2 years ago
Advertisements
Ad
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan masalah yang sering ditemukan terhitung 6 sampai 7
juta kunjungan klinik setiap tahun. Mayoritas kasus didominasi oleh wanita. Satu dari setiap
lima wanita di Amerika Serikat mengalami ISK selama hidup mereka. Wanita lebih beresiko
terkena ISK karena uretra wanita lebih pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina dan
anus.
Infeksi salauran kemih pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal
dari uretra. Pada pria ISK jarang terjadi karena panjang uretra dan jauhnya jarak uretra dari
anus. (Suharyanto & Madjid, 2013)
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut.Akan tetapi, dari dua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan populasi umur, kurang lebih 5-15%.
Infeksi saluran kemih pada bagian dari saluaran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri
terutama Escherchi coli: resiko dan beratmya meningkat dengan kondisi seperti refluks
vesikoretral, obstruksi saluran perkemihan, statis pertkemihan, pemakaian intstrumen uretral
baru, septicemia. Infeksi trakktur urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya
infeksi yang berasal dari uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektur padapria dan
adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus
urinarius.Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktur urinarius.(Prabowo &
Pranata, 2014, p. 27)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih diartikan sebagai infeksi yang terjadi di saluran kemih, baik dari ginjal
sampai uretra. Infeksi ini bisa terjadi akibat adanya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, maupun
virus atau terjadi akibat adanya proliferasi dalam saluran kemih (Corwin 2009).
Akan tetapi, wanita memiliki lapisan pelindung terhadap mikroorganisme yang bersifat
antimikroba yakni adanya pembentukan mukus dependen estrogen yang memungkus kandung
kemih. Proteksi ini menurun pada wanita menopause yang memiliki kadar estrogen yang berangsur-
angsur berkurang. Pada dasarnya pada wanita dan pria faktor protektif internal terbentuk karena
sifat urin yang asam yang berfungsi sebagai antibakteria (Corwin 2009).
Pada wanita, kejadian pielonefritis bertambah 3-4 kasus per 10.000 populasi setiap
tahunnya dan pada pria bertambah 1-2 kasus per 10.000 populasi per tahun dengan insidensi wanita
berusia muda adalah terbanyak diikuti oleh infant dan lansia. Penyebab dengan Escherichia
coli sebanyak 80% pada wanita dan 70% pada pria dan menurun pada usia lanjut. (Czaja et al 2007)
Infeksi saluran kemih dibedakan menjadi dua berdasarkan letak infeksi yakni Infeksi saluran
kemih bagian atas dan Infeksi saluran kemih bagian bawah. Untuk Infeksi saluran kemih bagian atas
memilike manifestasi klinis seperti demam (>390C), kekakuan, malaise, anoreksia, nyeri pinggang,
disuria, frequency, urgency dengan faktor predisposisi batu, refluks, obstruksi, dan kelainan
neurogenik kandung kemih. Infeksi saluran kemih bagian atas ini menyebabkan pielonefritis (Davey
2003).
Pielonefritis adalah peradangan pada jaringan ginjal dan pelvis ginjal. Pielonefritis dapat
bersifat akut atau kronis dan sering disertai dengan sistitis. Pielonefritis akut ditandai dengan nyeri
pinggang, demam, menggigil, dan vomitting dengan tatalaksana pemberian makanan cairan tawar
dan monitoring kartu balans cairan juga kemoterapi bisa dianjurkan. Sedangkan untuk pielonefritis
kronis muncul bersama dengan hipertensi yang dapat berakibat pada kegagalan ginjal (Pearce 2005).
Pielonefritis kronis dapat membentuk jaringan parut dan obstruksi tubulus yang luas sehingga
berkurangnya kemampuan ginjal untuk memekatkan urin (Corwin 2009).
Pielonefritis pada ginjal yang mengalami obstruksi adalah tindakan emergency untuk
mencegah kehilangan substansi ginjal yang irreversible. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin yang menunjukkan piuria (leukosit >100.000 sel/mL,
bakteriuria, disertai hemeturia mikroskopik bahkan makroskopik.) (Davey 2003). Jika penyebabnya
adalah TBC maka akan ditemukan piuria steril (Rubenstein et al 2005).
1. Batasan masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien yang menderita
penyakit pielonefritis.
1. Rumusan masalah
2. Bagaimana konsep penyakit pielonefritis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pielonefritis?
4. Tujuan
5. Tujuan Umum
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya peilonefritis
7. Mahasiswa dapat lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
8. Tujuan Khusus
9. Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, klasifikasi dan komplikasi
pielonefritis
10. Memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien pielonefritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP PENYAKIT
2. Definisi
Pielonefritis adalah inflamasi pelvis dan parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Penyebabnya mungkin infeksi aktif di ginjal atau bekas dari infeksi sebelumnya. Dua
jenis utama pienolefritis adalah akut dan kronis. Mereka pada dasarnya berbeda dalam
gambar klinis dan efek jangka panjang mereka. (M.Black & Hawks, 2014, p. 292)
Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada piala (pielum) ginjal, tubulus, dan jaringan interstisil
dari salah satu atau kedua ginjal. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks
ureterovesikal, dimana katup ureterovesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine
mengalir balik (refluks) ke dalam ereter. Obstruksi saluran perkemihan meningktkan
kerentanan ginjal terhadap infeksi. Pielonefritis dapat berlangsung secara akut atau kronis.
(Suharyanto & Madjid, 2013, p. 118)
Dari definisi diatas pielonefritis adalah infeksi yang disebabkan adanya bakteri yang masuk
pada ginjal melalui ureter. Pielonefritis dibagi menjadi dua adalah pielonefritis akut dan
kronis.
2. Etiologi
Pielonefritis adalah bakteri. Bakteri bisa mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke
ginjal. Meskipun ginjal menerima 20-25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal
melalui darah (hematogen). Kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
(Suharyanto & Madjid, 2013, p. 118)
Kadang kala sebuah infeksi mungkin menjadi penyakit primer, seperti yang terjadi dengan
berkurangnya resistansi inang (misalnya kalkulus, keganasan, hidrinefrosis, atau trauma).
Kebanyakan infeksi ginjal, bagaimanapun juga, adalah perluasan dari proses infeksi yang
berada dimana saja, khususnya kandung kemih.
Bakteri menyebar ke ginjal terutama dengan ke atas dari ureter ke ginjal. Sirkulasi darah dan
limfatik juga bisa menjadi jalan bagi bakteri. Refluks ureter, yang memungkinkan urine yang
terinfeksi kembali ke ureter, dan obstruksi, yang menyebabkan urine kembali ke ureter dan
memungkinkan bakteri berkembangbiak, adalah penyebab umum infeksi saluran kemih yang
naik dari ureter ke ginjal. Escherichia coli adalah organism bakteri yang paling umum yang
menyebabkan pielonefritis.
Deteksi dini dan pengobatan yang sesuai akan infeksi saluran kemih bagian bawah sangat
mengurangi kejadian pielonefritis.
Pielonefritis dapat dimanifestasikan sebagai demam tinggi sampai menggigil, nyeri daerah
costovertebral menjalar keperut, malaise. Selain tanda dan gejala tersebut, biasanya di
dahului keluhan urgency dan frekuensi, disuria, rasa nafas seperti terbakar waktu berkemih,
urin tampak kering dan berbau menyengat. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59)
4. Patofisiologi
Secara khas infeksi menyebar melalui kandung kemih kedalam ureter, kemudian ke ginjal,
seperti terjadi pada refluk vesikoureter. Refluks vesikoureter dapat juga terjadi karena
vesikoureter. Refluksvesikoureter dapat terjadi karena kelemahan konginetal pada tempat
pertemuan (junction) ureter dan kandung kemih. Bakteri yang mengalir balik kejaringan
internal bisa menimbulkan koloni infeksi dalam tempo 24 hingga 48 jam. Infeksi dapat pula
terjadi karena instrumentasi (seperti tindakan kateterisasi, sistokopi, atau bedah urologi),
karena infeksi hematogen (seperti pada septicemia atau endokarditis), atau mungkin juga
karena infeksi limfatik. Pielonefritis ini juga terjadi karena ketidakmampuan mengosongkan
kandung kemih (misalnya pada pasien neurogenic bladder), statis urine, atau obstruksi urine
akibat tumor, striktur, atau hipertropia prostat benigna.
Bakteri tersebut naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra.
Floramoral fekal seperti Eschericia coli, streptococcus fecalis, pseudomonas aeruginosa, dan
staphilococus aureus adalah bakteri yang paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut.
E. colli menyebabkan sekitar 85% infeksi. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59)
Ketidakmampuan
mengosongkan
kandungkemih
pathway
Refluk
vesikoureter
Instrumentasi
Hygiene kurang
Demam
Berlanjut
Inflamasi ginjal
Pembesaran korteks
dan medulla
Nyeri
Multiplikasi
pada uretra
Inflamasi
Fibrosis dan
scaring
Peningkatan perniabilitas
kapiler
Penurunan
fungsi ginjal
Ureumcreatinin
meningkat
HT
Oedem
Urgency
Disuria
Integritas kulit
5. Klasifikasi
1. Pielonefritis Akut
1. Pielonefritis Kronis
Pienolefritis kronis mungkin terjadi setelah obstruksi kronis dengan gangguan kronis.
Penyakit ini akan berkembang perlahan dan biasanya berhubungan dengan serangan akut
berulang, meskipun klien mungkin memiliki riwayat pielonefritis akut. (M.Black & Hawks,
2014, p. 294)
6. Komplikasi
7. Penyakit ginjal stadium akhir (secara perlahan mulai hilangnya progesifitas nefron akibat
inflamasi kronis dan jaringan parut).
8. Hipertensi (meningkatnya tekanan darah)
9. Terbentuknya batu ginjal (akibat infeksi kronis disertai organism pengurai urea yang
mengakibatkan terbentuknya batu ginjal). (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 124)
10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
11. Pengkajian
12. Identitas
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insiden infeksi saluran kemih
Yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini di karenakan posisi anatomis dari uretra
wanita serta secara anatomis uretra wanita lebih pendek. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)
Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri punggung dibawah dan disuria. (Prabowo &
Pranata, 2014, hal. 63)
Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengalami nyeri punggung dibawah dan disuria. (Suharyanto & Madjid, 2013)
Masuknya bakteri ke kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi. (Prabowo & Pranata,
2014, hal. 63)
ISK bukanlah penyakit yang bisa di turunkan melalui genetik. (Prabowo & Pranata, 2014,
hal. 63)
Riwayat Pengobatan
Pengunaan antibiotik, antikolinergik, dan atispasmodic. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Suhu: meningkat dampak dari proses inflamasi. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 63)
Body system
1. System pernafasan
Pada pasien pielonefritis biasanya terjadi sesak nafas akibat ketidakseimbangan suplai
oksigen sesuai kebutuhan, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau Crakles). (Prabowo &
Pranata, 2014, p. 66)
1. System kardiovaskuler.
Pasien dengan pielonefritis untuk selalu mengontrol tekan darah. Karena kesrusakan ginjal
dapat menyebabkan hipertensi dan selanjutnya akan mengakibatkan kerusakan ginjal lebih
lanjut. (M.Black & Hawks, 2014, p. 294)
1. System persarafan
Ditemukannya nyeri panggul dan pada sisi yang terkena (nyeri pada area sudut
konstovertebral (CVA)), sakit kepala, nyeri otot. Pada pasien peilonefritris nyeri umumnya
menyebar ke bawah ureter atau menuju epigastrium dan dapat juga terjadi nyeri pada perut
jika infeksi parah dengan mengelupasnya papilla ginjal (M.Black & Hawks, 2014, p. 294)
1. System perkemihan
Pada pasien pielonefritis terjadi inflamasi kandung kemih dan mukosa uretra mempengaruhi
fungsi normal dan pola berkemih. Dan menyebabkan frekuensi, urgensi, dan rasa terbakar
pada saat berkemih, serta nokturia. Urin juga sedikit berdarah, warna keruh, dan berbau
busuk. (LeMon, burken, & Bauldoff, 2016, p. 990)
1. System pencernaan
Pasien dengan pielonefritis biasanya mengalami muntah, diare sehingga menyebabkan pasien
kekurangan nutrisi dan kehilangan cairan dalam tubuh, dan mengalami anoreksia atau tidak
nafsu makan (LeMon, burken, & Bauldoff, 2016, p. 985)
1. System integument
Diagnosis ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda, tetapi
juga dapat beresiko terjadi gangguan pada permukaan kulit atau kerusakan pada lapisan kulit,
jika tidak dilakukan pencegahan. (Wilkinson, Diagnosa Keperawatan, 2016, p. 400)
1. System musculoskeletal
Ditemukannya nyeri pada area costovertebral hingga menjalar ke perut. (Prabowo & Pranata,
2014, hal. 63)
1. System endokrin
Pada pasien penderita Pielonefritis tidak mengalami ganguan pada sistem endokrin. (Ariani,
2016)
1. System reproduksi
Pada pasien wanita aktivitas seksual meningkatkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena
akibat masuknya bakteri ke dalam kandung kemih melalui uretra saat selama berhubungan
intim. (LeMon, burken, & Bauldoff, 2016, p. 983)
1. System penginderaan
Pada wajah pasien biasanya biasanya terlihat tampak kacau, gerak mata berpencar atau pada
satu focus meringis, dan mata kurang bercahaya. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 64)
1. System imun
Pasien pielonefritis biasanya tidak mengalami gangguan pada system imun, karena
pielonefritis disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui ureter dan tidak berkaitan dengan
system imun pada tubuh manusia. (M.Black & Hawks, 2014, p. 293)
1. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri pinggang dan perut, suara usus melemah seperti pada
ileus paralitik. Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai
peningkatan lajur endapan darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria dan hematuria. Pada
pielonefritis akut yang mengenai kedua sisi ginjal terjadi penurunan faal ginjal, dan pada
kultur terdapat bakteri uria.
Pada pemeriksaan foto polos perut menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot psoas
dan mungkin terdapat bayangan radio opak dari batu saluran kemih. Pada IVU terdapat
bayangan ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah dapat menunjukkan adanya leukositosis disertai dengan peningkatan
laju endap darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada pielonefritis akut
yang mengenai pada kedua sisi ginjal akan mengakibatkan terjadinya penurunan faal ginjal.
Hasil kultur urine terdapat bakteriuria dan tes sensitivitas dilakukan untuk menentukan
organisme penyebab sehingga dapat ditemukan agens antimikroba yang tepat.
2. Radiologi
Pemeriksaan foto polos pada abdomen menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot
polos dan mungkin terdapat juga adanya bayangan radio opak dan batu saluran kemih. Pada
PIV terdapat bayangan ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.
Perlu dibuat diagnose banding dengan inflamasi pada organ disekitar ginjal antara lain :
pankreatitis, apendisitis, kolesistitis, diverkulititis, pneumonitis, dan inflamasi pada organ
pelvis. Dan rontgen juga bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan structural
atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya.
3. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi obstruksi di trakus
urinarius, menghilangkan obstruksi adalah penting untuk menyelamatkan ginjal dari
kerusakan.
4. BUN/Kreatin
Meningkat diatas normal (rasio normal 10:1 sampai dengan 20:1)
5. Biopsy ginjal
Mungkin dilakukan secara endiskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histolik
1. Penatalaksanaan
Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakterinya dan memerlukan terapi antimikrobis
yang intensif. Terapi parenteral diberikan selama 24-28 jam sampai pasien afrebil. Pada
waktu tersebut, agen oral dspst diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan
efektif apabila ditangani hanya dengan agen oral. Untuk mencegah perkembangbiakannya
bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama dari pada
sistesis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang
muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal,
pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai adanya bukti
infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi
ginjal stabil. Kadar keratininserum dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi
jangka panjang. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 62)
Dalam penanganan infeksi saluaran kemih bagian bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin :
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal;
seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg
Bila infeksi menetap disertai dengan kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan
tanpa lekosuria.
1. Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor resiko
2. Tanpa faktor predisposisi
3. Asupan cairan banyak
4. Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (tmisal
trimetoprim 200mg)
5. Terapi mikroba jangka lama sampai 6 bulan
Syndrome uretra akut (SUA). Pasien dengan syndrome uretra akut dengan hitumg kuman
10³-105. Memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik
dengan tetrasiklin. Infeksi disebebkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi,
misal golongan kuinolon.
Sedangkan untuk pasien dengan pielonefritis akut. Pada umumnya pasien memerlukan rawat
inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi
antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai
penyebabnya :
1. Fluorokuinolon
2. Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
3. Sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. (Aru, Setiyohadi, &
dkk, 2010, p. 1013)
2. Diagnosa keperawatan
3. Kelebihan volume cairan
Definisi
Faktor resiko
1. gagal ginjal
2. anoreksia nervosa
3. diabetes mellitus
4. penyakit chron
5. gastroenteritis
6. pancreatitis
7. cedera kepala
8. kanker
9. trauma multiple
10. luka bakar
11. anemia sabit.
Penyebab
1. Penurunan kapasitas kadung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda – tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostic (mis. Operasi ginjal, operasi saluran kemih,
anastesi, dan obat- obatan)
5. Kelemahan oto pelvis
6. Ketidaknyamanan mengakses toilet (mis. Imobilitasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomaly saluran kemih congenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 5 tahun)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Objektif
Definisi
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan
dan sosial. (SDKI, 2016, p. 166)
Penyebab
1. Gejala penyakit
1. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
2. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan finansial, sosial dan pengetahuan )
3. Kurangnya privasi
4. Gangguan stimulus lingkungan
5. Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)
6. Gangguan adaptasi kehamilan.
Objektif : gelisah
Subjektif :
Objektif :
1. Hipertermia
o Definisi
Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapaar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolism
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
Gejala dan tanda mayor
Objektif :
1. Kulit merah
2. Kujang
3. Takikardi
4. Takupnea
5. Kulit terasa hangat
o Kondisi klinis terkait
6. Proses infeksi
7. Hipertiroid
8. Stroke
9. Dehidrasi
10. Trauma
11. Prematuritas
3. Intervensi
1. Kelebihan volume cairan. (Wilkinson, Diagnosa Keperawatan, 2016, pp. 180-182)
Tujuan :
1. Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh keseimbangan cairan,
keparahan overload cairan minimal, dan indicator fungsi ginjal yang adekuat
2. Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang ringan atau tidak ada gangguan):
3. Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24jam
4. Berat badan stabil
5. Berat jenis urine dalam batas normal
6. Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indicator
berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
7. Suara napas tambahan
8. Asites, distensi vena leher, dan edema parifer
1. Keseimbangan cairan : keseimbangan air dalam kompartemen Israel dan ekstrasel tubuh
2. Keparahan overload cairan : tingkat keparahan kelebihan cairan di dalam kompartemen
intrasel dan ekstrasel tubuh
3. Fungsi ginjal : filtrasi darah dan eliminasi produk sampah metabolic melalui pembentukan
urine.
Intervensi NIC
1. Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sakral dan periorbital pada skala 1+ sampai 4+
2. Kaji komplikasi pulmonal atau kerdiovaskular yang diindikasikan dengan peningkatan tanda
gawat napas, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal,
atau suara napas tidak normal
3. Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas
kulit
4. Kaji efek pengobatan (mis, steroid, diuretic, dan litium) pada edema
5. Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas
6. Manajemen cairan (NIC) :
7. Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
8. Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
9. Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (mis, peningkatan berat jalan
urine, peningkatan BUN, penurunanhematokrit, dan peningkatan kadar osmolaritas urine)
10. Patau indikasi kelebihan atau retensi cairan (mis, crackle, peningkatan CVP atau tekanan baji
kapiler paru, edema distensi vena leher dan asites), sesuai dengan keperluan.
1. Anjarkan pasien tentang apa penyebab dan cara mekatasi edem, yaitu seperti : pembatasan
diet, dan penggunaan dosis dan efek samping obat yang diprogramkan
2. Manajemen cairan (NIC) : anjurkan pasien untuk berpuasa yang sesuai dengan kebutuhan
Aktivitas kolaboratif
Konsultasikan ke dokterjika tanda dan gejala kelebihan cairan menetap atau memburuk
Aktivitas lain
Tujuan :
1. Menunjukkan eliminasi urine yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: selalu,
sering, kadanf-kadang, jarang, atautidak mengalami gangguan):
2. Pola eliminasi
3. Mengosongkan kandung kemih sepenuhnya
4. Mengenali urgensi
5. Kriteria hasil NOC
1. Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1. Pantau elimnasi urine, meliputi frekuensi konsistensi, bau, volume, dan warna jika perlu,
2. Kumpulkan specimen unrine porsi tengah untuk urinalisis, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
1. Manajemen eliminasi urine (NIC): rujuk ke dokter jika terdapat tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
Tujuan :
1. Kepuasan klien : Manajemen nyeri : tingkat presepsi positif tentang perawat pasien untuk
meredakan nyeri
2. Tingka kenyamanan : tingkat presepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologi
3. Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
4. Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan.
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1. Guanaka laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0 = tidak
ana nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri utuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efeksampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
5. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai dengan umur dan tingkat
perkembangan pasien
6. Manajemenen nyeri (NIC) :
7. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
8. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mamapu
berkomunikasi efektif
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung,
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Aktivitas kolaboratif
1. Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap 4 jam
selama 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri (NIC) :
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat’laporlan kepada
dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang
bermakna dari pengalaman nyeri pasien masa lalu
Aktivitas lain
1. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek samping yeri
2. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa lalu, seperti
distraksi, relaksasi atau kompres hangat/dingin
3. Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas lain untuk
membantu relaksasi, meliputi tindakan sebagai berikut :
4. Lakukan peruabahan posisi, masase punggujng dan relaksasi
5. Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru dengan sikap yang mendukung
6. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitasnya, bukan pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televise, rasio, tape, dan interaksi dengan
pengunjung
7. Manajemen nyeri (NIC) :
8. Libatkan keluarga dalam modalitas peredaan nyeri, jika memungkinkan
9. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons pasien terhadap
ketidaknyamanan (mis, suhu ruangan, pencahayaan, dan kegaduhan)
Tujuan :
1. Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai
berikut (sebutkan 1-5: gangguan ektrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
2. peningkatan suhu kulit
3. hipertermia
4. dehidrasi
5. mengantuk
6. pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang di buktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem,berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan) :
7. berkeringat saat panas
8. denyut nadi radialis
9. frekuensi pernapasan
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
1. Ajarkan pasien/keluarga dalammengukur suhu untuk mencegah dan mengalami secara dini
hipertermia (mis, stroke bahang dan keletihan akibat panas)
2. Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan, jika diperlukan
Aktivitas kolaboratif
Berikan obat antipiretik, jika perlu gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk
mengatasi gangguan suhu tubuh, jika diperlukan
Aktivitas lain
1. Melepas pakaian pasien yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
2. Gunakan waslap dingin (atau kantong es yang dibalut dengan kain) di aksila, kening, tengkuk,
dan lipat paha
3. Anjurkan asupan cairan oral, minimalnya 2 liter sehari, dengan tambahan cairan selama
aktivitas yang berlebihan atau aktivtas sedang dalam cuaca panas
4. Gunakan kapas yang berputar di ruangan pasien
5. Gunakan selimut pendingin
6. Untuk hipertemia maligna :
7. Lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protocol
8. Sediakan peralatan kedaruratan di area operasi sesuai dengan protocol.
DAFTAR PUSTAKA
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. DKI Jakarta: CV.TRANS INFO MEDIA.
LeMon, P., burken, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Eliminasi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Aru W. Sudoyo, B. S., & dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Share this:
Related
Leave a Comment
Nursing Science
Back to top
https://www.google.com/amp/s/samoke2012.wordpress.com/2018/09/19/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
pielonefritis/amp/Advertisements