PENDAHULUAN
terjadinya kegagalan pada salah satu organ atau lebih yang dapat mengancam
perawatan Intensif biasanya pasien dengan keadaan yang kritis dan mengalami
sering terjadi pada pasien kritis seperti pasien mengalami kekurangan oksigen
ditandai dengan hipoksia yang jika tidak dilanjuti dengan cepat maka akan
Data Kemenkes tahun 2020 pasien yang dirawat di ruang ICU pada
Rumah sebanyak 94% dari 16 tempat tidur terisi yang tersedia di Rumah Sakit
Provinsi Riau (Kemekes, 2021). Penelitian yang dilakukan oleh (Karokaro &
sekitar 90% di dapatkan saturasi oksigen pasien kurang baik. Hal ini juga
Kriteria pasien yang masuk dalam ruang ICU adalah pasien dengan sakit
2018). Pasien kritis adalah keadaan yang mengancam jiwa, kondisi tidak stabil
dan rumit yang memerlukan observasi dan perawatan penuh Menurut Heru
2020). Semakin kritis sakit pasien, semakin besar kemungkinan untuk menjadi
sangat rentan, tidak stabil dn kompleks membutuhkan terapi yang intensif dan
pasien (Putra, 2018). Tanda dan gejala terjadinya penurunan saturasi oksigen
pada pasien yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas agar pasien tidak
merupakan intervensi yang sering dilakukan oleh perawat pada pasien kritis
oksigen pada pasien yang mengalami gangguan pada jalan napas pasien.
Faktor yang
mempengaruhi pasien Prevalensi pasien
kritis: Pasien dengan
kritis yang dirawat di
gangguan
ruang ICU berjumlah
1. Gangguan pada saturasi
20 pasien sekitar
organ pernapasan, oksigen di
90% di dapatkan
2. Gangguan pada ruang ICU
saturasi oksigen
organ kardivaskuler
pasien kurang baik
3. Gangguan pada
organ neuromuskuler (Karokaro dan
Hasrawi, 2019)
Berdasarkan gambar 1.1 dapat dijelaskan bahwa ada berbagai faktor yang
Prevalensi pasien di ruang ICU terdapat 90% dari 20 responden yang masuk
dalam kategori yang tidak baik dalam penelitan yang dilakukan oleh (Karokaro &
Hasrawi, 2019)
ada pengaruh tindakan suction terhadap saturasi oksigen pada pasien di ruang
ruang ICU.
TINJAUAN PUSTAKA
sampai pada potensial penyakit hingga kegagalan organ reversible (Desi Natalia
Pasien kritis adalah keadaan dimana pasien yang mengancam, tidak stabil
dan komplek yang membutuhkan observasi dan perhatian penuh dalam masa
perawatan. Pasien kritis yang dirawat dalam jangka waktu lama minimal 2-3 hari
dan kurang mobilisasi akan berpengaruh pada masa perawatan yang lebih lama,
organ, dan terjadi penurunan kontratilitas otot, kapasitas fungsi dan kualitas hidup
pasien. Pasien kritis yang mengalami penurunan fungsi kognitif disebabkan oleh
Pratiwi, 2020)
kritis. Perawatan kritis pada pasien yang memiliki penyakit kritis merupakan
dalam hal ini dapat berupa recovery dan rehabilitasi. Palliative care merupakan
keperawatan kritis, advokasi pasien dan keluarga merupakan peran perawat kritis.
Perawat kritis juga dapat berperan pada area dalam dan luar keperawatan
trauma, emergency, critical care outreach ICU liaison, dan juga sebagai peneliti
(H Suwardianto, 2018)
(JFICMI), dan The Intensive Care Society of Ireland (ICSI) sebagai berikut (H
Suwardianto, 2018):
Care
Level 1 Level lebih tinggi perlu observasi seperti contoh ruang
Post Anesthesia Care unit
Critical Level 2 Pasien kritis dengan salah satu organ utama mengalami
rujukan
Kriteria level 0 dan level 1 dideskripsikan bahwa pasien memiliki
tingkatan penyakit akut dan tidak membutuhkan perawatan pada critical care unit,
namun jika terjadi kemunduran keadaan yang semakin memburuk maka tim
terbaik dan peran perawat kritis sangat diperlukan. Level 2 terjadi peningkatan
yang sama seperti pasien level 1 yang dapat dirawat di rawat inap atau bangsal
atau PACU yang memiliki sumber daya perawat yang mampu melakukan
observasi pasien. Level 2 dapat juga terjadi pada Complex Non Invasive
Ventilation (NIV) seperti contoh proses weaning pada perawatan pasien level 1
atau yang level lebih tinggi dari NIV yaitu Invasive Mechanical Ventilation
sebagai fokus perawatan karena adanya kegagalan salah satu organ. keadaan lain
dua organ atau lebih, dan atau pasien menggunakan invasive mechanical
ventilatory teratment.
Kriteria level 3S dapat dijelaskan sebagai pasien yang memiliki keadaan
kritis 3 dan harus mendapatkan pelayanan kesehatan pada tingkatan nasional atau
Clinical Observations
Kategori Tampilan Neurogical Respiratory Cardivascula
Pasien Umum r
No Critical ill Normal Waspada Napas HR 60-100
>8<20 SBP>90
kali/menit mmHg
UO >0,5
ml/kg/hr
Potential Berkeringat, Agitasi, Menggunakan HR >100
kali/menit, UO <0,5
RR 20-30 ml/kg/hr
kali/menit
Critical ill Abu-abu, biru Tidak Silent chest HR <50
Anuria
Cardiac Arrest atau Mati
Keterangan: HR = heart rate; RR = respiratory rate; SBP = Systolic blood
2.2.1 Definisi
adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu
Suction adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas
dengan menggunakan suction kateter yang dimasukan melalui hidung atau rongga
mulut kedalam pharing atau trakea. Tindakan penghisapan lendir digunakan pada
pasien yang kurang responsif atau yang memerlukan pembuangan sekret oral
(Rakhman, 2014)
suction juga merangsang refleks batuk. Prosedur ini memberikan patensi jalan
(suction) lendir melalui hidung, mulut maupun trakea agar saluran napas bebas
2. Cemas
3. Susah/kurang tidur
4. Snoring (mengorok)
3. Pulmonary oedem
yaitu klien yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring
2020)
1. Jenis
Jenis kanul suction yang ada dapat dibedakan menjadi open suction dan
keterangan Ukuran
Dewasa 12-18 Fr
desinfektan
2) Kateter penghisap lendir (suction)
3) Pinset steril
5) 2 kom berisi larutan aquadest atau NaCl 0,9% dan berisi larutan
desinfektan
6) Kasa steril
7) Kertas tisu
8) Stetoskop
B. Prosedur pelaksanaan
1) Cuci tangan
ke arah perawat
bayi
10) Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik
11) Bilas kateter dengan aquadest atau NaCl 0,9%
13) Catat jumlah, konsisten, warna, bau sekret dan respon pasien
hemoglobin yang berkaitan dengan oksigen dalam arteri dan saturasi oksigen yang
tidak untuk seluruh tubuh, terutama paru-paru. Kadar saturasi oksigen dalam
oxygen saturation) merupakan nilai estimasi dari nilai SaO 2 dengan metode
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kadar saturasi oksigen adalah
pulse oximeter. Pulse oximetry merupakan salah satu metode pengukuran non-
invasif untuk pengukuran SpO2. Cara melakukan pengukuran dengan alat ini
pembuluh darah sehingga kadar saturasi oksigen dalam darah dapat terbaca dan
biasanya alat ini ditempelkan pada ujung jari atau pada daun telinga (Ughi, 2018).
saturasi oksigen adalah tanda penting dari gangguan pernapasan. Awalnya tubuh
Kadar saturasi oksigen normal adalah 94%-100%, nilai saturasi oksigen kurang
2020). Saturasi oksigen <90% berkolerasi dengan kadar oksigen darah yang
sangat rendah dan membutuhkan penanganan segera. Jika saturasi oksigen rendah,
biasanya akan terlihat tanda-tanda lain dari distres napas (Desi Natalia Trijayanti
1. Hemoglobin
yang tinggi maka hemoglobin membawa lebih banyak oksigen dan pada
2. Aktivitas
nafas yang tidak paten, sirkulasi yang dapat terganggu akibat imobilisasi
3. Suction
Tahun
1 Studi literatur: Setiyawan, Variabel Literatur Berdasarkan
saturasi terdapat
mempengaruh
i saturasi
oksigen.
Semua artikel
menunjukan
hasil selisih
yang berbeda-
beda.
2 Perbedaan Yunita Variabel quasi Berdasarkan
Moewardi sesudah
tindakan
suction
menggunakan
berbagai
ukuran kanul
suction
3 Perbedaan Novia Variabel One-group Hasil
RSUP H. tindakan
2019 terjadi
penurunan
nilai saturasi
oksigen pada
pasangan
sesudah 0
menit dengan
sebelum
sebesar
-1,9667% dan
pasangan
sesudah menit
ke 1 dengan
sebelum
sebesar
-1,06667%.
Namun,
terjadi
peningkatan
saturasi
oksigen
sesudah menit
ke 3 dengan
sebelum
sebesar
1,33333% dan
sesudah menit
ke 5 dengan
sebelumnya
sebesar
1,80000%
4 Gambaran Marlisa Variabel Penelitian Berdasarkan
perubahan hasil
dilakukan tentang
suctionendotr tindakan
(ETT) di terhadap
ruang perubahan
Adam Malik
Medan tahun
2019
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Hemoglobin
2. Mobilisasi
3. Suction
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa pasien kritis yang dirawat di
Hipotesis penelitian:
Ada pengaruh tindakan suction terhadap perubahan saturasi oksigen pada pasien
di ruang ICU
BAB 4
METODE PENELITIAN
Penetapan PICO
Melakukan pencarian hasil pencarian dengan kata kunci “saturasi okigen,
penghisapan lendir” ”oxygen saturation, suction”
Gambar 4.1 Kerangka Kerja pengaruh tindakan suction terhadap saturasi oksigen
4.3.1 Populasi
Jumlah penelitian terbaru pada 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011
sampai dengan 2021. Sumber data base online berasal dari repository baik dari
oksigen pada pasien di ruang ICU, penelitan ini menggunakan metode analisis
deskriptif Literature Review dan sesuai dengan indikator inklusi yang spesifik
merupakan penelitian dengan karakteristik studi berupa PICO yang terdiri dari:
1. Population
Partisipan penelitian ini adalah pada pasien di ruang ICU yang mengalami
2. Intervention
suction
3. Comparison
Tidak ada
4. Outcome
Hasil yang diukur dalam penelitian adalah tentang saturasi oksigen yang
database, dan penelitian reference list articles¸ tidak ada pembatasan bahasa pada
artikel. Penelitian ini diambil dari database elektronik Google Scholar, melalui
database scanning, dan screening artikel dilakukan secara mandiri oleh peneliti.
4.4.3 Search
dengan limitasi kriteria inklusi. Peneliti menggukan search string dengan kata
identifikasi oleh pembimbing untuk dilakukan review hasil ekstraksi oleh peneliti,
setelah itu dilakukan diskusi terkait ekstraksi yang telah dilakukan oleh peneliti
diantaranya variabel yang sama yaitu pengaruh tindakan scution terhadap saturasi
oksigen
4.4.6 Data Items
sesuai prosedur dan metode pengumpulan data apakah dilakukan blank metode.
pengaruh tindakan scution terhadap saturasi oksigen pada setiap literatur mungkin
yang dilakukan.
ekstraksi data. Pada penelitian dengan menggunakan literatur ini hanya akan
peneliti hanya akan fokus membahas tentang pengaruh dari tindakan suction dan
tentang perubahan pada saturasi oksigen yang terjadi pada pasien dan peneliti
Pasien Di ruang ICU pada setiap 12 literature review yang diharapkan akan
dilakukan.
Daftar Pustaka
Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
Anggraini, S., & Relina, D. (2020). Modul keperawatan anak I. Yudha English
Gallery. https://books.google.co.id/books?id=MuXmDwAAQBAJ
Fathonah Eka Pratiwi, F. (2020). Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis Dalam
Keputusan pada PAsien Kritis di RUANG Intensive Care Unit (ICU) RSUD
6(1), 11–18.
Ikha Yulia Widayanti, I. (2020). Studi Literatur: Faktor Yang Mempengaruhi
82–88.
Kitong, B. I., Mulyadi, N., & Malara, R. (2014). Pengaruh Tindakan Penghisapan
Lendir Endotrakeal Tube (Ett) Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pada Pasien
Yang Dirawat Di Ruang Icu Rsup Prof. Dr. Rd Kandou Manado. Jurnal
Keperawatan, 2(2).
Ns. Alfianur, M. K., Ns. Nurman Hidaya, M. K., & Ns. Fitriya Handayani, M. K.
https://books.google.co.id/books?id=QdQeEAAAQBAJ
https://books.google.co.id/books?id=qGE6DAAAQBAJ
2019.
2(2), 8–11.
https://books.google.co.id/books?id=OiroDwAAQBAJ
Suwardianto, Heru, Prasetyo, A., & Utami, R. S. (2017). Phisical Function (Motor
Activity) Pada Pasien Kritis Dengan Sedation Di Intensive Care Unit. Jurnal
Syahran, Y., Romadoni, S., & Imardiani, I. (2019). Pengaruh Tindakan Suction
ETT terhadap Kadar Saturasi Oksigen pada Pasien Gagal Nafas di Ruang
ICU dan IGD Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih Tahun 2017. Jurnal
Uliyah, M., & Hidayat, A. A. (2015). Buku Saku Prosedur Keterampilan Dasar
Praktik Klinik. Health Books Publishing. https://books.google.co.id/books?
id=ikcTEAAAQBAJ
Kadar Saturasi Oksigen Di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi Tahun 2015.
Yulia, A., Dahrizal, D., & Lestari, W. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi
Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal