Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Pengertian
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragik
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2018).
Stroke hemoragikadalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah
di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2010).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu
jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga
darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

1.1.2 Etiologi
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah mengerasnya
pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding
pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan
3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk
abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan
menimbulkan perdarahan otak.
5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.

Faktor resiko pada stroke adalah


1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakit jantung kongestif)

1
3. Kolesterol tinggi, obesitas
4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok,dan kadar
estrogen tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

1.1.3 Patofisiologi
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,
sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-
tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya
perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah
minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-
bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis
dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.

2
Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak
walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang
dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25
% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang
dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

3
1.1.2 Pathway

Pathway dan Masalah Keperawatan

Jaringan otak bergeser, Membentuk Pembuluh arteri robek Hipertensi


tertekan, terdesak suatu massa
Perdarahan jaringan otak (tekanan darah meningkat secara
signifikan)
Peningkatsn TIK, gangguan fungsi
otak

Perubahan perfusi jaringan Perdarahan pada batang otak


Hemisfer kiri Hemisfer kanan
Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif

Nervus 2 Nervus Nervus 7 Nervus 8 Nervus Nervus 5


Afasia Mudah Hemiplagi Hemiplagi Defisit Nervus I 3,4,6 Nervus 12
Disfagia Kelainan 9,10,11
frustasi kanan kiri perseptual P
visual Daya Re
ePenurunan
kanan penciuman M fle
Kerusakan Gangguan Kelemahan n lapang
Kelainan menurun en k
komunikasi konsep diri : fisik u pandang Pendengar Kemampua
visual kiri ut m
verbal Harga diri r an dan n menelan
Kerusakan u Reflek up en
rendah keseimban menurun
menelan n cahaya ke gu
Kurang Organ gan tubuh
Resiko menurun lo ny
perawatan mobilitas menurun
tinggi pa ah
diri fisik
cidera Perubahan m
ukuran
Resiko tinggi Bersihan
pupil
kerusakan jalan nafas
Bola mata tidak dapat
integritas kulit Gangguan tidak efektif
mengikuti perintah
persepsi
4
sensori
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
1.1.4 Manifestasi
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
1. Daerah a. serebri media
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2. Daerah a. Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3. Daerah a. Serebri anterior
a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
b. Incontinentia urinae
c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
4. Daerah a. Posterior
a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
b. daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media
c. Nyeri talamik spontan
d. Hemibalisme
e. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5. Daerah vertebrobasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi
c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
 
1.1.5 Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark Serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

1.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan,

5
tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada
fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapapenyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskularyang
luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluranpernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

1.1.7 Pemeriksaan penunjang


1. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG

6
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.

7
1.2 TinjauanAsuhanKeperawatan
1.2.1 Pengakajian
1.2.1.1 Amnanesa

1) Identitas. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama. Keluhan yang dirasakan pasien saat ini ,
kemungkinan ditemukan gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit
kepala.
b. Riwayat penyakit sekarang. Riwayat penyakit sekarang merupakan
pengalaman klien saat ini yang membentuk suatu kronologi dari
terjadinya etiologi hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan.
c. Riwayat penyakit dahulu. Adanya riwayat penyakit menahun seperti
DM atau penyakit – penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Alergi
e. Imunisasi
f. Kebiasaan/Pola hidup
g. Obat yang pernah digunakan
h. Riwayat penyakit keluarga. Riwayat keluarga merupakan penyekit
yang pernah dialami atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang
sama dengan keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari genogram
keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
i. Genogram

1.2.1.2 PemeriksaanFisik
Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif),
tanda-tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu

Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):

a. Kepala. Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar,


penampilan, depigmentasi.

8
b. Muka/ Wajah  Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan? penampilan
berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah
mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan mulut
c. Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
d. Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar
cairan dari telinga, melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
e. Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
f. Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
g. Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda
infeksi faring, cairan eksudat?
h. Leher Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugularis?
i. Thorax Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale?
Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah sesak nafas, batuk,
sputum, nyeri dada.
j. Jantung Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?
Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
k. Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda
meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
l. Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
m. Ekstremitas Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran
masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya
gangren di ekstrimitas?
n. Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi? Apakah
ada kesulitan untuk berkemih?

1.2.2 Diagnosa Keperawatan

9
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam
mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
1. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan
otot
2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan energi
3. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makan
1.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot
Dukungan Mobilisasi (1.05173)
Definisi:
Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan fisik
Tindakan:
Observasi :
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifkasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik :
1. fasilitasi melakukan pergerakan
2. fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
3. libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi :
1. jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan energi


Manajemen jalan napas (1.01011)
Definisi:
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
Tindakan
Obervasi:
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapituk:
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

10
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontrakindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

3. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makan


Manajemen nutrisi (1.03119)
Definisi:
Mengidentifkasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan:
Observasi:
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapiutik:
- Lakukan oral hygene sebelum makan
- Fasilitasi menetukan pedoman diet
- Sajikan makan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan
Edukasi:
- Anjurkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan

1.2.4. Implementasi

11
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam tindakan,
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat
yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara
didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus
menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka
validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien  Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus
berusaha untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau
kembali rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan
masalah yang ada.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat  adalah :

1. Gangguan mobilitas klien membaik


2. Pola nafas tetap efektif
3. Defisit nutrisi membaik

12
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2019. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Batticaca, F. B. 2018. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. 2015. Medical Surgical Nursing; clinical management
for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis : Elsevier. Inc

Carpenito, L. J. 2017. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi X. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. 
Jakarta : Salemba Medika

13

Anda mungkin juga menyukai