HIPERTENSI
Waktu : 30 Menit
Penyuluh : Kelompok 2
a. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan
kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.
Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi.
Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama
tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20- 30% memiliki berat badan lebih.
b. Kurang Olahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot
jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko
tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang
yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering
jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.
c. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
d. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan Kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang
berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi.
e. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alcohol berlebihan
termasuk salah satu faktor resiko hipertensi.
f. Kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan
tekanan darah 5 -10 mmHg.
g. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Menurut
Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristi
K rite ria In d e k s M a s s a T u b u h
K rite ria IM T (k g /m )
K u ra n g < 1 8 ,5
N o rm a l 1 8 ,5 - 2 4 ,9
B e ra t b a d a n le b ih 2 5 ,0 - 2 9 ,9
O b e s ita s 3 0 ,0 - 3 4 ,9
O b e s ita s b e ra t ≥ 3 5 ,0
2) Penghambat Adrenergik
- Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung,
serta menurunkan sekresi renin
- Kontraindikasi bagi pasien gagal jantung kongestif
- Terdiri dari golongan :
1. penghambat adrenoreseptor α / α – b loker : terazosin,
doxazosin, prazosin
2. penghambat adrenoreseptor β / β-bloker : propanolol, asebutolol,
atenolol, bisoprolol
3. penghambatadrenoreseptor α dan β : labetalol
4. adrenolitik sentral : klonidin, metildopa, reserpin, guanfasin
3) Vasodilator
- Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang
akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah
- Yang termasuk golongan ini adalah natrium nitroprusid,
hidralazin,doksazosin, prazosin, minoksidil, diaksozid.
- Yang paling sering digunakan adalah natrium nitroprusid dengan
efek samping hipotensi ortostatik.
5) Antagonis Kalsium
- Mempunyai efek mengurangi tekanan darah dengan cara
menyebabkan vasodilatasi perifer yang berkaitan dengan refleks takikardi
yang kurang nyata dan retensi cairan yang kurang daripada vasodilator
lainnya.
- Preparat yang biasa digunakan seperti nifedipin, nikardipin,
felodipin, amilodipin, verapamil dan diltiazem.
Terapi Kombinasi
Biasanya bila terapi dengan satu macam obat gagal untuk mencapai sasaran,
maka perlu ditambahkan obat ke-2 dengan dosis rendah dahulu dan tidak meningkatkan
dosis obat pertama. Hal ini adalah upaya untuk memaksimalkan efek penurunan tekanan
darah dengan efek samping seminimal mungkin. Pada penelitian HOT, terapi kombinasi
diperlukan pada sekitar 70% penderita. Dalam JNC-VII, para ahli bahkan menganjurkan
terapi antihipertensi kombinasi langsung pada penderita yang ada pada stadium 1.
Walaupun dosis campuran tetap banyak disediakan oleh pabrik farmasi, upaya titrasi
dosis secara individual dianggap lebih baik. Berikut diberikan pedoman yang dianut
oleh para ahli hipertensi di Inggris yang disebut sebagai The Birmingham Hypertension
Square.
DAFTAR PUSTAKA
Chobanian A . 2003. JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting and Exposotion of
Martono, H. (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar Geriatri (Ilmu
Geratosima, Salma 2004. Buku Ajar GERIATRI (ilmu kesehatan usia lanjut) edisi 3.
Ganiswarna S., et al. 1995. Farmakologi & Terapi Edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.