Anda di halaman 1dari 2

Tolong Bantu Perbaiki

Pertanian kami
Oleh:Muhammad Syaifullah

Ade Suharso adalah seorang kepala seksi konservasi TN(Taman Nasional) Kutai
wilayah Tanjung limau, diutus pemerintah untuk menjaga hutan Taman Nasional.
Pada pertengahan September ia melakukan pertemuan dengan beberapa tokoh
masyarakat di Kondolo, yang diikuti Kompas. Mereka berdialog membicarakan
masalah penebangan hutan yang terjadi sejak dua tahun terakhir, penebangan hutan
terjadi karena warga sudah tidak bisa lagi bersawah akibat kekeringan dan hama
tikus. Pada umumnya masyarakat melakukan penebangan untuk mempertahankan
hidup. Menurut Kepala Balai TN Tonny Suhartono pengelolaan TN Kutai tidak
pernah memperhatikan community development terhadap pemukiman di dalam
kawasan selama 20 tahun terakhir. Sementara bantuan dari mitra TN Kutai untuk
pembinaan masyarakat hanya dilakukan pada masyarakat di daerah pinggiran buffer
zone TN Kutai. Ternyata asumsi itu salah, warga kian sulit dikendalikan, dan
pertentangan antara jagawana dan masyarakat tidak terhindari. Akibatnya, tidak ada
kejelasan wilayah desa dan kawasan TN kutai. Keadaan ini membuat hubungan
antara jagawana dengan warga menjadi senjang, Dari kasus tersebut dapat kita
tangkap berbagai fakta yang menggambarkan interaksi social yang ada, baik asosiatif
maupun disosiaif.

Dalam kasus tersebut dapat diketahui bahwa ada unsur kerjasama antara Ade
Suharso beserta jagawananya dan kepala dusun Kandolo, mereka berdialog untuk
membahas masalah penebangan hutan di TN Kutai, adapun wujud tindakan
akomodasi dari kasus tesebut, usaha Ade Suharso dan para jagawana berdiskusi
dengan Manap, kepala dusun Kandolo untuk mengajak masyarakat agar menjaga dan
melestarikan hutan serta pengusahaan dalam menghentikan bentrok antara
masyarakat dengan para jagawana. terdapat juga proses asimilasi ketika para
penduduk dari Sangatta,Bontang dan balikpapan membagi-bagi lahan dengan oknum
kepala desa atau dusun, meskipun mereka berbeda daerah tetapi mereka mau
bersepakat untuk sebuah tujuan yaitu, pembagian lahan. Ketiga hal tersebut
merupakan wujud dari interaksi social yang bersifat asosiatif.

Perambahan hutan, bentrok antara jagawana dan masyarakat serta tidak jelasnya
wilayah-wilayah desa menjadi masalah social yang memicu terjadinya interaksi social
yang bersifat disosiatif. Konflik dalam kasus ini terjadi ketika petugas jagawana yang
dipimpin Ade Suharso menerima ancaman dari massa saat Ade dan para jagawana
hendak meluruskan persoalan temuan kayu pada awal September lalu, massa
mengancam akan membakar mobil kendaraan Ade dan kawan-kawan. Unsur
persaingan juga terlihat ketika para pencari kerja bersaing untuk dapat bekerja di
PT.Kaltim Prima Coal(KPC) sebuah perusahaan pertambangan batu bara terbesar di
Kaltim, PT Pupuk Kaltim dan PT Badak NGL Co. Ketiga peusahaan tersebut
merupakan magnet bagi pencari kerja sekaligus mendorong orang menguasai lahan di
kawasan TN Kutai. Adapun wujud dari tindakan kontravensi dalam kasus ini ketika
masyarakat Teluk Pandan melakukan penolakan keras dengan memperingatkan agar
balai TN tidak memperluas lahan dan pemukiran saat hendak melakukan penghijauan
guna memperingati Hari Lingkungan Sedunia.

Anda mungkin juga menyukai