Anda di halaman 1dari 4

Hari/tanggal praktikum : Rabu / 9 juni 2009

Tugas Praktikum Sosiologi Umum

Nama : ISNA LAILATUR R


NRP : B04080041 NILAI – A06

Asisten Praktikum : Siti Muhani


NRP Asisten : G64062848

TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa


Oleh : Sediono M.P Tjondronegoro

Revolusi hijau merupakan merupakan istilah yang dikenal oleh masyarakat


Indonesia sejak tahun 1960-an, Indonesia melaksanaan revolusi hijau sebagai suatu
upaya guna meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya padi tanpa mengubah
struktur social pedesaan. Program ini terlihat berhasil setelah Indonesia yang
sebelumnya diakui sebagai negara pengimportir beras terbesar (1970-an) di dunia
menjadi negara berswasembada beras sejak tahun 1984, walaupun sebenarnya
kedudukan ini masih merginal ditinjau dari segi ekstensifikasi lahan pertanian dan
pertumbuhan penduduk. Menurut selo soemardjan(1981) perubahan social adalah
gejala perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi
system sosialnya, termasuk di dalamnya perubahan dalam nilai-nilai sikap, dan pola-
pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam suatu masyarakat. Pelaksanaan
revolusi hijau telah menimbulakan perubahan-perubahan social dalam masyarakat
Indonesia. Perubahan itu antara lain:1) pelaksanaan revolusi hijau telah member
dampak adanya polarisasi penguasaan tanah tanpa harus mengubah pemilikan tanah.
Hal ini menyebabkan petani yang mempunyai modal banyak akan lebih berkuasa dan
membuat petani kecil tidak lagi bisa bercocok tanam dan membuat mereka pindah
dari pedesaan. 2) mauknya teknologi baru membuat tumbuhnya lapisan-lapisan
masyarakat desa yang bertambah kaya, sehingga pola konsumsi pedesaan semakin
menyerupai perkotaan. 3) penggunaan lahan pertanian untuk perumahan, perluasan
kota, dan aberbagai bangunan membuat lahan tanah berkurang.
Perkembangan panen padi Indonesia terlihat ada peningkatan, namun
peningkatan tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Sejak tahun
1963/1964 diadakan Bimbingan Massal (BIMAS) yang dikembangkan dan

1
diterapkan oleh staf pengajar dan mahasiswa IPB hingga dalam beberapa tahun dapat
meningkatkan luas areal dengan hasil panen kwintal per hektar. Manfaat dan
keuntungan dari paket BIMAS berbeda-beda untuk tiap lapisan petani. Petani
golongan menengah dan petani kecil/miskin dengan luas tanah garapan 0,5 ha merasa
kredit yang ditawarkan menimbulkan resiko yang relatif besar. Sumber-sumber
perubahan social menurut Calhoun, light, dan keller ada tiga yaitu:1) lingkungan
alam: Indonesia memiliki lahan yang luas inilah yang mendorong adanya revolusi
hijau. 2) kependudukan: perubahan social sangat erat kaitanya dengan perubahan
kependudukan hal ini tampak dari abad 19 hubungan patron-klien di daerah Jawa
sangat meluas. 3) inovasi dan difusi: sejak revolusi hijau digalakkan muncul
perubahn dalam teknologi pertanian.
KUD belum dapat dijadikan andalan organisasi mutakhir pada tingkat
kelompok sasaran petani di daerah pedesaan. Dari banyak studi lain tentang koperasi,
yang sangat menentukan keberhasilannya adalah akses kepada pasaran yang
menguntungkan. Sejak tahun 1984, produksi padi Indonesia dari tahun ke tahun naik
sampai sekitar 25 juta ton, namun tingkat keswasembadaan tersebut merupakan
keberhasilan yang marginal karena pertama, penduduk masih bertambah dengan 2,1%
setahun dan kedua, luas areal tanam belum bertambah luas sebanding dengan
pertumbuhan penduduk tersebut, atau pola kosumsi beras pun masih belum banyak
berubah. Beras masih tergolong komoditi yang inelastis. Sebelum adanya revolusi
hijau, produsen beras terbesar adalah Jawa dan Bali, dan setelah kita mencapai
swasembada pangan, keadaan tersebut tidak berubah.
Singkatnya pemerataan sehubungan dengan berbagai kemudahan dan sarana,
maupun produk akhir belum tercapai. Proses polarisasi yang diharapkan malah
nyatanya proses stratifikasi yang berkembang yang memicu penguasaan atas sumber
daya dan berbagai fasilitas oleh petani kaya juga berjalan terus. Artinya yang kaya
tetap kaya dan miskin tetaplah miskin.
Bentuk dari Perubahan sosial menurut harper :
1. Perubahan pada personel, dalam arti jumlah dan komposisi manusianya.
Contohnya adanya gejala urbanisasi yang dipengaruhi kuat oleh arus
penduduk dari desa ke kota telah menyebabkan penduduk dengan pengalaman
berbeda keluar-masuk dari suatu stuktur sosial.
2. Perubahan pada ciri hubungan antara bagian-bagian dari stuktur sosial.
Dalam bacaan ini golongan yang memegang penguasaan atas tanah pertanian
akibat revolusi hijau adalah golongan petani kaya. Untuk memperkuat
produksinya petani kaya memiliki modal yang cukup untuk menyewa lebih
banyak tanah dari petani kecil. Sifat hubungan antara kedua petani ini
merupakan suatu ciri hubungan patron-klien.
3. Perubahan didalam fungsi-fungsi dan stuktur sosial, Contohnya pada saat
nama Koperasi pertanian (Koperta) tercemar akibat praktek pamong desa
yang kebijakannya memaksa dan tidak berkenan dihati para petani, maka
fungsi koperasi pertanian akhirnya dialihkan kepada Badan Usaha Unit Desa
(BUUD) di tahun 1967 yang dapat berhasil dengan baik dan ditingkatkan
menjadi koperasi Unit Desa.

2
4. Perubahan dalam hubungan diantara beragam stuktur. Contohnya
organisasi-organisasi bentukan parpol dibuat untuk kepentingan masyarakat,
bukan untuk kepentingan parpol itu sendiri. Hal ini dapat terlihat dengan
adanya PKI sebagai parpol yang telah berhasil memperjuangkan petani kecil
melalui landreform.
5. Berkembangnya stuktur sosial baru. Stuktur sosial baru muncul
mendampingi/ mengganti stuktur sosial lama. Contohnya pada saat tehknologi
baru dalam pertanian mulai dikenal, maka adanya pelapisn masyarakat yang
mulai tampak dan terjadi gejala komersialisasi.
Gerak Perubahan Sosial yang terjadi pada bacaan ini adalah gerak
perubahan sosial yang maju hal ini dapat dilihat saat digalakkanya revolusi hijau
di indonesia telah menghasilkan peningkatan kemajuan dalam berbagai bidang
misalnya pendidikan dan teknologi yang telah membawa perubahan berupa
peningkatan dalam pengolahan lahan pertanian, sistem ekonomi dll.
Tingkatan Perubahan Stuktur Sosial :
1. Grup, yakni meyangkut perubahan peran sosial, stuktur komunikasi,
pengaruh. Contohnya sejak tahun 1963/64 program swasembada bahan
makanan mulai diidentifikasikan dengan pendekatan Massal (BIMAS) yang
dilakukan staf pengajar IPB daerah Karawang.
2. Organisasi, menyangkut perubahan stuktur organisasi, stuktur hierarki,
stuktur wewenang dan produktivitas. Contohnya pada saat Koperta dialihkan
kepada BUUD di tahun 1967, kemudian BUUD akhirnya berhasil dengan
baik dan ditingkatkan menjadi KUD.
3. Institusi/pranata, menyangkut bidang-bidang seperti ekonomi, keluarga, dan
pendidikan. Contohnya modernisasi didaerah pedesaan juga diikuti dengan
adanya revolusi pendidikan, revolusi kesehatan, dan revolusi transport.
4. Masyarakat, menyangkut stratifikasi, kependudukan, stuktur kekuasaan.
Contohnya adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat antara petani kaya dan
petani miskin, adanya modernisasi yang telah menimbulkan gejala
komersialisasi yang memungkinkan timbulnya kerapuhan dalam pola
hubungan masyarakat.
5. Global, menyangkut hubungan internasional, modernisasi, dan evolusi.
Contohnya pelaksanaan revolusi hijau di negara berkembang termasuk
Indonesia telah membawa dampak perubahan berupa modernisasi didalam
pengolah pertanian.
Dampak Strtegi Pembangunan Dan Perubahan Sosial:
1. Urbanisasi
Para petani kecil yang tidak dapat bercocok tanam lagi didesanya,
sehingaa membuat para petani kecil mencari pekerjaan lain dengan keluar dari
desa dan pindah ke kota.
2. Ketergantungan
Sejak awal abad ke19 hubungan patron-klien di daerah pedesaan jawa
sangat meluas akibat pertumbuhan penduduk yang cepat. Disektor pertanian,
petani kecil dan buruh tani semakin terikat dan harus memberikan lebih banyak

3
tenaga untuk patronnya, dengan demikian keuntungan ada pada petani kaya hal
ini yang membuat ketidakmandiriaan petani.
3. Modernisasi
Timbuilnya kemajuan dalam pengolahan lahan pertanian, kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi sehingga proses mobilitas dalam masyarakat
semakin luas, sarana semakin kompleks, system ekonomi yang meningkat
membuat para petani menjadi lebih konsumtif.

Anda mungkin juga menyukai