Anda di halaman 1dari 24

Nursing Science

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PIELONEFRITIS


 samoke2012

2 years ago
Advertisements

Ad

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah terjadi perkembangbiakan mikroorganisme. Di dalam


saluran kemih, dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme
lain. Tempat yang sering mengalami ISK adalah kandung kemih (sistisis), uretra (uretritis),
dan ginjal (pielonefritis).

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan masalah yang sering ditemukan terhitung 6 sampai 7
juta kunjungan klinik setiap tahun. Mayoritas kasus didominasi oleh wanita. Satu dari setiap
lima wanita di Amerika Serikat mengalami ISK selama hidup mereka. Wanita lebih beresiko
terkena ISK karena uretra wanita lebih pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina dan
anus.

Infeksi salauran kemih pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal
dari uretra. Pada pria ISK jarang terjadi karena panjang uretra dan jauhnya jarak uretra dari
anus. (Suharyanto & Madjid, 2013)

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut.Akan tetapi, dari dua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan populasi umur, kurang lebih 5-15%.
Infeksi saluran kemih pada bagian dari saluaran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri
terutama Escherchi coli: resiko dan beratmya meningkat dengan kondisi seperti refluks
vesikoretral, obstruksi saluran perkemihan, statis pertkemihan, pemakaian intstrumen uretral
baru, septicemia. Infeksi trakktur urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya
infeksi yang berasal dari uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektur padapria dan
adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus
urinarius.Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktur urinarius.(Prabowo &
Pranata, 2014, p. 27)

BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Infeksi saluran kemih diartikan sebagai infeksi yang terjadi di saluran kemih, baik dari ginjal
sampai uretra. Infeksi ini bisa terjadi akibat adanya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, maupun
virus atau terjadi akibat adanya proliferasi dalam saluran kemih (Corwin 2009).

Penyebab tersering pada infeksi saluran kemih adalah bakteri Escherichia coli dan


organisme lain (seperti Proteus, Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas)
biasanya berhubungan dengan abnormalitas struktural atau kateterisasi dan reinfeksi
(Rubeinstein et al 2005). Faktor risiko lain adalah anak perempuan dan wanita. Hal ini dikarenakan
panjang uretra wanita lebih pendek dari pria sehingga memungkinkan mikroorganisme masuk dan
langsung menginvasi saluran kemih. Kebiasaan menahan kencing juga lebih banyak dilakukan oleh
anak perempuan dan wanita (terutama wanita hamil dengan relaksasi otot polos oleh progesteron)
dan infeksi yang terjadi atau iritasi kulit lubang uretra saat melakukan hubungan seksual membuat
risiko mengalami infeksi saluran kemih meningkat. Jika pada pria, penyebab terseing mengalami
infeksi saluran kemih adalah BPH atau prostatitis (Corwin 2009).

Akan tetapi, wanita memiliki lapisan pelindung terhadap mikroorganisme yang bersifat
antimikroba yakni adanya pembentukan mukus dependen estrogen yang memungkus kandung
kemih. Proteksi ini menurun pada wanita menopause yang memiliki kadar estrogen yang berangsur-
angsur berkurang. Pada dasarnya pada wanita dan pria faktor protektif internal terbentuk karena
sifat urin yang asam yang berfungsi sebagai antibakteria (Corwin 2009).

Pada wanita, kejadian pielonefritis bertambah 3-4 kasus per 10.000 populasi setiap
tahunnya dan pada pria bertambah 1-2 kasus per 10.000 populasi per tahun dengan insidensi wanita
berusia muda adalah terbanyak diikuti oleh infant dan lansia. Penyebab dengan Escherichia
coli sebanyak 80% pada wanita dan 70% pada pria dan menurun pada usia lanjut. (Czaja et al 2007)

Infeksi saluran kemih dibedakan menjadi dua berdasarkan letak infeksi yakni Infeksi saluran
kemih bagian atas dan Infeksi saluran kemih bagian bawah. Untuk Infeksi saluran kemih bagian atas
memilike manifestasi klinis seperti demam (>390C),  kekakuan, malaise, anoreksia, nyeri pinggang,
disuria, frequency, urgency dengan faktor predisposisi batu, refluks, obstruksi, dan kelainan
neurogenik kandung kemih. Infeksi saluran kemih bagian atas ini menyebabkan pielonefritis (Davey
2003).

Pielonefritis adalah peradangan pada jaringan ginjal dan pelvis ginjal. Pielonefritis dapat
bersifat akut atau kronis dan sering disertai dengan sistitis. Pielonefritis akut ditandai dengan nyeri
pinggang, demam, menggigil, dan vomitting dengan tatalaksana pemberian makanan cairan tawar
dan monitoring kartu balans cairan juga kemoterapi bisa dianjurkan. Sedangkan untuk pielonefritis
kronis muncul bersama dengan hipertensi yang dapat berakibat pada kegagalan ginjal (Pearce 2005).
Pielonefritis kronis dapat membentuk jaringan parut dan obstruksi tubulus yang luas sehingga
berkurangnya kemampuan ginjal untuk memekatkan urin (Corwin 2009).
Pielonefritis pada ginjal yang mengalami obstruksi adalah tindakan emergency untuk
mencegah kehilangan substansi ginjal yang irreversible. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin yang menunjukkan piuria (leukosit >100.000 sel/mL,
bakteriuria, disertai hemeturia mikroskopik bahkan makroskopik.) (Davey 2003). Jika penyebabnya
adalah TBC maka akan ditemukan piuria steril (Rubenstein et al  2005).

1. Batasan masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien yang menderita
penyakit pielonefritis.

1. Rumusan masalah
2. Bagaimana konsep penyakit pielonefritis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pielonefritis?
4. Tujuan
5. Tujuan Umum
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya peilonefritis
7. Mahasiswa dapat lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
8. Tujuan Khusus
9. Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, klasifikasi dan komplikasi
pielonefritis
10. Memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien pielonefritis

 
 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP PENYAKIT
2. Definisi

Pielonefritis adalah inflamasi pelvis dan parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Penyebabnya mungkin infeksi aktif di ginjal atau bekas dari infeksi sebelumnya. Dua
jenis utama pienolefritis adalah akut dan kronis. Mereka pada dasarnya berbeda dalam
gambar klinis dan efek jangka panjang mereka. (M.Black & Hawks, 2014, p. 292)

Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada piala (pielum) ginjal, tubulus, dan jaringan interstisil
dari salah satu atau kedua ginjal. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks
ureterovesikal, dimana katup ureterovesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine
mengalir balik (refluks) ke dalam ereter. Obstruksi saluran perkemihan meningktkan
kerentanan ginjal terhadap infeksi. Pielonefritis dapat berlangsung secara akut atau kronis.
(Suharyanto & Madjid, 2013, p. 118)

Dari definisi diatas pielonefritis adalah infeksi yang disebabkan adanya bakteri yang masuk
pada ginjal melalui ureter. Pielonefritis dibagi menjadi dua adalah pielonefritis akut dan
kronis.

2. Etiologi

Pielonefritis adalah bakteri. Bakteri bisa mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke
ginjal. Meskipun ginjal menerima 20-25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal
melalui darah (hematogen). Kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
(Suharyanto & Madjid, 2013, p. 118)

Kadang kala sebuah infeksi mungkin menjadi penyakit primer, seperti yang terjadi dengan
berkurangnya resistansi inang (misalnya kalkulus, keganasan, hidrinefrosis, atau trauma).
Kebanyakan infeksi ginjal, bagaimanapun juga, adalah perluasan dari proses infeksi yang
berada dimana saja, khususnya kandung kemih.
Bakteri menyebar ke ginjal terutama dengan ke atas dari ureter ke ginjal. Sirkulasi darah dan
limfatik juga bisa menjadi jalan bagi bakteri. Refluks ureter, yang memungkinkan urine yang
terinfeksi kembali ke ureter, dan obstruksi, yang menyebabkan urine kembali ke ureter dan
memungkinkan bakteri berkembangbiak, adalah penyebab umum infeksi saluran kemih yang
naik dari ureter ke ginjal. Escherichia coli adalah organism bakteri yang paling umum yang
menyebabkan pielonefritis.

Deteksi dini dan pengobatan yang sesuai akan infeksi saluran kemih bagian bawah sangat
mengurangi kejadian pielonefritis.

Setelah infeksi, pemeliharaan kesehatan termasuk pendidikan tentang pentingnya


menyelesaikan pengobatan antibiotic. Kultur lanjutan penting pada pielonefritis kambuh
untuk memastikan bahwa infeksi telah dimusnahkan. Tindakan pemulihan kesehatan
bergantung pada luasnya kerusakan ginjal dan penyebab penyakit. Jika obstruksi
mempercepat infeksi, penyebab obstruksi harus diobati. (M.Black & Hawks, 2014, p. 293)

3. Tanda dan gejala

Pielonefritis dapat dimanifestasikan sebagai demam tinggi sampai menggigil, nyeri daerah
costovertebral menjalar keperut, malaise. Selain tanda dan gejala tersebut, biasanya di
dahului keluhan urgency dan frekuensi, disuria, rasa nafas seperti terbakar waktu berkemih,
urin tampak kering dan berbau menyengat. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59)

4. Patofisiologi

Secara khas infeksi menyebar melalui kandung kemih kedalam ureter, kemudian ke ginjal,
seperti terjadi pada refluk vesikoureter. Refluks vesikoureter dapat juga  terjadi karena
vesikoureter. Refluksvesikoureter dapat terjadi karena kelemahan konginetal pada tempat
pertemuan (junction) ureter dan kandung kemih. Bakteri yang mengalir balik kejaringan
internal bisa menimbulkan koloni infeksi dalam tempo 24 hingga 48 jam. Infeksi dapat pula
terjadi karena instrumentasi (seperti tindakan kateterisasi, sistokopi, atau bedah urologi),
karena infeksi hematogen (seperti pada septicemia atau endokarditis), atau mungkin juga
karena infeksi limfatik. Pielonefritis ini juga terjadi karena ketidakmampuan mengosongkan
kandung kemih (misalnya pada pasien neurogenic bladder), statis urine, atau obstruksi urine
akibat tumor, striktur, atau hipertropia prostat benigna.

Bakteri tersebut  naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra.
Floramoral fekal seperti Eschericia coli, streptococcus fecalis, pseudomonas aeruginosa, dan
staphilococus aureus adalah bakteri yang paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut.
E. colli menyebabkan sekitar 85% infeksi. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59)

Ketidakmampuan
mengosongkan
kandungkemih

pathway

Refluk

vesikoureter

Instrumentasi

Melekat dimukosa uretra


dengan perantara fimbrae

E-Coli masuk eretra

Hygiene kurang

Bakteri naik ke ginjal


melalui ureter

Demam

Berlanjut

Inflamasi ginjal

Pembesaran korteks
dan medulla

Nyeri

Multiplikasi
pada uretra

Inflamasi

Fibrosis dan
scaring

 
 

Peningkatan perniabilitas
kapiler

Penurunan
fungsi ginjal

Ureumcreatinin
meningkat

   HT

Oedem

Penurunan fungsi sfinkter

Urgency

Disuria

Integritas kulit

(Prabowo & Pranata, 2014, hal. 61)

 
 

5. Klasifikasi

Klasifikasi pielonefritris dibagi menjadi 2 macam yaitu:

1. Pielonefritis Akut

Pielonefritis akut berhubungan dengan perkembangan abses ginjal, abses perinefrik,


emfisematosus pilonefritis, dan pielonefritis kronis, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Pielonefritis akut biasanya singkat. Namun biasanya berulang, baik sebagai kambuhan dari
infeksi sebelumnya yang tidak tuntas atau sebagai infeksi baru; 20% dari kekambuhan terjadi
dalam 2 minggu setelah penyelesaian terapi. Klien harus diobati dengan memadai untuk
mencegah perkembangan pielonefritis kronis. Infeksinya mungkin juga berkembang menjadi
bakteremia dan urosepsis.

1. Pielonefritis Kronis

Pienolefritis kronis mungkin terjadi setelah obstruksi kronis dengan gangguan kronis.
Penyakit ini akan berkembang perlahan dan biasanya berhubungan dengan serangan akut
berulang, meskipun klien mungkin memiliki riwayat pielonefritis akut. (M.Black & Hawks,
2014, p. 294)

6. Komplikasi
7. Penyakit ginjal stadium akhir (secara perlahan mulai hilangnya progesifitas nefron akibat
inflamasi kronis dan jaringan parut).
8. Hipertensi (meningkatnya tekanan darah)
9. Terbentuknya batu ginjal (akibat infeksi kronis disertai organism pengurai urea yang
mengakibatkan terbentuknya batu ginjal). (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 124)
10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
11. Pengkajian
12. Identitas

Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insiden infeksi saluran kemih

Yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini di karenakan posisi anatomis dari uretra
wanita serta secara anatomis uretra wanita lebih pendek. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)

1. Status kesehatan saat ini

 Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri punggung dibawah dan disuria. (Prabowo &
Pranata, 2014, hal. 63)
 Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien mengalami nyeri punggung dibawah dan disuria. (Suharyanto & Madjid, 2013)

 Riwayat Penyakit Sekarang

Masuknya bakteri ke kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi.  (Prabowo & Pranata,
2014, hal. 63)

1. Riwayat kesehatan terdahulu

 Riwayat Penyakit Sebelumnya

Pada Pielonefritis kronis, kemungkinan merupakan keberlanjutan dari pielonefritis akut.


(Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)

 Riwayat Penyakit Keluarga

ISK bukanlah penyakit yang bisa di turunkan melalui genetik. (Prabowo & Pranata, 2014,
hal. 63)

 Riwayat Pengobatan

Pengunaan antibiotik, antikolinergik, dan atispasmodic. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)

1. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum

1. Kesadaran pada pasien pielonefritis biasanya compos mentis.


2. Tanda-tanda vital

TD: meningkat yang merupakan dampak dari edema

Nadi: normal atau meningkat

Respirasi: normal atau meningkat

Suhu: meningkat dampak dari proses inflamasi. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 63)

 Body system

1. System pernafasan

Pada pasien pielonefritis biasanya terjadi sesak nafas akibat ketidakseimbangan suplai
oksigen sesuai kebutuhan, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau Crakles). (Prabowo &
Pranata, 2014, p. 66)

1. System kardiovaskuler.
Pasien dengan pielonefritis untuk selalu mengontrol tekan darah. Karena kesrusakan ginjal
dapat menyebabkan hipertensi dan selanjutnya akan mengakibatkan kerusakan ginjal lebih
lanjut. (M.Black & Hawks, 2014, p. 294)

1. System persarafan

Ditemukannya nyeri panggul dan pada sisi yang terkena (nyeri pada area sudut
konstovertebral (CVA)), sakit kepala, nyeri otot. Pada pasien peilonefritris nyeri umumnya
menyebar ke bawah ureter atau menuju epigastrium dan dapat juga terjadi nyeri pada perut
jika infeksi parah dengan mengelupasnya papilla ginjal (M.Black & Hawks, 2014, p. 294)

1. System perkemihan

Pada pasien pielonefritis terjadi inflamasi kandung kemih dan mukosa uretra mempengaruhi
fungsi normal dan pola berkemih. Dan menyebabkan frekuensi, urgensi, dan rasa terbakar
pada saat berkemih, serta nokturia. Urin juga sedikit berdarah, warna keruh, dan berbau
busuk. (LeMon, burken, & Bauldoff, 2016, p. 990)

1. System pencernaan

Pasien dengan pielonefritis biasanya mengalami muntah, diare sehingga menyebabkan pasien
kekurangan nutrisi dan kehilangan cairan dalam tubuh, dan mengalami anoreksia atau tidak
nafsu makan (LeMon, burken, & Bauldoff, 2016, p. 985)

1. System integument

Integritas kulit : kulit beresiko terhadap kerusakan

Diagnosis ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda, tetapi
juga dapat beresiko terjadi gangguan pada permukaan kulit atau kerusakan pada lapisan kulit,
jika tidak dilakukan pencegahan. (Wilkinson, Diagnosa Keperawatan, 2016, p. 400)

1. System musculoskeletal

Ditemukannya nyeri pada area costovertebral hingga menjalar ke perut. (Prabowo & Pranata,
2014, hal. 63)

1. System endokrin

Pada pasien penderita Pielonefritis tidak mengalami ganguan pada sistem endokrin. (Ariani,
2016)

1. System reproduksi

Pada pasien wanita aktivitas seksual meningkatkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena
akibat masuknya bakteri ke dalam kandung kemih melalui uretra saat selama berhubungan
intim. (LeMon, burken, & Bauldoff, 2016, p. 983)

1. System penginderaan
Pada wajah pasien biasanya biasanya terlihat tampak kacau, gerak mata berpencar atau pada
satu focus meringis, dan mata kurang bercahaya. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 64)

1. System imun

Pasien pielonefritis biasanya tidak mengalami gangguan pada system imun, karena
pielonefritis disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui ureter dan tidak berkaitan dengan
system imun pada tubuh manusia. (M.Black & Hawks, 2014, p. 293)

1. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri pinggang dan perut, suara usus melemah seperti pada
ileus paralitik. Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai
peningkatan lajur endapan darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria dan hematuria. Pada
pielonefritis akut yang mengenai kedua sisi ginjal terjadi penurunan faal ginjal, dan pada
kultur terdapat bakteri uria.

Pada pemeriksaan foto polos perut menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot psoas
dan mungkin terdapat bayangan radio opak dari batu saluran kemih. Pada IVU terdapat
bayangan ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.

Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 5 posisi yaitu :

1. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah dapat menunjukkan adanya leukositosis disertai dengan peningkatan
laju endap darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada pielonefritis akut
yang mengenai pada kedua sisi ginjal akan mengakibatkan terjadinya penurunan faal ginjal.
Hasil kultur urine terdapat bakteriuria dan tes sensitivitas dilakukan untuk menentukan
organisme penyebab sehingga dapat ditemukan agens antimikroba yang tepat.

2. Radiologi

Pemeriksaan foto polos pada abdomen menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot
polos dan mungkin terdapat juga adanya bayangan radio opak dan batu saluran kemih. Pada
PIV terdapat bayangan ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.
Perlu dibuat diagnose banding dengan inflamasi pada organ disekitar ginjal antara lain :
pankreatitis, apendisitis, kolesistitis, diverkulititis, pneumonitis, dan inflamasi pada organ
pelvis. Dan rontgen juga bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan structural
atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya.

3. Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi obstruksi di trakus
urinarius, menghilangkan obstruksi adalah penting untuk menyelamatkan ginjal dari
kerusakan.

4. BUN/Kreatin
Meningkat diatas normal (rasio normal 10:1 sampai dengan 20:1)

5. Biopsy ginjal

Mungkin dilakukan secara endiskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histolik

(Prabowo & Pranata, 2014, p. 61)

1. Penatalaksanaan

Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakterinya dan memerlukan terapi antimikrobis
yang intensif. Terapi parenteral diberikan selama 24-28 jam sampai pasien afrebil. Pada
waktu tersebut, agen oral dspst diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan
efektif apabila ditangani hanya dengan agen oral. Untuk mencegah perkembangbiakannya
bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama dari pada
sistesis.

Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang
muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal,
pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai adanya bukti
infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi
ginjal stabil. Kadar keratininserum dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi
jangka panjang. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 62)

Dalam penanganan infeksi saluaran kemih bagian bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin :

 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal;
seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg
 Bila infeksi menetap disertai dengan kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari
 Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan
tanpa lekosuria.

Reinfeksi berulang (frequent re-infection)

1. Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor resiko
2. Tanpa faktor predisposisi
3. Asupan cairan banyak
4. Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (tmisal
trimetoprim 200mg)
5. Terapi mikroba jangka lama sampai 6 bulan

Syndrome uretra akut (SUA). Pasien dengan syndrome uretra akut dengan hitumg kuman
10³-105. Memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik
dengan tetrasiklin. Infeksi disebebkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi,
misal golongan kuinolon.

Sedangkan untuk pasien dengan pielonefritis akut. Pada umumnya pasien memerlukan rawat
inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi
antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai
penyebabnya :

1. Fluorokuinolon
2. Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
3. Sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. (Aru, Setiyohadi, &
dkk, 2010, p. 1013)

2. Diagnosa keperawatan
3. Kelebihan volume cairan

 Definisi

Beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit. (SDKI, 2016, p. 88)

 Faktor resiko

1. ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air)


2. kelebihan volume cairan
3. gangguan mekanisme regulasi (mis. Diabetes)
4. efek samping prosedur (mis. Pembedahan)
5. diare
6. muntah
7. disfungsi ginjal
8. disfungsi regulasi endokrin

 kondisi klinis terkait

1. gagal ginjal
2. anoreksia nervosa
3. diabetes mellitus
4. penyakit chron
5. gastroenteritis
6. pancreatitis
7. cedera kepala
8. kanker
9. trauma multiple
10. luka bakar
11. anemia sabit.

1. Gangguan eliminasi urine


 Definisi

Disfungsi urine. (SDKI, 2016, p. 96)

 Penyebab
1. Penurunan kapasitas kadung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda – tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostic (mis. Operasi ginjal, operasi saluran kemih,
anastesi, dan obat- obatan)
5. Kelemahan oto pelvis
6. Ketidaknyamanan mengakses toilet (mis. Imobilitasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomaly saluran kemih congenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 5 tahun)
 Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1. Desakan berkemih (urgensi)


2. Urine menetes (dribbling
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis

Objektif

1. Distensi kandung kemih


2. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
3. Volume residu urin meningkat

 Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tidak ditemukan kelainan)

Objektif : (tidak ditemukan kelainan)

 Kondisi klinis terkait

1. Infeksi ginjal dan saluran kemih


2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi medulla spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Nuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Skeloris multiple
11. Obat alpha adrenergic

1. Ganguan rasa nyaman nyeri

 Definisi

Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan
dan sosial. (SDKI, 2016, p. 166)

 Penyebab

1. Gejala penyakit
1. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
2. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan finansial, sosial dan pengetahuan )
3. Kurangnya privasi
4. Gangguan stimulus lingkungan
5. Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)
6. Gangguan adaptasi kehamilan.

 Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Mengubah tidak nyaman

Objektif : gelisah

 Gejala dan tanda minor

Subjektif :

1. Mengeluh sulit tidur


2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah

Objektif :

1. Menunjukkan gejala distress


2. Tampak merintih/menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Iritabilitas

 Kondisi klinis terkait


1. Penyakit kronis
2. Keganasan
3. Distress psikologis
4. Kehamilan

1. Hipertermia
o Definisi

Tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh. (SDKI, 2016, p. 284)

 Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapaar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolism
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
 Gejala dan tanda mayor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal

 Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif :

1. Kulit merah
2. Kujang
3. Takikardi
4. Takupnea
5. Kulit terasa hangat
o Kondisi klinis terkait
6. Proses infeksi
7. Hipertiroid
8. Stroke
9. Dehidrasi
10. Trauma
11. Prematuritas

3. Intervensi
1. Kelebihan volume cairan. (Wilkinson, Diagnosa Keperawatan, 2016, pp. 180-182)

 Tujuan :
1. Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh keseimbangan cairan,
keparahan overload cairan minimal, dan indicator fungsi ginjal yang adekuat
2. Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang ringan atau tidak ada gangguan):
3. Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24jam
4. Berat badan stabil
5. Berat jenis urine dalam batas normal
6. Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indicator
berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
7. Suara napas tambahan
8. Asites, distensi vena leher, dan edema parifer

 Kriteria hasil NOC

1. Keseimbangan cairan : keseimbangan air dalam kompartemen Israel dan ekstrasel tubuh
2. Keparahan overload cairan : tingkat keparahan kelebihan cairan di dalam kompartemen
intrasel dan ekstrasel tubuh
3. Fungsi ginjal : filtrasi darah dan eliminasi produk sampah metabolic melalui pembentukan
urine.

 Intervensi NIC

1. Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sakral dan periorbital pada skala 1+ sampai 4+
2. Kaji komplikasi pulmonal atau kerdiovaskular yang diindikasikan dengan peningkatan tanda
gawat napas, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal,
atau suara napas tidak normal
3. Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas
kulit
4. Kaji efek pengobatan (mis, steroid, diuretic, dan litium) pada edema
5. Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas
6. Manajemen cairan (NIC) :
7. Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
8. Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
9. Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (mis, peningkatan berat jalan
urine, peningkatan BUN, penurunanhematokrit, dan peningkatan kadar osmolaritas urine)
10. Patau indikasi kelebihan atau retensi cairan (mis, crackle, peningkatan CVP atau tekanan baji
kapiler paru, edema distensi vena leher dan asites), sesuai dengan keperluan.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Anjarkan pasien tentang apa penyebab dan cara mekatasi edem, yaitu seperti : pembatasan
diet, dan penggunaan dosis dan efek samping obat yang diprogramkan
2. Manajemen cairan (NIC) : anjurkan pasien untuk berpuasa yang sesuai dengan kebutuhan

Aktivitas kolaboratif

1. Lakukan dialysis, jika diindikasikan


2. Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan primer mengenai penggunaan stoking
antiemboli atau balutan ace
3. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein yang
adekuat dan pembatasan natrium
4. Manajemen cairan (NIC) :

Konsultasikan ke dokterjika tanda dan gejala kelebihan cairan menetap atau memburuk

Aktivitas lain

1. Ubh posisi setiap


2. Tinggikan untk emingkatkan aliran balik vena
3. Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
4. Manajemen cairan (NIC) : distribusikan asupan cairan selama 24 jam, jika perlu.

1. Gangguan eliminasi urine(Wilkinson, Diagnosa Keperawatan, 2016, pp. 457-458)

 Tujuan :

1. Menunjukkan eliminasi urine yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: selalu,
sering, kadanf-kadang, jarang, atautidak mengalami gangguan):
2. Pola eliminasi
3. Mengosongkan kandung kemih sepenuhnya
4. Mengenali urgensi
5. Kriteria hasil NOC

Eliminasi urine : pengumpulan dan pengeluaran urine

1. Intervensi NIC

Aktivitas keperawatan

Pengkajian

1. Manajemen eliminasi urine (NIC):

1. Pantau elimnasi urine, meliputi frekuensi konsistensi, bau, volume, dan warna jika perlu,
2. Kumpulkan specimen unrine porsi tengah untuk urinalisis, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Manajemen eliminasi urine (NIC)


2. Anjarkan pasien tentang tanda dan gejala infek saluran kemih
3. Instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine, bila diperlukan
4. Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi, jika perlu
5. Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan pada saat makan, di antara waktu makan, dan
diawal petang

Aktivitas kolaboratif

1. Manajemen eliminasi urine (NIC): rujuk ke dokter jika terdapat tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
 

1. Gangguan rasa aman nyaman nyeri. (Wilkinson, 2016, p. 296)

 Tujuan :

1. Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut


(sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu):
2. Mengenali awitan nyeri
3. Menggunakan tindakan pencegahan
4. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
5. Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: sangat
berat, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):
6. Ekpresi nyeri pada wajah
7. Gelisah atau ketegangan otot
8. Durasi rpisode nyeri
9. Merintih dan menangis
10. Gelisah

 Kriteria hasil NOC

1. Kepuasan klien : Manajemen nyeri : tingkat presepsi positif tentang perawat pasien untuk
meredakan nyeri
2. Tingka kenyamanan : tingkat presepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologi
3. Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
4. Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan.

 Intervensi NIC

Aktivitas keperawatan

Pengkajian

1. Guanaka laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0 = tidak
ana nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri utuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efeksampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
5. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai dengan umur dan tingkat
perkembangan pasien
6. Manajemenen nyeri (NIC) :
7. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
8. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mamapu
berkomunikasi efektif
Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Manajemen nyeri (NIC) :

1. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung,
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

Aktivitas kolaboratif

1. Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap 4 jam
selama 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri (NIC) :

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat’laporlan kepada
dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang
bermakna dari pengalaman nyeri pasien masa lalu

Aktivitas lain

1. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek samping yeri
2. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa lalu, seperti
distraksi, relaksasi atau kompres hangat/dingin
3. Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas lain untuk
membantu relaksasi, meliputi tindakan sebagai berikut :
4. Lakukan peruabahan posisi, masase punggujng dan relaksasi
5. Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru dengan sikap yang mendukung
6. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitasnya, bukan pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televise, rasio, tape, dan interaksi dengan
pengunjung
7. Manajemen nyeri (NIC) :
8. Libatkan keluarga dalam modalitas peredaan nyeri, jika memungkinkan
9. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons pasien terhadap
ketidaknyamanan (mis, suhu ruangan, pencahayaan, dan kegaduhan)

1. Hipertermia (Wilkinson, 2016, p. 216)

 Tujuan :

1. Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai
berikut (sebutkan 1-5: gangguan ektrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
2. peningkatan suhu kulit
3. hipertermia
4. dehidrasi
5. mengantuk
6. pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang di buktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem,berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan) :
7. berkeringat saat panas
8. denyut nadi radialis
9. frekuensi pernapasan
 

 Kriteria hasil NOC :

1. Termoregulasi : keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas, dan kehilangan


panas
2. Termoregulasi : bayi baru lahir : keseimbangan antara reproduksi panas, peningkatan panas
dan kehilangan panas selama 28 hari pertama kehidupan
3. Tanada-tanda vital : nilai suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah dalam
rentang normal.

 Intervensi NIC

Aktivitas Keperawatan

Pengkajian

1. Pantau aktivitas kejang


2. Pantau hidrasi (mis, turgor kulit, kelembapan membrane mukosa)
3. Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan freskuensi pernafasan
4. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan
5. Untuk pascabedah
6. Dapatkan riwayat hipertensi maligna, kematian akibat anastesi, atau demam pascabedah
pasa individu atau keluarga
7. Pantau tanda hipertermia maligna (mis, demam, takipnea, aritmia, perubahan tekanan
darah, bercak pad akulit, kekakuan dan berkeringat banyak)
8. Regulasi suhu (NIC) :
9. Pantau suhu minimal setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan
10. Pasang alat panatu suhu inti tubuh kontinu, jika perlu
11. Pantau warna kulit dan suhu

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Ajarkan pasien/keluarga dalammengukur suhu untuk mencegah dan mengalami secara dini
hipertermia (mis, stroke bahang dan keletihan akibat panas)
2. Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan, jika diperlukan

Aktivitas kolaboratif

1. Regulasi suhu (NIC) :

Berikan obat antipiretik, jika perlu gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk
mengatasi gangguan suhu tubuh, jika diperlukan

Aktivitas lain

1. Melepas pakaian pasien yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
2. Gunakan waslap dingin (atau kantong es yang dibalut dengan kain) di aksila, kening, tengkuk,
dan lipat paha
3. Anjurkan asupan cairan oral, minimalnya 2 liter sehari, dengan tambahan cairan selama
aktivitas yang berlebihan atau aktivtas sedang dalam cuaca panas
4. Gunakan kapas yang berputar di ruangan pasien
5. Gunakan selimut pendingin
6. Untuk hipertemia maligna :
7. Lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protocol
8. Sediakan peralatan kedaruratan di area operasi sesuai dengan protocol.

 
DAFTAR PUSTAKA

M.Black, J., & Hawks, J. H. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. singapore:


elsivier.

Suharyanto, T., & Madjid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. DKI Jakarta: CV.TRANS INFO MEDIA.

Prabowo, N. E., & Pranata, A. E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem


Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokter EGC.

LeMon, P., burken, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Eliminasi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat


PPNI.

Aru W. Sudoyo, B. S., & dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Ariani, S. (2016). stop! gagal ginjal. Yogyakarta: Istana Media.


Advertisements

Share this:
Related

 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH


 September 19, 2018
 In "Keperawatan Medikal Bedah"

 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PIELONEPRITIS


 September 1, 2018
 In "Keperawatan Medikal Bedah"

 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STRIKTUR URETRA


 September 1, 2018
 In "Keperawatan Medikal Bedah"

Categories: Keperawatan Medikal Bedah

Leave a Comment

Nursing Science
Back to top
https://www.google.com/amp/s/samoke2012.wordpress.com/2018/09/19/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
pielonefritis/amp/Advertisements

Anda mungkin juga menyukai