanik, M.Si. selaku dosen pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktu dengan tulus untuk

membimbing, mendampingi, memberikan dorongan dan semangat

kepada penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini.

2. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. selaku Kaprodi Jurusan Fisika

yang telah banyak membantu dalam segala keperluan perkuliahan

selama menjadi mahasiswa.

3. Bapak Dr. Edi Santosa, M.S. selaku dosen pendamping akademik yang

sudah banyak memberikan pendampingan selama menjadi mahasiswa.

4. Bapak A. Prasetyadi, S.Si. M.Si. dan Ibu Dwi Nugraheni R., S.Si.

M.Si. sebagai dosen pengajar yang selalu berikan teladan.

vii
5. Pak Gito, Mas Ngadiyono, Pak Tukijo, Bu Linda yang selalu sabar

dalam memberi pelayanan kepada mahasiswa.

6. Bapak dan Ibuku tercinta yang tanpa henti memberikan biaya,

dukungan, dorongan, doa, dan kasihnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Mbak Merry, Uri, dan Ria saudara-saudaraku terkasih yang selalu

berdoa untuk keberhasilanku. Terima kasih atas segala canda tawa

yang membuatku tidak pernah merasa bosan selama menyelesaikan

skripsi.

8. Simbah putri, Bulek Jumi, Yessy yang selalu bersedia mendoakan

keberhasilanku.

9. Mbak Ayuk, Mbak Ratna , Mbak frida sebagai sahabat sekaligus

teman berjuang yang tak henti-hentinya selalu memberi semangat.

10. Mbak Yuni, Bambang, Mas Minto, Mas Milli, Mbak Kia, Mas

Danang, teman-teman seperjuangan dalam berjuang mengantri

bimbingan. Terimakasih atas teladan semangat kalian.

11. Mas Rafael, Enzo, Hari, Mamat, Adit, Basil, Yudha, Ridwan, Iman,

Tri, Mbak Inke, Adet, Githa, Imma, Lori, Ade, Sujad, Siska, Wati, dan

Zee. Terimakasih telah menjadi teman-teman fisika yang baik dan

setia.

12. Semua anak-anak fisika yang telah berjuang bersama-sama.

13. Essy, Yossy, Mumut yang telah lama menjadi sahabat penyemangat,

serta Sisil dan Mekar yang selalu beri semangat dan doa.

viii
14. Iin dan Toto (ikom’03) serta Mas Sinar yang selalu membantuku

menjadi sumber informasi dalam mengatasi segala masalah

komputerku.

15. Dhani, Yenny, Emma, Arien, Stella, Adit, Bambang’far, dan Ius,

teman-teman KKN angk’33 yang selalu bersedia mendengarkan

keluhanku.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan

saran yang membangun dari berbagai pihak.

Harapan penulis adalah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap

pembaca.

Yogyakarta, September 2008

Penulis

ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………..…………… i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….… ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………..…….. iii
HALAMAN MOTO PERSEMBAHAN ……………..……….………. iv
ABSTRAK ……………………………………………………………. v
ABSTRACT ……………………………………………….………….. vi
KATA PENGANTAR …………………………………….…………... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………. x
DAFTAR ISI …………………………………………….……………. xi
BAB I. PENDAHULUAN.……………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang ……………………………….………………. 1
1.2. Perumusan Masalah ………………………….………………. 5
1.3. Batasan Masalah ……………………………….…………….. 6
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………….……………… 6
1.4.1. Tujuan Penelitian ……………………….………...…… 6
1.4.2. Manfaat Penelitian ………………………….…………. 6
1.5. Sistematika Penulisan ……………………………....………… 6
BAB II. DASAR TEORI …………………………………....………… 8
2.1. Perumusan Persamaan Maxwell ……………………………… 8
2.1.1. Hukum Gauss ………………….………………………. 8
2.1.1.1. Hukum Gauss untuk Medan Listrik …...……… 8

xi
2.1.1.2. Hukum Gauss untuk Medan Magnet ………..… 11

2.1.2. Hukum Ampere ……………………….………...……... 13

2.1.3. Hukum Induksi Faraday ……………………………… 17

2.2. Persamaan Maxwell …………………………………..………. 20

2.3. Teori Klasik Optik Nonlinear ……………………………...…. 20

2.3.1. Susceptibilitas Nonlinear ……………………...….…… 21

2.3.2. Model Atom Klasik Nonlinear ………………….……... 22

2.3.2.1. Gas Elektron Bebas …………………………... 22

2.3.2.2. Osilator tak Harmonik ………………………... 24


r
2.4. Operator Del  ……………………………………………….. 28

2.5. Persamaan Diferensial ………………………………………... 30

2.5.1. Persamaan Orde Satu dan Derajat Satu ……………….. 30

2.5.2. Persamaan Diferensial Orde Dua ………………….…... 30

2.5.2.1. Persamaan Diferensial Linear Homogen dengan

Koefisien-Koefisien Konstan ……...… 31

2.5.2.2. Persamaan Diferensial Linear dengan Koefisien-

Koefisien Konstan ………………… 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………….. 33

3.1. Jenis Penelitian ………………………………………….……. 33

3.2. Sarana Penelitian ……………………………………………... 33

3.3. Langkah-Langkah Penelitian …………………………………. 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………….. 35

4.1. Hasil Penurunan Persamaan Maxwell ……………...………… 35

xii
4.1.1. Persamaan Gelombang ………………………...……… 35

4.1.1.1. Gelombang Elektromagnet dalam Ruang

Hampa .........................................................….. 35

4.1.1.2. Gelombang Elektomagnet dalam Medium …… 40

4.1.2. Persamaan Gerak ……………………………………… 46

4.2. Pembahasan …………………………………………………... 55

BAB V. PENUTUP ……………………………………….…………... 57

5.1. Kesimpulan …………………………………………….……... 57

5.2. Saran ………………………………………………….………. 57

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….……… 58

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini telah banyak ilmuwan menyadari bahwa fisika nonlinear juga

merupakan sesuatu yang fundamental jika ingin memahami alam semesta secara

utuh. Sebelumnya tidak ada yang menduga bahwa sifat-sifat nonlinear akan

menghasilkan beragam fenomena yang menarik dalam fisika. Ilmuwan terdahulu

lebih senang melakukan linearisasi permasalahan dengan cara mengabaikan efek

nonlinear ketika menganalisis suatu masalah.

Perkembangan ilmu fisika belakangan ini menunjukkan bahwa fisika

nonlinear memberikan banyak sumbangan terhadap kemajuan ilmu fisika dan

teknologi. Para fisikawan telah melakukan berbagai penelitian untuk

menunjukkan bahwa efek nonlinear ternyata dapat dikembangkan lebih jauh lagi

sebagai ilmu penunjang dalam menganalisis suatu sistem. Teori nonlinear telah

banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang, misalnya di bidang optik. Perpaduan

teori nonlinear dan optik menghasilkan cabang ilmu fisika yang dikenal sebagai

optika nonlinear. Secara definitif, optik nonlinear adalah sebuah cabang optik

yang mendeskripsikan tingkah laku cahaya dalam medium nonlinear.

Medium

nonlinear merupakan medium dimana vektor polarisasi P memberikan respon


r
nonlinear terhadap medan listrik gelombang elektromagnetik E . Polarisasi

adalah pergeseran elektron oleh medan listrik. Teori optik nonlinear dapat

dipelajari dengan dua metode, yaitu secara klasik dan kuantum.

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam fisika optik, untuk menjelaskan peristiwa refraksi, refleksi, dispersi,

dll dari perambatan sinar dalam sebuah medium, diperlukan ilmu dasar tentang

induksi polarisasi listrik. Sebelum tahun 1960, persamaan dasar polarisasi

diformulasikan dalam bentuk persamaan linear. Dalam hal ini vektor polarisasi
r
listrik P diasumsikan mempunyai hubungan yang linear terhadap kuat medan

listrik gelombang E ( He and Liu, 1999 )


elektromagnetik
P   0 E (1.1)

dengan  0 permitivitas ruang hampa, dan susceptibilitas medium. Hubungan


r
linear antara P dan E pada persamaan (1.1) dianggap benar sampai tahun 1960,

ini telah disetujui secara luas dan telah dibuktikan dengan observasi eksperimen.
r
Tetapi mulai tahun 1960, diketahui bahwa asumsi hubungan linear antara P dan
r
E tidak sesuai untuk sinar laser yang berinteraksi dengan sebuah medium optik.

Ketika pulsa berkas laser dilewatkan pada piezoelektrik (kristal), teramati adanya

generasi harmonik kedua pada sebuah frekuensi optik, sehingga dari hasil tersebut
r r
hubungan antara P dan E menjadi

P   [ (1) E   (2) EE   (3) EEE (1.2)


0
]

dengan
 (1)  (2)  , ... susceptibilitas orde-1 (linear), orde-2 (nonlinear),
(3)

, ,

orde-3 (nonlinear) dan seterusnya.

Contoh yang lain dapat dilihat dari penurunan intensitas sinar selama

perambatan dalam medium yang berbanding linear terhadap intensitas lokal.

Dalam optik, pelemahan intensitas berkas sinar dalam sebuah medium penyerap

dapat dideskripsikan sebagai


dI

I dz (1.3)

dengan I intensitas berkas, z variabel sepanjang arah perambatan dan

konstanta medium. Tetapi, hasil pengamatan menunjukan bahwa sifat–sifat

penurunan intensitas perambatan berkas laser dalam sebuah medium optik tidak

selalu mengikuti deskripsi yang dinyatakan oleh persamaan (1.3). Misalnya

sebuah medium penyerap foton, nilai koefisien dapat merupakan sebuah

konstanta atau variabel yang bergantung pada intensitas yang terjadi. Jika terdapat

proses penyerapan 2 foton dalam medium, maka persamaan intensitas berkas

dapat dituliskan menjadi ( He and Liu, 1999 )


dI
 I  I 2 (1.4)
dz

dengan  koefisien serapan 2 foton. Pada kasus umum, untuk proses penyerapan

multi-foton (3 foton atau lebih), persamaan intensitas berkas mengikuti


dI
 I  I 2  I 3  ..... . (1.5)
dz

Pada dasarnya gejala nonlinear optik dapat diperoleh dari persamaan

Maxwell atau polarisasi medan listrik. Polarisasi listrik suatu bahan digambarkan

sebagai pergeseran elektron oleh medan listrik. Jika diambil arah perambatan pada

sumbu x , dengan komponen medan E dan B pada arah sumbu z dan y , arah

pergeseran elektron ke arah sumbu z yang dideskripsikan sebagai fungsi r(x, t) .

Persamaan Maxwell (di dalam ruang hampa) menjadi ( Whitham, 1974 )

dB dE
 0 (1.6)
dt dx
dE qN dr dB
 c2 , (1.7)
dt  0 dt 0
dx

dimana q muatan listrik, N jumlah elektron per satuan volume, c kecepatan


0

cahaya dalam ruang hampa, dan  0 permitivitas ruang hampa. Elektron yang

dikendalikan oleh medan E dan terjebak di dalam sebuah sumur potensial akan

menghasilkan gaya pulih nonlinear. Sehingga relasi antara r dengan E

dideskripsikan ke dalam persamaan ( Whitham, 1974 )

d 2r
m U (r)  qE (1.8)

dt 2

d2
dengan m massa elektron, turunan ke dua fungsi pergeseran elektron
r
dt 2

terhadap waktu (percepatan), dan U (r) turunan sumur potensial. Jika persamaan

(1.8) ditambah dengan redaman fungsi waktu U (t) menjadi

d 2r
m
U (r)  U (t)  (1.9)
 qE
dt 2
1
m 2r 2 ,  r   , dan  2   , sehingga persamaan
2
dan diberikan nilai U (r) 
2

(1.9) menjadi

d2r dr qE , (1.10)
2     r
dt dt m

dengan dan  merupakan konstanta. Persamaan (1.10) adalah persamaan

diferensial orde-2 tak homogen, jika digunakan paket program Maple 9 untuk

menggambar persamaan (1.10), maka diperoleh gambar seperti pada Gambar 1.1.
r (t)

Gambar 1.1 Grafik hubungan antara r(t) dan t persamaan (1.10).


Untuk nilai   1,   1 , q  1 , E  1 , dan m  1.

Gambar menunjukkan bahwa nilai pergeseran r(t) mencapai nilai maksimum

pada saat t = 0.5 s kemudian r(t) mencapai nilai minimum pada saat t = 4 s. Pada

saat t = 7 s, nilai pergeseran r(t) meningkat dan mulai saat t = 10 s nilai r(t)

menjadi konstan. Hal ini dapat terjadi karena sistem mengalami kejenuhan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, yang menjadi permasalahan

adalah

1. Bagaimana memperoleh persamaan (1.6) dan (1.7) dari persamaan Maxwell

2. Bagaimana menjabarkan efek nonlinear menggunakan pendekatan fisika

klasik.
1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang diteliti dibatasi pada masalah penjabaran efek

nonlinear secara klasik.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Merumuskan efek nonlinear dari persamaan Maxwell.

2. Merumuskan keterkaitan antara efek nonlinear dengan persamaan diferensial

serta syarat yang diperlukan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya optik nonlinear dari sudut pandang teoritis.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II DASAR TEORI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada Bab II dijabarkan persamaan Maxwell, teori klasik optika nonlinear,

persamaan diferensial linear orde-2 homogen dan tak homogen.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab III dijelaskan tentang jenis penelitian, sarana penelitian dan

langkah-langkah penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

dan pembahasan.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Perumusan Persamaan Maxwell

Persamaan-persamaan Maxwell merupakan persamaan yang dapat

diturunkan dari persamaan-persamaan dasar keelektromagnetan yaitu hukum

Gauss untuk listrik, hukum Gauss untuk magnet, hukum Ampere dan hukum

induksi Faraday. Berikut penjelasan singkat penurunan keempat persamaan dasar

keelektromagnetan sehingga memperoleh empat persamaan Maxwell.

2.1.1 Hukum Gauss

2.1.1.1 Hukum Gauss untuk Medan Listrik

Berdasar Gauss, di dalam permukaan tertutup seluas S , fluks listrik  E yang

dipancarkan mempunyai hubungan sebanding dengan muatan listrik q yang

tercakup dalam permukaan tertutup tersebut, dituliskan sebagai (Halliday dan

Resnick, 1984)

 0   0 E.dS  q .
E  (2.1)

Untuk mengubah persamaan (2.1) ke dalam bentuk diferensial, perlu ditinjau

sebuah elemen volume diferensial berbentuk balok yang mengandung sebuah titik

P dan memuat medan listrik E , seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1(a). Titik P

terletak pada x, y, dalam kerangka referensi Gambar 2.1(b) dan sisi-sisi balok
z

mempunyai panjang dx, dy, dz .

8
9

P ( x, y , z )
dz y
P

dx
dy
x
(a) (b)

Gambar 2.1 (a) elemen volume diferensial berbentuk balok. (b) kerangka referensi.

Vektor luas permukaan untuk muka belakang balok menuju ke arah sumbu

x negatif sehingga
dS  iˆ.dy.dz . Untuk muka depan nilai dS  iˆ.dy.dz . Jika

vektor medan listrik di muka belakang adalah E , maka medan listrik di muka

⎛ r E ⎞ ⎛ Ex ⎞
depan yang berjarak dx ⎜dari muka belakang adalah ⎜ E  x dx ⎟ . Nilai x ⎟dx
⎝ ⎠ ⎝ ⎠

menyatakan rperubahan
r E yang diasosiasikan dengan perubahan x dalam dx .
Besar nilai yang melalui permukaan depan dan belakang balok adalah
E.dS

r r r r E
  ˆ
E.dSˆ x  (E.  i .dy.dz)  (E  dx).(i .dy.dz)
r x
ˆ  E
 i .dx.dy.dz (2.2)

x
Ex
 dx.dy.dz .
x

Vektor luas permukaan untuk muka samping kiri balok menuju ke arah

sumbu
y negatif sehingga dS   ˆj.dx.dz . Untuk muka samping kanan nilai

dS   ˆj.dy.dz . Jika medan listrik di muka samping kiri adalah E , maka medan

listrik di muka samping kanan yang berjarak dy dari muka samping kiri adalah
10

r r
⎛ r E ⎞ ⎛ ⎞
⎜ E  dy ⎟ . Nilai E menyatakan perubahan E yang diasosiasikan
⎜ ⎟dy
⎝ y ⎠ ⎝ y ⎠

dengan perubahan y dalam dy . Sehingga E.d untuk permukaan samping kiri


S

dan samping kanan balok adalah


r r r r
  E ˆ
E.dSˆ  (E.  j.dx.dz)  (E  dy).(
j.dx.dz)
y
y
r
E (2.3)
  ˆj.dx.dy.dz
y
Ey
 dx.dy.dz .
y

Vektor luas permukaan untuk muka bawah balok menuju ke arah sumbu

z negatif sehingga
dS  kˆ.dx.dy . Untuk muka atas nilai dS  kˆ.dx.dy . Jika

medan listrik di muka bawah adalah E , maka medan listrik di muka atas yang
r
⎛ r E ⎞ ⎛  ⎞
berjarak dz
dari muka bawah adalah ⎜ E  dz ⎟ . Nilai ⎜ E ⎟dz menyatakan
⎝ z ⎠ ⎝ z ⎠

perubahan E yang diasosiasikan dengan perubahan z dalam dz . Sehingga


r r
E.dS untuk permukaan atas dan bawah balok adalah

r r r
 ˆ  r E ˆ
E.dS  (E.  k.dx.dy)  (E  dz).(k.dx.dy)
z
z
r
E
 kˆ.dx.dy.dz (2.4)
z
Ez
 dx.dy.dz .
z

Sehingga besar nilai fluks listrik untuk seluruh permukaan balok merupakan

jumlah dari persamaan (2.2), (2.3), dan (2.4),


11

 E.dS
r
 E.dS 
 E.dS  E.dS 
  y 
 Ex E z
 dx.dy.dz dx.dy.dz dx.dy.dz
 x

Ey

 z
y 
⎛ Ex E y E ⎞
z
 dx.dy.dz⎜ 
 ⎝ x y  ⎟
z ⎠

  dx.dy.dz div E . (2.5)

Besar muatan q untuk elemen volume diferensial di P yang tercakup dalam

permukaan tersebut adalah

q (2.6)

.dx.dy.dz

dimana merupakan muatan per satuan volume di P. Dengan mensubstitusikan

persamaan (2.5) dan (2.6) ke persamaan (2.1), maka diperoleh

 0 div E =

atau

0.E = . (2.7)

2.1.1.2 Hukum Gauss untuk Medan Magnet

Fluks magnetik merupakan garis-garis induksi yang melalui permukaan

tegak lurus seluas S. Garis-garis fluks magnetik tidak berakhir di muatan

magnetik tetapi garis-garis ini membentuk loop tertutup. Hukum Gauss untuk

medan magnetik adalah (Halliday dan Resnick, 1984)

 m   B.dS  0 (2.8)
12

dengan  m fluks magnetik (Weber), B vektor rapat fluks magnetik (Tesla atau
r
Wb/m²) dan dS elemen luas (m²). Untuk mengubah persamaan (2.8) ke dalam

bentuk diferensial, perlu ditinjau kembali sebuah elemen volume diferensial

seperti ditunjukkan pada gambar 2.1. Dengan langkah yang sama seperti pada

langkah untuk mendapatkan persamaan (2.7), vektor luas permukaan untuk muka
r
belakang balok dS  iˆ.dy.dz . Untuk muka depan nilai dS  k.dy.dz .

Sedangkan untuk medan magnet di muka belakang adalah B dan medan magnet
r
⎛r  ⎞
di muka depan yang berjarak dx B
dari muka belakang adalah ⎜ B  dx ⎟ .
⎝ x ⎠
r r
Sehingga nilai untuk bagian permukaan depan dan belakang balok adalah
B.dS
r r r r B
 .  
(B.
 iˆ.dy.dz)  ( 
B
dx).(iˆ.dy.dz)
B dS x
x
r
B
 iˆ.dx.dy.dz (2.9)
x
Bx
 dx.dy.dz .
x

Seperti langkah sebelumnya maka besar fluks magnetik untuk permukaan bagian

samping kiri dan kanan adalah


r r r r B
  ˆ
B.dSˆ  (B.  j.dx.dz)  (B  dy).( j.dx.dz)
y
r y
ˆ B
  j.dx.dy.dz (2.10)

y
By
 dx.dy.dz .
y

Nilai fluks magnetik untuk permukaan bagian atas dan bawah balok adalah
13

r r
 .  
r r B
 kˆ.dx.dy)  (  dz).(kˆ.dx.dy)
B dS z (B. B
z
r
B
 kˆ.dx.dy.dz (2.11)
z
Bz
 dx.dy.dz .
z

Sehingga besar fluks magnetik untuk seluruh permukaan balok merupakan jumlah

integral dari persamaan (2.9), (2.10) dan (2.11),

 B.dS
r
B.dS
 
 B.dS  B.dS 
  y 
⎛ Bx By Bz ⎞
 dx.dy.dz⎜ 
 ⎝ x y  ⎟ ⎠
z

  dx.dy.dz div B . (2.12)

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.12) ke persamaan (2.8), diperoleh

div B = 0

atau

.B=0. (2.13)

2.1.2 Hukum Ampere

Ada dua cara untuk menghasilkan sebuah medan magnet, yaitu yang

pertama dengan sebuah medan listrik yang berubah-ubah, dituliskan sebagai

(Halliday dan Resnick, 1984)


r
r  d . (2.14)
 B.dl E
0 0
dt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Cara ke dua dengan sebuah arus. Sebuah medan magnet dapat dihasilkan oleh

arus di dalam sebuah kawat, yang dikenal sebagai hukum Ampere, dituliskan

sebagai

 0i . (2.15)

B.dl

Pada umumnya kedua cara untuk mendapatkan medan magnet tersebut harus

diperhitungkan, sehingga dapat dituliskan sebagai


r r ⎛ d E ⎞
  i⎟.
 B.dl ⎜  00
dt ⎠
(2.16)

Dari persamaan (2.16) dapat ditransformasikan ke dalam bentuk

diferensial persamaan Maxwell. Diawali dengan menggunakan persamaan (2.16)

untuk sebuah elemen permukaan diferensial yang berbentuk siku-siku di sebuah

titik P dalam suatu daerah medan magnet, ditunjukkan pada Gambar 2.2(a). Titik

P diletakkan di x, y, dalam kerangka referensi Gambar 2.2(b). Sisi segi empat


z

siku-siku tersebut, sejajar dengan bidang x, y , sehingga mempunyai panjang dx

dan dy .

z
P .P
dx
y

dy
x
(a) (b)

Gambar 2.2 (a) elemen permukaan diferensial berbentuk siku-siku. (b) kerangka
referensi.
Seperti ditunjukkan pada gambar 2.2 (a), dengan bergerak mengelilingi sisi yang

mempunyai arah sesuai anak panah diperoleh

untuk sisi belakang B.dl  1  B.( ˆjdy)

sisi kiri B.dl   B.(iˆdx)


2

sisi depan B.dl   ⎜ B  dx ⎟.( jdy)


3

r r ⎛r B ⎞
ˆ
⎝ x ⎠
sisi kanan B.dl  4 ⎜B dy ⎟.(i dx)

r r ⎛r B ⎞
ˆ
⎝ y ⎠

sehingga untuk seluruh sisi,

   
  rB.dl 1   B.dl     
B.dl r 2   B.dl
r 3  B.dl 4 r 
ˆ
         B    Br 
 ˆ ˆ r ˆ
B.( jdy) B.( idx) (B dx).( jdy) (B dy).( idx)
x y
ˆ r
B B i .dy.dx
ˆ  j.dx.dy
x  r ˆ y
⎛ B B .iˆ⎞⎟
  dx.dy⎜ . j

⎝ x y ⎠

rr ⎛ Bx ⎞
 dx.dyBy

 B.dl  ⎟. (2.17)
⎝ x  
y ⎠
d E
Dari persamaan (2.16), i adalah arus yang dicakup semua sisi dan
dt
r
adalah perubahan fluks listrik yang melalui permukaan tersebut. Jika J diambil

untuk menyatakan rapat arus dan dS  yang merupakan vektor luas


kˆ.dx.dy

permukaan yang mengarah ke sumbu z , maka dapat dituliskan

i  J .dS  J .(kˆ.dx.dy)  (2.18)


dx.dy.J z
d E E E
dan  .dS   (kˆ.dx.dy)
dt t t

atau

d  Ez dx.dy . (2.19)


E  t
dt

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.17), (2.18) dan (2.19) ke persamaan

(2.16), didapatkan

⎛ ⎜  Bx ⎞ ⎛ Ez⎟⎞
Byx ⎟    t
 0 0 ⎜ J z (2.20)
⎝ y ⎠ ⎝ ⎠

Sama seperti langkah di atas, untuk segi empat siku-siku yang sejajar

dengan y, memberikan nilai


bidang z

⎛ Bz By Ex ⎞


⎜  ⎞ ⎛
y  0  0 ⎜ J x 
⎟ ⎟. (2.21)
⎝ z ⎠ ⎝ t ⎠

Untuk segi empat siku-siku yang sejajar dengan z, memberikan nilai


bidang x

⎛ Bx Bz ⎛ Ey ⎞


⎜ ⎞
z   ⎟   0 ⎜ J y  t ⎟ . (2.22)
x 0
⎝ ⎠ ⎝ ⎠

Jika persamaan (2.20) dikalikan dengan vektor komponen


kˆ , (2.21) dengan iˆ ,

dan (2.22) ˆj , kemudian dijumlahkan, maka didapatkan


dengan

ˆ Bz
⎛ By Bz Bx ⎞ ˆ ⎛ Ex ⎞
ˆ⎛
Bx
⎞ ⎟  j⎜ ⎞ ˆ⎛
By
i⎜  z z  x ⎟  k⎜  y ⎟
y x ⎟  i. 0 ⎜ J x  t
 0
⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝⎛ ⎠ ⎝ ⎠
ˆj. J   Ex ⎞ ˆ ⎛
 k . J  Ex ⎞

0⎜ x 0⎜ x

⎟ ⎟
⎝ t ⎠ ⎝
0 0
curl t
⎛ ˆ
(i J Ex Ex ⎞
 ĵJ  kJˆ )    kˆ )
0 ⎜ (iˆ ˆE
j x ⎟
x x 0
t
x
t t ⎠


curl B =  0 ⎜ rJ  E ⎞

0 t ⎠

atau

r r ⎛r E ⎞
xB  0 ⎜ J   0 ⎟. (2.23)
⎝ t ⎠

2.1.3 Hukum Induksi Faraday

Hukum induksi faraday menyatakan bahwa tegangan gerak elektrik imbas

 di dalam sebuah rangkaian adalah sama dengan negatif kecepatan perubahan


ggl

fluks yang melalui rangkaian tersebut dan fluks adalah garis-garis gaya. Dapat

dituliskan sebagai (Halliday dan Resnick, 1984)

 ggl   d B . (2.24)
dt

Jika ditinjau muatan uji q0 yang bergerak mengitari rangkaian, maka kerja yang
r
dilakukan pada muatan uji tiap putaran F.  q0 .E.l . Dimana q0 adalah gaya
l E

yang bekerja pada muatan tersebut dan l adalah jarak sepanjang gaya bekerja.

Besar kerja
F. nilainya sama dengan q0 ggl , sehingga dapat dituliskan sebagai
l

 ggl (2.25)

E.dl

Kemudian persamaan (2.25) disubstitusikan ke persamaan (2.24), sehingga

hukum induksi Faraday dapat dituliskan sebagai


r r d B
 E.dl  
dt
. (2.26)
Dengan langkah sama seperti langkah untuk mendapatkan persamaan (2.23), dan

berdasarkan Gambar 2.2 yang merupakan segi empat yang sejajar dengan bidang

x, y , didapatkan

Untuk sisi belakang E.dl  1  E.( ˆjdy)

sisi kiri E.dl  2  E.(iˆdx)

sisi depan E.dl


r r
 3
⎛ r E ⎞
 ⎜ E  dx ⎟.( ˆjdy)

⎝ ⎠

sisi kanan E.dl


r r
 4
⎛ r E ⎞
 ⎜ E  dy ⎟.(idx)

ˆ
⎝ ⎠

sehingga untuk seluruh sisi,

     E.dl    E.dl
E.dl   r E.dl 1 r 2 r    E.dl  3 4 r 
 ˆ
  ˆ
  ˆ r ˆ

E
 
E
r
E.( jdy) E.( idx) dx).( jdy) dy).( idx)
x y
(E (E
⎛ Ey
rr Ex ⎞
  dx.dy⎜ ⎟.
 E.dl
⎝ x   ⎠
(2.27)
y
d
Dari persamaan (2.26), B
adalah perubahan fluks magnet yang melalui
dt

permukaan tersebut dan


dS  kˆ.dx.dy digunakan untuk menyatakan vektor luas

permukaan yang sejajar dengan bidang x, dan mempunyai arah ke sumbu z ,


y

maka dapat dituliskan

d r B ˆ
.dS   .(k .dx.dy)

B
t
dt B
 t
d B
dt B z
 dx.dy . (2.28)
 t
Persamaan (2.27) dan (2.28) disubstitusikan ke persamaan (2.26), didapatkan
⎛ Ey E ⎞ Bz
⎜  x⎟  
y t . (2.29)
⎝ x ⎠

Dengan melihat persamaan (2.29) yang berlaku untuk segi empat siku-siku yang

sejajar bidang x, y , maka dapat diperoleh juga persamaan yang berlaku untuk segi

empat siku-siku yang sejajar dengan bidang y, z ,

⎛ Ez E ⎞
y Bx
⎜  ⎟
z ⎠ (2.30)
⎝ y
t

dan untuk segi empat siku-siku yang sejajar dengan bidang z, x ,

⎛ Ex  Ez ⎞   By . (2.31)


⎜ ⎟
⎝ z x ⎠ t

Persamaan (2.29) bersesuaian dengan komponen z , sehingga dikalikan dengan

komponen vektor kˆ . Persamaan (2.30) dikalikan dengan komponen vektor iˆ dan

(2.31) dikalikan dengan komponen vektor ˆj . Kemudian ketiga persamaan ini

ditambahkan sehingga didapatkan,

ˆ⎛ Ez Ey ⎛
ˆEx Ez ⎛
ˆEy Ex ⎞ ˆ Bz
⎞ ⎟  j⎜ ⎞ ˆBx B
ˆ y
i ⎜  z z  x ⎟  k⎜  y ⎟  i j k
⎝ y ⎠ ⎝ ⎠ x ⎝ ⎠ t t t
B
curl E = 
t

atau
r r B
  . (2.32)
2.2 Persamaan Maxwell

Persamaan Maxwell dalam medium dapat dirumuskan berdasarkan

persamaan (2.7), (2.13), (2.23) dan (2.32) yang bila dirangkum kembali menjadi

(Efendi, R, 2007)
r
(1)  0  . E = (2.33)

(2)  . B = 0 (2.34)

r r ⎛r E ⎞
(3) xB  0 J 
⎜ ⎟ (2.35)
0 t ⎠

r r B
(4)   . (2.36)
xE
t
r
Dalam ruang hampa, rapat muatan dan rapat arus J bernilai nol,

sehingga persamaan Maxwell yang berlaku dalam ruang hampa adalah


r
(1)  . E = 0 (2.37)

(2)  . B = 0 (2.38)
r r
E
(3)   (2.39)
xB 0 0 t
r r B
(4)   . (2.40)

2.3 Teori Klasik Optik Nonlinear

Optik nonlinear adalah sebuah cabang optik yang mendeskripsikan tingkah

laku cahaya dalam medium nonlinear. Medium nonlinear merupakan medium

dimana vektor polarisasi P memberikan respon nonlinear terhadap medan listrik

gelombang elektromagnetik E .
2.3.1 Susceptibilitas Nonlinear

Sebelum tahun 1960, persamaan dasar polarisasi diformulasikan dalam

bentuk persamaan linear. Dalam hal ini vektor polarisasi listrik P diasumsikan

mempunyai hubungan yang linear terhadap kuat medan listrik gelombang

elektromagnetik E , ditulisakan seperti persamaan (1.1) (He and Liu, 1999)

P   0 E

Dengan  0 permitivitas ruang hampa, dan susceptibilitas medium. Hubungan

linear antara P dan E pada persamaan (1.1) dianggap benar sampai tahun 1960,

ini telah disetujui secara luas dan telah dibuktikan dengan observasi eksperimen.

Tetapi mulai tahun 1960, diketahui bahwa asumsi hubungan linear antara P dan

E tidak sesuai untuk sinar laser yang berinteraksi dengan sebuah medium optik.

Ketika pulsa berkas laser dilewatkan pada piezoelektrik (kristal), teramati adanya

generasi harmonik kedua pada sebuah frekuensi optik, sehingga dari hasil tersebut

hubungan antara P dan E dituliskan seperti pada persamaan (1.2)

Pr   0[ (1) E  (2)


EE  (3)
EEE ]
 

dengan
 (1)  (2)  , ... susceptibilitas orde-1 (linear), orde-2 (nonlinear),
(3)

, ,

orde-3 (nonlinear) dan seterusnya.

Pada abad terakhir, teori gelombang ganda dapat dikembangkan dengan

teori klasik murni dan optik dijelaskan sama seperti optik linear. Hukum klasik

optik lebih banyak mempelajari intensitas cahaya dan susceptibilitas nonlinear.


2.3.2 Model Atom Klasik Nonlinear

2.3.2.1 Gas Elektron Bebas

Gerak elektron tunggal pada sebuah plasma dibawah pengaruh

gelombang cahaya terpolarisasi, (Bloembergen,1996)

E
B   exp(ikz  it) , (2.41)
Ex c
y
dimana k  c 1 c
.

Persamaan gerak untuk elektron tunggal pada plasma,

m&x&  eE
x  ec 1 z&B  mx& /  (2.42)

m&y& =  my& / (2.43)

m&z& = ec 1 x&y B  mz& / . (2.44)

Waktu tumbukan mendeskripsikan redaman gerak statis. Bila

x  x0 exp(ikz  it) , maka,

dx
x&
 dt  (i)x0 exp(ikz  it)  ix (2.45)

&x &  d 2
 (i)(i)x0 exp(ikz  it)   x (2.46)
x 2
2
dt

Sehingga substitusi persamaan (2.45) dan (2.46) ke dalam persamaan (2.42)

menghasilkan pendekatan linear pertama,

 m 2 x = 2eE exp(ikz  it)  ec 1 z&y B  m(ix) / (2.47)

Jika
z  z0 exp(ikz  i2t) diekspansikan dengan menganggap (ikz  sangat
i2t)

kecil, maka dalam pendekatan linear nilai z  z (konstanta), sehingga persamaan


0

(2.47) menjadi
x() =
 eE exp(ikz  it)
m( 2  i 1) . (2.48)

Berdasarkan persamaan (2.48), nilai


x&( ) ,
dari

dx( ) (i )(eE exp(ikz  it )) ieE exp(ikz 


t) ) =
ix&(   (2.49)
dt m(  i )
2 1
m(  i )
2 1

Jika nilai
z  z0 exp(ikz  i2t) , maka

dz
z&
 dt  (2i)z0 exp(ikz  it)  2iz (2.50)

&z&  d 2
 (2i)(2i)z0 exp(ikz  it)  4 z (2.51)
z 2
2
dt

Jika persamaan (2.49), (2.50) dan (2.51) disubstitusikan ke persamaan (2.44),

maka pendekatan nonlinear orde terendahnya,

 ie2 E 2 exp(2ikz  2it)


z(2 ) =
m2c(4  2i 1)( 2  i . (2.52)
1
)

Momen dipol linear


p  q.d ( q muatan, d jarak). Karena q dan d  x() ,
e

momen dipol dapat dituliskan menjadi ex()

Dalam permasalahan ini lebih difokuskan pada polarisasi rata-rata dalam

volume kecil dan indeks bias plasma. Jika densitas rata-rata elektron pada plasma

adalah N 0per cm 2 , maka besar polarisasi,

Px ()   ()E x ()  N 0 ex() . (2.53)

Persamaan (2.48) dan (2.53) mempunyai penyelesaian susceptibilitas


 () ,
 N e2
 () 0 . (2.54)
m( 2  i 1)
 N e2
Jika frekuensi optik   1, maka  ()   , sehingga
0 
nilai susceptibilitas
m 2

plasma,

(   4()  4N0 e 2 / m 2 . (2.55)


1)

Polarisasi nonlinear untuk frekuensi harmonik kedua diberikan oleh persamaan,

Pz (2)   (2)Ex ()  N 0 (2.56)


ez(2)

Seperti langkah sebelumnya, persamaan (2.52) dan (2.56) mempunyai

penyelesaian susceptibilitas,
 N ie 3 E exp(ikz  it)
 (2)   0
. (2.57)
m2c(4  2i 1)( 2  i 1)

Jika frekuensi optik   1, maka


 N ie 3 E exp(ikz  it)
 (2)  0 
(2.58)
4m2 3c

sehingga nilai susceptibilitas


plasma,
  ie 3 E exp(ikz  it)
N
(  1)2  4 (2) 0 . (2.59)
m 2  3c

2.3.2.2. Osilator tak Harmonik

Untuk menghitung polarisasi linear dari sebuah medium, Drude dan

Lorentz mendeskripsikan elektron sebagai partikel harmonik. Jika ditinjau gerak

satu dimensi osilator harmonik dalam medan listrik dengan frekuensi  1

dan  2 , maka persamaan geraknya adalah


&x&  x& 0  2 x  vx 2  e 1 exp(ik z  i t)  exp(i z  i t)) .(2.60)
/ m(E E 1 1 2
k 2 2
Jika digunakan pendekatan linear, maka persamaan (2.60) dapat diperoleh

menjadi

&x&  x&   2 x  e exp(ik z  i t) , (2.61)


/ mE
0 1 1 1

Jika x  x0 exp(ikz  it) , maka

dx
x&
 dt  (i1)x0 exp(ik1 z  i1t)  i1x (2.62)

&x&  d 2
 (i )(i )x exp(ik z  i t)   2 x , (2.63)
x
1 1 0 1 1 1
dt 2

Sehingga persamaan (2.61) dengan substitusi persamaan (2.62) dan (2.63)

menghasilkan

x(1)  eE1 exp(ik1 z  i1t) (2.64)


m( 2  i   2 )
1 1 0

Dalam pendekatan linear orde terendah, terdapat bentuk frekuensi harmonik

kedua
21 22 , bentuk pada frekuensi nol menjelaskan penyebaran sinar oleh
,

nonlinear kuadrat
vx 2 ,dan jumlah antara 2 gelombang sinar adalah 1  2 ,

sedang bedanya
1  2 . Untuk memperoleh nilai  digunakan
(21)

x  x0 exp(2ik1 z  i1t) , sehingga

x&  i1 x 0 exp(2ik1 z  i1t)  (2.65)


2i1 x

&x&  (2i )(2i exp(2ik z  i t)  4 2 (2.66)


1 1 0
)x x 1 1 1

Jika persamaan (2.65) dan (2.66) disubstitusikan ke persamaan (2.60), maka ruas

kiri mengandung faktor


2 , sedangkan ruas kanan mengandung faktor ,
sebagai konsekuensinya, ruas kanan dianggap nol. Sehingga persamaan (2.61)

dengan menggunakan persamaan (2.65) dan (2.66) dapat dituliskan menjadi


&x&  x&  0 2 x  vx 2  0

 ve 2 E1 2 exp(2ik1 z  2i t)
x(2 ) 1 (2.67)
1
m( 2  i   2 ) 2 (4 2  2i    2 )
1 1 0 1 1 0

Jika dituliskan
D()  D  ()   2  i   2 ,maka persamaan (2.67)
0

menjadi

 (e 2 / m 2 )vE 12 exp(2ik 1 z 
x(2 ) . (2.68)
 2i1t)
1
D 2 ( )D(2 )
1 1

Sedangkan untuk nilai x(1  2 ) , digunakan x  x0 exp(i(k1  k2 )z  i(1  2 )t)

sehingga

x&  i(1   2 )x 0 exp(i(k1  k 2 )z  i(1   2 )t)  i(1  (2.69)


 2 )x

&x&  i(1   2 ).  i(1   2 )x 0 exp(i(k1  k 2 )z  i(1   2


)t)
 (1  2 )2 x
(2.70)

Jika persamaan (2.69) dan (2.70) disubstitusikan ke persamaan (2.60), maka ruas

kanan tidak sama dengan ruas kiri sebab pada ruas kanan tidak ada komponen

yang mengandung faktor frekuensi (1  2 ) . Sebagai konsekuensinya, ruas

kanan dapat dianggap bernilai nol, sehingga persamaan menghasilkan


e2 E E  exp(i(k  k )z  i(   )t)
(2.71)
x( 1  2 )  v 2 1 2 1 2 1 2
m (  i   )(    )((   )  ) )
2 2 2 2 2 2

i i(
1 1 0 2 0 1 2 1 2 0
2

Jika dituliskan
D()  D ()   2  i  0 2 , maka persamaan (2.71) dapat

dituliskan menjadi

 (e 2 / m 2 )vE1 E2 * exp[i(k1  k 2)z  i( 


1  )t]
2
x(1   2 ) . (2.72)
D( )D * ( )D(  
 ) 1 2 1 2
Persamaan untuk polarisasi nonlinear mengikuti (Bloembergen, 1996)
P NL (2)  (2  ,  ,  )E 2 ()  ex(2) . (2.73)
x xx 0
 x N
x

Dari persamaan (2.68) dengan mengubah nilai 1 menjadi kemudian

disubstitusikan ke persamaan (2.73) diperoleh nilai susceptibilitas nonlinear,


 N (e3 / m 2 )v exp(2ikz  2it)
 xxx (2 , , )  
0
(2.74)
D 2 ()D(2)

dengan xxx tensor susceptibilitas. Pernyataan yang sama dapat diturunkan untuk

susceptibilita
 xxx (1  2 ,1,2 ) . Dispersi dari susceptibilitas nonlinear orde
s

terendah dideskripsikan dengan frekuensi tiga. Dispersi ditambah mendekati

resonansi dominator satu. Jika sebagai contoh beda frekuensi sama dengan

frekuensi resonansi D(1  2 )  untu 1  2  0 , maka


, i0 k

susceptibilitas beda frekuensi jauh lebih besar dibandingkan lainnya.

Ketika
1  sama atau mendekati frekuensi resonansi 0 , digunakan
2

komponen fourier (2.72) dalam penghitungan nonlinear orde tertinggi selanjutnya.

vx 2
bentuk linear menghasilkan komponen 21  2 ,1  22 , dalam

penambahan ke bentuk frekuensi pertama 1 da  2 . Sebagai contoh, untuk


n

mendapatkan nilai
x NL ( )* ( menunjukkan sistem nonlinear), diselesaikan
NL
2

dengan langkah sebagai berikut,

x NL (2 )*  x NL (2 )  x NL (1   2  )1 (2.75)

dari persamaan (2.64) diubah ke dalam bentuk


eE  exp(ik z  i t) eE  exp(ik z  i t)

x(1 )  m(
11 1
1 i  12 ) 1 (2.76)
2
mD ( )
1 1 0 1

dan persamaan (2.60) mengikuti,


&x&  x&   2 x    )x( )  0 , (2.77)
vx(
0 1 2 1

jika x  x0 exp(ik2 z  i2t) , maka

x&  x dan &x&  2 2 (2.78)


i2 x

sehingga substitusi persamaan (2.72), (2.76) dan (2.78) ke persamaan (2.77)

menghasilkan

NL
 *

NL
  (e3 / m3 )v 2 * 2
x ( 2) x ( E2 E1
2 (D *
)) D( ) D(   )
2 2

) (
2 1 1 2

atau
N (e4 / m3 )v 2
 (       )    0
. (2.79)
xxxx 2 2 1 1 D2 ) D( ) 2 D* )
( (

2 1 1 2
r
2.4 Operator Del 
Operator del
r
 didefinisikan sebagai vektor operator diferensial parsial.

Dalam koordinat kartesian, operator 


dianggap sebagai sebuah vektor :

 = iˆ  
x  ˆj  kˆ (2.80)
 
y z

dimana iˆ,
ˆj dan menyatakan vektor satuan sepanjang x, dan z .
kˆ sumbu y

Jika diberikan sembarang medan skalar  pada operator


r
del  , maka

dapat dibentuk sebuah medan vektor yang dinamakan gradien dari


 (grad  ),

ditulis sebagai (Halliday dan Resnick, 1984)


  
grad     = iˆ  ˆj  kˆ . (2.81)
x y z
Jika diberikan sebuah medan vektor
A  Ax iˆ  Ay ˆj  Az kˆ , maka perkalian titik

dari
r dan A menghasilkan medan skalar yang dinamakan divergensi dari A

(div A ), dituliskan sebagai

A  A A
div A   . A = y  z. (2.82)
x
y z
x

Perkalian silang dari  dan A menghasilkan medan vektor yang

dinamakan curl dari A (curl A ), dituliskan sebagai


r r ⎛ Ay Az Ax ⎞
Az ˆ ˆ⎛
Ax
⎞ ⎟  j⎜ ⎞ ˆ⎛
Ay
curl A  xA = i ⎜  z z  x ⎟  k⎜  y ⎟
y ⎠ x ⎝ . (2.83)
⎝ ⎠ ⎝ ⎠

Operator lain yang sering didapati adalah  2 , ditulis sebagai


r r r 2
2
2 2
  .    . (2.84)
x y z
2 2 2

Jika persamaan ini digunakan pada sebuah medan skalar  , maka diperoleh
r2  2  2  2
    . (2.85)
x 2 y z
2 2

Untuk sebuah medan vektor A , operasi  2 adalah


A
r2r
ˆ  2 2 ⎞ ˆ  2 2 ⎞
⎛ 2 ⎛ 2

⎝ ⎠ ⎝ ⎠
ˆ ⎛  2
 2
 2
⎞ (2.86)
k⎜ 2  2  2 ⎟ Az .
 

⎝ x y z ⎠

Untuk perkalian silang xx atau curl curl A nilainya akan sama
A
r2 A
dengan  
grad div A , dapat dituliskan sebagai

curl curl A =   2 A  grad div A . (2.87)


2.5 Persamaan Diferensial

Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat satu atau lebih

turunan-turunan dari fungsi yang tidak diketahui. Orde dari persamaan diferensial

adalah derajat atau pangkat tertinggi dari turunan yang muncul dalam persamaan.

(Waluya, 2006)

2.5.1 Persamaan Orde Satu dan Derajat Satu

Bentuk persamaan linear orde satu, (Ayres, 1986)

dy
 Py  Q
dt (2.88)

dimana P dan Q adalah fungsi t atau konstanta.

d dy dy
Karena ( yePt )  e pt  yPept  e Pt (  Py)  e PtQ
d dt dt
t
maka   Qe Pt
ye
Pt dt
y  e Pt  Qe Pt (2.89)

dt

2.5.2 Persamaan Diferensial Orde Dua

Bentuk umum persamaan diferensial linear orde dua,

d2y dy
P P PyQ
0
dt 2 (2.90)
1 2
dt
dimana
P0  0, P1 , dan Q adalah fungsi t atau konstanta.
P2
2.5.2.1 Persamaan Diferensial Linear Homogen dengan Koefisien-Koefisien

Konstan

Dari persamaan (2.90), jika Q  maka disebut dengan persamaan linear


0

homogen yaitu persamaan linear yang suku-sukunya berderajat sama dalam y

dan demikian juga turunan-turunannya. Bentuk persamaan linear homogen

dengan koefisien-koefisien konstan, (Ayres, 1986)

d2y dy
P P Py0 (2.91)
0 2
dt 1 2
dt
dimana
P0  0, P1 , adalah konstanta.
P2

d
Untuk memudahkan penyelesaian, notasi diganti dengan operator D .
dt

Sehingga persamaan (2.91) menjadi

P D 2 y  P Dy  P y  0
0 1 2

atau

(P D 2  P D  P ) y  0 . (2.92)
0 1 2

Sehingga nilai (P D 2  P D  P akan sama dengan nol. Dengan mencari nilai


)
0 1 2

faktorisasinya
diperoleh
(D  m1 )(D  m2 ) y  (2.93)
0

m1 , adalah akar-akar karakteristik. Jika m1  m2 maka,


m2
t t
y  C1 e mi  C2 e m2 (2.94)

dimana C1 dan C2 adalah nilai konstanta.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

2.5.2.2 Persamaan Linear dengan Koefisien-koefisien Konstan


d
Berdasar persamaan (2.90), dengan mengubah menjadi D , maka
dt

(P D 2  P D  P ) y  Q
0 1 2

Dengan memfaktorkan nilai (P D 2  P D  P ) , diperoleh


0 1 2

1 1
y (2.95)
Q
(D  m1 ) (D  m2 )

1
y
u. (2.96)
(D  m1 )

Dengan u  1 du
Q , dapat diubah menjadi  m u  Q dan berdasar
2
(D  m2 ) dt

persamaan (2.89), maka persamaan dapat diselesaikan menjadi

 Qe
t m 2 t
u  em2 dt . (2.97)

Dari persamaan (2.96), y  1 dy


u sehingga  m y  u , dengan
1
(D  m1 ) dt

penyelesaian persamaan diferensial orde satu seperti persamaan (2.89), diperoleh

 ue
t m1t
y  e m1 dt . (2.98)

Dengan substitusi persamaan (2.97) ke pesamaan (2.98), diperoleh

(m2 m1 )t
e  Qe
t m2t
y  e m1 dtdt . (2.99)

Jika diselesaikan, persamaan (2.99) menjadi


Q
y  [C e m t  C e m t  ]. (2.100)
1 2

1 2
m1 m
2
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian studi

pustaka.

3.2 Sarana Penelitian

Sarana yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini adalah buku-buku

yang berhubungan dengan persamaan Maxwell yang terdapat di UPT

Perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta.

3.3 Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Menelusuri bahan-bahan mengenai persamaan Maxwell yang dapat

diturunkan dari hukum Gauss untuk listrik, hukum Gauss untuk magnet,

hukum Ampere dan hukum induksi faraday.

2. Menelusuri bahan-bahan mengenai teori optik nonlinear yang ditinjau

secara klasik.

3. Mempelajari persamaan diferensial orde dua.

4. Menguraikan persamaan Maxwell sehingga mendapatkan persamaan

gelombang baik dalam ruang hampa maupun dalam medium.

33
34

5. Membuat grafik dari persamaan gelombang yang diperoleh baik dalam

ruang hampa maupun dalam medium menggunakan program Maple 9.

6. Menyelesaikan persamaan gerak dengan menggunakan persamaan

diferensial orde dua sehingga didapatkan persamaan yang nonlinear.

7. Membuat grafik dari persamaan nonlinear yang didapat dengan

menggunakan program Maple 9.

8. Mengamati dan membandingkan grafik-grafik yang diperoleh.

9. Menarik kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penurunan Persamaan Maxwell

4.1.1 Persamaan Gelombang

Dari keempat persamaan Maxwell baik dalam ruang hampa maupun dalam

medium yang diperoleh pada bab II, akan digunakan untuk memperoleh persamaan

gelombang elektromagnetik dalam hampa dan dalam medium.

4.1.1.2 Gelombang Elektromagnet dalam Ruang Hampa

Keempat persamaan Maxwell yang berlaku dalam ruang hampa,


r r
(1)  E
. =0 (4.1)

(2) r B
 r =0 (4.2)
.r r
(3) 
E   (4.3)

xB 0 0
t
r
r r 
(4) B
xE   (4.4)
t

Untuk mendapatkan persamaan gelombang elektromagnet dalam ruang hampa

r
E
diambil curl dari curl , dimana sesuai dengan persamaan (2.87) adalah

curl curl E =   2 E  grad div E


r
 x(xE)
=   2 E  (.E)

berdasarkan persamaan (4.1) nilai .E adalah nol, sehingga persamaan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35
36

x(xE) =   2 E


Sesuai dengan persamaan (2.84), bahwa 2  
2  
2 
r x y z , penyelesaian persamaan
2
∇ 2 2 2

menjadi

xxE  ⎛  E  2E
2 2
(4.5)
⎜ 
E 

⎜ x 2 y z ⎟⎟
2
⎝ 2

r r
Hasil perkalian  xE) ini sendiri mengikuti
r
x(
r r r r B
 ( )   x( )
x xE
t
r r 
 xE)   (xB)
r t
x(
r r r E 2
x(xE)    0  (4.6)

0 2
t

dengan mensubstitusikan persamaan (4.5) ke persamaan (4.6) diperoleh

2E 2E 2E 2E


  
  

(4.7)
x 2 y z 00 2
2 2 t
r
Nilai vektor medan listrik  E iˆ  E ˆj  E kˆ . Jika dua komponen E bernilai nol yaitu
E x y z

Ex  Ez  0 , sedangkan Ey  0 , maka persamaan (4.7) menjadi

2 2 2 2
 0 E
y
E E E (4.8)
 y  y y
x 2
y 2
z 2 0
t 2

dengan menganggap bahwa Ey adalah fungsi-fungsi dari x dan t saja, persamaan (4.8)
menjadi

2 2
 0 E
y
E (4.9)
y
x 2 0
t 2
37

Jika dianggap bahwa


E y  E m sin(kx   t) , maka dari persamaan (4.9), dihasilkan relasi

   (k / )2 . Karena    1/ c 2 , maka untuk v dihasilkan relasi   kc


00
c
00

sehingga bentuk

Ey  Em sin(kx  t) (4.10)

dapat digunakan sebagai penyelesaian dari persamaan (4.9).

Jika digunakan paket program Maple 9 untuk menggambar persamaan (4.10), maka

diperoleh gambar seperti pada Gambar 4.1.

Ey

Gambar 4.1 Grafik hubungan Ey dengan t dari persamaan (4.10)


dengan E  1, k  1 ,   30 .
m

Untuk mencari persamaan gelombang medan magnet B , digunakan langkah yang

sama. Dengan mengambil curl dari curl B ,


38

curl curl B =   2 B  grad div B


r
 x(xB) =   2 B  (.B)
r
 x(xB) =   2 B.


Nilai 2  
2  
2 
r
2 x y z , sehingga penyelesaian persamaan menjadi
∇ 2 2 2

r r ⎛2 2 2B⎞
B B
x(xB)  ⎜   2 ⎟. (4.11)
⎜⎝  y z ⎠
2

r r
Nilai perkalian untuk  xB) ini sendiri mengikuti
r
x(

r r r r
 x( xB)   x(  E
t )
0 0


 r
  (
00 xE)
t

 0 0  2
B
(4.12)
t 2

dengan mensubstitusikan persamaan (4.11) ke persamaan (4.12), diperoleh

2B 2B 2B 2B


  
 (4.13)
.
 

x2 y z 00 2
2 2 t
r
Nilai vektor medan listrik  B iˆ  B ˆj  B kˆ . Jika dua komponen B bernilai nol yaitu
B x y z

Bx  By  0 , sedangkan B  0 , maka persamaan (4.13) menjadi


z

2B 2 2 2B
B B
z
z z   z (4.14)
x 2
y z 00 2
2 t
2
dengan menganggap bahwa Bz adalah fungsi-fungsi dari x dan t saja, maka persamaan

(4.14) menjadi
39

 z   B
2 2

z
(4.15)
B 2 .
x 00 2
t
Jika dianggap bahwa
Bz  Bm sin(kx  t) , maka dari persamaan (4.15) dihasilkan relasi

   (k / )2 . Karena    1/ c 2 , maka untuk v dihasilkan relasi   kc


00
c
00

sehingga bentuk

Bz  Bm sin(kx  t) (4.16)

dapat digunakan sebagai penyelesaian dari persamaan (4.15).

Jika digunakan paket program Maple 9 untuk menggambar persamaan (4.16), maka

diperoleh gambar seperti pada Gambar 4.2.

Bz

Gambar 4.2 Grafik hubungan Bz dengan t dari persamaan (4.16),

dengan
Bm  1, k  1 ,   30 .
40

4.1.1.2 Gelombang Elektromagnet dalam Medium

Empat persamaan Maxwell dalam bentuk diferensial untuk medan listrik dan

medan magnetik yang berubah terhadap waktu dalam sebuah medium:


r r
(1)   . = (4.17)
0 E

(2) r B
 r =0 (4.18)
.
r r ⎛r E ⎞
(3) xB   0 ⎜ J  ⎟ (4.19)
0 t ⎠

r
r r 
(4) B
xE   (4.20)
t

Nilai curl curl E , berdasarkan persamaan (2.87) mengikuti


r
 x(xE)   2 E  grad div E

  2 E  (.E)

dengan mensubstitusikan persamaan (4.17) ke persamaan ini, diperoleh


r r
 x( xE)   2 E  0 /  (4.21)
.

Nilai perkalian curl curl E ini sendiri adalah

r r r

r ⎛ B  r r
x(xE)  x⎜ ⎟   (xB)
⎝ t ⎠ t

 ⎛r E ⎞
  0 ⎜ J   0 ⎟.
t ⎝ t ⎠

r r
Jika J adalah  E , dengan  adalah konduktivitas bahan, maka

r r r E 2E
x(xE)   0 . (4.22)
0 t t 2
0

Dengan mensubstitusikan persamaan (4.21) ke persamaan (4.22), maka diperoleh


41

r 2
r r
2E E
  E   /  0  0  0 . (4.23)
t t 2
0

Nilai r
Ei  ˆjE  kˆE Jika Ex  Ez  0 Ey  0 , dan Ey adalah fungsi dari x dan
Ex y
z. ,

t saja, maka persamaan (4.23) menjadi

2E  2E
 ( /  )  Ey
2   0
y
x y
. (4.24)
x 0 t t 2
0
0

Karena
 /  adalah sebuah konstanta maka turunan  /  terhadap x bernilai nol,
0 0

sehingga persamaan (4.24) menjadi

2 E 2E
 0
y
E  y
y
. (4.25)
x 2 0 t 2
t 0

Dari persamaan (4.25) terlihat bahwa Ey merupakan fungsi x dan t . Persamaan (4.25)

dapat diselesaikan dengan metode pemisahan variabel yaitu dengan menuliskan

Ey (x, t)  X (x)T (t). (4.26)

sehingga diperoleh,

2E 2  2T E T
X 2
E
y
T ,
y
X dan
y
X (4.27)
x 2
x 2 t 2
t t
2

t

substitusi persamaan (4.27) ke persamaan (4.25), menghasilkan

2X 
T 
x 2  0 0 2  0X T
T t
X
t 2
12X 1 T
 (    (4.28)
X x 2 0 0
2
T )
T  t
t 2 0
42

Dari persamaan (4.28), terlihat bahwa ruas kiri hanya fungsi x dan ruas kanan hanya

fungsi t . Oleh sebab itu, ruas kiri dan ruas kanan persamaan (4.28) merupakan konstanta.

Jika konstanta tersebut adalah k 2 , maka

1 2
k2
X X
x
2

atau

2
 Xk  0. (4.29)
X 2

x
2

Berdasarkan persamaan (2.94), persamaan (4.29) menghasilkan

X (x)  Aekx  Bekx (4.30)

dengan A dan B konstanta yang ditentukan dari syarat batas. Jika digunakan syarat batas

X (0)  0 , maka B   A , sehingga persamaan (4.30) menjadi


diperoleh
X (x)  A(ekx  e kx) . (4.31)

Dari persamaan (4.28), ruas kanan mempunyai bentuk

(0 0  T
2  )k (4.32)
T
0 2
T
t 2
t


Dengan menggunakan metode operator D , persamaan (4.32) dapat dituliskan

t

menjadi

( 0 D
0
2
  0 D  k 2 )T  0 (4.33)

Dari persamaan (4.33) terlihat bahwa


(  D 2   D  k 2 )  0 , sebab T  0 . Akar-
0 0 0

akar dari persamaan (4.33) adalah


43

D 0   0 
22
 4  k0 0 2

1
2  0 0

D2  0   0 
22
 4  k0 0 2
.
20 0

Sesuai dengan persamaan (2.94), persamaan (4.33) mempunyai penyelesaian berbentuk

t
T (t)  YeD1 
t
Ze D2 . (4.34)

dengan Y dan Z konstanta yang ditentukan dari syarat batas. Jika diberikan syarat batas

T (0)  0 , maka diperoleh Z  Y , sehingga persamaan (4.34) menjadi

t t
T (t)  Y (e D1  e D2 )

atau
0 
 2 2 4  k 2     2 2 4  k 2
( 0 0 0 0 0 00
)t ( )t
T (t)  Y 200
e
200
). (4.35)
(e

Dari persamaan (4.31) dan (4.35), persamaan (4.26) menghasilkan,


0 
 2 2 4   k 2   2 2 4   k 2

( 0 0 0 0 0 00
)t ( )t
E y(x, t)  AY (ekx  e kx )(e 2 0 
0
e 2 0 
0
). (4.36)

Jika dituliskan E  AY , maka persamaan (4.36) menjadi


0y

 0 
 2 2  4   k 2      2 2  4   k
2

0 0
Ey (x, t)  E0 y (
2 0 
0 0
)t (0
2  0
00
)t
(ekx  e kx ) 0 e 0
). (4.37)
(e

Grafik yang dapat dibuat dari persamaan (4.37) dengan menggunakan program Maple 9

ditunjukkan pada Gambar 4.3.


44

Ey

Gambar 4.3 Grafik 3 dimensi Ey fungsi x dan t dari persamaan (4.37)


,

dengan
E0  1,   1,26.10 6 H/m,   8,85.10 12 F/m,
y 0 0

  1 ohm/m, k  45 ,

Untuk memperoleh persamaan gelombang B digunakan cara yang sama dengan


r
cara untuk mendapatkan persamaan (4.37). Dengan mengambil curl dari curl B,

berdasarkan persamaan (2.87) mengikuti


r
 x(xB)   2 B  grad div B

  2 (4.38)
r B.
r
Nilai perkalian  xB)
r ini sendiri adalah
x(
45

r r r r ⎛ r
E ⎞
x(xB)  x⎜  0 (J  )⎟
t ⎠
0

 0 ( r  r
 xJ  r xE). (4.39)
r ) 0 (
0
t
r r
Jika nilai rapat arus J adalah  , dengan  konduktivitas, maka persamaan (4.39)
E

menjadi
r
 r r r r  r r
x( xB)  

B  B
   ( )  ( )
0
t 0 0
t t
⎛ 2B B ⎞
 ⎜  ⎟. (4.40)
t   t ⎠
00 2 0

Dari persamaan (4.39) dan (4.40), diperoleh


r 2r 2B B
  B  0  . (4.41)
t 0 t
0 2

Nilai r
Bi  ˆj  kˆ . Jika Bx  By  0 Bz  0 , dan Bz adalah fungsi dari x dan t
Bx By Bz ,

saja, maka persamaan (4.41) menjadi


 2 Bz 2B B
  z
  0 z . (4.42)
x 2
00 2 t
t
Persamaan (4.42) memiliki tipe yang sama dengan persamaan (4.25), sehingga

penyelesaian persamaan (4.42) mempunyai bentuk yang sama seperti persamaan (4.37),

dengan mengubah Ey menjadi Bz didapatkan

 0  
 2 2 4   k 2 
 2 2 4   k 2

Bz (x, t)  B0
0 0
( 0 0
)t (
0 00
)t
kx 2 0 20 0
(e kx
e ) 0
e ). (4.43)
y
(e
46

Jika digunakan paket program Maple 9 untuk menggambar persamaan (4.43), maka

diperoleh gambar seperti pada Gambar 4.4.

Bz

Gambar 4.4 Grafik 3 Bz sebagai fungsi dari x dan t dari


dimensi
persamaan (4.43), dengan B0  1 ,   1,26.10 6 H/m,
y 0

 0 8,85.10 12
F/m,   1 ohm/m, k  45.

4.1.2 Persamaan Gerak

Persamaan Maxwell yang akan dijabarkan adalah persamaan Maxwell dalam

ruang hampa. Perlu ditinjau keempat persamaan Maxwell, yaitu persamaan (4.1), (4.2),

(4.3), dan (4.4).


47

r  
Jika nilai  = iˆ  ˆj  kˆ dan arah perambatan sinar ke arah sumbu x
  
y z
x

dengan komponen medan listrik E ke arah sumbu z dan komponen medan magnet B ke

arah sumbu y , maka penjabaran untuk persamaan (4.20) ,

iˆ ˆj kˆ
 
xE = 
x y z
r r r
Ex Ey Ez
r r
Ex , Ey dan Ez masing-masing adalah medan listrik ke arah sumbu x , y z . Karena
dan
r
medan listrik hanya mengarah ke sumbu z saja, maka besarnya E dan E bernilai 0,
E x y

sehingga

iˆ ˆj kˆ
 
xE = 
x y z
0 r
0 E

E E
= iˆ  ˆj .
(4.44)
y x

Dengan mensubstitusikan persamaan (4.44) ke persamaan (4.20) maka didapatkan

B E ˆ
E
 = iˆ  j (4.45)
t y x

Jika diambil hanya ke arah sumbu y , maka dari persamaan (4.45) diperoleh

B E
t = x

B E
  0. (4.46)
t x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

E
Persamaan (4.3) mengikuti xB =  . , sedangkan perkalian silang antara
0 t
0

vektor operator del


r dan vektor medan magnet B dalam koordinat kartesian ini sendiri

adalah

iˆ ˆj kˆ
 
xB = 
x y z
r r r
Bx By Bz
r r
Bx , By dan masing-masing adalah medan magnet ke arah sumbu x , y dan z .
r
Karena medan lstrik B hanya mengarah ke sumbu y saja, maka besarnya Bx dan Bz

bernilai 0, sehingga

iˆ ˆj kˆ
 
xB = 
x y z
0 r 0
B

B B
= iˆ(0  )  ˆj(0  0)  kˆ(  0)
z x
B B ˆ
= iˆ  k. (4.47)
z x

Persamaan (4.19) disubstitusikan ke dalam persamaan (4.47), sehingga


⎛r E ⎞ B ˆ B ˆ
0 ⎜ J   0 ⎟ (4.48)
t ⎠ =  i  k.
⎝ z x

Jika diambil hanya kearah sumbu z , maka persamaan (4.48) menjadi

⎛ B
 0 ⎜ rJ  E ⎟⎞ . (4.49)
0 =
t ⎠ x

r r dr
Jika rapat arus J mempunyai persamaan J Nq , maka persamaan (4.49) menjadi

dt
r
E q.N. dr 2
tB   dt  c x (4.50)
0 0

dengan, q muatan elektronik, N jumlah elektron per satuan volume, c0 kecepatan

cahaya,  permitivitas ruang hampa. Untuk melengkapi sistem, dibutuhkan hubungan


0

antara r dengan E . Elektron yang dikendalikan oleh medan E dan terjebak di dalam

sebuah sumur potensial akan menghasilkan gaya pulih nonlinear. Sehingga relasi antara
r
r dengan E dapat dituliskan sebagai

d 2r
m
U (r)  qE (4.51)

dt 2

dengan, m
massa r perpindahan, t waktu, U (r) turunan dari sumur potensial
,

terhadap koordinat r .

1
diberikan nilai U (r) = m 2 r 2 dan koordinat ( r ) juga fungsi waktu ( t )
maka 2
U (r) = dU = m 2 r (4.52)
.
dr

Jika persamaan (4.52) disubstitusikan ke persamaan (4.51) menghasilkan

d 2r 2r  qE
dt 2   m

atau

qE
(D2   2 )r 
m
qE
(D  i)(D  i)r  . (4.53)
m
Penyelesaian dari persamaan (4.53) sesuai dengan persamaan (2.100) yaitu
qE
r  C eit  C eit 
(4.54)
1 2
 2m

dengan C1 dan C2 adalah konstanta.

Untuk melihat efek kualitatif dari persamaan (4.54), dapat dilihat pada Gambar

4.5 .

Gambar 4.5 Grafik hubungan r dengan t dari persamaan (4.54), dengan C1  1,

C2  1,
q  1 C, E  1 N/C, m  1 kg,   45 .

Jika pada persamaan (4.51) ditambahkan redaman fungsi waktu


U (t) , maka

persamaan menjadi
d r
m 2 U  U  t  qE (4.55)
r
( ) ()
dt 2
dr
dengan U (t)  
, dan substitusi persamaan (4.52) diperoleh
dU dU dt
dr
dt
dr dt
U (t) = m 2 r
.
(4.56)
Persamaan (4.52) dan (4.56) disubstitusikan ke persamaan (4.55) sehingga diperoleh

d 2r
  2r    qE . (4.57)
dt 2 dr m
2

dt

d
Dengan menggunakan metode operator D  , dan dengan menganggap bahwa
dt

 2r  ,  2   persamaan (4.57) dapat dituliskan menjadi



qE
(D 2  D   )r  (4.58)
m

Akar-akar dari persamaan (D2  D   ) ,

b b 2  4ac
D12 
2a

    2  4
2
1
 ( 
2  2  4 )

1 1
D (  ( 
1  2  4 dan D   2  4 (4.59)
2 ) 2
2 ).

Hasil penyelesaian diferensial (4.58) sesuai dengan persamaan (2.100) dan dengan

substitusi persamaan (4.59) menghasilkan


1
(
 2 4 )t
1
(  2 4 )t qE
r  [C1e 2   ]. (4.60)
 C2 e 2 .m

Untuk melihat efek kualitatif dari persamaan (4.60), dapat dilihat pada Gambar

2.6, dengan C1  1, C2  1,
  1 ,   1, q  1 C, E  1 N/C, m  1 kg,
r

Gambar 4.6 Grafik hubungan r dengan t dari persamaan (4.60),


dengan C1  1, C2  1,   1 ,   1, q  1 C, E  1 N/C,
dan m  1 kg,

Untuk kasus gaya pemaksa dari luar berbentuk periodik, yang ditulis sebagai
d r
m. 2  U (r)  U (t)  qE sin 
(4.61)
t.
dt 2

Dengan mensubstitusikan persamaan (4.52) dan (4.56) ke persamaan (4.61),

menghasilkan

d
 m r  m r
2 2 2
r  qE sin (4.62)
m dr
dt 2  t.
dt

d
Dengan operator D  , dan dengan menganggap bahwa  2r  ,  2   maka
dt

persamaan (4.62) menjadi

qE sin t
(D 2  D   )r 
m

atau

qE sin t
(D  D1 )(D  )r  . (4.63)
D2 m
Hasil penyelesaian differensial persamaan (4.63) sesuai dengan persamaan (2.99) yaitu
qE sin  t
r  e D t  e ( D  D )t  e D t (4.64)
(dt) 2 . 1 2 1 2

ibx ibx
Mengingat nilai sin(bx)  e e , maka sin( t) dapat diubah menjadi eit  eit
2i 
2i

sehingga persamaan (4.64) menjadi

Dt ( D D )t qE eit  eit D t 2
r e )e (dt)
2
1 2 1
(
e m 2i

qE (i  D )t
 e D1 t  e ( 2D D1 )t  e 2  e(i  D )t2 (dt) 2
2im
qE 1 1 ( i  D )t
 1e
Dt
e
( D  D )t
21 ( e(i 2 D )t
 e 2 A)(dt)

2im i  D2 i  D2

qE D t 1 1 ( i  D )t
 e  ( e (i  D )t  e  Ae
( D  D )t
)(dt)
1 1 1 21
2im
i  D2 i  D2

qE 
 e(i D1 )t  e(i D1 )t Ae( D2 D1 )  B)
t
e D1t
(
2im (i  D2 )(i  D1 (i  D2 )(i  D1 (D2  D1 )
) )

qE )t
 [ e(i  D1  D1 
e ( i D1  D1 )t
2im (  i (D  D )  D .D (  i(D1  D )  D .D )
2 2
2 1 2
) 1 2 1 2
 ( D2 D1  D1
)t Ae
(D2  D1 )
B D1t
].
e

Dengan substitusi persamaan (4.59) menghasilkan

qE
r  2im [ eit eit
(  i( )   ) ( 2  i( ) 
2

)
1
(  
 2 4 )
 Ae 2 t
1 (    2 4 )t

 Be 2 ]
 2  4
[ qEeit qEeit
2im( 2  i   ) 2im( 2  i  

)
1
(  
 2 4 )t (4.65)
1
 qEAe (     2 4 )t
2  Be 2
]
2im(  2  4 )

qEA
bila dianggap C dan B dianggap C1 , maka persamaan (4.65) menjadi
2im  2  4

r[ qEeit qEeit


 2im( 2  i  
2im(  i   )
2
)
1
(   1
 2 4 ) (   2 4 )t
2
 C2 e t  ]
 C1e 2

1
(   1
 2 4 ) (   2 4 )t
 [C1e 2
t 
  C2 e 2 (4.66)
qEe
qEe
t
i
 it

].
2im( 2  i  2im( 2  i   )
)

Efek kualitatif dari persamaan (4.66), dapat ditinjau dari Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Grafik hubungan r dengan t dari persamaan (4.66),

dengan C1  C2  1 , m 
1 kg, dan   1.   1 ,   1, q  1 C, E  1 N/C,
4.2 Pembahasan

Penurunan persamaan Maxwell dalam ruang hampa menghasilkan persamaan

gelombang yang ditunjukkan pada persamaan (4.10), dan (4.16), sedangkan penurunan

persamaan Maxwell dalam medium menghasilkan persamaan gelombang (4.37), dan

(4.43). Masing-masing efek kualitatifnya dapat ditinjau dari Gambar 4.1, 4.2, 4.3, dan

4.4. Dari Gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa untuk persamaan gelombang dalam

ruang hampa bersifat linear, dapat dilihat dari adanya simpangan maksimum (Amplitudo)

gelombang yang konstan. Gambar 4.3 dan 4.4 berupa garis lengkung yang menunjukkan

bahwa persamaan gelombang dalam medium bersifat nonlinear. Berdasarkan hasil yang

diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa medium merupakan salah satu penyebab

suatu sistem bersifat nonlinear.

Berdasarkan persamaan (4.51) yang penyelesaiannya menghasilkan persamaan

(4.54) menunjukkan bahwa persamaan gerak yang mempunyai fungsi sumur potensial

akan menghasilkan suatu sistem yang linear, secara kualitatif dapat dilihat pada Gambar

4.5. Bila pada persamaan (4.51) ditambahkan redaman yang bergantung pada waktu t ,

ditunjukkan pada persamaan (4.55) dan penyelesaiannya menghasilkan persamaan (4.60)

memperlihatkan bahwa sistem bersifat nonlinear, secara kualitatif dapat dilihat pada

Gambar 4.6. Bila gaya pemaksa dari luar diberikan dalam bentuk sinusoidal seperi

ditunjukkan dalam persamaan (4.61) yang penyelesaiannya menghasilkan persamaan

(4.66) maka sistem berbentuk nonlinear dengan bentuk grafik seperti ditunjukkan pada

Gambar 4.7. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa
pengaruh lain yang menyebabkan suatu sistem bersifat nonlinear adalah adanya gerak

elektron yang mempunyai fungsi redaman bergantung waktu t .


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan proses yang telah dilakukan dalam penelitian ini

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari persamaan Maxwell dapat dihasilkan efek nonlinear gelombang

elektromagnetik jika ada medium (bahan) yang bersifat meredam amplitudo

gelombang elektromagnetik.

2. Bentuk persamaan diferensial orde-2 homogen dan tak homogen terkait

dengan efek linear dan nonlinear sistem fisis.

5.2 Saran

Sebagaimana disebutkan pada batasan masalah bahwa peninjauan dalam

penelitian ini dibatasi hanya dari sudut pandang fisika klasik, maka perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efek nonlinear ditinjau dari sudut

pandang mekanika kuantum.

57
DAFTAR PUSTAKA

Ayres, F., 1986, Persamaan Diferensial dalam Satuan SI Metriks, Jakarta :


Erlangga.

Waluya, S.B., 2006, Persamaan Diferensial, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Efendi, R., dkk., 2007, Medan Elektronika Terapan, Jakarta : Erlangga.

Bloembergen, N., 1996, Nonlinear Optics, Fourth Edition, Singapura : World


Scientific.

Whitham, G.B., 1974, Linear and Nonlinear Waves, Canada : John Wiley.

Halliday, D., dan Resnick, R., 1984, Fisika Edisi ke 3 Jilid 2, Jakarta: Erlangga.

He, G.S. and Liu, S.H., 1999, Physics of Nonlinear Optics, Singapura : World
Scientific.

58
Bz

Anda mungkin juga menyukai