Anda di halaman 1dari 17

11

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar menurut pengertian psikologis, bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,

perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah

laku. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya ( Slameto, 2013: 2).

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki

perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi

tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains

konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan

pengalaman (experience) (Suyono dan Hariyanto, 2014: 9).


12

(…..,2014:14). Belajar adalah suatu proses yang membawa

bersama-sama pengaruh dan pengalaman kognitif, emosional, dan

lingkungan untuk memperoleh, meningkatkan atau membuat perubahan

di dalam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan cara pandang

seseorang.

Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian

belajar.

1) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari

terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya merasakan telah

terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa

bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar dilakukan,

makin banyak dan makin banyak perubahan yang diperoleh.

Sedangkan perubahan yang bersifat adalah bahwa perubahan itu tidak

terjadi dengan sendirinya melainkan usaha individu sendiri.

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui sesuatu

proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika

seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya akan mengalami perubahan

tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan

dan sebagainya (Slameto, 2013: 3-4).


13

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan yang

diukur melalui alat evaluasi baik proses maupun hasil.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku

yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa

memperoleh suatu hasil belajar (Jihad dan Haris, 2012:14)

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran, tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan

pembelajaran adalah hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas

mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut

(https://www.zonareferensi.com/pengertian-hasil-belajar/pukul di akses

hari selasa pukul 21:50 tanggal 05-11-2019).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) Definisi hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan

puncak proses belajar. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa antara lain:


14

1) Bakat siswa

2) Waktu yang tersedia bagi siswa

3) Waktu yang diperlukan guru untuk menjelaskan materi

4) Kualitas pengajaran

5) Kemampuan siswa.

Pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja,

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku

seseorang yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor

setelah mengikuti suatu proses belajar mengajar tertentu (Suprijono,

2013:7)

Berdasarkan hasil belajar siswa, dapat diketahui kemampuan

dan perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan dapat di

lihat dari kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam

belajar (https://www.karyatulisku.com/2017/10/pengertian-hasil-belajar-

dan-jenis-jenis-hasil-belajar/pukul 20:05 hari kamis 5-12-2019)

c. Manfaat Hasil Belajar

Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi

lebih baik, sehingga bermanfaat untuk: (a) menambah pengetahuan, (b)

lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya, (c) lebih

mengembangkan keterampilannya, (d) memiliki pandangan yang baru

atas sesuatu hal, (e) lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya.

Dapat disimpulkan bahwa istilah hasil belajar merupakan perubahan dari


15

siswa sehingga terdapat perubahan dari segi pegetahuan, sikap, dan

keterampilan. 

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran yang mencakup pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang diukur melalui alat evaluasi baik proses maupun hasil.

Hasil belajar siswa digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau

kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

d. Indikator Hasil Belajar

Adapun indikator dari hasil belajar adalah:

1) Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-

tanda, perbuatan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh

peserta didik.

2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik pendidikan,

potensi daerah dan peserta didik

3) Rumusan indikator menggunakan kerja operasional yang terukur atau

dapat diobservasi.

4) Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat

penilaian. https://blogsayasaja.wordpress.com/2011/03/13/komponen-

indikator-hasil-belajar/pukul hari kamis 5-12-2019.


16

2. Make a Match

a. Pengertian Make a Match

Metode pembelajaran Make a Match merupakan model

pembelajaran yang dikembangkan Loma Curran. Ciri-ciri utama metode

Make a Match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang

merupakan jawaban atau pertanyaan materi dalam pembelajaran. Salah

satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Teknik ini biasa digunakan dalam suatu mata pelajaran dan untuk semua

tingkatan usia.

Karakteristik pembelajaran Make a Match adalah memiliki

hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain.

Pelaksanaan Make a Match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk

bergerak mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan jawaban

atau pertanyaan dalam kartu tersesbut. Siswa yang pembelajarannya

dengan metode Make a Match aktif dalam mengikuti pembelajaran

sehingga dapat mempunyai pengalaman belajar yang bermakna

(Shoimin, 2017: 98).

Make a match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam

KBM diruang kelas. Tujuan dari strategi ini antara lain:

1) Pendalaman materi

2) Penggalian materi

3) Edutaintment (Huda, 2017 : 251).


17

b. Kelebihan Make a Match

Kelebihan metode make a match antara lain, dapat


meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik,
karena ada unsur permainan metode ini menyenangkan, meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, efektif sebagai sarana melatih
keberanian siswa untuk tampil presentasi, efektif melatih kedisiplinan
siswa dan menghargai waktu untuk belajar.
Beberapa tahapan yang diterapkan dalam model pembelajaran

make a match diantaranya:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang

mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian)

2) Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu

3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya yang berisi soal atau jawaban dari pertanyaan

tersebut

4) Siswa biasa juga bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang

memegang kartu yang berhubungan dengan soal dan jawaban (Huda,

2016 :135).

c. Kelemahan Make a Match

Kelemahan metode make a match antara lain, jika strategi ini

tidak dipersiapkan dengan baik akan banyak waktu yang terbuang, pada

awal penerapan metode banyak siswa yang akan malu berpasangan

dengan lawan jenisnya, jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik

akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat berpasangan,


18

Tujuan dari pembelajaran dengan model Make a Match adalah untuk

melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya

terhadap suatu materi pokok (Fachrudin, 2012 : 168) Siswa dilatih

berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi

sosial.

d. Kriteria Make a Match

Adapaun kriteria yang ingin dicapai kondisi kelas yang meliputi:

1) Alokasi waktu yang akan digunakan dan waktu persiapan.

Pertimbangan di atas sangat diperlukan karena metode make a match

tidak efektif apabila digunakan pada kelas yang jumlah siswanya

diatas 40 dengan kondisi ruang kelas. Sebab dalam pelaksanaan

pembelajaran make a match, kelas akan menjadi gaduh dan ramai.

2) Perlakukan siswa sebagai manusia yang sederajat ketahuilah apa yang

disukai siswa, cara pikir mereka dan perasaan mereka. Bayangkan apa

yang akan mereka katakan mengenai diri sendiri dan guru Ketahuilah

hambatan-hambatan siswa berbicaralah dengan jujur dan halus

Bersenang-senanglah bersama mereka.

3) Model pembelajaran make a match yang diperkenalkan oleh Curran

dalam Eliya menyatakan bahwa make a match adalah kegiatan siswa

untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum

batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi

point dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi

hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama.


19

4) Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan

kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Dengan adanya model

pembelajaran (mencari pasangan) make a match siswa lebih aktif

untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Disampingn itu Make a

Match juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang

menjadikan aktif dalam kelas.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran

dikembangkan dengan  make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu

tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban

dari pertanyaan tersebut. Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap

kelompoknya untuk melakukan yang terbaik dalam meningkatkan

keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja secara efektif.

Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk

menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah.

Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

ketrampilan berdiskusi.

3. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)

Baca Tulis Qur’an (BTQ) adalah pelajaran muatan lokal yang

mempelajari tentang bagaimana cara membaca dan menulis qur’an sesuai

dengan kaidah yang baik dan benar. Pembelajaran Baca Tulis Al-qur’an di

akukan agar setiap orang yang mempelajarinya mengerti akan kebenaran isi

di dalam kandungan Al-qur’an,  belajar Al-qur’an harus di mulai . dalam


20

ilmu pendidikan yang sudah modern Alqur’an bisa di pelajari dengan cara

melihat tata bahasa yang berada di dalamnya.

Menurut Ibnu Khaldun dalam kitabnya muqaddimah menyatakan

bahwa “Al-qur’an itu perlu di pelajari dan di pahami oleh anak-anak pada

peringkat awal karena membaca Al-qur’an akan menanamkan benih-benih

keimanan ke dalam jiwa anak-anak”. Alqur’an di turunkan untuk

kepentingan seluruh umat manusia tanpa mengira bangsa, tempat dan masa.

Isi Al-qur’an menjadi sumber asas kepada manusia untuk di jadikan

panduan dalam menjalani kehidupan dunia apalagi akhirat. Untuk mencapai

hasrat tersebut manusia perlu menyelami al-qur’an melalui belajar

membaca, menghafal, memahami serta mengamalkannya (Mas Alim,

https://www.kompasiana.com/mzalim/55004a03a33311926f5109e9/baca-

tulis-al-qur-an/hari selasa pukul 21:50 tanggal 5-11-2019).

Kepentingan mempelajari  serta mengajarkan Al-qur’an suatu yang

tidak dapat di pertikaikan lagi karena ia merupakan sumber asas dalam

pembinaan manusia. Membaca Al-qur’an sangat di anjurkan kepada setiap

individu muslim karena Al-qur’an akan mendatangkan berbagai manfaat

terhadap pembacanya. Namun mempelajari kaedah dan tata cara dalam

pembacaannya merupakan tuntutan yang mesti dipenuhi, disamping

hukuman mendapat ganjaran dosa, kesalahan dalam membaca Al-qur’an

akan menentukan sah atau tidak sahnya ibadah yang di lakukan oleh

seseorang tersebut. Oleh karena itu tujuan pembinaan Al-qur’an yaitu :


21

1. Agar yang mempelajari Al-qur’an dapat mengerti apa isi kandungan

dalam Al-Qur’an.

2. Pembinaan di lakukan dengan orang yang sudah mengerti tata cara baca

tulis al-qur’an dengan benar.

3. Mengetahui bahwa Al-qur’an adalah kitab suci Allah yang sudah terbukti

kebenarannya.

(https://pgmickudus.blogspot.com/2014/12/tujuan-pembinaan-baca-tulis-

al-quran-btq.html diakses pada hari selasa pukul 21:53 tanggal 5-11-

2019).

4. Kondisi Prestasi Siswa di Smp IT Al-Gina Pakuhaji

Pada SMP IT AL-GINA Pakuhaji Tangerang kelas VIII proses

pembelajaran khususnya pada mata pelajaran BTQ masih kurang baik

karena banyak siswa yang kurang memperhatikan saat belajar di dalam

kelas. Oleh karena itu, sangat berpengaruh pada prestasi yang mereka

dapatkan.

Dalam mengikuti proses pembelajaran sebagai seorang siswa tentu

saja harus ada peraturan-peraturan yang harus ditaati, contohnya adalah

tidak boleh membawa handphone ke sekolah, tidak boleh mengobrol saat

guru sedang memberikan materi di dalam kelas, tidak boleh datang

terlambat dan tidak boleh membuang sampah sembarangan, dan lain

sebagainya.

Setelah penulis mengamati di SMP IT AL-GINA Pakuhaji ini

masih banyak siswa yang tidak peduli akan peraturan itu, bahkan saat proses
22

pembelajaran sudah berlangsung masih banyak siswa yang mengobrol dan

bercanda di dalam kelas.

Karena seringnya peristiwa ini terjadi pihak sekolah ataupun guru

yang bersangkutan harus memberikan sanksi terhadap siswa yang tidak bisa

mengikuti tata tertib di sekolah. Jika hal ini dilakukan maka siswa akan

takut melakukan pelanggaran seperti itu.

Walaupun itu adalah pelanggaran- pelanggaran yang kecil akan tetapi

jika selalu dilakukan akan berdampak negatif pada proses pembelajaran

mereka di sekolah. Misalnya prestasi yang menurun akibat tidak fokus saat

proses pembelajaran, lambat untuk mengerti apa yang dijelaskan oleh guru

karena saat guru sedang menjelaskan pelajaran siswa itu malah asyik

mengobrol dengan teman sebangkunya.

Tentu saja ini akan berdampak pada prestasi yang akan siswa itu

raih, karena banyaknya pelajaran yang tidak mereka ikuti dengan serius. Ini

bukan saja tugas guru ataupun orang tua, tetapi ini adalah tugas kita semua.

Guru, orang tua, kepala sekolah harus saling bekerja sama untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar saat berada di lingkungan

sekolah.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Misnawati, Nim: 141101033 “Pengaruh metode make a match terhadap

hasil belajar siswa kelas VIII F pada mata pelajaran BTQ di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2017/2018”.


23

Permasalahan yang dihadapi siswa kelas VIII F Madrasah Tsanawiyah

Negeri 1 Bandar Lampung dalam pembelajaran BTQ adalah masih

rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan dalam proses belajar guru

masih menggunakan metode ceramah saja, Tanya jawab, dan pemberian

tugas, metode yang digunakan oleh guru ini sifatnya konvensial yakni

berpusat kepada guru saja sehingga siswa kurang berperan aktif dalam

pembelajaran. Dilihat dari keadaan diatas maka dapat diketahui bahwa

metode yang digunakan masih kurang baik sehingga aktititas guru lebih

banyak dari siswanya, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah

terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode

pembelajaran make a match pada pembelajaran BTQ kelas VIII F Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018? jenis

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan

jenis penelitian kuantitatif sumber data dari penelitian ini adalah subjek dan

objek penelitian, dimana subjak penelitian ini adalah guru bidang studi BTQ

di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bandar Lampung dan objek penetian ini

adalah siswa kelas VIII F Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bandar Lampung,

berupa observasi, wawancara, dan tes.

2. Fitriani, Nim: 13270041 “Dalam proses pembelajaran agar dapat tercapai

tujuan pembelajaran salah satunya yaitu dapat dilihat dari hasil belajar

siswa. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran BTQ pada

umumnya adalah hasil belajar siswa kurang dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM), karena dalam proses pembelajaran BTQ di Madrasah


24

3. masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang menarik perhatian

belajar siswa dan pembelajaran masih berpusat pada guru tanpa adanya

metode pembelajaran yang lebih variatif. Untuk mengatasi masalah tersebut

maka peneliti akan menerapkan metode make a match, yang merupakan

suatu metode dimana siswa dapat memadukan pertanyaan dan jawaban

dengan mencari pasangan yang masing-masing anggota kelompok tidak

mengetahui pasangan soal dan jawaban, sehingga pembelajaran akan lebih

bermakna. Rumusan masalah dalam penelitian ini. Bagaimana penerapan

metode make a match pada mata pelajaran BTQ di Madrasah Tsanawiyah

Daarul Aitam Palembang? Bagaimana hasil belajar siswa pada mata

pelajaran BTQ di Madrasah Tsanawiyah Daarul Aitam Palembang?

Bagaimana pengaruh penerapan metode make a match terhadap hasil belajar

siswa kelas VIII pada mata pelajaran BTQ di Madrasah Tsanawiyah Daarul

Aitam Palembang. Skripsi ini merupakan jenis penelitian eksperimen

dengan pendekatan kuantitatif yang menekankan pada suatu penelitian yang

benar-benar dilakukan.

4. Veronica Lusiana Nim: 091434039 Pengaruh Metode Make a Match

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A Smp Santo Aloysius Turi

Sleman Berdasarkan data dari guru, kelas VIII terbagi menjadi 2 kelas, yaitu

kelas A dan B, namun kelas VIII A cenderung lebih pasif daripada kelas

VIII B, sehingga peneliti memutuskanmelakukan penelitian dikelas VIII A.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, yang bertujuan untuk

mengetahui hasil belajar siswa dalam mempelajari materi bahan kimia


25

dalam kehidupan dengan penerapan metode make a match. Data hasil

penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif.

C.Kerangka berpikir

Dibawah ini dijelaskan kerangka berpikir yang dibuat oleh penulis

sesuai dengan apa yang penulis teliti yaitu:

INPUT PROSES OUTPUT

Guru
Siswa akan
Siswa Kegiatan PBM yang baik memperoleh
diikuti dengan siswa yang pembelajaran yang
mengunakan metode make a lebih menarik dan
Metode make match didalam kelas pada tidak bosan pada
a match pembelajaran BTQ. pembelajaran
BTQ.

Situasi

FEEDBACK

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Proses belajar dengan didukung oleh kedisiplinan belajar didalam

kelas mampu meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an. Kedisiplinan sangat penting karena dengan

disiplin belajar siswa akan lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan

oleh guru pada waktu didalam kelas. Oleh karena itu, kedisiplinan sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

D.Hipotesis Penelitian
26

Menurut Sugiyono, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian (Sugiyono,2017:2). Berdasarkan rumusan masalah,

maka penulis ajuka adalah sebagai berikut: Pengaruh Metode Make a Match

terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)

kelas VIII di SMP IT Al-Gina Pakuhaji Tangerang Tahun Pelajaran 2019/2020.


11

Anda mungkin juga menyukai