Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Hipertensi adalah kelainan yang tidak diketahui etiologinya yang terjadi dalam
kehamilan, dimanifestasikan dengan hipertensi, (tekanan sistolik 30 mmHg dan atau
tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai dasar) edema dan proteinura (preeklamasia)
yang dapat berlanjut pada kejang/koma (eklamsia). (Rencana Perawatan Material Bayi,
2001).
Penyakit Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.

B. Etiologi
Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus, tidak diketahui sehingga disebut
hipertensi esensial. Namun demikian, pada sebagian kecil kasus hipertensi merupakan
akibat sekunder proses penyakit lainnya, seperti ginjal; defek adrenal; komplikasi terapi
obat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:

1) Hipertensi esensial: penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter, faktor
emosi (Stress) dan lingkungan (pola hidup).
2) Penyakit Ginjal: Penyakit ginjal dan gejala hipertensi dan dapat dijumpai pada
wanita hamil adalah :
a) Glomerulonefritis akut dan kronik
b) Plelenofritus akut dan kronik (Sinopsis Obstruksi, 1989)

C. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut:

a) Hipertensi esensial.
b) Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
c) Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
d) Pre-eklamsia.
e) Eklamsia.
D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :

 Tekanan darah diastolik < 100 mmHg


 Proteinuria samar sampai +1
 Peningkatan enzim hati minimal

Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:

 Tekanan darah diastolik 110  Oliguria


mmHg atau lebih
 Kejang
 Proteinuria + 2 persisten atau
 Kreatinin meningkat
lebih
 Trombositopenia
 Nyeri kepala
 Peningkatan enzim hati
 Gangguan penglihatan
 Pertumbuhan janin terhambat
 Nyeri abdomen atas
 Edema paru

Gejala hipertensi pada ibu hamil :

a) Sakit kepala f) Perdarahan dari hidung


b) Mudah lelah g) Wajah kemerahan
c) Mual, MuntaH h) Pandangan menjadi kabur sebab
d) Sesak napas adanya kerusakan pada otak,
e) Gelisah mata, jantung dan ginjal.

E. Patofisiologi
Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali
dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-
pembuluh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat
diperkirakan dari perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang
terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi
penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-
perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah
antara sel-sel endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk
trombosit dan
fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama
dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis,
dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.

F.Komplikasi
 Perubahan Kardiovaskuler
 Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung
akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya
secara patologis hipervolemia kehamilan.
 Perubahan hematologis
 Gangguan fungsi ginjal
 Edema paru
Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut.
Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah penyakit
paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu
akibat hipertensi ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5% -10% menadi
kurang dari 3% kasus.
faktor emosi (Stress) dan
lingkungan (pola hidup)
Peningkatan
Konstriksi angiostensin II
vaskuler

Kontraksisel
Retensi aliran endotel
darah

Kerusakan & kebocoran


hipertensi sel endotel

Pengendapan
konstituen darah

TD meningkat

Transport darah ke Kerusakan & Pembuluh darah otak Pembengkakan epitel


paru mnrun kebocoran sel pecah endotel glomerulus
endotel

Paru2 bkrja lebih kras Perubahan hemodinamik lesi Gangguan fungsi ginjal
u/ mningkatkan laju
darah
Gagal ginjal
Pembekuan darah hipoperfusi
Edema paru terganggu

Integritas ego
sesak
Transport nutrisi + O2
jg
terganggu MK:
MK: gangguan MK: Resti
ansietas
pola cidera
pernafasan
Gangguan perfusi
jaringan

§
Pd ibu: sianosis Pd janin: kurang nutrisi

MK: Fetal
disstress

Kematian janin
G. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaannya antara lain :

1) Deteksi Prenatal Dini: Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu


sampai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan
36 minggu, setelah itu setiap minggu.
2) Penatalaksanaan Di Rumah Sakit: Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup :
a. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-
temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan
pertambahan berat yang pesat
b. Berat badan saat masuk
c. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari
d. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara
tengah malam dan pagi hari
e. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati
dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi
f. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis
maupun USG
g. Terminasi kehamilan: Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik
setelah rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu
dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila
tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal,
diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah.
3) Terapi Obat Antihipertens: Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya
memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan
dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi
perhatian.
4) Penundaan Pelahiran Pada Hipertensi Berat: Wanita dengan hiperetensi berat
biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai
penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam
penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan
ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu” terhadap kelompok
tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi
keselamatan ibu.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Aktivitas dan Istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2.      Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan
regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan
denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau
brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada
dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri).
Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda
(vasokonstriksi)
3.      Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4.      Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal dimasa lalu).
5.      Makanan dan Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan
tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena;  glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
6.      Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ).  Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan
kabur).
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses
pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan
edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya
hipertensi.
7.      Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma)
8.      Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas
tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
9.      Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien.
Hipotensi posturnal.

10.  Pembelajaran dan Penyuluhan


Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
C. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah diberikan asuhan 1.1.      Kaji frekwensi 1.      Kedalaman dan kecepatan pernafasan bervariasi
efektif berhubungan keperawatan diharapkan pola kedalamam pernafasan tergantung derajat gagal nafas. Ekspansi dada yang
dengan penurunan nafas pasien kembali efektif, dan ekspansi dada. Catat terbatas berhubungan dengan atelektasis / nyeri dada
ekspansi paru akibat dengan kriteria hasil : upaya pernafasan pleuritik.
oedem paru a.   RR 16-20 x/mnt termasuk penggunaan 2.      Penurunan bunyi nafas akibat obstruksi
b.   Tidak ada pernafasan otot-otot bantu sekunder terhadap perdarahan, kolaps jalan nafas
cuping hidung, dan retraksi 1.2.      Askultasi bunyi serta kegagalan jalan nafas
dada nafas dan catat adanya
c.   Bunyi nafas bunyi nafas adventisius, 3.      Memperbaiki jalan dan saturasi pernafasan
normal                (vesikuler) spt :krekels,mengi,
tidak ada bunyi nafas gesekan pleural 4.      Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan
tambahan spt : krakels, ronchi 1.3.      Berikan posisi kerja otot pernafasan
d.  Ekspansi dada simetris semi fowler bila tidak ada
e.   Secara verbal tidak ada kontra indikasi
keluhan sesak 1.4.      Kolaborasi
pemberian oksigen
2 Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 2.1.   Pantau TD, catat 1.      Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran
serebral berhubungan keperawatan diharapkan adanya hipertensi sistolik darah otak yang konstan pada saat ada fluktuasi TD
dengan penurunan Perfusi jaringan serebral secara terus menerus dan sistemik. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti
suplai oksigen otak pasien kembali efektif, tekanan nadi yang kerusakan kerusakan vaskularisasi serebral
dengan kriteria hasil : semakin berat. lokal/menyebar.
1.         GCS normal ( 15 ) 2.2.   Pantau frekuensi 2.      Perubahan pada ritme (paling sering
2.         Nilai TIK dalam batas jantung, catat adanya Bradikardi) dan Disritmia dapat timbul yang
normal    ( 0-15 mmHg ) Bradikardi, Tacikardia mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang
3.         TTV normal ( RR 16- atau bentuk Disritmia otak pada pasien yang tidak memiliki kelainan
20 ) lainnya. jantung sebelumnya.
2.3.   Pantau pernapasan 3.      Napas yang tidak teratur dapat menunjukkan
meliputi pola dan lokasi adanya gangguan serebral dan memerlukan
iramanya intervensi yang lebih lanjut.
2.4.   Catat status 4.      Pengkajian kecenderungan adanya perubahan
neurologis dengan teratur tingkat kesadaran adalah sangat berguna dalam
dan bandingkan dengan menentukan lokasi penyebaran/luasnya dan
keadaan normalnya perkembangan dari kerusakan serebral.
2.5.   Berikan obat anti 5.      Efektif dalam menurunkan tekanan
hipertensi
3 Penurunan curah Setelah diberikan asuhan 3.1     Pantau TD. Ukur 1.      Perbandingan dari tekanan memberikan
jantung berhubungan keperawatan diharapkan pada kedua tangan untuk gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/
dengan Peningkatan curah jantung pasien mulai evaluasi awal. Gunakan bidang masalah vaskular.
afterload, normal dengan criteria hasil : ukuran manset yang tepat 2.      Denyutan karotis ,jugularis,radialis dan
vasokontriksi 1.      tidak adanya sianosis dan teknik yang akurat. femoralis mungkin terpalpasi. Denyut pada tungkai
pembuluh darah. 2.      CRT < 2 dtk 3.2     Catat keberadaan, mungkin menurun, mencerminkan efek dari
3.      Akral hangat kualitas denyutan sentral vasokontriksi ( peningkatan SVR ) dan kongesti vena
4.      RR Normal ( 16-20 dan perifer 3.      S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat
x/mnt) 3.3     Auskultasi tonus karena adanya hipertrofi atrium. Adanya krakel,
5.      Tidak ada bunyi jantung jantung dan bunyi nafas mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
tambahan 3.4     Amati warna kulit, terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
6.      GCS normal (E,V,M = kelembaban, suhu dan 4.                                                                   Adanya
15) masa pengisian kapiler pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian
7.      Haluaran urine dalam 3.5     Pertahankan kapiler lambat mungkin berkaitan dengan
batas normal (400 ml / 24 pembatasan aktivitas vasokontriksi atau mencerminkan
jam) warna kuning jernih. seperti istirahat di tempat dekompensasi/penurunan curah jantung.
tidur/ kursi, jadwal 5.   Menurunkan stres dan ketegangan yang
periode istirahat tanpa mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan
gangguan, bantu pasien penyakit hipertensi
melakukan aktivitas 6.   Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis;
perawatan diri sesuai meningkatkan relaksasi.
kebutuhan 7.      Tiazid mungkin digunakan sendiri atau
3.6     Berikan lingkungan dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD
tenang, nyaman, kurangi pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal.
aktivitas / keributan Diuretik ini memperkuat agen-agen antihipertensi
lingkungan. Batasi lain dengan membatasi retensi cairan. Vasodilator
jumlah pengunjung dan menurunkan aktivitas kontriksi arteri dan vena pada
lamanya tinggal. ujung saraf simpatik.
3.7     Kolaborasi :
Berikan obat-obat sesuai
indikasi seperti Diuretik
dan tiazid
4 Nyeri akut / kronis Setelah diberikan asuhan 4.1     Kaji derajat nyeri 1.   Mengetahui derajat nyeri yang dirasakan pasien
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 4.2     Pertahankan tirah dan mempermudah intervensi
peningkatan tekanan Nyeri pasien berkurang baring selama fase akut 2.   Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
vascular serebral dan dengan kriteria hasil : 4.3     Berikan tindakan 3.   Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular
iskemia miokard 1.         Mengungkapkan nonfarmakologi untuk serebral dan yang memperlambat/ memblok respon
metode yang memberikan menghilangkan sakit simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala
pengurangan kepala atau nyeri dada dan komplikasinya.
2.         Mengikuti regimen misal, kompres dingin 4.   Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
farmakologi yang diresepkan pada dahi, pijat punggung menyebabkan sakit kepala pada adanya penigkatan
3.         Skala nyeri 0-1 dan leher, teknik tekanan vaskular serebral.
4.         Wajah tidak relaksasi  (panduan 5.   Mengetahui keadaan umum pasien. Peningkatan
meringis / wajah nampak imajinasi, distraksi) dan tanda-tanda vital mengindikasikan nyeri belum dapat
rileks aktivitas waktu senggang. terkontrol.
5.         Menyatakan nyeri 4.4     Minimalkan 6.   Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan
berkurang aktivitas vasokontriksi rangsang sistem saraf simpatis.
yang dapat meningkatkan
sakit kepala misalnya,
mengejan saat BAB,
batuk panjang,
membungkuk.
4.5     Kaji tanda-tanda
vital
4.6     Kolaborasi :
Analgesik,Antiansietas
mis, lorazepam, diazepam
5 Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan 5.1     Awasi denyut 1.   Tacikardi dan hipertensi terjadi karena kegagalan
cairan berhubungan keperawatan diharapkan jantung, TD, CVP ginjal untuk mengeluarkan urine, pembatasan cairan
dengan edema pasien menunjukkan 5.2     Catat pemasukan berlebih selama mengobati hipovolemia/hipotensi
keseimbangan volume cairan dan pengeluaran secara atau perubahan fase oliguri gagal ginjal dan
dengan kriteria : akurat. perubahan pada renin-angiotensin.
1.         Masukan dan haluaran 5.3     Awasi berat jenis 2.   Perlu untuk menentukan fungsi gnjal, kebutuhan
seimbang urine penggantian cairan
2.         BB stabil 5.4     Timbang tiap hari 3.   Mengukur kemampuan ginjal untuk
3.         Tanda vital dalam dengan alat dan pakaian mengkonsentrasikan urine
rentang normal ( N : 70 – 80 yang sama 4.   Penimbangan berat badan harian adalah
x mnt, R : 16 – 20 x /mnt, S : 5.5     Kaji kulit, wajah pengawasan status cairan terbaru. Peningkatan berat
36 – 37,2, T : 120 / 80 area tergantung untuk badan lebih dari 0,5 kg per hari diduga ada retensi
mmHg) edema cairan.
4.         Oedema tidak ada 5.6     Berikan obat sesuai 5.   Edema terjadi terutama pada jaringan yang
indikasi (diuretik) tergantung pada tubuh contoh : tangan, kaki, area
lumbosakral
6.   Membantu dalam pengeluaran cairan
6 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan 6.1     Kaji respon pasien 1. Menyebutkan parameter membantu dalam
berhubungan dengan keperawatan diharapkan terhadap aktivitas, mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas
Kelemahan umum dan pasien dapat berpartisipasi perhatikan frekuensi nadi dan bila ada, merupakan indikator dari kelebihan
ketidakseimbangan dalam aktivitas yang lebih dari 20 kali per kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
antara suplai dan diinginkan/diperukan dengan menit di atas frekuensi 2. Teknik menghemat energi mengurangi
kebutuhan oksigen kriteria hasil : istirahat, peningkatan penggunaan energi, juga membantu keseimbangan
1.      Melaporkan tekanan darah yang nyata antara suplai dan kebutuhan oksigen.
peningkatan dalam toleransi selama /sesudah aktivitas, 3.  Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan pasien
aktivitas yang dapat diukur dpsnea atau nyeri dada, dalam melakukan aktivitas dan prwt diri.
2.      Menunjukkan keletihan dan kelemahan 4. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
penurunan dalam tanda-tanda yang berlebihan, peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan
intoleransi fisiologi diaforesis, pusing atau bantuan hanya sebatas kebutuhan hanya akan
pingsan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
6.2     Instruksikan pasien
tentang teknik
penghematan energi ,
misalnya menggunakan
kursi saat mandi, duduk
saat menyisir rambut atau
menggosok gigi,
melakukan aktivitas
dengan perlahan
6.3     Kaji sejauh mana
aktivitas yang dapat
ditoleransi
6.4     Mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas
7 Gangguan persepsi Setelah diberikan tindakan 7.1     Kaji kemampuan 1.      Untuk mengidentifikasi kemampuan melihat
sensori : penglihatan keperawatan, diharapkan melihat  pasien dan menyusun rencana tindakan.
berhubungan dengan pengelihatan pasien semakin 7.2     Berikan  kompres 2.      Meningkatkan vaskularisasi pada area mata
penekanan saraf membaik, dengan criteria : hangat pada mata 3.      Menghindari resiko cidera dan kesalahan
optikus 1.         Menyatakan 7.3     Bantu kebutuhan intepretasi yang dapat mengancam jiwa pasien
pengelihatan semakin pasien dalam rentang 4.      Menghindari disorientasi waktu, orang dan
membaik pasien mengalami tempat
2.         Visus normal ( 6/6 ) penurunan pengelihatan
3.         Refraksi mata baik 7.4     Kolaborasi dalam
4.         Tidak ada disorientasi pemeriksaan mata  dan
waktu, orang dan tempat penggunaan alat bantu
pengelihatan
8 Risiko cedera Setelah diberikan asuhan 8.1     Jauhkan dari 1.           Meminimalkan risiko cedera             
berhubungan dengan keperawatan diharapkan benda-benda tajam 2.           Meminimalkan terjadinya benturan
penurunan kesadaran , pasien tidak mengalami 8.2     Berikan 3.           Meminimalkan klien jatuh
penglihatan cidera dengan  kriteria hasil : penerangan yg cukup 4.           Menghindari klien terjatuh pada saat
ganda                      ( d 1.      Pasien tidak mengalami 8.3     Usahakan lantai istirahat
iplopia ) cedera. tidak licin dan basah 5.           Untuk meningkatkan  menjaga keamanan
2.      Tidak 8.4     Pasang side rail
8.5     Anjurkan pada
keluarga klien untuk
selalu menemani klien
dalam beraktivitas
9 PK : Gagal Jantung Setelah diberikan tindakan 1.1     Pantau adanya 1.      Pemantauan, penanganan sedini mungkin dan
keperawatan, diharapkan tanda – tanda gagal mencegah kerusakan lebih lanjut
pasien tidak mengalami gagal jantung 2.       Pemberian therapi sedini mungkin dengan
jantung 1.2     Kolaborasi dengan pertimbangan therapi yang tepat akan mampu
1.      Nadi 70 – 80 x/mnt dokter bagian dalam menyelamatkan jiwa pasien
2.      Nyeri tidak ada ( jantung)
3.      Sianosis tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta
: EGC
Chung, E.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,
diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta : EGC
Doenges,M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk   Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan   Pasien  Edisi
3.  Jakarta  : EGC
Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta,
Penerbit              Kanisius
Marvyn, Leonard. 1995. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet,
Jakarta : Penerbit Arcan
NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.
NANDA, 2007-2008. Diagnosa Nanda (Nic & Noc), Disertai Dengan Discharge
Planning.
Price, S, A. 2005.  Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi   6
volume 1. Jakarta ; EGC
Smeltzer, Suzanne  C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta
:EGC
Sobel, Barry J, et all.1999.  Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis
dan Terapi, Jakarta : Penerbit Hipokrates
Tom, S. 1995. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi,
Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta : Arcan
Peter.S. 1996. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa
Jakarta :  Arcan.
Tucker, S.M, et all . 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,
diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai